PENDAHULUAN UMUM
Salah satu cabang ilmu Biologi adalah fisiologi. Fisiologi terbagi menjadi
fisiologi Hewan dan fisiologi Tumbuhan. Fisiologi tumbuhan adalah salah satu
dari cabang biologi yang mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup.
Dengan mempelajari fisiologi tumbuhan, maka akan dipahami bagaimana sinar
matahari dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk menghasilkan karbohidrat dari bahan
baku anorganik berupa air dan karbondioksida. Fisiologi tumbuhan memiliki
tugas utama berdasarkan prosesnya, yaitu menggambarkan atau menjelaskan
tentang proses-proses yang terjadi didalam tumbuhan. Fisiologi tumbuhan juga
memiliki tugas berdasarkan Fungsinya, yaitu menggambarkan dan menjelaskan
fungsi dari setiap organ, jaringan, sel, dan organ lainnya dalam sel tumbuhan
bahkan juga menjelaskan senyawa kimia pembentukan sel baik berbentuk ion,
molekul mikro maupun makro.
Mekanisme proses: fotosintesis terdiri dari reaksi cahaya dan rekasi gelap
Tempat terjadinya: fotosintesis di dalam kloroplas pada daun
Faktor yang berpengaruh: transpirasi dipengaruhi intensitas cahaya
BAB I
PERANAN CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN TANAMAN
3
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui peran cahaya pada
tanaman dan keadaan suatu tumbuhan di tempat gelap maupun di tempat
terang ( etiolasi ).
1.3 Manfaat
Akan tetapi, hormon auksin memiliki sifat yang peka terhadap cahaya.
Artinya, ketika terkena paparan cahaya (sinar matahari), kinerja hormon ini
bisa mengalami hambatan, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
7
Sedangkan ketika tidak ada sinar matahari (cahaya) hormon auksin akan
bekerja dengan aktif, di mana hormon tersebut akan merangsang pompa
proton yang terdapat pada dinding sel guna meningkatkan keasaman dinding
sel serta mengaktifkan enzim ekspansin, yaitu enzim yang memecah ikatan
kimia di dinding sel, sehingga dinding sel melemah dan sel mampu
berkembang menjadi lebih besar. Jadi dengan demikian bisa diketahui
bahwa hormon auksin merupakan pengendali dari proses terjadinya etiolasi
3.2.1 Alat
a. Polybag
b. Cetok
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung/kedelai
b. Tanah
1. 1
2. 2
3. 3
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LAJU TRANSPIRASI
16
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat setelah praktikum tentang proses laju
transpirasi pada tanaman antara lain :
1. Mengetahui proses laju transpirasi pada tanaman.
2. Mengetahui peranan serta fungsi dari laju transpirasi.
3. Mengetahui faktor faktor dari laju transpirasi.
18
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut
sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu,
dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman
umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).
Penggunaan air oleh tanaman tidak dapat dilepaskan oleh adanya pengaruh
suhu, kelembaban dan evaporasi. Diketahui suhu didalam rumah kasa cukup
tinggi sehingga transpirasi pada tanaman akan tinggi yang menyebabkan
kehilangan air dalam jumlah yang cukup besar bagi tanaman. Suhu memberi
pengaruh terhadap fotosintesa, tingginya suhu akan meningkatkan fotosintesa.
Pada umumnya respirasi berjalan lambat ketika suhu rendah, namun akan
meningkat jika suhu tinggi. Demikian halnya dengan absorbsi air dan unsur hara
oleh akar tanaman akan meningkat dengan tingginya suhu (Maryani, 2012).
Suhu juga berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu tinggi stomata akan
cenderung membuka sedangkan pada suhu rendah, stomata akan cenderung
menutup. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Jumlah stomata
pada daun bagian atas lebih sedikit daripada jumlah stomata pada bagian bawah
daun yang berfungsi mengurangi laju transpirasi tanaman. Permukaan daun
ditumbuhi oleh rambut berbentuk bintang yang berfungsi untuk menghemat air
(Yuliasmara dan Fitria, 2013).
