BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1) Kelas Phytamastigophora
Kata Phytomastigophora berasal dari bahasa Yunani (Phyto; tumbuhan)
(Rahayu, 2014:8). Phytomastigophora merupakan flagellata yang menyerupai
tumbuhan karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis sehingga bersifat
autotrof. Phytomastigophora merupakan sumber makanan bagi organisme laut.
Hasil fotosintesis phytomastigophora adalah oksigen yang ada di dalam laut.
Phytomastigophora mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa,
misalnya volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. Pelikel
adalah lapisan luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.
Phytomastigophora mencernakan makananya dengan berbagai cara, menelan lalu
mencernakan didalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya
(holofitrik), atau mencernakan organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat
Phytomastigophora adalah diperairan bersih dan diperairan kotor.
Phytomastigophora bergerak menggunakan flagella. Phytomastigophora
diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: Euglenoida, Dinoflagellata, dan Volvocida.
Euglenoida
Euglenoida merupakan anggota phytomastigophora yang hidup di air tawar
(Rahayu, 2014: 9). Bentuk tubuh anggota Euglenoida mempunyai gelendong dan
diselimuti oleh pelikel. Euglenoida mempunyai satu atau dua flagela di bagian
ujung anterior. Di bagian ujung anterior juga terdapat bintik mata berwarna merah
yang mengandung pigmen karoten. Ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu
cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dengan 5irri5sm. Gerakan ini disebut gerak
euglenoid. Bintik mata berfungsi untuk melindungi daerah peka cahaya di pangkal
5irri5sm. Euglenoida memiliki stigma (bintik mata berwarna merah) untuk
membedakan gelap dan terang; Memiliki kloroplas yang mengandung klorofil
untuk berfotosintesis. Ada pula euglena yang tidak berkloroplas, misalnya Astasia;
makanan masuk melalui sitofaring menuju vakuola, dan di vakuola inilah makanan
yang berupa 5irri5sm kecil dicerna.
Euglenoida bersifat haploid dan reproduksi aseksual dilakukan dengan
pembelahan biner longitudinal untuk menghasilkan sel anakan. Sedangkan
reproduksi aseksual tidak diketahui (Rahayu, 2014: 9). Anggota kelompok ini
6
adalah Euglena viridis. Euglena viridis banyak dijumpai di air tawar dengan ciri
tubuhnya berukuran 35-60 mikron.
Dinoflagellata
Dinoflagellata berasal dari bahasa Yunani (dinos, berputar-putar) berputar
cepat ketika bergerak melalui air. Dinoflagellata adalah komponen berlimpah dari
plankton laut maupun plankton air tawar, komunitas mikroorganisme yang hidup
di dekat permukaan air (Campbell et al, 2008:146). Kerja utama flagella pertama
tersebut menyebabkan hewan berputar dalam sumbuh tubuhnya. Sedangkan akibat
gerak flagella kedua hewan bergerak ke depan. Selain klorofil, beberapa
dinoflagellata memiliki pigmen Xantofil sehingga memberikan warna coklat
keemasan (Rahayu, 2014:8). Terdapat dinoflagellata yang dapat menghasilkan
toksin yang dapat menyebabkan kematian pada organisme tertentu, misalnya
Karenia brevis yang menyebabkan kematian massal invertebrata.
Volvocida
Bentuk tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan berkoloni.
Contoh dari volvocida antara lain adalah Volvox globator. Ciri–ciri
dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari
ribuan sel yang masing – masing sel memiliki dua flagella. Setiap sel memiliki inti,
vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas. Sel-sel memiliki eyespots,
lebih maju dekat anterior, yang
memungkinkan koloni untuk berenang menuju cahaya. Ciri-ciri Volvox antara lain
koloninya terdiri dari ribuan individu bersel satu yang masing-masing memiliki dua
flagela; setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas. Sel-sel
dihubungkan dengan benang-benang protoplasma membentuk hubungan fisiologis.
