Anda di halaman 1dari 7

1.

Dina Lestari (200341617245)


2. Ismawati (200341617216)
3. Ricky Sofitasari (200341617267)
4. Wintang Wanudya K. (200341617262)
ORIENTASI MAHASISWA PADA MASALAH

Komposisi Jenis Alga Makrobentik Divisi Phaeophyta di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman
Nasional Alas Purwo Alga makrobentik merupakan kelompok organisme talus yang mirip tumbuhan.
Jenis ini memiliki keanekaragaman yang melimpah dan tersebar di sepanjang zona intertidal. Organisme
yang tergolong kelompok protista ini memiliki fungsi ekologis dan biologis dalam komunitasnya. Fungsi
ekologis tersebut yaitu sebagai tempat pemijahan, untuk berlindung berbagai jenis ikan kecil, dan
tempat mencari makanan bagi hewan herbivor. Peran biologis organisme ini yaitu sebagai penghasil
bahan organik dari proses fotosintesis untuk kelangsungan hidup organisme sekitarnya. Jenis tersebut
juga memiliki potensi ekonomis yaitu dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pembuatan produk karet,
kertas, cat, kosmetik, dan obat seperti obat pencahar. Salah satu makroalga yang memiliki fungsi di atas
adalah alga coklat makrobentik. Alga coklat makrobentik ditemukan di perairan pantai Indonesia dengan
keanekaragamannya yang tinggi. Kelompok organisme tersebut memiliki karateristik warna bervariasi
yang disebabkan oleh adanya pigmen penyusunnya. Pigmen fukosantin pada Phaeophyta memberikan
gradasi warna berbeda pada setiap jenis, yaitu berwarna coklat gelap ataupun coklat kekuningan.
Struktur talus pada alga coklat makrobentik sendiri ada 3 bagian yaitu blade, holdfast, dan stipe. Blade
adalah bagian daun yang berbentuk pipih dari tallus. Holdfast adalah bagian dari talus berada di bawah
yang berfungsi sebagai struktur yang melekat pada substrat. Stipe adalah struktur yang mendukung
blade. Kelompok ini sebagian besar ditemukan di zona intertidal. Zona intertidal adalah zona yang
terdapat pada daerah pasang surut air laut. Alga coklat makrobentik ditemukan predominan di zona ini.
Penelitian tentang keberadaan alga coklat makrobentik telah dilakukan di Pantai Pancur Taman Nasional
Alas Purwo dengan ditemukannya tiga jenis alga coklat makrobentik di zona intertidal. Lima tahun
berikutnya belum ada lagi penelitian tentang alga coklat sehingga belum diketahui adanya perubahan
komposisi jenis divisi Phaeophyta di zona intertidal. Penelitian kembali perlu dilakukan untuk
mengetahui perubahan jenis alga coklat makrobentik.

Sumber: Berkala Sainstek, 6(1), 28-30. DOI: 10.19184/bst.v6i1.7558.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana keragaman jenis phaeophyta yang tersebar pada zona interdial pantai Pancur
Taman Nasional Alas Purwo?
2. Bagaimana fungsi ekologis, biologis, dan ekonomis phaeophyta?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan phaeophyta pada pantai Pancur Taman
Nasional Alas Purwo?
INVESTIGASI KELOMPOK

1. Untuk mengetahui keragaman jenis phaeophyta yang tersebar pada zona interdial pantai
Pancur Taman Nasional Alas Purwo.
Penelitian dilakukan di zona intertidal Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo. Sampling
dilakukan pada surut maksimal disepanjang 1,7 km panjang pantai dengan titik koordinat
8˚40’54”LS-114˚22’32”BT sampai 8˚41’06”LS114˚22’42”BT. Pengambilan data alga makrobentik
dilakukan dengan metode jelajah (road sampling) yang dimulai dari tubir menuju pantai. Alat
dan bahan yang digunakan adalah pH meter, jaring alga, mikroskop, sampel alga, alkohol,
akuades. Semua jenis yang ditemukan di identifikasi dan di deskripsikan secara morfologi untuk
bagian holdfast, stipe, dan blade. Identifikasi spesimen dilakukan di laboratorium ekologi.
Phaeophyta yang ditemukan dianalisis secara kualitatif berdasarkan takson mulai dari kelas,
bangsa, suku, marga dan jenis dilengkapi dengan karakter morfologinya (Kumalasari, D. E.,
Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018).
2. Untuk mengetahui fungsi ekologis, biologis, dan ekonomis phaeophyta.
Penelitian tentang potensi dan pemanfaatan bahan aktif dari alga cokelat telah dilakukan pada
berbagai bidang mulai dari farmasi, farmasi, kosmetik, kedokteran.pakan ternak, perikanan,
industri dan sebagainya. Data primer diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan dan
data sekunder diperoleh dari berbagai sumber hasil-hasil penelitian tentang alga cokelat
Sargassum sp. Data disajikan secara tabulasi dan deskriptif (Pakidi, C. S., dan Suwoyo, H. S.,
2017). Alat dan bahan yang diperlukan dalam mengidentifikasi fungsi ekologis dan biologis
phaeophyta yaitu kamera, mikroskop, indikator (alat), math calc, sampel phaeophyta, Indikator
bahan (Almanza, V., 2013).
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan phaeophyta.
Pengukuran parameter lingkungan yang meliputi parameter fisika dan kimia yaitu suhu
(termometer), salinitas (handrefractometer), pH (pH indikator), nitrat dan fosfat
(spectrofotometer), kecerahan (sechi disk), kedalaman perairan (tiang berskala) dan kecepatan
arus (floating dredge). Pengukuran tersebut dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel
makroalga (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).

