Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

“ Fotomorfogenesis”

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Muswita, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Pisca Hana Marsenda A1C412001


2. Suci Cahya Ningtyas A1C412009
3. Kevin Fithrah A1C412010
4. Syafnurahman Oktavian A1C412012
5. Widia Sari A1C412024
6. Nurjanah A1C412034
7. Bella Asriza A1C412044

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efek lain dari cahaya diluar fotosintesis adalah mengendalikan wujud tanaman, yaitu
perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Perkecambahan biji dan keberhasilan
perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Banyak biji tidak akan
berkecambah jika terpendam terlalu dalam atau jika berada di bawah (tertutup) kanopi hutan.
Perkecambahan yang terjadi di bawah kanopi berakhir pada pemanjangan batang hingga
mencapai cahaya. Gulma yang tumbuh di tepi ladang gandum akan berukuran lebih pendek
jika dibandingkan dengan sesamanya yang berkompetisi dengan gandum yang terletak di
tengah ladang. Tumbuhan berbunga pada waktu yang berbeda, pembentukan bunga selama
musim tertentu pada tiap spesies dikarenakan menunggu beberapa isyarat dari lingkungan.
Pola respon tumbuhan yang sama dengan jelas memiliki keuntungan bertahan yang
signifikan. Hal itu, membuat tumbuhan mampu mengolah sumber yang tersedia, bersaing
dengan spesies lain secara efektif, atau mengantisipasi perubahan lingkungan yang buruk.
Keberhasilan tumbuhan bertahan hidup mungkin dapat diketahui dari kapasitas
mereka mendeteksi dan menginterpretasikan variasi sinyal lingkungan. Salah satu sinyal
lingkungan adalah cahaya. Kita mengetahui bahwa fotosintesis mungkin terjadi hanya jika
ada cahaya tetapi fotosintesis hanyalah satu contoh kapasitas tumbuhan membedakan antara
terang dan gelap. Tumbuhan juga dapat mengetahui gradien cahaya dan mendeteksi
perbedaan kecil pada komposisi spektrumnya. Dengan cara ini, tumbuhan mampu dibedakan
tempat yang berada pada paparan matahari langsung atau di bawah bayangan tumbuhan lain,
atau mampu untuk menandai awal dan akhir suatu hari. Tumbuhan menggunakan informasi
dari cahaya dengan berbagai cara yang berbeda untuk mengontrol pertumbuhan, bentuk, dan
reproduksinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka ditulis makalah ini agar dapat mengetahui bagaimana
pengaruh cahaya terhadap pembentukan wujud tanaman dan perkembangan strukturnya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. apakah yang dimaksud dengan fotomorfogenesis?

