Disusun oleh :
Aisha Nursani (220322601560/M/1)
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2023
A. TUJUAN
I. PEMANTULAN
1. Menerapkan teori ralat dengan benar.
2. Menentukan jarak focus cermin cekung dengan cara
meletakkan benda di jauh tak hingga.
3. Menentukan jarak focus cermin cekung melalui pengukuran
jarak benda dan jarak bayangan.
4. Menentukan jarak focus cermin cembung melalui pengukuran
jarak benda dan jarak bayangan.
II. PEMBIASAN
1. Menerapkan teori ralat dengan benar.
2. Menentukan jarak focus lensa cembung dengan cara
meletakkan benda di jauh tak hingga.
3. Menentukan jarak focus lensa cembung melalui pengukuran
jarak benda dan jarak bayangan.
4. Menentukan jarak focus lensa cekung melalui pengukuran
jarak benda dan jarak bayangan.
B. DASAR TEORI
I. PEMANTULAN
Cahaya adalah salah satu bentuk gelombang
elektromagnetik yang memiliki sifat mendua. Cahaya merupakan
gelombang dan cahaya memiliki sifat seperti sebuah. Sifat cahaya
sebagai gelombang, cahaya dapat mengalami pemantulan
(refleksi). Sifat cahaya sebagai partikel, cahaya dapat mengalami
peristiwa tumbukan (Herman, 2016:39)
Hukum refleksi telah dikenal oleh Eucides. Hukum refraksi
diperoleh secara eksperimen oleh Willebrod Snell (1591-1626).
Kajian eksprmental mengenai arah sinar masuk, sinar yang
direflesikan dan sinar yang direfraksikan pada antarmuka yang
halus diantara dua material optik memunculkan kesimpulan: sinar
yang masuk, sinar yang direfleksikan dan sinar yang direfraksikan
dan normal terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang
yang sama. Bidang dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang
permukaan batas diantara kedua material tersebut. Kita selalu
menggambarkan diagram sinar sehingga sinar masuk, sinar yang
direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan berada dalam diagram
(Young, 2003:499).
Saat gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah
penghalang datar seperti sebuah cermin, gelombang-gelombang
baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang. fenomena
tersebut dinamakan pemantulan terjadi pada bidang batas antara
dua medium yang berbeda seperti sebuah permukaan kaca, dalam
kasus dimana sebagian energi datang akan dipantulkan dan
sebagian ditransmisikan. Sudut antara sinar datang dengan garis
normal (garis tegak lurus permukaan) disebut sudut datang. Hasil
ini dikenal sebagai Hukum pemantulan, Hukum pemantulan
berlaku untuk semua jenis gelombang. (Tipler, 2001: 442)
II. PEMBIASAN
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpanan atau
pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda
kerapatan. Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan
laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya medium yang rapat,
lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium kurang
rapat (Freederick, 2002).
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan
bidang batas yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti
sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan
dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan tersebut disebut pembiasan (Tipler, 2001).
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda,
maka cahaya tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang
diteruskan. Jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air,
maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat dibelokkan. Cahaya
yang melalui batas antar dua medium dengan kerapatan optic yang
berbeda, kecepatannya akan berubah. Perubahan kecepatan cahaya
akan menyebabkan cahaya mengalami pembiasan (Halliday, 1997).
Salah satu contoh pembiasan dalam kehidupan sehari hari
yaitu pensil yang dicelupkan kedalam gelas kemudian pensil
tersebut akan terlihat bengkok, sebenarnya pensil tersebut tidak
bengkok. Pembiasan yang terjadi pada pensil dapat dibuktikan
dengan kaca plan parallel. Kaca plan parallel sendiri merupakan
medium masuknya cahaya. Prinsip kerjanya sama seperti pensil
yang dicelupkan kedalam air, namun mediumnya saja yang
berbeda (Kuswinarto, 2015).
Balok kaca atau kaca plan parallel adalah keeping kaca tiga
dimensi yang dibatasi oleh sisi yang sejajar. Cahaya dari udara
memasuki sisi pembias balok kaca akan dibiaskan mendekati garis
normal. Begitu juga pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias
lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat
dari sisi pembias yang bersebrangan akan melihat sinar dari benda
bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran
sinar terhadap arah semula (Zemansky, 1987).