MENGEMBANGKAN DAN MENYAJIKAN HASIL KARYA

1. Keragaman jenis phaeophyta yang tersebar pada zona interdial


Alga makrobentik merupakan kelompok organisme talus yang mirip tumbuhan. Jenis ini
memiliki keanekaragaman yang melimpah dan tersebar di sepanjang zona intertidal. Zona
intertidal adalah zona yang terdapat pada daerah pasang surut air laut. Komposisi alga
makrobentik divisi Phaeophyta yang ditemukan di Pantai Pancur terdiri atas satu kelas, dua
bangsa, dua suku, empat marga dan empat jenis (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati,
D., 2018).
Sumber: Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018

Suku Sargassaceae terdiri atas dua jenis yaitu Sargassum sp. dan Turbinaria ornata.
Kelompok jenis tersebut memiliki holdfast berbentuk cakram. Struktur tersebut berfungsi untuk
melekat kuat pada habitat berbatu serta dapat mempertahankan diri di perairan yang berarus
sedang. Pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi di zona intertidal Pantai Pancur yang
bersubstrat batuan vulkanik. Habitat yang mendukung serta kondisi perairan yang jernih
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan alga coklat makrobentik. Suku lainnya yang
ditemukan di Pantai Pancur adalah Dictyotaceae terdiri atas Spatoglossum sp. dan Padina
australis. Jenis tersebut hidup pada habitat dengan substrat pasir, batu berpasir dan terumbu
karang (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018).
Sargassum sp. memiliki bentuk talus silindris dengan cabang yang rimbun. Panjang rata-
rata 9 cm. Gelembung gas yang menempel pada blade berfungsi untuk mengapung di perairan.
Talus berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua. Blade berbentuk lonjong. Stipe
menyerupai batang berbentuk silindris. Holdfast berbentuk cakram. Jenis ini ditemukan tumbuh
melekat pada substrat berbatu karang (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018).
Turbinaria ornata memiliki talus berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua. Panjang
antara 5-7 cm. Jenis ini memiliki blade yang tebal dan berbentuk seperti corong. Bagian ujung
blade membentuk bibir dengan bagian tengah melengkung kedalam. Bagian tepi blade bergerigi.
Stipe berupa cabang yang bergabung dengan struktur blade. Holdfast berbentuk cakram.
Ditemukan pada substrat berbatu (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018).
Spatoglossum sp. memiliki talus berbentuk lembaran tipis berwarna coklat tua. Panjang
rata-rata 19 cm. Permukaan blade halus dengan tepi rata. Blade berbentuk lancet dan
bercabang pada ujungnya. Stipe tidak terlihat jelas sesampai struktur talus hanya terdiri atas
blade dan holdfast. Holdfast berbentuk lempengan digunakan untuk melekat pada substrat pasir
(Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018).
Padina australis memiliki Talus berwarna coklat kekuningan dan berbentuk lembaran
tipis yang menyerupai kipas. Panjang rata-rata 7 cm. Bagian ujung blade tipis melebar dan
membentuk lobus. Lobus bersegmen-segmen dengan garis-garis melingkar berwarna putih.
Stipe tidak terlihat jelas sesampai struktur talus hanya terdiri atas blade dan holdfast. Holdfast
berbentuk lempengan. Tumbuh pada substrat batu pasir (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan
Setyati, D., 2018).