1
2. bagaimana morfogenesis tumbuhan terhadap cahaya melalui kerja pigmen
(fotoreseptor) ?
3. bagaimana peranan cahaya dalam morfogenesis ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan sebelumnya, bahwa tujuan dari
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian fotomorfogenesis.
2. Untuk mengetahui morfogenesis tumbuhan terhadap cahaya melalui kerja pigmen
(fotoreseptor).
3. Untuk mengetahui peranan cahaya dalam morfogenesis.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fotomorfogenesis
Cahaya memiliki dampak yang luar biasa pada perkembangan tumbuhan. Efek lain
dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud tumbuhan, yaitu perkembangan
struktur atau morfogenesisnya. Pengendalian morfogenesis oleh cahaya disebut
fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka
tumbuhan harus menyerap cahaya. Efek paling menonjol dari cahaya diamati ketika bibit
berkecambah muncul dari tanah dan terkena cahaya untuk pertama kalinya (Anonim, 2011).
Berdasarkan ketergantungannya terhadap cahaya (light dependent), pola
perkembangan suatu tumbuhan (tumbuhan tingkat tinggi) dapat digolongkan menjadi pola
skotomorfogenesis dan fotomorfogenesis (Staub dan Deng, 1996; Sullivan dan Gray, 1999).
Pola skotomorfogenesis (etiolasi) merupakan pola perkembangan awal tumbuhan yang
akibat tidak mendapatkan cahaya (in dark-grown) secara terus menerus selama
perkecambahan, tumbuhan memiliki karakteristik: hipokotil panjang, kait apikal, kotiledon
yang tertutup, kandungan klorofil rendah, dan tingkat ekspresi gen fotosintesis yang rendah.
Hal ini karena terganggunya sistem kerja enzim NADPH protoklorifillide oksidoreduktase
(POR), enzim yang sangat tergantung cahaya (light-dependent enzyme), yang mereduksi
protoklorifillide menjadi klorofillide sehingga proses biosintesis klorofil menjadi terganggu
(Holtorf, et al., 1995).
Pola fotomorfogenesis (deetiolated) merupakan pola perkembangan awal tanaman
yang selama perkecambahan mendapatkan cahaya penuh terus menerus (in light-grown). Pola
perkembangan ini dicirikan antara lain hipokotil yang pendek, tidak mempunyai kait apikal ,
kedua kotiledon membuka dan berkembang dengan baik, kandungan klorofil tinggi, dan
tingkat ekspresi gen fotosintesis yang tinggi. Gen-gen fotosintetik yang berasal dari inti yang
terkait dengan adaptasi tanaman terhadap naungan, pada saat menerima cahaya langsung
memicu perubahan morfologi dan anatomi seperti merangsang pertumbuhan panjang
hipokotil dan petiole, daun mengarah ke atas (hyponasty), penurunan perkembangan daun,
pengurangan percabangan, percepatan pembungaan dan pengurangan sumber cadangan untuk
disimpan dan reproduksi (Ballare, 1999; Morelli dan Ruberti, 2002).
Definisi fotomorfogenesis adalah setiap perubahan bentuk atau fungsi organisme yang
terjadi dalam menanggapi perubahan di lingkungan cahaya. fotomorfogenesis sering
3
didefinisikan sebagai cahaya diatur perkembangan tumbuhan (Gambar 1), tetapi ada juga
perubahan morfologi dan / atau struktur sel dan fungsi, yang terjadi terhadap perubahan
lingkungan.

Gambar 1. fotomorphogenesis sebagai morfologi dan sebagai proses seluler.

2.2 Sistem Fotoreseptor Pada Tumbuhan


Dengan keragaman jenis informasi yang dirasakan tentang lingkungan cahaya,
keragaman organisme menunjukkan beberapa jenis respon photomorphogenic terhadap
cahaya, dan keragaman tanggapan mungkin, adalah tidak mengherankan bahwa ada beberapa
kelas fotoreseptor digunakan untuk merasakan lingkungan cahaya pada tingkat molekuler
(Devlin et al., 2007).Pada saat yang sama fotoreseptor tanaman paralel dengan binatang
dalam dibatasi untuk rentang tak terduga kecil jenis molekul. Pada pemeriksaan pertama,
fotoreseptor tanaman terpisah dalam hanya dua kelompok utama: sensor yang memiliki
penyerapan maxima dan tanggapan mentransduksi terhadap cahaya terutama di wilayah
merah spektrum, dan sensor yang memiliki penyerapan maksimum di daerah biru / UV-A
(Franklin et al, 2005.).
Sebagian besar morfogenesis tanaman di kontrol cahaya melalui kerja pigmen
(fotoreseptor). Fotomorfogenesis dipengaruhi oleh protein penangkap cahaya , terdapat 4
protein penangkap cahaya yang berhasil di temukan:
1. Fitokrom; menyerap warna merah dan merah jauh (P dan Pfr)

4
2. Kriptokrom; menyerap cahaya biru dan gelombang panjang UV, gelombang panjang
(daerah UV 320-400nm)
3. Penerima UV-B; menyerap radiasi UV panjang gel ombang + 280 & 320
4. Proto klorofilida a; biasanya tereduksi menjadi klorofil a

2.2.1 Fitokrom
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan
untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah
dan infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh mata manusia namun memiliki
panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga ditemukan
pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek
fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga
pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya
pada dikotil), morfologidaun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis)
klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari
kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil atau
hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi atau diikat
oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan
apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.