Pembiasan gelombang pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium dengan indeks bias mutlaknya n1 dan n2 .
Perjanjian tanda pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk
cermin sferis.
Layer
Benda tak hingga
Lilin
Korek api
Mistar
Rel presisi
Cermin datar
II. PEMBIASAN
Lensa cekung dan
cembung
Layar
Benda tak hingga
Lilin
Korek api
Mistar
Rel presisi
Cermin datar
D. SKEMA PERCOBAAN
I. PEMANTULAN
F. DATA PENGAMATAN
I. PEMANTULAN
a) Cermin Cekung
1. Benda tak hingga
NO JARAK FOKUS (cm)
1. 7,00 ± 0,05
2. 6,40 ± 0,05
3. 6,80 ± 0,05
2. Benda di ruang II dan ruang III
NO Benda di ruang II Benda di ruang III
p (cm) q (cm) p (cm) q (cm)
1. 8,00 ± 0,05 35,50 ± 0,05 16,00 ± 0,05 9,50 ± 0,05
2. 10,00 ± 0,05 23,00 ± 0,05 18,00 ± 0,05 11,00 ± 0,05
3. 12,00 ± 0,05 17,00 ± 0,05 20,00 ± 0,05 8,50 ± 0,05
b) Cermin Cembung
NO Kedudukan benda Kedudukan cermin Kedudukan
datar cermin cembung
1. 18,00 ± 0,05 9,00 ± 0,05 0
2. 14,00 ± 0,05 11,00 ± 0,05 0
3. 10,00 ± 0,05 13,00 ± 0,05 0
√ ∑ (ƒ−⃗ƒ)
2
Sƒ =
n(n−1)
Mencari besar Rƒ
Sƒ
Rƒ = x 100 %
ƒ
Mencari besar f
p × q 248
f=
= =6,359
p+q 39
Mencari besar Sf untuk bayangan di ruang II dan III
√|( | |( ) |
2 2
)
2 2
S0 2 Si 2
Sf = × × ∆ Si + × × ∆ S0
S 0+ S i 3 S 0 +S i 3
II. PEMBIASAN
Dalam percobaan pembiasan cahaya yang telah dilakukan,
metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif
menggunakan ralat rambat, dengan persamaan berikut :
Mencari besar Sƒ terhadap benda tak hingga
√
2
Sƒ = ∑ (ƒ−⃗ƒ)
n(n−1)
Mencari besar Rƒ
Sƒ
Rƒ = x 100 %
ƒ
Mencari besar f
p × q 248
f=
= =6,359
p+q 39
Mencari besar Sf untuk bayangan di ruang II dan III
√|( | |( ) |
2 2
Sf =
)
S0 2 2
S 0+ S i
× × ∆ Si +
3
Si 2 2
S 0 +S i
× × ∆ S0
3
b. Sajian hasil
I. PEMANTULAN
Cermin Cekung
Data Percobaan Jarak focus Ralat
(cm)
Benda tak 1. 7,0000 ± 0,0470 0,6803%
hingga (4AP)
2. 6,4000 ± 0,0582 0,9095%
(4AP)
3. 6,8000 ± 0,0123 0,1815%
(4AP)
Ruang II 1. 6,5280 ± 0,0220 0,3404%
(4AP)
2. 6,9690 ± 0,0164 0,2364%
(4AP)
3. 7,0340 ± 0,0127 0,1819%
(4AP)
Ruang III 1. 0,0145 ± 5,9607 0,2435%
(4AP)
2. 6,8270 ± 0,0137 0,2007%
(4AP)
3. 5,9649 ± 0,0166 0,2796%
(4AP)
Cermin Cembung
Data Benda tak hingga
Percobaan 1 2 3
Jarak focus 6,00 ± 0,01 6,160 ± 0,012 5,650 ± 0,012
(cm)
Ralat 0,2545% 0,1994% 0,2189%
(4AP) (4AP) (4AP)
II. PEMBIASAN
Lensa Cembung
Data Percobaan Jarak Fokus Ralat
(cm)
Benda tak 1 (22,00 ± 0,40) 2,00% (3AP)
hingga 2 (20,50 ± 0,40) 2,15% (3AP)
3 (21,50 ± 0,40) 2,05% (3AP)
Ruang II 1 (19,20 ± 0,02) 0,111%
(3AP)
2 (18,90 ± 0,01) 0,0827%
(3AP)
3 (19,70 ± 0,01) 0,0688%
(3AP)
Ruang III 1 (19,20 ± 0,01) 0,0644%
(3AP)
2 (20,20 ± 0,01) 0,0624%
(3AP)
3 (19,80 ± 0,01) 0,0689%
(3AP)
Lensa Cekung
Data Benda tak hingga
Percobaan 1 2 3
Jarak focus 10,5 ± 0,01 9,70 ± 0,014 14,7 ± 0,01
(cm)
Ralat 0,127% (3AP) 0,150% 0,123%
(3AP) (3AP)
H. PEMBAHASAN
I. PEMANTULAN
Cermin merupakan suatu benda yang tidak tembus cahaya.