2. Fungsi ekologis, biologis, dan ekonomis phaeophyta


Organisme yang tergolong kelompok protista ini memiliki fungsi ekologis dan biologis
dalam komunitasnya. Fungsi ekologis tersebut yaitu sebagai tempat pemijahan, untuk
berlindung berbagai jenis ikan kecil, dan tempat mencari makanan bagi hewan herbivor. Peran
biologis organisme ini yaitu sebagai penghasil bahan organik dari proses fotosintesis untuk
kelangsungan hidup organisme sekitarnya. Jenis tersebut juga memiliki potensi ekonomis yaitu
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pembuatan produk karet, kertas, cat, kosmetik, dan obat
seperti obat pencahar. Salah satu makroalga yang memiliki fungsi di atas adalah alga coklat
makrobentik (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D., 2018). Phaeophyceae
menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi diantara Rhodophyceae dan Chlorophyceae.
Phaeophyceae di daerah tropis memproduksi metabolit sekunder lebih baik sebagai suatu
sistem proteksi terhadap radiasi sinar UV (ultra violet) (Kelman et al., 2012).
Seperti Sargassum sp. yang ditemukan pada pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo. Sargassum merupakan bagian dari kelompok rumput laut coklat (Phaeophyceae) dan
genus terbesar dari famili Sargassaceae. Klasifikasi Sargassum adalah sebagai berikut: Divisi :
Thallophyta, Kelas : Phaeophyceae , Ordo : Fucales , Famili : Sargassaceae , Genus : Sargassum ,
Spesies : Sargassum sp . Sargassum sp. mengandung bahan alginat dan iodin yang digunakan
pada industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. Selain itu juga, Sargassum sp.
mengandung senyawa-senyawa aktif steroida, alkaloida, fenol, dan triterpenoid berfungsi
sebagai antibakteri, antivirus, dan anti jamur. Pengembangan teknologi aplikasi alga cokelat
Sargassum sp. tidak hanya pada bidang pangan seperti alginat, makanan ternak serta pupuk,
akan tetapi antioksidan yang terdapat pada alga cokelat Sargassum sp. juga mampu
menghambat kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas pada produk seperti minyak ikan
(Pakidi, C. S., dan Suwoyo, H. S., 2017).

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan phaeophyta


Kualitas lingkungan perairan juga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan makroalga, antara lain suhu, salinitas, pH, nitrat,
fosfat, kecerahan, kedalaman perairan serta kecepatan arus (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N.,
2018).
Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan makroalga yaitu pada aktifitas fotosintesis.
Apabila suhu tinggi maka aktifitas fotosintesis akan terganggu bahkan terhenti. Kisaran suhu
normal untuk pertumbuhan makroalga adalah 25-35 oC (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).
Salinitas dapat mempengaruhi fisiologi dan laju fotosintesis makroalga. Makroalga hidup
yang di lingkungan dengan salinitas yang bervariasi harus mempertahankan tekanan osmotik
yang lebih tinggi dalam selnya daripada lingkungannya. Alga tumbuh pada perairan dengan
salinitas 13-37 o /oo (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).
Nilai pH yang baik untuk makroalga (rumput laut) dengan tingkat potensi lahan yang
sesuai adalah 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. pH dapat mempengaruhi pertumbuhan makroalga (Ira, Rahmadani,
dan Irawati, N., 2018).
Makroalga membutuhkan nitrat dan fosfat sebagai makanan untuk membantu proses
fotosintesis. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami biasanya jarang melebihi 0,1 mg/l. Kadar
nitrat yang melebihi 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal
dari aktifitas manusia dan tinja hewan (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).
Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh sinar matahari yang masuk ke dalam
perairan. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan maka
semakin tinggi nilai kecerahan perairan tersebut. Makroalga membutuhkan sinar matahari
untuk membantu proses fotosintesis. Peran sinar matahari untuk membantu proses fotosintesis
yang terjadi di dalam tubuh makroalga. Penyerapan cahaya matahari dapat terjadi karena
adanya pigmen fotosintesis dan pigmen asesoris. Pigmen asesoris berperan dalam menerima
energi cahaya matahari untuk ditransfer ke klorofil (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).
Kedalaman perairan dapat mempengaruhi kepadatan dan distribusi makroalga.
Makroalga yang hidup di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai mulai dari zona pasang
surut sedalam cahaya matahari dapat tembus. Di perairan yang jernih terdapat beberapa jenis
alga yang dapat hidup sampai kedalaman 150 m. Sedangkan untuk jenis makroalga tertentu
pada perairan yang jernih dapat tumbuh hingga kedalaman 20-30 m (Ira, Rahmadani, dan
Irawati, N., 2018).
Kecepatan arus mempengaruhi proses penyebaran spora dan daya rekat holdfast di
perairan. Gerakan air memiliki peran sebagai faktor penyebar stadia reproduksi dan persporaan
makroalga. Perairan yang tenang dapat menyebabkan spora dapat menempel dengan baik pada
substrat. Nilai kecepatan arus tersebut masih mendukung untuk pertumbuhan dan
perkembangan makroalga. Pergerakan air yang baik untuk pertumbuhan makroalga adalah
0,033-0,066 m/dtk (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).

MENGANALISIS DAN EVALUASI PROSES PEMECAHAN MASALAH

Kesimpulan :

1. Komposisi alga makrobentik divisi Phaeophyta yang ditemukan di Pantai Pancur terdiri atas satu kelas,
dua bangsa, dua suku, empat marga dan empat jenis (Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., dan Setyati, D.,
2018).

Suku Sargassaceae terdiri atas dua jenis yaitu Sargassum sp. dan Turbinaria ornata. Kelompok jenis
tersebut memiliki holdfast berbentuk cakram. Struktur tersebut berfungsi untuk melekat kuat pada
habitat berbatu serta dapat mempertahankan diri di perairan yang berarus sedang. Sargassum sp.
memiliki bentuk talus silindris dengan cabang yang rimbun. Panjang rata-rata 9 cm. Gelembung gas yang
menempel pada blade berfungsi untuk mengapung di perairan. Turbinaria ornata memiliki talus
berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua. Panjang antara 5-7 cm. Jenis ini memiliki blade yang
tebal dan berbentuk seperti corong. Spatoglossum sp. memiliki talus berbentuk lembaran tipis berwarna
coklat tua.

2. Fungsi ekologis tersebut yaitu sebagai tempat pemijahan, untuk berlindung berbagai jenis ikan kecil,
dan tempat mencari makanan bagi hewan herbivor. Peran biologis organisme ini yaitu sebagai penghasil
bahan organik dari proses fotosintesis untuk kelangsungan hidup organisme sekitarnya.

3. Kualitas lingkungan perairan juga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan makroalga, antara lain suhu, salinitas, pH, nitrat, fosfat, kecerahan,
kedalaman perairan serta kecepatan arus (Ira, Rahmadani, dan Irawati, N., 2018).
Kesimpulan diskusi :

Phaeophyta merupakan organisme yang multiseluler. Semua Phaeophyta berbentuk benang atau
lembaran. Bahkan ada diantaranya yang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (memiliki akar,
daun, dan batang). Akan tetapi, pada Phaeophyta yang berkoloni besar, biasanya terdapat organ
yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini dinamakan talus.
Romimohtarto (2003) menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi
kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan teraduknya substrat dasar berlumpur yang
berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesa.

Kandungan pigmen klorofil mempengaruhi ukuran daun ataupun talus pada alga. Semakin besar
konsentrasi pigmen klorofil a maupun b maka ukuran daunnya pun akan semakin besar. Selain
itu, semakin tinggi kadar klorofil suatu alga, maka akan semakin tinggi pula kualitas
fotosintesisnya.
Laminarin adalah sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose
dari pada zat tepung. Laminarin ini adalah bahan organik hasil fotosintesis Phaeophyta.
Dampak pertumbuhan alga coklat terhadap lingkugan sekitar salah satunya adalah menyebabkan
kadar oksigen terlarut di dalam air menjadi berkurang.

BIBLIOGRAFI

Judul Komposisi Jenis Alga Makrobentik Divisi Phaeophyta di Zona Intertidal Pantai
Pancur Taman Nasional Alas Purwo

Penulis Kumalasari, D. E., Sulistiyowati, H., & Setyati, D.


Tahun terbit 2018
Penerbit Berkala Sainstek 2018, VI (1): 28-30, 2339-0069. DOI: 10.19184/bst.v6i1.7558.

Judul Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga Cokelat Sargassum Sp

Penulis Pakidi, C. S., & Suwoyo, H. S.


Tahun terbit 2017
Penerbit OCTOPUS: Jurnal Ilmu Perikanan, 6(1).

Judul The Ecological Importance of Macrocystis Pyrifera (Phaeophyta) Forests Towards A


Sustainable Management and Exploitation Of Chilean Coastal Benthic Co-
Management Areas
Penulis Almanza, V.
Tahun terbit 2013
Penerbit Int. J. Environment and Sustainable Development, 12(4).

Judul Komposisi Jenis Makroalga di Perairan Pulau Hari Sulawesi Tenggara (Spesies
Composition of Makroalga in Hari Island, South East Sulawesi)

Penulis 2018
Tahun terbit Ira, Rahmadani, & Irawati, N.
Penerbit Jurnal Biologi Tropis, 18 (2) :141 – 158. DOI:
http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v18i2.770

Judul Antioxidant Activity of Hawaiian Marine Algae.

Penulis Kelman, D., Posner, E. K., McDermid, K. J., Tabandera, N. K., Wright, P. R., & Wright,
A. D.
Tahun terbit 2012
Penerbit Marine Drugs, 10 : 403-416.

Judul

Penulis
Tahun terbit
Penerbit

Anda mungkin juga menyukai