Gambar 2. Struktur Fitokrom


Fitokrom berfungsi berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan
tumbuhan apakah ada cahaya atau tidak, Selain itu fitokrom juga berfungsi memberikan
informasi pada tumbuhan mengenai kualitas cahaya. Saat proses perkecambahan

5
fitokrom sangat membantu memacu perkembangan akar. Cahaya merah yang ditangkap
oleh fitokrom memiliki banyak fungsi.Cahaya merah yang memacu perkembanga
perkecambahan biji, biru atau merah jauh dapat menghambat perkecambahan. Beberapa
percobaan tentang perkecambahan biji telah dilakukan. Pemberian perlakuan cahaya
merah jauh setelah perlakuan cahaya merah tidak terjadi perkembangan ataupun
perkecambahan. Namun pemberian cahaya merah (Pr) setelah cahaya merah jauh (Prf)
akan membentuk kecambah. Dengan kata lain pemberian cahaya akhirlah yang
mempengaruhi terhadap perkecambahan biji.
Mekanisme penyerapan cahaya oleh fitokrom dalam kontrol fotoperiodik
perbungaan dan banyak respon tumbuhan terhadap pencahayaan, fitokrom
(phytochrome) berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah
ada cahaya atau tidak. Secara kimia Fitokrom (phytochrome) mempunyai dua bentuk
yaitu merah (Pr) dan merah jauh (Prf). Fitokrom (phytochrome) merah (Pr) dan merah
jauh (Prf) pada daun turut berperan pada proses fisiologis pembungaan tanaman. Pada
percobaan mengenai kontrol fotoperiode pada perbungaan, sinar merah dengan panjang
gelombang 660 nm adalah sinar yang paling efektif untuk mengintrupsi panjang malam.
Suatu tumbuhan hari pendek yang dipelihara pada panjang malam kritis akan gagal
berbunga jika suatu pemaparan singkat pada sinar merah (Pr) menyela periode gelap
tersebut. Pemendekan panjang malam oleh sinar merah dapat dihambat dengan
pemberian seberkas sinar yang memiliki panjang gelombang sekitar 730 nm.Panjang
gelombang ini berada pada bagian merah jauh (Pfr) dari spektrum cahaya dan hampir
tidak terlihat oleh mata manusia. Jika sinar merah (Pr) selama periode gelap diikuti oleh
sinar merah jauh (Pfr), tumbuhan tersebut akan mempersepsikan tidak ada intrupsi pada
malam panjang.
Masing-masing gelombang sinar akan meniadakan pengaruh panjang gelombang
sinar yang mendahuluinya, jumlah berkas sinar yang diberikan
tidak akan mempengaruhi, hanya panjang gelombang sinar yang
terakhir saja yang akan mempengaruhi pengukuran panjang
malam oleh tumbuhan. Kedua bentuk photoreseptor (Pr dan Pfr)
bisa berkonversi satu sama lain tergantung jenis sinar yang
diterimanya. Bila tanaman menerima lebih banyak sinar merah,
maka Pr akan terkonversi menjadi Prf dan menyebabkan jumlah
Prf bertambah, begitu pula sebaliknya. Bila jumlah Prf lebih