= 4,17 gr
Gambar 13. Sinar Matahari, Ulangan 1, Gambar 16. Kipas Angin, Ulangan 1,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
Gambar 14. Sinar Matahari, Ulangan 2, Gambar 17. Kipas Angin, Ulangan 2,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
Gambar 15. Sinar Matahari, Ulangan 3, Gambar 18. Kipas Angin, Ulangan 3,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
24
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury FB, Ross CW. 1992. Plant Physiology 4th. California (US). Wadsworth
Publishing.
BAB III
PERANAN UNSUR HARA
28
I. PENDAHULUAN
Amati suatu tumbuhan, besar tumbuhan dari biji yang mungil, dan
anda pasti bertanya-tanya dari mana semua massa tumbuhan itu berasal.
Pernahkan kita berfikir bahwa tumbuhan memperoleh nutriennya sebagian
dari udara, lingkungan sekitar dan lain – lain.
Dalam hal ini praktikan akan melakukan uji coba pada tumbuhan
jagung guna untuk mengetahui peranan unsur hara bagi pertumbuhan
tumbuhan.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang harus ada untuk tanaman dan
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Meski hanya dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, kekurangan salah satu unsur hara mikro maupun kelebihan unsur hara ini
dapat menyebabkan gangguan metabolisme bahkan kematian pada tanaman.
Unsur hara mikro antara lain: Fe, Zn, Mn, Cu, Mg. Masing-masing unsur hara ini
memiliki peranan dan fungsinya masing-masing. Apabila salah satu dari unsur
tersebut tidak dipenuhi baik kekurangan maupun kelebihan dapat menimbulkan
permasalahan bagi tanaman. Permasalahan ini dapat berupa gangguan fisiologs
tanaman, gangguan ini dapat terlihat dari gejala yang ditunjukkan oleh tanaman.
(Widyanti, E., 2011).
Tanaman 1 12 17,4 32,8 43 45,25 47,75 37 40,4 40,5 41,1 44,7 46,7
33,03 41,73
Tanaman 2 13,9 25,7 34,62 55,67 63,7 77,3 40,5 46,4 48 49,2 53,4 57,4
45,15 49,15
Tanaman 1 - 1 2 5 6 8 - 1 2 3 5 7
3,67 3
Tanaman 2 - 1 2 4 4 7 - 2 2 4 5 6
3 3,17
35
Jenis Pengamatan
Tanaman Unsur hara Tanaman kontrol
Tanaman
Jenis Pengamatan
Tanaman Tanaman unsur hara Tanaman kontrol
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Unsur hara dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
2. Rata –rata tinggi ataupun panjang tanaman dan jumlah daun tanaman
dengan perlakuan diberi unsur hara lebih besar dibandingkan dengan
tanaman kontrol.
3. Pemberian unsur hara yang kurang (tanaman kontrol) dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.
5.3 Saran
1. Praktikan harus memahami materi terlebh dahulu untuk mempermudah
saat melakukan praktikum.
2. Tanaman harus diperhatikan dan dipelihara dengan baik agar tanaman
tidak mati.
3. Pengukuran tinggi dan panjang tanaman maupun menghitung jumlah
daun harus dilakukan dengan teliti agar diperoleh data yang akurat.
40
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
PERANAN AIR BAGI TANAMAN
42
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya praktikum ini yaitu menambah wawasan
tentang jenis tumbuhan yang hidup dalam suatu sampel daerah tertentu.
44
Air adalah salah satu kompnen fisik yang sangat vital dan sangat
membutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Siklus hidup
tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen,tanaman selalu membutuhkan
air,tidak satupun proses metabolisme tanaman dapat berlangsung tanpa air.
Besarnya kebutuhan ir setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak
sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologi, dan
kombinasi kedua faktor diatas dengan kedua faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan
air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh akar. Besarnya air yang
diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar air dalam tanah yang
ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan kemampuan akar
untuk menyerap ( jumin,1992).