Permukaan cermin sangat halus dan rata sehingga hampir semua
cahaya yang datang dapat dipantulkan. Pemantulan cahaya juga
dapat terjadi pada cermin lengkung, yaitu cermin cembung dan
cermin cekung. Cermin cekung bersifat mengumpulkan
cahaya/sinar pantul. Sedangkan pada cermin cembung bersifat
menyebarkan sinar (Young, 2003:499).
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan 3 kali
percobaan yaitu menggunakan benda tak hingga, benda di ruang II
dan benda di ruang III, yang dimana masing masingnya
mendapatkan 3 variasi data yang berbeda beda. Pada data benda tak
hingga, mendapatkan 3 hasil data yang berbeda beda yaitu :
percobaan 1, f =¿) dengan ralat relative sebesar 0,6803% (4AP).
Pada percobaan 2, f =( 6,4 ± 0,0582 ) dengan ralat relative sebesar
0,9095% (4AP). Pada percobaan 3, f =( 6,8 ± 0,0123 ) dengan ralat
relative sebesar 0,1815% (4AP).
Pada data dengan benda berada di ruang II, mendapatkan 3
variasi data yang berbeda beda yaitu : pada percobaan 1,
f =(6 , 528± 0,02 2) dengan ralat relative sebesar 0,3404% (4AP).
Pada percobaan 2, f =(6 , 969 ±0,0 164) dengan ralat relative sebesar
0,2364% (4AP). Dan pada percobaan 3, f =( 7,034 ± 0,0 127 ) dengan
ralat relative sebesar 0,1819% (4AP).
Pada data dengan benda berada di ruang III, mendapatkan 3
data juga yang berbeda beda, yaitu : pada percobaan 1,
f =( 0,0145 ± 5,9607 ) dengan ralat relative sebesar 0,2435% (4AP).
Pada percobaan 2, f =( 6 , 827 ± 0,0 137 ) dengan ralat relative sebesar
0,2007% (4AP). Terakhir, untuk percobaan 3, f =( 5,9649 ± 0,0166 )
dengan ralat relative sebesar 0,2796% (3AP).
Sehingga melalui analisis data yang telah dilakukan, antara
teori dengan percobaan yang telah dilakukan sudah hampir sesuai.
Hanya memiliki sedikit kekurangan yaitu karena faktor kekurang
telitian ataupun faktor alam yang kurang mendukung seperti
teriknya matahari sebagai benda tak hingga.
II. PEMBIASAN
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan
bidang batas yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti
sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan
dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan tersebut disebut pembiasan (Tipler, 2001).
Pada percobaan yang telah dilakukan, mendapatkan 3 data
pada cermin cekung dan 1 data pada cermin cembung. 3 data pada
cermin cekung meliputi benda tak hingga, benda di ruang II dan
benda di ruang III, yang dimana masing masingnya memiliki 3
variasi data yang berbeda beda. Pada benda tak hingga percobaan
1, f =( 7 ± 0,047 ) dengan ralat relative 0,6803% (4AP). Pada data
kedua, f =( 6,4 ± 0,0582 ) dengan ralat relative sebesar 0,9095%
(4AP). Dan pada percobaan 3, f =( 6,8 ± 0,0123 ) dengan ralat
relativenya sebesar 0,1815% (4AP).
Pada percobaan dengan data benda berada di ruang II
mendapatkan pada percobaan 1, f =(6 , 528± 0,02 2) dengan ralat
relative 0,3404% (4AP). Pada percobaan 2, f =(6 , 969 ±0,0 164)
dengan ralat relative 0,2364% (4AP). Dan pada percobaan 3,
f =(7,034 ± 0,0127) dengan ralat relative 0,1819% (4AP).
Pada percobaan dengan data benda berada di ruang III,
pada percobaan 1 mendapatkan f =( 0,0145 ± 5,9607 ) dengan ralat
relative 0,2435% (4AP). Pada percobaan 2, mendapatkan
f =( 6 , 827 ± 0,0 137 ) dengan ralat relative 0,2007% (4AP). Pada
percobaan 3, mendapatkan f =( 5,9649 ± 0,0166 ) dengan ralat
relative sebesar 0,2796% (3AP).
Sehingga, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan,
antara dasar teori dengan hasil dari percobaan sudah cukup sesuai.
Hanya memiliki sedikit kekurangan seperti faktor ketidaktelitian
dalam membaca skala dan faktor lainnya.
I. KESIMPULAN
I. PEMANTULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa adanya perubahan jarak benda memengaruhi jarak bayangan
dan jarak focus yang dihasilkan cermin cekung. Semakin besar
jarak benda maka semakin kecil jarak bayangan yang terbentuk dan
jarak fokusnya semakin besar namun nilainya tidak berbeda secara
signifikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa antara jarak benda dengan
jarak bayangan berbanding terbalik.
II. PEMBIASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa bayangan yang dibentuk lensa cekung selalu maya dan
tegak. Selain itu, hubungan antara jarak benda dengan jarak
bayangan berbanding terbalik. Dimana, semakin jauh jarak
bendanya maka semakin dekat jarak focus bayangannya.
J. DAFTAR PUSTAKA
I. PEMANTULAN
Tipler, Paul. 2001. Fisika Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Young, Hugh D. 2003. Fisika Universitas Edidi Kesepuluh Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Herman dan asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar
2. Makassar: Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malkassar.
II. PEMBIASAN
Fredick.2022. Physic for University. Jakarta: Erlangga
Kuswinarto, Y. dkk. 2015. Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel.
Surabay: Universitas Negeri Surabaya
R. Resnick dan D. Halliday.1997. Fisika Dasar 2. Jakarta: Erlangga
Tipler. 2001. Physics for Science and Enggering. Bandung:
Institude Teknologi Bandung
Zemansky, Sears. 1987. Fisika untuk Universitas. Jakarta:Binacitra
Tim Praktikum Fisika Dasar 2. Modul Praktikum Fisika Dasar 2.
Malang: Universitas Negeri Malang
K. LAMPIRAN
a. Tugas
I. PEMANTULAN
1. Lihat gambar 3 sampai 5 ! Masing – masing lukiskan jalannya
sinar !
Jarak fokus
Jalannya Sinar
cermin
pada Cermin
cekung
Cekung Benda
dengan
di TakHingga
benda di
tak hingga
Jarak fokus Jalannya
cermin Sinar pada
cekung Cermin
dengan Cekung
benda di Benda di
ruang II. Ruang II
Jarak fokus
Jalannya
cermin
Sinar pada
cekung
Cermin
dengan
Cekung
benda di
Benda di
runag III.
Ruang III
Lensa
cembun
g saat
benda
diruang
III
Lensa
cekung
II. PEMBIASAN
1. Lihat gambar 3 sampai 5 ! Masing-masing lukiskan
jalannya sinar!
Lensa
cembun
g saat
benda di
jauh tak
hingga
Lensa
cembun
g saat
benda
diruang
II
Lensa
cembun
g saat
benda
diruang
III
Lensa
cekung
b. Perhitungan lengkap
I. PEMANTULAN
a) Cermin cekung
1) Benda tak hingga
No Jarak Fokus (cm)
1. 7,00 ± 0,05
2. 6,40 ± 0,05
3. 6,80 ± 0,05
Rata – rata 6,7 ± 0,05
Percobaan 1
√
2
Sƒ = ∑ (ƒ−⃗ƒ)
n(n−1)
=
√ 0,1867(0,0729)
3(3−1)
=
√ 0,0136
6
= √ 0,0022
= 0,0476
Sƒ
Rƒ =x 100 %
ƒ
0,0476
= x 100 %
7
= 0,6803% (4AP)
Jadi, jarak fokus cermin cekung adalah ( 7 ± 0,047 ) cm
dengan ralat relative sebesar 0,6803% (4AP).
Percobaan II
√ ∑ (ƒ−⃗ƒ)
2
Sƒ =
n(n−1)
=
√ 0,1867(0,1089)
3(3−1)
=
√ 0,0203
6
= √ 0,0033
= 0,0582
Sƒ
Rƒ = x 100 %
ƒ
0,0582
= x 100 %
6' 4
= 0,9095% (4AP)
Jadi, jarak fokus cermin cekung adalah ( 6,4 ± 0,0582 ) cm
dengan ralat relative sebesar 0,9095% (4AP).
Percobaan III
√ ∑ (ƒ−⃗ƒ)
2
Sƒ =
n(n−1)
=
√ 0,1867(0,0049)
3(3−1)
=
√ 0,0009
6
= √ 0,0001
= 0,0123
Sƒ
Rƒ = x 100 %
ƒ
0,0123
= x 100 %
6,8
= 0,1815% (4AP)
No p( S0 ) q( Si ) p+q p ×q
1. 8,00 ± 0,05 31,00 ± 0,05 43,5 284
2. 10,00 ± 0,05 27,00 ± 0,05 33 230
3. 12,00 ± 0,05 17,00 ± 0,05 29 204
Percobaan 1
p × q 284
f= = =6,528
p+q 43,5
√|( | |( ) |
2 2
Sf =
)
S0 2 2
S 0+ S i
× × ∆ Si +
3
Si 2 2
S 0 +S i
× × ∆ S0
3
√|( | |( |
2 2
) )
2
8 2 35,5 2 2
¿ × ×0,05 + × × 0,05
8+ 35,5 3 8+35,5 3
¿ √ ( 1,27 ×10 ) +0,000492849
−6
¿ 0,022229
Sf
Rf= ×100 %
f
0,022229
¿ ×100 %
6,528
¿ 0,3404 % (4 AP)
√|( | |( ) |
2 2
Sf =
S0 2 2
S 0+ S i )
× × ∆ Si +
3
Si 2 2
S 0 +S i
× × ∆ S0
3
√|( | |( |
2 2
¿
10 2 2
10+23 )
× ×0,05 +
3
23 2 2
10+23
× × 0,05
3 )
¿ √ ( 9,36918 ×10−6 ) +0,000262188
¿ 0,016478997
Sf
Rf= ×100 %
f
0,016478997
¿ ×100 %
6,969697
¿ 0,2364 % (4 AP)
Sf =
S0 2 2
S 0+ S i )
× × ∆ Si +
3
Si 2 2
S 0 +S i
× × ∆ S0
3
√|( | |( |
2 2
¿
12 2 2
12+17 )
× × 0,05 +
3
17 2 2
12+17
× ×0,05
3 )
¿ √ ( 3,25755 ×10 ) + 0,000131208
−5
¿ 0,012797801
Sf
Rf= ×100 %
f
0,012797801
¿ ×100 %
7,034483
¿ 0,1819 % (4 AP)
√|( | |( ) |
2 2
)
2 2
S0 2 Si 2
Sf = × × ∆ Si + × × ∆ S0
S 0+ S i 3 S 0 +S i 3
√|( | |( |
2 2
¿
16 2 2
16+ 9,5 )
× ×0,05 +
3
9,5 2 2
16+ 9,5
× ×0,05
3 )
¿ √ 0,000172+(3,8474 × 10 )
−5
¿ 0,014515
Sf
Rf= ×100 %
f
0,014515
¿ ×100 %
5,9607
¿ 0,2435 % (4 AP)
Jadi, jarak fokus cermin cekung dengan benda di ruang
III pada percobaan 1 adalah sebesar (0,0145 ± 5,9607) cm
dengan ralat relatif sebesar 0,2435 % (4 AP).
Percobaan II
p × q 198
f= = =6,82786
p+q 29
√|( | |( ) |
2 2
Sf =
S0 2 2
S 0+ S i )
× × ∆ Si +
3
Si 2 2
S 0 +S i
× × ∆ S0
3
√|( | |( |
2 2
¿
18 2 2
18+11 )
× × 0,05 +
3
11 2 2
18+11
× × 0,05
3 )
¿ √ 0,000165+(2,3× 10 )
−5
¿ 0,013708
Sf
Rf= ×100 %
f
0,013708
¿ ×100 %
6,82786
¿ 0,2007 % (4 AP)
√|( | |( ) |
2 2
)
2 2
S0 2 Si 2
Sf = × × ∆ Si + × × ∆ S0
S 0+ S i 3 S 0 +S i 3
√|( | |( |
2 2
¿
20 2 2
20+ 8,5 )
× ×0,05 +
3
8,5 2 2
20+8,5
× × 0,05
3 )
¿ √ 0,000269+(8,7913× 10 )
−6
¿ 0,016681
Sf
Rf= ×100 %
f
0,016681
¿ ×100 %
5,964912
¿ 0,2796 % (4 AP)
b) Cermin Cembung
No p( S0) q( Si) p+q p×q
.
1. 18,00 ± 0,05 9,00 ± 0,05 27 162
2. 14,00 ± 0,05 11,00 ± 0,05 25 154
3. 10,00 ± 0,05 13,00 ± 0,05 23 130
Percobaan 1
p × q 162
f= = =6 cm
p+q 27
Ralat mutlak
√| |
2
so 2 2
Sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿¿
so+ si 3
√| |
2
18 2 2
sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿ ¿
18+ 9 3
sf = √ 0,000219+(1,3717 ×10¿¿−5)¿
sf = √ 0,000233
sf =0,015271
Ralat relative
sf
∆ f= ×100 %
f
0,015271
∆ f= × 100 %
6
∆ f =0,2545% ( 4 AP )
Ralat mutlak
√| |
2 2
so 2
Sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿¿
so+ si 3
√| |
2 2
14 2
sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿¿
14 +11 3
sf = √ 0,000109+(4,1646 ×10 )
−5
sf = √ 0,000151
sf =0,012285
Ralat relative
sf
∆ f= ×100 %
f
0,012285
∆f= × 100 %
6,16
∆ f =0,1994 % ( 4 AP )
Percobaan 3
p × q 130
f= = =5,652174 cm
p+q 23
Ralat mutlak
√| |
2
so 2 2
Sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿¿
so+ si 3
√| |
2
10 2 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
10+ 13 3
sf = √ (3,97051×10−5)+0,0001134
sf = √ 0,000153107
sf =0,012373
Ralat relative
sf
∆ f= ×100 %
f
0,012373
∆ f= ×100 %
5,652174
∆ f =0,2189% ( 4 AP )
II. PEMBIASAN
a) Lensa Cembung
1) Benda tak hingga
No Jarak Fokus (cm)
1 Jarak fokus ƒ-ƒ⃗ 22,0 ± 0,05(ƒ-ƒ⃗ )2
2 22,00 20,50 ± 0,05
-0,66667 0,444444
3 20,50 -20,521,50 ± 0,05
0,694444
21,50
Rata-Rata -21,5 0,027778
21,33 ± 0,05
Jumlah 1,166667
∑ ƒ 64
ƒ⃗ = = = 21,33 cm
n 3
√ ∑ (ƒ−⃗ƒ)
2
Sƒ =
n(n−1)
=
√ 1,166667
3( 3−1)
=
√√
1,166667
6
= 0,1944445
= 0,4409586148
Percobaan 1
Sƒ
Rƒ = x 100 %
ƒ
0,4409586148
= x 100 %
22,00
= 2,00% (3AP)
√| |
2
so 2 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√| |
2 2
24,00 2
sf = ( ) × ×0,05 + ¿ ¿ ¿
24,00+ 96,50 3
√ 2
sf = |0,0013222913| +|0,0213776163|
2
sf = √ 0,000458751
sf =0,0214184733 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0214184733
∆f= × 100 %
19,2199
∆ f =0,111% ( 2 AP )
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
28,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
59,00+ 28,00 3
2 2
sf = |0,0034526798| +|0,0153300744|
sf = √ 0,0002469322
sf =0,0157140765 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0157140765
∆f= × 100 %
18,988505747
∆ f =0,0827 % ( 3 AP )
Ralat mutlak
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√| |
2 2
32,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
32,00+ 51,00 3
sf = √|0,0049547588| +|0,0125852809|
2 2
sf = √ 0,0001829389
sf =0,0135254907 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0135254907
∆f= × 100 %
19,662650602
∆ f =0,0688 % ( 3 AP )
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × 0,05 +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
44,00 2
sf = ( ) × × 0,05 +¿ ¿ ¿
44,00+34,00 3
2 2
sf = |0,0106070568| +|0,0063335525|
sf = √0,0001526236
sf =0,0123540924 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0123540924
∆ f= ×100 %
19,179487179
∆ f =0,0644 % ( 3 AP )
Jadi, jarak fokus lensa cembung dengan benda di ruang III pada
percobaan pertama adalah sebesar ( 19,2 ±0,01 ) cm dengan ralat relatif
sebesar 0,0644 % ( 3 AP ) .
Percobaan II
p × q 48,00 × 35,00 1680
f= = = =20,240963855 cm
p+q 48,00+35,00 83
Ralat mutlak
√| |
2
so 2 2
sf = ( ) × × 0,05 +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
48,00 2
sf = ( ) × × 0,05 +¿ ¿ ¿
48,00+35,00 3
2 2
sf = |0,0111482073| +|0,0059273238|
sf = √0,0001594157
sf =0,012625993 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,012625993
∆f= × 100 %
20,240963855
∆ f =0,0624 % ( 3 AP )
Jadi, jarak fokus lensa cembung dengan benda di ruang III pada
percobaan kedua adalah sebesar ( 20,2 ±0,01 ) cm dengan ralat relatif
sebesar 0,0624 % ( 3 AP ) .
Percobaan III
p × q 52,00 ×32,00 1664
f= = = =19,80952381 cm
p+q 52,00+ 32,00 84
Ralat mutlak
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × 0,05 +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
52,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
52,00+ 32,00 3
2 2
sf = |0,0127739985| +|0,0048374906|
sf = √0,0001865763
sf =0,0136592935 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0136592935
∆f= × 100 %
19,80952381
∆ f =0,0689% ( 3 AP )
Jadi, jarak fokus lensa cembung dengan benda di ruang III pada
percobaan ketiga adalah sebesar ( 19,8 ± 0,01 ) cm dengan ralat relative
sebesar 0,0689 % ( 3 AP ) .
b) Lensa Cekung
1) Benda tak hingga
No p ( S0 ) q ( Si ) p+q p ×q
1 14,00 ± 0,05 22,00 ± 0,05 36 308
2 15,00 ± 0,05 27,50 ± 0,05 42,5 412,5
3 20,00 ± 0,05 55,00 ± 0,05 75 1100
Percobaan I
p × q 14,00 ×22,00 308
f= = = =10,555555556 cm
p+q 14,00+ 22,00 36
Ralat mutlak
√| |
2
so 2 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
14,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
14,00+ 22,00 3
2 2
sf = |0,0050411523| +|0,0124485597|
sf = √ 0,0001803798
sf =0,0134305547 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0134305547
∆f= × 100 %
10,555555556
∆ f =0,127 % ( 3 AP )
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
15,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
15,00+ 27,50 3
2 2
sf = |0,0041522491| +|0,0139561707|
sf = √ 0,0002120159
sf =0,0145607658 cm
Ralat relatif
sf
∆ f = ×100 %
f
0,0145607658
∆f= × 100 %
9,7058823529
∆ f =0,150 % ( 3 AP )
Ralat mutlak
√| |
2 2
so 2
sf = ( ) × × ∆ Si +¿ ¿ ¿
so+ si 3
√√| |
2 2
20,00 2
sf = ( ) × ×0,05 +¿ ¿ ¿
20,00+ 55,00 3
2 2
sf = |0,0023703704| +|0,0179259259|
sf = √ 0,0003269575
sf =0,0180819662 cm
Ralat relatif
sf
∆f= ×100 %
f
0,0180819662
∆f= × 100 %
14,666666667
∆ f =0,123 % ( 3 AP )
c. Dokumentasi
d. Laporan sementara
I. PEMANTULAN
II. PEMBIASAN
e. Plagiarisme