6
banyak dari Pr maka selang waktu tertentu, pertumbuhan apikal (apical dominance) akan
terhenti dan tanaman terinduksi ke fase generatif.
Pr dan Pfr dapat menyerap cahaya namun pada tingkat dan radiasi yang rendah tidak
mampu membentuk respon fisiologis. Secara kimiawi fitokrom merupakan homodimer
dan suatu polipeptida yang masing-masing memiliki gugus prostetik yang disebut
kromofor.Kromofor yang menyerap cahaya dan memberikan efek fisiologis pada
fitokrom. Pr yang diubah menjadi Prf terjadi perubahan struktur Cis--Tran pada
kromofor yang menjadikan efek fisiologis. Fitokrom terdapat 2 macam yaitu fitokrom 1
dan fitokrom 2.Fitokrom 1 banyak terdapat pada kecambah yang teretiolasi, dan fitokrom
2 terdapat pada tumbuhan hijau dan biji yang berkembang ditempat yang bercahaya.
Pada semua tumbuhan fitokrom ada dan disintesis dalam bentuk Pr dan Pfr tak tersintesis
dalam keadaan gelap. Fitokrom tersebar didalam sel di nukleus dan seluruh
sitosol.Fitokrom tipe 1 berkembang dan jumlahnya meningkat 100 kali dalam keadaan
gelap dan akan hilang jika terkena cahaya. Hilangnya fitokrom tipe 1 disebabkan karena
tumbuhan berhenti mentranskripsi mRNA (mudah terhidrolisis) dan protein penyusunnya
mudah rusak karena cahaya.Fitokrom tipe 1 dapat tidak aktif karena cahaya merah yang
diserap oleh fitokrom tersebut. Pr akan mengurangi pembentukan Pfr.
Sistem fitokrom juga memberikan informasi pada tumbuhan mengenai kualitas
cahaya.Cahaya matahari meliputi radiasi cahaya merah dan merah jauh. Dengan
demikian selama siang hari fotoreversi Pr dan Prf mencapai suatu keseimbangan
dinamis dengan rasio kedua fitokrom tersebut menunjukkan jumlah relatif cahaya merah
dan cahaya merah jauh. Mekanisme pengindraan ini memungkinkan tumbuhan
menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya.

2.2.2 Kriptokrom
UV A panjang gel antara 320-400 nm. Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga
berupa flavoprotein (melekat antara protein dan riboflavin), diduga bersatu dgn prot
sitokrom pada membram plsma. Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm.
Biru, hijau dan sinar UVA semua dirasakan oleh reseptor yang disebut
kriptokrom. Ini adalah protein cat kuning dengan 2 kromofor yang terpasang, satu untuk
hijau, satu untuk biru. Ada 2 gen kriptokrom di Arabidopsis, CRY1 dan 2. Sekali lagi,
mereka memiliki fungsi yang berbeda tetapi tumpang tindih. hy4/cry1 adalah mutan
nonfotomorfogenetik cacat untuk reseptor cahaya biru. Protein Cry muncul konstitutif

7
nuklir, meskipun ada indikasi bahwa mungkin ada beberapa fungsi Cry di sitoplasma
juga.
Tindakan cryptochrome membutuhkan kehadiran fitokrom karena beberapa
mutan fitokrom adalah non-photomorphogenic dalam cahaya biru atau hijau. Namun
mutan cryptochrome adalah photomorphogenic di lampu merah (dengan reversibilitas
jauh merah) menunjukkan bahwa tindakan fitokrom tidak memerlukan cryptochrome.
Bukti menunjukkan bahwa fitokrom dan cryptochrome berinteraksi secara fisik. Protein
Cry dapat terfosforilasi in vitro oleh aktivitas protein kinase dari PHY-A. Selanjutnya,
PHYB dan CRY2 berinteraksi dalam ekstrak tanaman dan pameran fret dalam sel
tanaman (Mas et al, 2000.). CRY1 dan 2 juga muncul untuk langsung berinteraksi
dengan COP1, faktor yang terlibat dalam regulasi negatif photomorphogenesis dalam
gelap (Yang et al., 2001).

2.3 Peranan Cahaya Pada tumbuhan


2.3.1 Fotoperiodisme
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme
adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan
konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim panjang
hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
dingin.
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas tiga
golongan yaitu:
a. Tanaman berhari pendek
Tanaman yang berhari pendek akan mengalami pertumbuhan vegetative terus
menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dah akan berbunga di hari pendek
di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari pendek tidak
berbunga di hari pendek di awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek pada
akhir musim panas. Hal ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat untuk
melanjutkan pertumbuhan ke fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya
vegetative yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman

8
kepembungaan, disamping banyak system (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum
siap.
Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari pendek,
biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang ditimbulkan
oleh pengaruh ligkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan akan lebih
dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem hormone dalam tubuhnya. Tanaman
yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya sangat
ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 15 menit saja sudah berarti bagi terbentuknya
bunga.
Tanaman berhari pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila
panjang hari kurang dari nilai kritis (panjang hari maksimum). Panjang hari
maksimum berkisar antara 12 jam sampai 14 jam.

b. Tanaman berhari panjang


Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga
lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum (kritis)
tertentu, atau disebut pula tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan yang
memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan,
seperti gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari panjang yang berasal dari zone sedang (temperate) akan
berbunga dalam bulan mei dan juli apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai
contoh tanaman berhari panjang adalah spinasi (spinacia oler acea L) Barley
(Hordeum sp), Rey (Secale cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-lain.
Tarwe winter (Triticum aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang
menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah
memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga dan
berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila syarat-syarat
yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat menghasilkan
bunga dan buah
Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif
dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat diciptakan
dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran singkat di
malam hari untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan seperti ini

9
dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang menghendaki
panjang siang lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi pada biji tarwe winter akan berkecambah akan
menyebabkan proses yang menginduksi kecambah ke arah pertumbuhan menuju
pembentukan primordia bunga. Karena biji tarwe winter pada saat berkecambah juga
memerlukan fase gelap yang lebih panjang (hari pendek), maka selain vernalisasi,
untuk mengantarkan tanaman ini ketahap pembungaan juga diperlukan perlakuan
gelap buatan. Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang diharapkan untuk
pertumbuhan vegetatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat pada malam hari
dengan lampu listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar selama
lebihkurang 5 jam.

c. Tanaman berhari netral


Tanaman berhari netral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak
dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang bisa
berbunga dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang
mengalami 12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang
tahun. Oleh karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah
tanaman intermediate. Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas
(Gossypium hirsutum), tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus
annus), tomat dan lain sebagainya.
Tanaman intermediate memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai
tahap untuk menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode. Apabila
beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak
optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah
khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah
menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan
nutrisi tidak merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).

2.3.2 Fotoenergetik
Cahaya matahari merupakan factor krusial dalam kehidupan tumbuhan sebagai
sumber energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal.
10
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy
yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di
daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman. Energi cahaya matahari
yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 – 2,0 %
dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila
intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, Setiap
daun pada tumbuhan harus memproduksi energy yang cukup besar sehingga dapat
dimanfaatkan setelah dikurangi energy untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan
cahaya dalam waktu panjang, maka lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang
dibutuhkan untuk menyeimbangkan hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut
titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang
dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen
yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui
fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

11
Gambar 3. fotosintesis tumbuhan

2.3.3 Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan
fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik
jenuh cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan dengan
laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakintinggi (naik) mengakibatkan lalu
fotosisntesis semakin tidak bertambahlagi walaupun intensitas cahaya terus
bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh
saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun
sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya
yangsemakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses
fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh prosesrespirasi. Batas ini
disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point).

2.3.4 Fotomorfogenesis
Efek lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud tanaman,
yaitu perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Pengendalian morfogenesis oleh
cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu mengendalikan perkembangan
pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap cahaya.
Empat penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom,
penerima cahaya UV-B, protoklorofilida, :
Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
1. Produksi klorofil terpacu oleh cahaya
2. Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
3. Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya
4. Perkembangan akar terpacu oleh cahaya.
Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang
untuk berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malammnya diseling ada cahaya
12
dalam waktu singkat. Yang paling efektIf adalah cahaya merah jauh yang
menghambat pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah jauh
dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih panjang dari
cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm) , pigmen cahaya biru dapat diubah
oleh cahaya merah menjadi Pfr (730 nm)yang dapat menyerap cahaya merah jauh
(warna hijau zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120
kDa Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut kromofor
yang menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol
rantai terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging
merah dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr.
Kriptokrom penerima cahaya biru atau UVA. UV A panjang gel antara 320-
400 nm. Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara
protein dan riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram plsma.
Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm (Annonymous, 2010).

2.3.5 Fototropisme
Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh
rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil rumput
menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari
tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh.
Cholodny dan Went menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan terjadinya pemindahan
auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju bagian yang tidak
terkena cahaya. Dengan demikian, jumlah auksin di bagian yang gelap akan lebih
banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan kecepatan
pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan
dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya penyebaran auksin yang tidak
merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan
fotoreseptor yang memicu respons pertumbuhan Fotoreseptor adalah molekul pigmen
yang disebut kriptokrom dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli

13
menyakini bahwa fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor, tetapi juga
dipengaruhi oleh berbagai macam hormon dan jalur signaling.
Fototropisme adalah gerak pertumbuhan tumbuhan menuju atau menjauhi
sinar (cahaya matahari). Telah disepakati bahwa gerak pertumbuhan menuju
rangsangan disebut tropisme positif, sedangkan gerak menjauhi sumber rangsangan
disebut tropisme negatif. Contohnya, pertumbuhan ujung batang membelok ke
cahaya. Hal ini dapat dilihat pada tumbuhan yang ditanam dalam pot yang
ditempatkan dalam rumah dekat jendela (lihat Gambar 4). Gerak daun dan ujung
batang menuju cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan gerakan ujung akar
menjauhi cahaya adalah fototropisme negatif.

Gambar 4. Fototropisme

14
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari makalah mengenai fotomorfogenesis , maka dapat di tarik


kesimpulan bahwa fotomorfogenesis merupakan pengendalian morfogenesis oleh cahaya
terhadap perubahan bentuk atau fungsi organisme yang terjadi dalam menanggapi perubahan
di lingkungan cahaya. Sebagian besar morfogenesis tanaman di kontrol cahaya melalui kerja
pigmen (fotoreseptor). Terdapat 4 protein penangkap cahaya yang berhasil di temukan:
1. Fitokrom; menyerap warna merah dan merah jauh (P dan Pfr)
2. Kriptokrom; menyerap cahaya biru dan gelombang panjang UV, gelombang panjang
(daerah UV 320-400nm)
3. Penerima UV-B; menyerap radiasi UV panjang gel ombang + 280 & 320
4. Proto klorofilida a; biasanya tereduksi menjadi klorofil a
Peranan cahaya dalam tumbuhan dipengaruhi oleh fotoperiodisme, fotomorfogenesis,
fotoenergetic, fotodestruktif, dan fototropisme.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Ekologi Tumbuhan. Diakses dari


http://usupress.usu.ac.id/files/EKOLOGI%20TANAMAN_Final_Bab%201.pdf. Diakses
pada tanggal 8 Mei 2014

Mas, P., Devlin, P. F., Panda, S., and Kay, S. A. (2000). Functional interaction of
phytochrome B and cryptochrome 2. Nature 408, 207-11.

McNellis, T.W. and X.W. Deng. 1995. Light control of seedling morphogenetic pattern.The
Plant Cell, 7:1749-1761.

Muhuria, La, dkk. 2006. Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Intensitas Cahaya Rendah :
Karakter Daun Untuk Efisiensi Penangkapan Cahaya. IPB. Bogor. Bul.Agro.(34) (3)
133-140 (2006)

Quail, P. H. (2002). Photosensory perception and signalling in plant cells: new paradigms?
Curr. Opin. Cell Biol. 14, 180–188.

Staub, J.M. and X.W. Deng. 1996. Light signal transduction in plants. Photochem Photobiol
64: 897-905.

Sullivan, J.A. and J.C. Gray. 1999. Plastid translation is required for the expression of nuclear
photosynthesis genes in the dark and in roots of the pea lip1 mutant. The Plant Cell,
11:1-21.

Yang, H.-Q., Tang, R.-H., and Cashmore, A. R. (2001). The Signaling Mechanism of
Arabidopsis CRY1 Involves Direct Interaction with COP1. Plant Cell 13, 2573-2587.

16

Anda mungkin juga menyukai