Perlakuan biji yang tidak diberi air tidak dapat berkecambah karena
ketersediaan air yang kurang, secara umum, apabila suatu tumbuhan tumbuh pada
ketersediaan air yang rendah maka proses-proses metabolisme akan terganggu.
Hal ini akan mempengaruhi penurunan produksi ( kualitas ) tetapi menaikkan
kualitas yang dihasilkan ( Einhellig, 1996 ).
Benih
Jagung 3,19 3,16 3,25 3,16 8,38 7,28
Gambar 13 Gambar 14
Benih basah ulangan 2 dan 3
49
4.2 Pembahasan
Namun beberapa biji yang lain berada dalam masa dormansi, artinya
biji tersebut tidak mendukung proses perkecambahan dikarenakan tidak
cocoknya kondisi lingkungan yang memungkinkan biji berkecambah seperti
pada perlakuan biji yang tidak diberi air dapat berkecambah pernyataan
tersebut diperkuat oleh Apriawan (2011).
50
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan ini dapat disimpulkan bahwa :
5.2 Saran
a. Sebelum Praktikum dimulai sebaiknya para praktikan membaca buku
panduan yang sudah disediakan.
b. Perlakukan percobaan dilakukan dengan baik dan benar.
c. Perhatikan saat penyiraman air pada kertas merang, jangan terlalu banyak
dan juga jangan terlalu sedikit supaya tidak berjamur.
51
DAFTAR PUSTAKA
BAB V
TITIK LAYU PADA TANAMAN
53
I. PENDAHULUAN
Saat dalam tanah, air berada diantara rongga-rongga tanah dan terikat
oleh butir tanah, dengan kekuatan yang ditentukan oleh banyaknya air yang
dikandung oleh tanah tersebut. Tekstur tanah yang berbeda mempunyai
kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus,
contohnya: tanah bertekstur liat, memilik iruang porihalus yang lebih
banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan
tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang
54
pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit
pula. Oleh karena itu, macam media tanam akan berpengaruh dan
menentukan besaran titik layu pada tanaman.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan
proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial (Wulan, 2011).
1. Air Higroskopis
Air higraskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat
kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan
merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat
pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 –
4,7).
2. Air Kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi
dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke
samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori
mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF
2,52 – 4,20). Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1991), air kapiler
dibedakan menjadi:
56
a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air
gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah
dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam,
sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang,
tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman
mulai layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik
layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik
layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman. Air gravitasi
merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah
meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah
hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga
tanah menjadi masam dan miskin unsur hara.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan
yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori
belum terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air
yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap (Apriyanti, 2012)
57
11. Membandingkan kadar air tanah dan kadar air pada tanah dan pasir untuk
masing-masing jenis tanaman yang diamati.
59
Jumlah 37,52%
Rerata 12.50667%
Jumlah 6,05%
Rerata 2,01%
Jumlah 22,53%
Rerata 7,51%
60
Gambar 1. Gambar 2.
Titik layu kacang hijau 1 Titik layu kacang hijau 2
4.3 Pembahasan
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk
kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat
essensial (Wulan, 2011).
Hubungan tanah dan air, ada beberapa pengertian penting antara lain
kapasitas lapang (KP) dan titik layu permanen (TLP). Apabila tidak ada
hujan, sedangkan air yang tersedia sudah terserap semuanya oleh akar ,
maka tanaman mengalami kelayuan. Kelayuan disebut sementara apabila
tanaman segar kembali dengan penyiraman dan disebut tetap apabila tidak
dapat segar kembali. TLP adalah kadar air tanah (dalam %), pada saat
tanaman mengalami kelayuan tetap. Pada keadaan TLP, air tanah tidak
tersedia lagi bagi tanaman (Darmawan, 2010)
Tabel 2. Pengaruh Kadar Air yang Menyebabkan Layu Pada Tanaman Kacang
Hijau dari Berbagai Media Tanam
Pasir 2,017 A
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Wulan, 2011. Penetapan Kadar Air Metode Oven Pengering. Jakarta: penerbit UI
65
BAB VI
FOTOSINTESIS
66
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Bukti yang sangat jelas terlihat pada tumbuhan yang hidup di tempat gelap.
