1. Tiga lama waktu perendaman dalam larutan alelopat (waktu A, B, C) digunakan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tinggi kecambah jagung. Empat taraf konsentrasi
alelopat (konsentrasi I, II, III, dan IV) diuji dengan menggunakan ketiga lama waktu
perendaman (hitunglah dengan menggunakan sumber keragaman ulangan). Data
dinyatakan cm, menggunakan 3 kali ulangan tiap satuan percobaan. Hasilnya seperti
berikut.
Alelopat konsentrasi I Alelopat konsentrasi III
Waktu A 4,0 3,4 4,2 Waktu A 7,1 7,9 7,5
Waktu B 6,9 7,7 7,5 Waktu B 6,6 8,8 7,9
Waktu C 5,8 6,2 5,5 Waktu C 8,6 6,3 7,0
Alelopat konsentrasi II Alelopat konsentrasi IV
Waktu A 7,2 6,3 7,0 Waktu A 6,0 5,5 5,4
Waktu B 8,2 6,9 7,3 Waktu B 12,1 9,8 9,5
Waktu C 8,6 6,1 7,0 Waktu C 7,5 6,2 6,8
a) Rumusan masalah
Jawaban:
1. Apakah interaksi taraf konsentrasi alelopat dan macam lama waktu
perendaman berpengaruh terhadap tinggi kecambah jagung?
2. Apakah taraf konsentrasi alelopat berpengaruh terhadap tinggi kecambah
jagung?
3. Apakah macam lama waktu perendaman berpengaruh tinggi kecambah jagung?
b) Tentukan hipotesisnya
Jawaban:
1. Interaksi taraf konsentrasi alelopat dan macam lama waktu perendaman
berpengaruh terhadap tinggi kecambah jagung
2. Taraf konsentrasi alelopat berpengaruh terhadap tinggi kecambah jagung
3. Macam lama waktu perendaman berpengaruh terhadap tinggi kecambah jagung
c) Uji normalitas Liliefors pada data Alelopat konsentrasi II (9 data)
Nilai [F(Zi)-
No. Yi Zi F(Zi) S (Zi) S(Zi)]
1. 7,2 0,03 0,512 0,667 0,1555
2. 6,3 -1,1 0,1562 0,222 0,0658
3. 7,0 -0,23 0,4090 0,444 0,035
4. 8,2 1,28 0,8997 0,778 0,1217
5. 6,9 -0,35 0,3632 0,444 0,0808
6. 7,3 0,16 0,5636 0,778 0,2144
7. 8,6 1,78 0,9625 1 0,0375
8. 6,1 -1,35 0,885 0,111 0,774
9. 7,0 -0,23 0,4090 0,444 0,035
∑
Rujukan :
Nilai Lmaks dirujuk dengan Ltabel (n=9) = 0,271
Lmaks (0,774) > 0,271, maka distribusi data Alelopat konsentrasi II untuk
sampel menyimpang dari data distribusi normal atau tidak mengikuti
distribusi normal
d) Apakah varian data antar konsentrasi alelopat tersebut homogen
(4 kelompok data)?
Dari tabel uji homogenitas varian terhadap 4 kelompok data dapat di lihat
bahwa nilai Sig. nya yaitu 0,769>0,05 artinya data tersebut homogen.
Berdasarkan tabel anova di atas, diperoleh nilai sig 0,31 dan 0,00 dimana taraf nyata =
0,05 yang berarti H0 dan H3 ditolak, sehingga konsentrasi alelopat dan lama
perendaman berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tinggi kecambah.
f. Bagaimana kesimpulannya?
Dari uji normalitas Liliefors yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada 9 data yang ada di Alelopat Konsentrasi
II menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas 4 kelompok yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa nilai Sig. nya yaitu 0,769>0,05 artinya data tersebut homogen. Sedangkan untuk uji lainnya
berupa uji regresi dilanjutkan dengan uji anova satu arah menunjukkan bahwa konsentrasi alelopat dan lama
perendaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi kecambah jagung.
2. Peneliti pada awalnya merendam kacang tanah kultivar Jepara generasi M1 tingkat
benih pada berbagai konsentrasi insektisida Silosan 25 EC (ppm). Selanjutnya
dilakukan pengamatan terhadap angka kematian larva ngengat serangga Corcyra
cephalonica dan derajat infeksi hama tersebut, hasil setelah 7 hari diinfestasi hama
adalah seperti pada Tabel. Peneliti ingin mengetahui sumbangan masing-masing
variabel.
Konsentrasi 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325
Silosan
% kematian 72 61 58 53 40 33 30 24 24 18 15 14 11 10
serangga
Derajat infeksi 88,0 83,0 74,9 73,0 72,0 51,5 45,0 38,0 25,5 21,0 19,0 17,0 13,0 12,0
hama
Jawaban:
a. Rumusan masalah
Apakah terdapat hubungan (korelasi) antara konsentrasi insektisida sitosan
25 EC (X1) dan kematian larva serangga Corcyra cephalonica (X2) secara
bersama-sama atau stimulant dengan derajat infeksi hama (Y)?
Apakah terdapat hubungan (korelasi) antara konsentrasi infeksi hama (Y)?
Apakah terdapat hubungan (korelasi) antara kematian larva serangga
Corcyra cephalonica (X2) dengan infeksi hama (Y)?
b. Macam variabel
Variabel bebas : derajat infeksi hama (Y)
Variabel terikat : konsentrasi sitosan (X1)
Variabel kontrol : kematian serangga
c. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi sitosan (X1) dan kematian
larva serangga Corcyra cephalonica (X2) secara bersama-sama atau stimulant
dengan derajat infeksi hama (Y).
2. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara konsentrasi infeksi hama (Y).
3. Untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara kematian larva serangga
Corcyra cephalonica (X2) dengan infeksi hama (Y).
d. Hipotesis penelitian
1. Konsentrasi sitosan (X1) dan kematian larva serangga Corcyra cephalonica
(X2) secara bersama-sama atau stimulant akan berhubungan dengan derajat
infeksi hama (Y).
2. Adanya hubungan (korelasi) antara konsentrasi infeksi hama (Y).
3. Adanya hubungan (korelasi) antara kematian larva serangga Corcyra
cephalonica (X2) dengan infeksi hama (Y).
e. Uji hipotesis
Menggunakan uji regresi linear ganda.
Dari hasil analisis regresi diatas, diketahui bahwa pengaruh macam konsentrasi
insektisida Silosan terhadap angka kematian serangga Corcyra cephalonica (X_1)
nilai sig nya 0,21>0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, serta macam
konsentrasi insektisida Silogen tidak berpengaruh terhadap angka kematian serangga
Corcyra cephalonica. Sedangkan macam konsentrasi insektisida Silosan terhadap
derajat infeksi hama (X_2) nilai signya 110>0,05 yang berarti bahwa H3 diterima dan
H2 ditolak, serta macam konsentrasi insektisida Silosan tidak berperngaruh terhadap
derajat infeksi hama tersebut.
f. Kesimpulan
Dari analis yang telah dilakukan semuanya, diketahui bahwa macam konsentrasi
insektisida Silosan terhadap angka kematian serangga Corcyra cephalonica (X_1)
nilai sig nya 0,21>0,05. Sedangkan macam konsentrasi insektisida Silosan terhadap
derajat infeksi hama (X_2) nilai signya 110>0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa
masam konsentrasi Silogen terhadap anhgka kematian serangga Corcyra cephalonica
dan derajat infeksi hama.
3. Pengamatan dilakukan pada selang periode waktu tertentu pada pertumbuhan populasi
ragi. Pencacahan dilakukan setiap selang jam tertentu. Peneliti ingin mengetahui
bentuk hubungan waktu (T=jam) dengan cacah sel ragi (C). Selanjutnya menggunakan
turunan rumus seperti berikut: Y = x. Data hasil penelitian seperti berikut:
Jawaban:
)
4. Penelitian untuk membandingkan kandungan asam askorbat dari 11 kultivar tomat. Dari
pengalaman diketahui bahwa pengurangan kadar vitamin C dapat mempercepat
kematangan. Semua kultivar tidak berada pada tingkat kemasakan yang sama ketika
panen, dan semua petak dari kultivar yang sama tidak mencapai tingkat kemasakan
yang sama pada hari yang sama, maka tidak mungkin memanen semua petak pada
kemasakan yang sama. Oleh karena itu diamati persentase berat kering dari 100 g
tomat yang baru dipanen sebagai indeks kemasakan dan dipergunakan sebagai koreksi
terhadap kandungan asam askorbat yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada tiga
tempat dengan tingkat kesuburan yang berbeda antar tempat. Berikut hasil penelitian
itu:
Kelompok 1 2 3
A B A B A B
Kultivar
1 34,0 93,0 33,4 94,8 34,7 81,7
2 39,6 47,3 39,8 51,5 51,2 33,3
3 31,7 81,4 30,1 109,0 33,8 71,6
4 37,7 66,9 38,2 74,1 40,3 84,7
5 24,9 119,5 22,5 128,5 24,9 125,6
6 30,3 116,6 29,1 111,4 31,7 100,0
7 32,7 106,1 33,8 117,2 34,8 97,5
8 34,5 61,5 31,5 83,4 31,1 93,9
9 31,4 80,5 30,5 109,5 34,6 76,7
10 21,2 149,2 25,3 151,6 23,5 170,1
11 30,8 78,7 26,4 116,9 33,2 71,8
a. Macam variabel
Jawaban:
Variabel bebas: perlakuan terhadap kultivar tomat
Variabel terikat: kandungan asam askorbat yang dihasilkan
Variabel kontrol: jenis tomat dan waktu penanaman
b. Rumusan masalah
Jawaban:
Apakah perlakuan semua kultivar tomat pada tiga tempat berbeda
berpengaruh terhadap kandungan asam askorbat yang dihasilkan?
c. Hipotesis penelitian!
Jawaban:
Perlakuan semua kultivar tomat pada tiga tempat berbeda berpengaruh
terhadap kandungan asam askorbat yang dihasilkan.
e. Uji hipotesis
Jawaban:
Perhitungan JK dan JHK
Untuk unsur AA (XX)
JK total 2 2 2 ( )
(XX) = TXX = (34 + 39,6 + ... + 33,2 )
= 34544,53 33708,85121
= 835,68
JK ulangan ()
(XX) = BXX =
= 33708,85121– 33708,85121
= 22,44788091
JK perlakuan ( )
(XX) = PXX = –
= 34476,91 – 33708,85121
= 768,05879
JK galat (XX) = GXX =
= 835,68 – 22,44788091– 768,05879
= 45,17332909
Untuk unsur BB (YY)
JK total (YY) = TYY = (932 + 47,32 + ... + 71,82)
()
= 331224,03
= 331224,03 302115,34
= 29108,7
JK ulangan ()
(YY) = BYY = –
= 303191,4645 302115,34
= 1076,124545
JK perlakuan
(YY = PYY = –
()
)
= 327421,0833 302115,34
= 25305,74333
JK galat (YY) = GYY = TYY BYY PYY
= 29108,7 – 1076,124545 – 25305,74333
= 2726,832125
Untuk unsur AB (XY)
( )( )
JHK total (XY) = TXY = (34,0×93,0) + ... + (33,2×71,8)
= 96659,47– 100915,6
= 4256,14
( )( )
JHK ulangan (XY) = BXY = –
= 100811,8609 – 100915,6
= 103,7390909
( )( )
JK perlakuan (XY) = PXY = –
= 97003,02 – 100915,6
= 3912,58
JK galat (XY) = GXY = TXY – BXY – PXY
= 4256,14 ( ) ( 3912,58)
= 239,82091
Tabel Ringkasan Anakova
SK db JK & JHK JK regresi db JK galat regresi db galat KT Galat Fhitung
XX XY YY regre terkoreksi regresi (murni) – F0.05 F0.01
si terkoreksi terkoreksi
Fhit. Koefisien regresi
Total rt-1 33-1=32 (GXY)2 / GXX GYY-a db galat – G2 db
y.x (a/1)/ G2y.x
Blok/Ulangan r-1 11-1=10 db regresi (1,19)
1273,19 1 1453,64 20-1=19 16,64 4,38 8,18
Perlakuan t-1 3-1=2
1453,6/19=76,50
Galat 20 45,17 2726,83 a m k m/k Anava /
Anakova?
db (P+G) - 1
21
Perlakuan+Galat 38 813,23 -4152,4 28032,57 21202,4 1 6830,17
z w I w2/z = b I-b=n L
F-hit Anakova db (q;k)
35,14 3,52
Pengujian Perlakuan terkoreksi 5376,53 2 2688,27 5,93
2
n-m=p L-k=q p/q = f f/G y.x
Untuk Blok atau Ulangan terkoreksi tidak perlu dihitung, tetapi untuk hal tertentu perlu dihitung seperti berikut.
db (B+G) - 1
Rujukan
Fhitung perlakuan terkoreksi (35,14) lebih besar daripada F0,05 (db: 2, 19) (3,52),
hipotesis nihil ditolak, hipotesis penelitian diterima.
f. Kesimpulan
Jawaban:
Kesimpulan yang diperoleh adalah perlakuan semua kultivar tomat pada tiga tempat
berbeda berpengaruh terhadap kandungan asam askorbat yang dihasilkan.