2) Kelas Zoomastigophora
Zoomastigophora dikenal juga zooflagellata merupakan kelas dari filum
mastigophora. Zooflagellata merupakan bentuk transisi (peralihan) antara
organisme prokariotik dengan eukariotik, dan merupakan Protozoa yang paling
primitif dibandingkan dengan jenis Protozoa lainnya. Semua zoomastigophora
memiliki minimal satu flagellum. Organel serbaguna ini dapat mendorong
organisme untuk bergerak, merasakan lingkungannya, dan menjerat mangsa
(Ariwibowo et al, 2009:51). Zooflagellata sangat beragam, banyak yang hidup
bebas di habitat tanah atau air, bersimbiosis, hidup di dalam organisme lain dengan
hubungan mutualisme atau parasitik. Salah satu contoh simbiosis mutualisme yaitu
8
Triconympha sp. yang hidup dalam usus rayap. Kemampuan Triconympha sp.
mengurai selulosa, memberi kemampuan pada rayap untuk mengonsumsi kayu.
1) Superkelas Rhizopoda
10
Istilah rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, rhizo yang berarti ‘akar’ dan
podos yang berarti ‘kaki’. Jadi, rhizopoda berarti kaki yang menyerupai akar.
Anggota Filum ini bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu). Disebut
pseudopodia atau kaki semu karena terbentuk sebagai hasil penjuluran sitoplasma
sel, yang seolah-olah berfungsi sebagai kaki. Selain untuk bergerak, kaki semu juga
berfungsi untuk mencari makanan (Widayati, 2009).
Kelas Lobosea
Memiliki pseupodia bertipe lobopodia, filopodia, reticulopodia. Contohnya:
Amoeba, Entamoeba, Arcella, Difflugia. Anggotanya sekitar 4000 spesies.
a. Amoeba
Sebagian besar amoeba tergolong dalam superkelas Rhizopoda, kelas
Lobosea dan genus Amoeba . Hewan tersebut memakan protista lain dan bakteri.
Makanan ditelan dengan fagositosis melalui proses perubahan sitoplasma seperti
pergerakan amoeboid. Pada proses fagositosis, makanan akan dimasukkan ke
dalam vakuola makanan (Rahayu, 2014:15).
Habitat
Amoeba Proteus terdapat dalam air tawar baik pada air yang menggenang,
maupun yang mengalir, dan hidup dalam perairan bersama-sama dengan
tumbuhan hijau mikroskopik lainnya,. Merupakan hewan yang paling sederhana,
hidup bebas dengan inti dan sitoplasma yang belum memiliki organel yang tetap.
Struktur tubuh
11
b. Arcella
13
Sistem Pernapasan
Pernapasan pada Arcella berlangsung secara difusi, karena ada perbedaan
tekanan gas di dalam dan di luar sel
Pergerakan
14
Tempat hidup
Arcella hidup bebas di air tawar dan mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap diri terhadap kondisi lingkungan yang memburuk,
yaitu dengan membentuk cyst yang resisten terhadap kekerigan, dingin atau panas
15
yang berupa selubung sebagai rumah (cangkang) yang terbuat dari selulosa atau
fosfoprotein.
Keuntungan
Cangkang Arcella mengandung zat kitin. Dan zat kitin itu sendiri
merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan,
pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, tekstil, kosmetik. Dan zat kitin dapat
menurunkan kolestrol. Namun kitin yang dimaksud disini adalah kitin yang berasal
dari udang dan crustacean.
c. Difflugia
Difflugia merupakan amoeba bercangkang yang ditemukan di air tawar.
Cangkang berbentuk vas dan tersusun atas partikel-partikel yang diletakkan dalam
suatu matrik (Rahayu, 2014:17).
Semua amoeba yang hidup bebas adalah pemakan partikel dan untuk
menangkap mangsa tersebut digunakan kaki semu, serta sebagian kecil bersifat
patogen. Contohnya Entamoeba hystolitica yang merupakan penyebab disentri
pada manusia. Amoeba hidup dilipatan dinding usus. Memakan zat tepung dan
sekresi mukosa. Akibat adanya amoeba tersebut menjadikan usus meradang.
16
Disentri yang disebabkan oleh amoeba dicirikan adanya darah dan lender pada
feses. Amoeba akan ditularkan ke manusia lainnya melalui makanan atau air yang
terkontaminasi amoeba. Setelah kista berada di dalam tubuh manusia, selanjutnya
kista tersebut pecah dan keluarlah amoeba yang akan menuju dinding usus (Rahayu,
2014:17).
2) Superkelas Actinopoda
Meliputi Foraminifera, Helizoa, dan Radiolaria
a. Foraminifera
Foraminifera (foram) merupakan amoeba laut. Foraminifera memiliki
reticulopodia dan mensekresi cangkang yang tersusun atas kalsium karbonat. Saat
Foraminifera tumbuh, akan mensekresi ruangan baru yang berukuran besar dan
akan melekat dengan ruang lama. Cangkang membesar mengikuti pola simetris
yang merupakan hasil rangkaian lurus atau berbentuk spiral seperti cangkang siput.
Cangkang dari foraminifera penyusun terbesar dari sedimen laut dan terkumpul di
dasar laut dalam bentuk batu kapur atau endapan kapur. Karang putih di Dover
Inggris adalah contoh endapan kapur dari cangkang foraminifera.
Pada umumnya spesies yang hidup memiliki ukuran kurang dari 10 mm.
Paling banyak ditemukan di laut dan air payau, dan sebagian kecil dilaporkan dari
air tawar. Banyak tipe-tipe bagaimanapun foraminiferida merupakan organisme
yang bergerak atau merayap secara pelan, atau ketika muda bermigrasi tetapi
bersifat sesil saat tua. Berbagai macam organisme yang sesil telah ditemukan
menempel pada rumput laut. Penempelan pada rumput laut atau benda
mengambang yang lain mungkin akan menjadi faktor yang signifikan dalam
distribusi dari spesiesnya.
Cangkang foraminifera terbuat dari kalsium karbonat (CaCO3) atau partikel
sedimen agglutinated. Sekitar 275.000 spesies diakui, baik yang hidup dan fosil .
Foraminifera hampir sama denga amoeba, bedanya pada foraminifera terdapat
cangkang yang dapat melindungi protoplasmanya. Cangkang dari foraminifera
tersebut biasanya dijadikan sebagai penunjuk dalam pencarian sumberdaya
minyak,gas alam atau mineral. Cangkang foraminifera sangat beragam mulai dara
5 mikron hingga beberapa sentimeter.
17
meiosis fragmen untuk menghasilkan gamet baru. Beberapa putaran dari reproduksi
aseksual antar generasi seksual tidak jarang dalam bentuk bentik
b. Heliozoa
Heliozoa adalah amoeba akuatik yang selain bersifat plantonik atau hidup
menempel dengan menggunakan tangkai pada beberapa substrat. Heliozoa ada
yang tidak bercangkang dan ada yang memiliki cangkang yang terdapat lubang
lubang untuk axopodia. Ciri khas ordo ini adalah tubuhnya terdiri dari dua bagian
atau lapisan yaitu lapisan cortex dan lapisan medula yang berisi nucleus, vakuola
makanan dan organel lain. Heliozoa memilki cangkok yang sederhana atau
complex. Contoh actinophrys sol dan Actinosphaerium eichorni ditemukan hidup
dalam tumbuh-tumbuhan air tawar.
centimeter. Hewan ini mempunyais cangkang (tersusun atas silika) (Rahayu, 2014).
Radiolaria, bersifat uniseluler seperti amoeba namun dilengkapi dengan
eksoskeleton yang rumit disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung. Biasanya
berbentuk bulat simetris yang lebarnya dapat mencapai beberapa milimeter.
Umumnya terbuat dari silika dan sering mempunyai tonjolan-tonjolan keluar.
Testa berpori yang digunakan untuk menjulurkan pseudopodia guna
mencari makan. Sitoplasma Radiolaria mengandung banyak vakuola yang
membantu untuk tetap mengapung di perairan. Radiolaria berkembang-biak
secara aseksual dengan pembelahan inti yang diikuti pemisahan sitoplasma
dan sebagian testa. Radiolaria yang mati cangkangnya tenggelam dan mengendap
membentuk lapisan tanah radiolaria di dasar laut dalam
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
22
3.2 Saran
22
22
23
DAFTAR RUJUKAN
Hegner, Robert W. dan Stiles, Karl A. 1957. College Zoology. United States of
America.
Reece, Jane B. Taylor, Martha R. Simon, Eric J. Dickey, Jean L. Campbell, Neil
A. 2012. Campbell, Biology, Concepts & Connections, Seventh Edition.
Amerika Serikat : Pearson Benjamin Cummings.
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas
X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
23