Tumbuhan tersebut tumbuh cepat dengan batang yang lebih panjang, ramping,
dan rapuhserta daun yang tidak lebar dan pucat, sedangkan tumbuhan yang
tumbuh ditempat terang, tumbuh lebih pendek, batang kokoh, dan daun hijau,
lebar, sertalebih tebal (Firmansyah,et al, 2007).
3.2.1 Alat
a. Timbangan analitik
b. Cetok
c. Oven
d. Gembor
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung
b. Benih kacang hijau
c. Media persemaian (tanah)
d. Polibag
Perlakuan
BBterang - BKterang –
BB BK
BBteduh Bkteduh
Gambar 1. Gambar 2.
Berat Basah Kacang Hijau Terang Berat Basah Kacang Hijau Teduh
Gambar 3. Gambar 4.
Berat Basah Jagung Terang Berat Basah Jagung Teduh
74
Gambar 5. Gambar 6.
Berat Kering Kacang Hijau Terang Berat Kering Kacang Hijau Teduh
Gambar 7. Gambar 8.
Berat Kering Jagung Terang Berat Kering Jagung Teduh
75
4.2 Pembahasan
Perbedaan nilai berat basah dan berat kering antara tanaman kacang
hijau yang diletakkan di tempat terang dan tempat teduh ini disebabkan
karena tanaman yang diletakkan di bawah sinar matahari lebih aktif
melakukan fotosintesis, sehingga partisi fotosintat lebih tinggi dalam
pembentukan struktur tubuh tanaman dan menjadikan tanaman menjadi
lebih berat. Sedangkan tanaman yang diletakkan di tempat teduh memiliki
berat kering dan berat basah yang lebih sedikit karena kurangnya asupan
cahaya sehingga proses fotosintesis menjadi lebih lambat dan tidak optimal.
Hal ini menyebabkan pembentukan struktur tubuh tanaman menjadi kurang
sempurna sehingga menyebabkan berat tanaman pun menjadi berkurang.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi proses foto sintesis intensitas
cahaya tinggi , suhu, konsentrasi karbohidrat dll.
77
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Cahaya matahari mempengaruhi proses fotosintesis.
2. Hasil fotosintesis tanaman jagung sebesar 51,82 dan hasil fotosintesis
tanaman kacang hijau sebesar 20,79.
3. intensitas cahaya matahari yang tinggi akan mempercepat laju
fotosintesis dan meningkatkan komponen sel pendukung berat kering.
5.2 Saran
1. Praktikan memahami terlebih dahulu materi yang akan dilakukan dalam
praktikum.
2. Praktikan lebih teliti pada saat proses penimbangan agar diperoleh hasil
yang akurat.
3. Tanaman yang digunakan dalam praktikum sebaiknya dirawat untuk
menghindari tanaman mati.
78
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B., 2003. Cabai Rawit Teknik Budi Daya & Analisis Usaha Tani.
Kanisius : Yogyakarta.
Juanda, D dan Cahyono, B. 2005. Wijen Teknik Budi Daya Dan Analisis
UsahaTani. Kanisius : Yogyakarta
Maniam, Mbs dan Syukasmi, A., 2006. Persiapan Ujian Nasional Biologi.
Grafindo Media Pratama : Bandung.
Sunu dan Wartoyo, 2006. Pertumbuhan Legume pada Ketinggian yang Berbeda.
Semarang. Pengendalian Kapang Sclerotium.Vol 13.
79
BAB VII
RESPIRASI PADA PROSES PERKECAMBAHAN
80
I. PENDAHULUAN
amino, dan asam lemak. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi terletak
pada lingkungan penyimpanan, terutama dengan mempertimbangkan nya
suhu dan gas komposisi kelembaban. (Barbosa dkk, 2011). Selain itu faktor
eksternal lain yang mempengaruhi proses respirasi yaitu komposisi yang
terdapat di dalam udara. Karena didalam udara mengandung senyawa
senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti CO2 dan O2
(Lertsiriyothin, 2009).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Glikolisis
a. Reaksi penambahan gugus fosfat. Pada tahap ini di gunakan dua molekul
ATP
b. Gliseraldehid-3-fosfat diubah menjadi asam pirufat. Selain itu, dihasilkan
4 molekul ATP dan 2 molekul NADH.Walaupun 4 molekul ATP dibentuk
pada tahap glikolisis, namun hasil reaksi keseluruhan adalah dua molekul
ATP.
83
2. Siklus Krebs
Setiap tahapan dalam daur asam sitrat di katalis oleh enzim yang
khusus. Berikut beberapa tahapan yang terjadi dalam daur siklus sitrat :
3. Transpor Elektron
a. Enzim dehidrogenase mengambil hidrogen dari zat yang akan diubah
oleh enzim (substrat). Hidrogen mengalami ionisasi (2H à 2H+ + 2e) .
Proton hydrogen mereduksi koenzim NAD melalui reaksi NAD +
H+ à NADH + H+. NADH dari matrik mitokondria masuk ke ruang
intermembran melewati membran dalam, kemudian memasuki system
rantai pernapasan.
b. NADH dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindah ion hidrogen
kepada flavoprotein (FP), flavin mononukleotida (FMN), atau FAD yang
bertindak sebagai pembawa ion hidrogen dikeluarkan ke matrik
sitoplasma untuk membentuk molekul H2O.
c. Elektron akan berpindah dari ubiquinon keprotein yang mengandung besi
dan sulfur → sitokrom b → koenzim quinon → sitokrom b2 sitokrom
o → sitokrom c → sitokrom a → sitokrom a3. Dan terakhir diterima oleh
molekul oksigen sehingga terbentuk H2O (Abdurahman, 2008).
masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama.
3. Suhu : Semakin tinggi suhu, semakin tinggi laju respirasi. Laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
b) Faktor dari dalam
Tipe dan umur tumbuhan : Masing-masing spesies tumbuhan memiliki
perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk
berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan
(Anonymous, a. 2011).
86
Gambar1. Gambar 2.
Gambar 3. Gambar 4.
Berat Awal Kecambah Jagung Berat Awal Kecambah Kacang Hijau
89
Gambar 5. Gambar 6.
Gambar 7. Gambar 8.
Berat Kering Kecambah Jagung
Berat Kering Kecambah Kacang Hijau
4.2 Pembahasan
Berat pada biji diketahui dari berkurangnya berat suatu biji, sebelum
berkecambah berat lebih besar dari pada sesudah berkecambah hal ini
dikarenakan biji yang sudah tumbuh tidak meresap air, tetapi zat organic
tersebut telah dibongkar /dipecah menjadi energi untuk proses pertumbuhan
atau respirasi (Dwidjoseputro,1989).
Dari hasil pegamatan diperoleh berat biji jagung kering yang tidak di
kecambahkan lebih besar dari pada berat biji kering jagung yang sudah
dikecambahkan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Dwidjoseputro,1989).
Namun dalam berat biji jagung basah berlaku sebaliknya, berat biji jagung
basah yang tidak di kecambahkan lebih kecil dari pada berat biji jagung
basah yang sudah dikecambahkan. Hal ini dikarenakan berat biji jagung
basah memiliki viabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan berat biji
jagung kering. Berat biji jagung basah sesuai dengan penelitian Suita
(2013) bahwa dengan bertambahnya berat ukuran biji maka daya
berkecambah semakin meningkat. Ukuran berat biji berkorelasi dengan
vigor dan viabilitas biji. Biji relative besar cenderung mempunyai vigor
yang lebih baik dibandingkan dengan biji biji kering. Hal ini di karenakan
91
masuknya air kedalam biji memicu enzim bekerja mengaktifkan sel sel yang
belum aktif sehingga ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu
proses penyerapan air ke dalam rongga jaringan melalui pori-pori secara
pasif, terutama karena daya serap senyawa polisakarida, seperti
hemiselulosa, pati, dan selulosa. Proses ini terjadi ketika air masuk ke dalam
benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses spesifik.
92
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Idaryani, Suryani, Wahab A. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Periode Simpan
Terhadap Viabilitas Benih Beberapa Virietas Padi. Agrisistem, 8(2):87-97
BAB VIII
GERAK TANAMAN
95
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu untuk
mengetahui arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh cahaya matahari,
untuk mengetahui arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh gravitasi
(daya tarik bumi), untuk mengetahui arah tumbuh tanaman yang
dipengaruhi oleh air.
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah praktikan maupun
mahasiwa mampu memahami arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh
cahaya matahari, memahami arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh
gravitasi (daya tarik bumi), dan memahami arah tumbuh tanaman yang
dipengaruhi oleh air.
97
2.2.2 Fototropisme
Teory Cholodny-Went tentang tropisme menetapkan bahwa
penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda
(differensial) IAA dalam batang. Sisi batang yang disinari
mengandung IAA lebih rendah dibandingkan dengan sisi gelap.
Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh memanjang lebih dari
pada sel-sel pada sisi yang disinari, sehingga batang akan
membengkok ke arah sumber cahaya. Spektrum kegiatan
fototropisme menunjukkan bahwa pigmen penyerap cahaya biru
adalah yang bertanggungjawab sebagai perantara respon cahaya.
Karotenoid dan riboflavin adalah pigmen kuning dan keduanya
dilibatkan dalam fototropisme. Gerak pada tumbuhan terjadi karena
proses tumbuh atau karena rangsangan dari luar. Walaupun tidak
memiliki alat indra, tumbuhan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Tumbuhan memberi tanggapan terhadap rangsangan yang berasal
100
dari cahaya, gaya tarik bumi, dan air. Ada pula tumbuhan yang peka
terhadap sentuhan dan zat kimia. Tanggapan tumbuhan terhadap
rangsangan-rangsangan tersebut di atas disebut daya iritabilitas atau
daya peka terhadap rangsangan. Ada tiga macam gerak pada
tumbuhan, yaitu gerak tropisme, gerak nasti, dan gerak taksis.
a. Gerak Nasti
b. Gerak Tropisme
c. Gerak taksis
Polibek B (di
2. 165º 147º 124º 180º
tidurkan)
atas bawah
Gambar 13.
Gambar 12.
Gerak putri malu
Gerak putri malu halus
sentuh
kasar
106
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami mengamati gerak pada tanaman putri
malu dan kacang hijau. Perlakuan yang kami berikan pada tanaman putri
malu adalah dengan menyentuh dari atas persendian dan bawah persendian
yang di lakukan dengan sentuhan kasar dan halus, sebanyak 3 kali ulangan.
Dari hasil pengamatan yang kami dapatkan, ternyata putri malu memiliki
kecepatan yang berbeda-beda saat daunnya menutup. Hal ini juga di
pengaruhi oleh halus kasarnya sentuhan yang kami berikan. Menutupnya
daun putri malu saat di sentuh di karenakan adanya gerak
seismonasti/tigmonasti. Arah dan menutupnya daun putri malu tidak di
pengaruhi oleh arah datangnya rangsangan atau sentuhan.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Menutupnya daun putri malu saat di sentuh dikarenakan adanya gerak
Seismonasti.
2. Arah menutupnya daun putri malu tidak di pengaruhi oleh arah
datangnya rangsangan atau sentuhan.
3. Gerak Geotropisme adalah gerak yang di sebabkan adanya rangsangan
gaya gravitasi.
4. Arah gerak yang menuju arah datangnya rangsangan gaya gravitasi bumi
di sebut gerak Geotropisme negative.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA