Anda di halaman 1dari 109

1

PENDAHULUAN UMUM

Salah satu cabang ilmu Biologi adalah fisiologi. Fisiologi terbagi menjadi
fisiologi Hewan dan fisiologi Tumbuhan. Fisiologi tumbuhan adalah salah satu
dari cabang biologi yang mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup.
Dengan mempelajari fisiologi tumbuhan, maka akan dipahami bagaimana sinar
matahari dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk menghasilkan karbohidrat dari bahan
baku anorganik berupa air dan karbondioksida. Fisiologi tumbuhan memiliki
tugas utama berdasarkan prosesnya, yaitu menggambarkan atau menjelaskan
tentang proses-proses yang terjadi didalam tumbuhan. Fisiologi tumbuhan juga
memiliki tugas berdasarkan Fungsinya, yaitu menggambarkan dan menjelaskan
fungsi dari setiap organ, jaringan, sel, dan organ lainnya dalam sel tumbuhan
bahkan juga menjelaskan senyawa kimia pembentukan sel baik berbentuk ion,
molekul mikro maupun makro.

Fisiologi tumbuhan merupakan cabang dari ilmu biologi yang mempelajari


tentang proses metabolisme pada tubuh tumbuhan dimana proses dari
metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan mikro di sekitar tumbuhan
tersebut. Adapun ruang lingkup yang dipelajari antara lain :

 Mekanisme proses: fotosintesis terdiri dari reaksi cahaya dan rekasi gelap
 Tempat terjadinya: fotosintesis di dalam kloroplas pada daun
 Faktor yang berpengaruh: transpirasi dipengaruhi intensitas cahaya

Dalam praktikum fisiologi tumbuhan akan mempelajari tentang aktivitas


tumbuhan seperti Peranan Cahaya Pada Tumbuhan dan etiolasi tanaman,Laju
Transpirasi,Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman,Peranan Air Bagi Tanaman,Titik
Layu Pada Tanaman,Fotosintesis,Respirasi Pada Proses Perkecambahan, dan
Gerak Tanaman. Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilakukan agar mahasiswa
dapat lebih memahami mata kuliah fisiologi tumbuhan tidak hanya teori tapi juga
penerapan langsung, Semua yang sudah dipelajari di praktikum dapat dipahami
untuk menambah Pengetahuan pada pelajaran kuliah dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari hari terutama bagi yang khusus bergelut ditanaman.
2

BAB I
PERANAN CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN TANAMAN
3

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur atau suatu peningkatan
dalam berat atau ukuran dari seluru/sebagian dari organisme, sedangkan
perkembangan merupakan bertambahnya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar atau peningkatan
kemahiran dalam penggunaan tubuh (Sacharin,1996).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling


berhubungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi 2,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang meliputi faktor genetis (hereditas) dan factor fisiologis, sedangkan
faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari
luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan adalah cahaya.

Cahaya yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada setiap


tanaman. Ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada
pula yang memerlukan remang-remang untuk pertumbuhannya. Banyak
sekali teori yang menjelaskan tentang pengaruh cahaya terhadap
pertumbuhan tumbuhan. Namun teori tersebut belum sepenuhnya dapat
dipelajari jika kita belum mengetahui kebenarannya pada lingkungan kita.
Selain itu, masing banyak siswa dan siswi yang belum dapat menjelaskan
pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Untuk itu, praktikan mengadakan percobaan untuk lebih mengetahui dan
membuktikan kebenaran teori tersebut. Dengan berlandaskan teori tersebut,
di dalam praktikum ini, praktikan akan mengamati pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
4

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui peran cahaya pada
tanaman dan keadaan suatu tumbuhan di tempat gelap maupun di tempat
terang ( etiolasi ).

1.3 Manfaat

Manfaat diadakannya praktikum ini supaya kita bisa mengetahui


peranan cahaya terhadap tumbuhan di tempat terang dan gelap.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Cahaya

Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi


matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang
diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa
energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke
bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi
matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang
elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang
gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
mikron (Tjasjono, 1995:55).

Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang.


Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses
ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air
untuk membentuk karbohidrat. Adanya sinar matahari merupakan sumber
dari energi yang menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa
bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak dapat memasak makanan yang
diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati
(AAK, 1983:18)

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman


C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal,
2009). Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam
hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima
tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau
disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi
tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis


dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis
6

tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung


akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh
lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna
pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya
cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat
bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini
terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena
cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh
tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk
penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat
terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan
kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan
batang kecambah lebih kokoh.

2.2 Etiolasi Tanaman

Pada tubuh tanaman terdapat suatu hormon yang berperan penting


bagi pertumbuhan tanaman tersebut yang dikenal dengan nama auksin.
Hormon auksin umumnya ditemukan pada ujung batang, akar, serta
pembentukan bunga. Hormon auksin melakukan difusi ke berbagai sel pada
tanaman yang untuk selanjutnya akan disalurkan dari ujung atas tanaman ke
bagian bawah tanaman melalui jaringan pembuluh. Kaitan hormon ini
dengan pertumbuhan tanaman adalah auksin bertindak sebagai pengatur
terjadinya pembesaran sel serta sebagai pemicu terjadinya pemanjangan sel
di bagian belakang jaringan meristem ujung. Fungsi hormon auksin adalah
untuk membantu mempercepat proses pertumbuhan tanaman, baik itu
pertumbuhan akar maupun batang tanaman. Selain itu, hormon auksin juga
membantu mempercepat proses perkecambahan, proses pembelahan sel,
pemasakan buah, serta membantu mengurangi jumlah biji dalam buah.

Akan tetapi, hormon auksin memiliki sifat yang peka terhadap cahaya.
Artinya, ketika terkena paparan cahaya (sinar matahari), kinerja hormon ini
bisa mengalami hambatan, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
7

Sedangkan ketika tidak ada sinar matahari (cahaya) hormon auksin akan
bekerja dengan aktif, di mana hormon tersebut akan merangsang pompa
proton yang terdapat pada dinding sel guna meningkatkan keasaman dinding
sel serta mengaktifkan enzim ekspansin, yaitu enzim yang memecah ikatan
kimia di dinding sel, sehingga dinding sel melemah dan sel mampu
berkembang menjadi lebih besar. Jadi dengan demikian bisa diketahui
bahwa hormon auksin merupakan pengendali dari proses terjadinya etiolasi

Etiolasi merupakan peristiwa tumbuhan yang dapat tumbuh dengan


cepat di tempat yang gelap. Ciri-ciri tanaman yang mengalami etiolasi
adalah sebagai berikut :
a) Tanaman berwarna pucat;
b) Batang bersifat lemah dan kurus;
c) Batang memanjang lebih cepat;
d) Daun tidak berkembang akibat kekurangan klorofil.

2.3 Pencegahan Etiolasi


a. Ketika Anda sedang melakukan penyemaian benih tanaman, ada
baiknya jika memperhatikan hal-hal berikut, agar bibit tanaman bisa
tumbuh sesuai dengan yang kita harapkan dan terhindar dari proses
etiolasi.
b. Ketika benih mulai pecah atau sprout sebaiknya Anda segera membawa
benih-benih tersebut ke tempat-tempat yang memiliki ketersediaan
cahaya matahri yang cukup. Hal ini bertujuan untuk
memperkenalkannya dengan cahaya matahari.
c. Jika ketersediaan sinar matahari tidak mencukupi, maka ada baiknya
Anda mencoba untuk memanfaatkan cahaya dari lampu growing light,
yaitu dengan menerapkannya di atas benih tanaman tersebut.
8

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Februari 2018, pukul


13.00 sampai 14.30 di Laboratorium Kesehatan Tanaman Fakultas Pertanian
UPN Veteran Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
a. Polybag
b. Cetok
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung/kedelai
b. Tanah

3.3 Cara Kerja

1. Isilah 6 polybag dengan tanah taman, pasir, dengan perbandingan 1:1:1


sampai dengan 4/5 bagian.
2. Menanam benih yang sudah disediakan pada setiap polybag berisi media
tanam sebanyak 2-3 benih per lubang tanam.
3. Tempatkan 3 pot pada tempat gelap atau tempat yang ternaungi dan 3 pot
lagi di tempat yang terkena cahaya matahari.
4. Amati perubahan yang meliputi tinggi / panjang tanaman dan jumlah
daun dari saat penjarangan ( telah berdaun 3-4 helai) hingga tanaman
berumur 4 minggu dengan interval pengamatan 7 hari.
5. Buatlah Tabel Hasil Pengamatan dan lakukan pembahasan terhadap
fenomena yang terjadi pada tanaman tersebut.
9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Peran Cahaya

Tinggi (cm) Jumlah Daun


No Perlakuan Tanaman
1 2 3 1 2 3

1. Cahaya Terang Kacang Hijau 1 7.67 10.67 10.9 - 1 2

2. Cahaya Terang Kacang Hijau 2 6.87 10.2 12.7 - 1 1

3. Cahaya Terang Kacang Hijau 3 6.57 9 12.7 - 1 1

4. Cahaya Terang Jagung 1 12.5 31 43.5 - 1 2

5. Cahaya Terang Jagung 2 10 20.85 37 - 1 2

6. Cahaya Terang Jagung 3 12.3 17 23.4 - 1 2

7. Cahaya Gelap Kacang Hijau 1 13.9 18 20.85 - 1 2

8. Cahaya Gelap Kacang Hijau 2 13.57 20.8 24.1 - 1 2

9. Cahaya Gelap Kacang Hijau 3 14.47 21.5 23.2 - 1 2

10. Cahaya Gelap Jagung 1 12.5 26 45.95 - 1 2

11. Cahaya Gelap Jagung 2 11.8 24.32 38.3 - 1 2

12. Cahaya Gelap Jagung 3 13.4 26.7 47.5 - 1 2


10

Tabel 2. Hasil Dokumentasi Peran Cahaya

No. Minggu Ke- Dokumentasi

1. 1

Gambar 1. Jagung dan Kacang Hijau Tempat


Terang I

Gambar 2. Jagung dan Kacang Hijau Tempat


Teduh I

2. 2

Gambar 3. Jagung dan Kacang Hijau Tempat


Terang II

Gambar 4. Jagung dan Kacang Hijau Tempat


Teduh II
11

3. 3

Gambar 5. Jagung dan Kacang Hijau Tempat


Terang III

Gambar 6. Jagung dan Kacang HijauTempat


Teduh III
12

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan telah menunjukkan bahwa


terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan di tempat yang terkena
cahaya dan yang tidak terkena cahaya (gelap). Hal ini menunjukkan bahwa
cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jagung dan kacang
hijau. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci
dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman
(Kramer dan Kozlowski, 1979).

Apabila ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan


tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena
pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon
auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan
sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka
terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan
terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai
sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang
tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi
dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan
lebat, batang terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta
kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Peristiwa ini disebut
etiolasi.

Jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih


pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi
karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju
pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman
akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur,
batang terlihat gemuk, daun terlihat segar dan berwarna hijau serta memiliki
cukup klorofil.
13

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan


dan perkembangan biji kacang hijau, dapat disimpulkan bahwa cahaya dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan cahaya. Namun,
banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan tiap tumbuhan berbeda-beda,
begitu pula dengan tumbuhan jagung dan kacang hijau.

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan dan


perkecambahan biji jagung dan kacang hijau, kedua biji yang diletakan
ditempat gelap dan terang akan mempunyai perbedaan. Biji kacang hijau
yang terkena cahaya matahari secara langsung (terang) pertumbuhannya
lebih lambat, daunnya lebar & tebal, berwarna hijau, batang tegak, kokoh.
Sedangkan, kedua biji yang tidak terkena cahaya matahari (gelap)
pertumbuhannya lebih cepat tinggi (etiolasi) dan daunnya tipis, berwarna
pucat, batang melengkung tidak kokoh. Hal ini terjadi karena cahaya
memperlambat/menghambat kerja hormone auksin dalam pertumbuhan
meninggi (primer). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang telah
dibuat sebelumnya telah benar.

5.2 Saran

Sebaiknya, percobaan dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar


terlihat lebih jelas dan lebih detail dalam menyimpulkan perbedaan antara
tumbuhan yang berada ditempat terang dan berada ditempat gelap. Juga
peralatan yang lebih komplit dan modern, seperti bukan menggunakan
mistar tetapi menggunakan auksanometer agar hasil lebih akurat.

Sebaiknya, menanamnya di aqua gelas yang bening agar ketika difoto


tampak jelas dari ujung akar hingga ujung daun. Dan sebaiknya medium
tempat tumbuh kacang hijau tersebut lebih besar, agar pertumbuannya
maksimal
14

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta: 215 halaman.


Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan
Tanah, Air, dan Iklim. Fakultas Peranian Universitas Sumatera Utara.
Goyal, A., Szarzynska, B., Fankhauser C. (2012). Phototropism: at the crossroads
of light-signaling pathways. Cell 1-9.
Liscum, E. (2002). Phototropism: Mechanisms and Outcomes. Arabidopsis Book
1-21.
Salisbury, F. B. dan C. W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Bandung:
ITB.
Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Institut Teknologi Bandung.
15

BAB II
LAJU TRANSPIRASI
16

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi


tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan,
kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses
hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan melalui stomata inilah yang disebut transpirasi. Kemungkinan
hilangnya air dari jaringan tanaman melalui kegiatan tanaman dapat terjadi,
tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan
hilangnya air melalui stomata. Oleh karena itu, dalam perhitunganya,
besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses transpirasi
berlangsung selama tumbuhan hidup (Guritno dan Sitompul, 1995).

Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem


dan kecepatanya dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu
pada hakikatnya sama dengan penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak
digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata,
dan inti sel sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi
akan tetapi biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah kelembapan, suhu,
cahaya, angina, dan kadar air tanah.

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati


permukaan daun tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut
(Filter dan Ross, 1982 ).

Salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur


kecepatan transpirasi adalah menghitung berat tanaman yang telah diplot
terhadap hilangnya air (Salisbury dan Ross, 1985). Karena jumlah air yang
digunakan untuk pertumbuhan tanaman kurang dari 1%, maka seluruh
perubahan berat dapat diasumsikan berasal dari adanya transpirasi. Dalam
eksperimen ini, karena cahaya berpengaruh terhadap membuka menutupnya
17

stomata, sehingga secara tidak langsug berpengaruh terhadap proses


transpirasi, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan,
terutama intensitas cahaya, terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air
(Impatiens balsamina).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses laju transpirasi pada


tanaman dengan perlakuan yang berbeda dan memahami bahwa angin dan
udara disekitar dapat berpengaruh terhadap laju transpirasi.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat setelah praktikum tentang proses laju
transpirasi pada tanaman antara lain :
1. Mengetahui proses laju transpirasi pada tanaman.
2. Mengetahui peranan serta fungsi dari laju transpirasi.
3. Mengetahui faktor faktor dari laju transpirasi.
18

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut
sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu,
dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman
umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).

Penggunaan air oleh tanaman tidak dapat dilepaskan oleh adanya pengaruh
suhu, kelembaban dan evaporasi. Diketahui suhu didalam rumah kasa cukup
tinggi sehingga transpirasi pada tanaman akan tinggi yang menyebabkan
kehilangan air dalam jumlah yang cukup besar bagi tanaman. Suhu memberi
pengaruh terhadap fotosintesa, tingginya suhu akan meningkatkan fotosintesa.
Pada umumnya respirasi berjalan lambat ketika suhu rendah, namun akan
meningkat jika suhu tinggi. Demikian halnya dengan absorbsi air dan unsur hara
oleh akar tanaman akan meningkat dengan tingginya suhu (Maryani, 2012).

Suhu juga berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu tinggi stomata akan
cenderung membuka sedangkan pada suhu rendah, stomata akan cenderung
menutup. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Jumlah stomata
pada daun bagian atas lebih sedikit daripada jumlah stomata pada bagian bawah
daun yang berfungsi mengurangi laju transpirasi tanaman. Permukaan daun
ditumbuhi oleh rambut berbentuk bintang yang berfungsi untuk menghemat air
(Yuliasmara dan Fitria, 2013).

Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang


meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan
air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2
dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis,
kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel dan kekurangan
air menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi
penyebab kematian pada tanaman (Salisbury dan Ross, 1992).
19

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Maret 2018, pukul 13.00
sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Stek sirih hias ( scindapsus aureus)
b. Air
c. 9 botol plastik 600 ml
3.2.2 Bahan
a. Beaker glass
b. Timbangan analitik
c. Kipas angin

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan stek sirih hias sebanyak 3 tunas dengan panjang 20cm.
2. Mengisi botol plastic dengan air sebanyak 500ml.
3. Memasukkan 1 stek untuk 1 botol plastik, kemudian masing – masing
ditimbang menggunakan timbangan analitik.
4. Memberi 3 perlakuan kepada 9 botol plastic, diantaranya :
a) 3 botol plastic untuk perlakuan tempat teduh.
b) 3 botol plastic untuk perlakuan tempat yang terkena sinar matahari.
c) 3 botol plastic untuk perlakuan didepan kipas angin.
5. Masing – masing perlakuan diulang 3 kali dan diamati selama 2 hari.
6. Menimbang kembali botol plastic dengan isinya setalah perlakuan.
7. Membuat table pengamatan dan pembahasan.
20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Laju Transpirasi


Berat sebelum perlakuaan Berat sesudah perlakuaan
No. Praktikum (gr) (gr)
1 2 3 1 2 3
1. Tempat Teduh 518,57 544,05 513,07 515,67 537,56 509,94

2. Sinar Matahari 521,61 509,96 513,78 504,7 497,7 496,4

3. Kipas Angin 517,11 520,18 506,32 506,56 505.68 496,72

4.1.2 Hasil Perhitungan

1. Laju transpirasi tempat teduh 1 = 518,57 – 515,57 = 2,9 gr


2. Laju transpirasi tempat teduh 2 = 544,05 – 537,56 = 6,49 gr
3. Laju transpirasi tempat teduh 3 = 513,07 – 509,94 = 3,13 gr

Total laju transpirasi tempat teduh = (2.9 + 6,49 + 3,13) : 3

= 4,17 gr

1. Laju transpirasi sinar matahari 1 = 521,61 – 504,7 = 16,91 gr


2. Laju transpirasi sinar matahari 2 = 509,96 – 497,7 = 12,26 gr
3. Laju transpirasi sinar matahari 3 = 513,78 – 496,4 = 17,38 gr
Total laju transpirasi sinar matahari = (16,91 + 12,26+17,38) : 3
= 15,51 gr
1. Laju transpirasi kipas angin 1 = 517,11 – 506,56 = 10,55 gr
2. Laju transpirasi kipas angin 2 = 520,18 – 505,68 = 14,5 gr
1. Laju transpirasi kipas angin 3 = 506,32 – 496,72 = 9,6 gr
Total laju transpirasi kipas angin = (10,55 + 14,5 + 9,6) : 3
= 11,55 gr
21

4.1.3 Hasil Dokumentasi

Gambar 1. Sirih Tempat teduh, Gambar 4. Sirih Sinar Matahari,


Ulangan1, Sebelum Perlakuan Ulangan 1, Sebelum Perlakuan

Gambar 2. Sirih Tempat teduh, Ulangan Gambar 5. Sirih Sinar Matahari,


2, Sebelum Perlakuan Ulangan 2, Sebelum Perlakuan

Gambar 3. Sirih Tempat teduh, Ulangan Gambar 6. Sirih Sinar Matahari,


3 Sebelum Perlakuan Ulangan 3, Sebelum Perlakuan
22

Gambar 7. Kipas Angin, Ulangan 1, Gambar 10. Tempat Teduh, Ulangan 1,


Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Gambar 8. Kipas Angin, Ulangan 2, Gambar 11. Tempat Teduh, Ulangan 2,


Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Gambar 9. Kipas Angin, Ulangan 3, Gambar 12. Tempat Teduh, Ulangan 3,


Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
23

Gambar 13. Sinar Matahari, Ulangan 1, Gambar 16. Kipas Angin, Ulangan 1,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan

Gambar 14. Sinar Matahari, Ulangan 2, Gambar 17. Kipas Angin, Ulangan 2,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan

Gambar 15. Sinar Matahari, Ulangan 3, Gambar 18. Kipas Angin, Ulangan 3,
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
24

4.2 Pembahasan

Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari


jaringan tumbuhan melalui stomata, dengan di pengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari dalam maupun lingkungan, faktor-faktor yang
mempengaruhi laju transpirasi adalah (1) faktor internal yang
mempengaruhi mekanisme buka tutup stomata, (2) kelembapan udara di
sekitar tanaman, (3) suhu udara, (4) suhu daun tanaman. angin dapat juga
mempengaruhi laju transpirasi karena mempengaruhi kelembapan daun
tanaman.(Lakitan, 2004)

Pada praktikum laju transpirasi kita memberi 3 perlakuan yang


berbeda yaitu dilakukan di tempat teduh, di letakkan di tempat yang terkena
sinar matahari penuh dan diletakkan di depan kipas angin yang dimana di
setiap perlakuan di ulang 3 kali. Metode pengukuran laju transpirasi pada
praktikum ini menggunakan metode penimbangan dengan menggunakan
tanaman sirih belanda selama 3 hari. Pengamatan dilakukan selama 3 hari,
hasil pengamatan terbesar menunjukan laju transpirasi yang diperlakukan
diberi sinar matahari yaitu sebesar 15,51 gram, sedangkan pada perlakuan
laju transpirasi yang diberi kipas angin sebesar 11,55 gram dan pada laju
transpirasi perlakuan di tempat teduh sebesar 4,17 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa laju transpirasi terbesar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang salah satunya adalah sinar matahari, suhu, pH. Semakin
banyak sinar matahari yang terkena tanaman maka semakin besar laju
transpirasi tanaman.

Laju transpirasi tanaman tertinggi akan terjadi pada pukul 13.00 –


13.00 karena pada saat itu intensitas cahaya ke permukaan sangat tinggi dan
memacu laju transpirasi tanaman dan terjadi penurunan mulai pukul 15.00
dan selanjutnya. Tetapi hal ini terjadi pada tanaman umumnya dan
tergantung pada faktor internal.
25

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa Tanaman yang diuji menunjukkan informasi adanya proses
transpirasi yang ditunjukkan dengan penyurutan bobot berat tanaman
dengan air. Pengaruh lingkungan yang diuji atau diberi perlakuan
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perbedaan penyurutan berat
yang berbeda-beda.

5.2 Saran

Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang telah


ditentukan digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat
berjalan dengan sesuai yang diinginkan.Selain itu penggunaan mikroskop
pun harus lebih cermat yang lebih penting kehati-hatian dalam
menggunakan alat-alat praktikum.
26

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Raja


Grafindo Persada. Molisch,H. 1973.

Lakitan, B., 1993, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta, hal 63-71.

Loveless PR.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. Mac Millan


Publishing Inc : New York.

Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan


Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Fakultas Pertanian Universitas
Jambi Mendalo Darat. Jambi.

Salisbury FB, Ross CW. 1992. Plant Physiology 4th. California (US). Wadsworth
Publishing.

Yuliasmara, F dan F. Ardiyani. 2013. Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Paku


Picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta Pengaruhnya pada Tanaman
Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
27

BAB III
PERANAN UNSUR HARA
28

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amati suatu tumbuhan, besar tumbuhan dari biji yang mungil, dan
anda pasti bertanya-tanya dari mana semua massa tumbuhan itu berasal.
Pernahkan kita berfikir bahwa tumbuhan memperoleh nutriennya sebagian
dari udara, lingkungan sekitar dan lain – lain.

Beraneka ragam unsur dapat ditemukan didalam tubuh tumbuhan,


tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur-unsur tersebut dibutuhkan
tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa unsur yang ditemukan
didalam tubuh tumbuhan malah dapat mengganggu metabolesme atau
meracuni tumbuhan, sebagai contoh adalah beberapa jenis logam berat
seperti Al,Cl,Ag, Pb (Lakitan 2012).

Sebelum diuraikan tentang berbagai macam jenis unsur-unsur hara


esensial dan fungsinya bagi tumbuhan, adalah jika tumbuhan tidak dapat
melengkapi daur hidupnya (sampai menghasilkan biji yang dapat tumbuh)
apabila unsur tersebut tidak tersedia (Lakitan 2012).

Unsur tersebut merupakan penyususn suatu molekul atau bagian


tumbuhan yang esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut.
Misalnya nitrogen sebagai penyususn protein dan Mg sebagai penyusun
klorofil (Lakitan 2012).

Unsur – unsur ini dapat diperoleh tumbuhan dari lingkungan atau


media hidupnya. Unsur – unsur tersebut diserap tumbuhan dalam bentuk
kation, anion, molekul sederhana (misal air, CO2 dan gas – gas lainnya)
serta molekul organic sederhana. Sebagian unsur nutrisi dibutuhkan dalam
kadar “cukup banyak”, dan sebagian yang lain dalam kadar yang sedikit.
Nutrisi tumbuhan dibedakan menjadi tiga kelompok elemen
yakni, macronutrient, micronutrient, dan unsur ikatan. Kandungan hara
dalam tumbuhan dihitung berdasarkan total beratnya persatuan berat bahan
kering tumbuhan, disajiakan dengan satuan ppm atau persen. Bahan kering
tumbuhan adalah bahan tumbuhan setelah seluruh air yang terkandung
29

didalamnya dihilangkan. Secara praktis, jika jaringan tumbuhan segar


dipanaskan dengan 800 C selama 2 hari sudah cukup untuk menghilangkan
air yang terkandung dalam jaringan tersebut (Lakitan 2012).

Dalam hal ini praktikan akan melakukan uji coba pada tumbuhan
jagung guna untuk mengetahui peranan unsur hara bagi pertumbuhan
tumbuhan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui peranan unsur hara


dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

1.3 Manfaat

Manfaat diadakannya praktikum peranan unsur hara bagi tanaman


adalah praktikan maupun mahasiswa mampu mengetahui peranan unsur
hara dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
30

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman membutuhkan asupan atau suplai hara untuk pertumbuhan dan


perkembangannya. Hara tanaman terbagi menjadi unsur hara makro dan unsur
hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak oleh tanaman. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit namun esensial bagi tanaman.
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun unsur hara mikro ini harus
tersedia untuk tanaman. Unsur hara akan mempengaruhi kualitas suatu tanaman.
Kekurangan unsur hara mikro akan mengganggu fisiologis tanaman yang dapat
berakibat terhadap penurunan produksi tanaman. Kekurangan unsur hara mikro
tanaman dapat diatasi salah satunya dengan pemanfaatan mikoriza. Mikoriza
dapat membantu penyerapan hara oleh akar tanaman. (Puspita, D., Purwani, K.I.
dan Muhibuddin, A., 2012).

Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang harus ada untuk tanaman dan
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Meski hanya dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, kekurangan salah satu unsur hara mikro maupun kelebihan unsur hara ini
dapat menyebabkan gangguan metabolisme bahkan kematian pada tanaman.
Unsur hara mikro antara lain: Fe, Zn, Mn, Cu, Mg. Masing-masing unsur hara ini
memiliki peranan dan fungsinya masing-masing. Apabila salah satu dari unsur
tersebut tidak dipenuhi baik kekurangan maupun kelebihan dapat menimbulkan
permasalahan bagi tanaman. Permasalahan ini dapat berupa gangguan fisiologs
tanaman, gangguan ini dapat terlihat dari gejala yang ditunjukkan oleh tanaman.
(Widyanti, E., 2011).

Untuk memenuhi hebutuhan hara tanaman perlu dilakukan pemupukan,


pemupukan berperan untuk mensuplai atau memasok nutrisi yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara baik yang mikro
maupun makro mempunyai peranan dalam metabolisme tumbuhan. Pertumbuhan
tanaman sangat bergantung atau dipengaruhi oleh ketersdiaan atau tercukupinya
unsur hara untuk tanaman. (Surtinah, 2009).
31

Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi ketersediaan kebutuhan unsur


hara baik makro maupun mikro oleh tanaman. Unsur hara mikro yang pada
dasarnya unsur hara esensial bagi tanaman mutlak diperlukan tanaman. Salah satu
unsur hara makro yaitu Mo, unsur ini berperan dalam asimilasi nitrogen NO3-,
unsur ini sangat diperlukan untuk fiksasi N. (Nelvia, Yelti, H. dan Indrawadi, L.,
2011).

Pemupukan yang umum dilakukan hanyalah mengandung hara makro saja,


padahal hara mikro mutlak juga diperlukan tanaman. Masing-masing unsur hara
memiliki peranan sendiri-sendiri, untuk itu pemberian unsur hara atau nutrisi pada
tanaman harus lengkap jika ingin semua aspek pertubuhan dan perkembangan
tanamna berlangsung normal, sehingga berproduksi tinggi. Kekurangan salah satu
unsur hara tanaman akan mengakibatkan gejala pada tanaman, baik gejala
kekurangan maupun kelebihan unsur hara. (Evita,2009).

Tanaman memerlukan nutrisi untuk tumbuh dan kembangnya, sama seperti


manusia, tanaman memerlukan hara untuk proses metabolismenya, yaitu
perubahan senyawa organik menjadi energi. Peranan unsur hara tidak dapat
tergantikan oleh senyawa lainnya. Kekurangan unsur hara atau defisiensi hara
yaitu kondisi dimana tanaman tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisinya untuk
pertumbuhan dan perkembanyannya. Defisiensi nsur hara dapat dilihat dari gejala
yang ditimbulkan pada tanaman. (Novizan, 2002).

Defisiensi didefinisikan sebagai kondisi dimana tanaman kekurangan


material berupa unsur hara yang dibutuhkannya. Unsur yang dibutuhkan tanaman
berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Kebutuhan unsur hara ini berpengaruh
terhadap metabolisme tanaman dan fisiologis tanaman. Tanaman memerlukan
unsur hara dengan porsi yang berbeda-beda, kekurangan maupun kelebihan unsur
hara menimbulkan permasalahan dalam pertumbuhan tanaman. Permasalahan ini
dapat diketahui dengan gejala yang terlihat atau nampak pada tanaman.
(Champbell, Reece dan Mitchell, 2007).
32

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Mei 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Cetok
b. Oven
c. Penggaris
d. Timbangan Analitik
e. Sendok
f. Gembor
3.2.2 Bahan
a. Benih Jagung
b. Polybag sebanyak 6 buah
c. Pupuk NPK
d. Label

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan polybag yang diberi label kontrol dan diberi pupuk NPK
2. Mengisi polybag dengan tanah sebanyak 4⁄5 bagian. masing-masing
ditanam 3 benih jagung per polybag. Trap polybag beisi 3 lubang.
3. Memelihara tanaman selama 2 minggu dengan menyeleksi tanaman yang
terbaik, sisakan 1-3 per polybag. Untuk polybag yang diberi label kontrol
tidak diberi pupuk NPK dan polybag yang diberi label pupuk, diberi
pupuk NPK sebanyak 1 gram menggunakan sendok. Masing-masing
diperlakukan diulang 3 kali.
4. Menyiram tanaman tiap-tiap polybag menggunakan gembor.
33

5. Mengamati pertumbuhan jagung.


a. Panjang tanaman/tinggi tanaman.
b. Jumlah daun.
c. Berat basah.
d. Berat kering.
6. Setelah muncul bunga pada masa/fase generatif yang ditandai dengan
munculnya bunga. Memanen tanaman dan menimbang berat basah pada
tanaman menggunakan timbangan analitik.
7. Setelah itu, mengering-anginkan tanaman. Setelah kering, mengoven
tanaman pada suhu 80℃ selama 24 jam sampai didapat berat kering
konstan.
8. Membuat Tabel Hasil Pengamatan tiap minggunya.
34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Tinggi Kacang Hijau

Tanaman unsur hara Tanaman kontrol Hara


Jenis
Rata- Rata-
Pengamatan
Hari ke - rata Hari ke - rata
Tanaman
8 16 24 32 40 48 8 16 24 32 40 48
Tanaman 1 7 9,65 11,81 16,25 18,25 21 13,99 6,37 15 16 16,5 18 18,2 15,01
Tanaman 2 7,12 10,82 12,2 15,67 17,16 18 13,50 7,6 15,9 16 16,3 17,4 18,5 15,28

Tabel 2. Tinggi Jagung

Tanaman unsur hara Tanaman kontrol Hara


Jenis
Rata- Rata-
Pengamatan Hari ke - Hari ke -
rata rata
Tanaman
8 16 24 32 40 48 8 16 24 32 40 48

Tanaman 1 12 17,4 32,8 43 45,25 47,75 37 40,4 40,5 41,1 44,7 46,7
33,03 41,73
Tanaman 2 13,9 25,7 34,62 55,67 63,7 77,3 40,5 46,4 48 49,2 53,4 57,4
45,15 49,15

Tabel 3. Jumlah Daun Kacang Hijau

Tanaman unsur hara Tanamankontrolr Hara


Jenis
Rata- Rata-
Pengamatan Hari ke - Hari ke -
rata rata
Tanaman
8 16 24 32 40 48 8 16 24 32 40 48

Tanaman 1 - 1 2 5 6 8 - 1 2 3 5 7
3,67 3
Tanaman 2 - 1 2 4 4 7 - 2 2 4 5 6
3 3,17
35

Tabel 4. Jumlah Daun Jagung

Tanaman unsur hara Tanaman kontrol Hara


Jenis
Rata- Rata-
Pengamatan Hari ke - Hari ke -
rata rata
Tanaman
8 16 24 32 40 48 8 16 24 32 40 48

Tanaman 1 - 1 2 3 5 6 2,83 - 1 2 3 5 5 2,67

Tanaman 2 - 1 2 3 5 6 2,83 - 1 2 3 5 6 2,83

Tabel 5. Berat Basah Kacang Hijau

Jenis Pengamatan
Tanaman Unsur hara Tanaman kontrol
Tanaman

Tanaman 1 42,75 53,36


Tanaman 2 37,66 64,40
Rata – Rata 40,20 58,88

Tabel 6. Berat Basah Tanaman Jagung

Jenis Pengamatan
Tanaman Tanaman unsur hara Tanaman kontrol

Tanaman 1 31,36 80,5


Tanaman 2 44,54 111,52
Rata – Rata 37,95 96,01
36

Tabel 7. Hasil Dokumentasi Pengamatan

Gambar 1. Tanaman kacang hijau Gambar 2. Tanaman jagung kontrol dan


kontrol dan kacang hijau unsur hara jagung unsur hara pengamatanhari
pengamatan hari pertama pertama

Gambar 3. Tanaman kacang hijau unsur Gambar 4. Tanaman kacang hijau


hara pengamatan hari terakhir kontrol pengamatan hari terakhir

Gambar 5. Tanaman jagung unsur hara Gambar 6. Tanaman jagung kontrol


pengamatan hari terakhir pengamatan hari terakhir
37

4.2 Pembahasan

Makhluk hidup merupakan makhluk yang membutuhkan makanan


untuk kelangsungan hidupnya termasuk tanaman. Tanaman membutuhkan
makanan berupa unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Unsur hara
diperoleh tanaman dengan cara diserap dari tanah melalui akar, kecuali
unsur karbon dan oksigen yang diperoleh tanaman dari udara dan diserap
melalui stomata. Unsur hara yang diserap oleh tanaman akan digunakan
tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada tanaman,
unsur-unsur ini sebagian berfungsi sebagai kofaktor-kofaktor reaksi
enzimatik (Campbell,2004).Dalam penggolongannya unsur hara
digolongkan menjadi dua yait unsur hara makro dan unsur hara mikro.

Praktikum peranan unsur hara pada tanaman dilakukan dengan


memberikan dua perlakuan tanaman pertama sebagai tanaman kontrol
(hanya disiram air) dan tanaman dua sebagai tanaman unsur hara (tanaman
diberi pupuk).pada tanaman unsur hara pupuk NPK digunakan pada
tanaman kacang hijau sedangkan pupuk urea digunakan pada tanaman
jagung.

Pemberian unsur hara menunjukkan pada tanaman kacang hijau yang


diberi pupuk NPK pada pengamatan hari terakhir menunjukkan tinggi
kacang hijau memiliki rata – rata sebesar 13,99cm dan 13 cm sedangkan
pada tanaman perlakuan rata – rata tinggi tanaman sebesar 15,01cm dan
15,28 cm. Sedangkan dari segi jumlah daun tanaman unsur hara memiliki
rata rata yang lebih besar yakni 3,67 dan 3. Sedangkan pada tanaman jagung
yang diberi pupuk urea pada pengamatan hari terakhir menunjukan tanaman
unsur hara memiliki rata –rata tinggi tanaman pada tanaman unsur hara
yakni 33,03cm pada tanaman 1 dan 45,15 pada tanaman 2. Sedangkan pada
tanaman jagung kontrol yakni 41,73cm pada tanaman 1 dan 49,15cm pada
tanaman 2. Dan jumlah daun pada tumbuhan jagung yang memiliki rata-rata
palin besar adalah tanaman unsur hara, yakni 2,83 pada tanaman 1 dan 2,83
jua pada tanaman 2.
38

Pemberian pupuk yang dilakukan menunjukkan bahwa pemenuhan


unsur hara pada tanaman dapat meningkatkan proses pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. Maka dari itu, fungsi hara tanaman tidak bisa
digantikan oleh unsur lain, apabila tidak ada suatu hara yang diperlukan
oleh tanaman, maka kegiatan metabolisme tanaman akan terganggu atau
berhenti (Darmawan J dan Justika S.B., 2010)..Selain itu, pemenuhan unsur
hara pada tanaman akan meningkatkan kualitas kadar zat hara yang akan
meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen tanaman (Sarief, S, 1986).
39

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Unsur hara dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
2. Rata –rata tinggi ataupun panjang tanaman dan jumlah daun tanaman
dengan perlakuan diberi unsur hara lebih besar dibandingkan dengan
tanaman kontrol.
3. Pemberian unsur hara yang kurang (tanaman kontrol) dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.

5.3 Saran
1. Praktikan harus memahami materi terlebh dahulu untuk mempermudah
saat melakukan praktikum.
2. Tanaman harus diperhatikan dan dipelihara dengan baik agar tanaman
tidak mati.
3. Pengukuran tinggi dan panjang tanaman maupun menghitung jumlah
daun harus dilakukan dengan teliti agar diperoleh data yang akurat.
40

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2016. Biologi edisi kedelapan jilid 3. Jakarta: Erlangga.


Darmawan, J dan Justika S. B. 2010. Dasar – dasar Fisiologi Tanaman
Budidaya.Universitas Indonesia Press. Jakarta. hal 428
Hakim, Nyakpa dan A.M Lubis. 1986. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing
dengan Dosis yang Berbeda.semarang.vol 14
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Rajawali
Pers.
Sarief, S . !986. Pengaruh Pemberian Legin, Pupuk NPK (15:15:15) Dan Urea
Pada Tanah Gambut Terhadap Kandungan N, P Total Pucuk Bintil Kedelai.
Pontianak. Vol VIII
Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung. FMIPA ITB
Wiley. 1984. Fisiologi Tanaman budidaya tropik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
41

BAB IV
PERANAN AIR BAGI TANAMAN
42

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang


padat (solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut
mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal
yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup,
misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun,
penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji
kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada
proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang
hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman
inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya
itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-
beda untuk setiap jenis biji tanaman.

Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses


imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi
biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah
pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering.

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-


komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji
yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicula), calon daun,
batang (plumule) dan sebagainya. Pada proses perkecambahan, biji
membutuhkan air dalam jumlah minimum dalam tubuhnya, atau yang
disebut dengan “taraf kandungan minimum”. Jika kandungan air benih
kurang dari batas tersebut akan menyebabkan proses perkecambahan
terganggu. Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi
makan pada embrio atau tanaman yang masih muda sebulum tanaman itu
dapat memproduksi sendiri zat makanan, hormone, dan protein. (Ashari.
1995) Pola khas indeks luas daun suatu tanaman budidaya yang berbeda
43

dengan sorgum, dimana periode L yang tinggi tersebut sangat


pendek. Orang mungkin tidak memilih untuk menghadapi jenis dormansi,
karena dapat mencegah perkecambahan biji sebelum waktunya.
(Goldsworthy and Fisher. 1992)

Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah


maupun udara. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel
embrio membesar dan biji melunak.(Anonim, 2008)

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum adalah mempelajari proses


imbibisi pada benih tanaman.

1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya praktikum ini yaitu menambah wawasan
tentang jenis tumbuhan yang hidup dalam suatu sampel daerah tertentu.
44

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah salah satu kompnen fisik yang sangat vital dan sangat
membutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Siklus hidup
tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen,tanaman selalu membutuhkan
air,tidak satupun proses metabolisme tanaman dapat berlangsung tanpa air.
Besarnya kebutuhan ir setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak
sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologi, dan
kombinasi kedua faktor diatas dengan kedua faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan
air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh akar. Besarnya air yang
diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar air dalam tanah yang
ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan kemampuan akar
untuk menyerap ( jumin,1992).

Perkecambahan merupakan fase awal perkecambahan tanaman berbiji,yaitu


pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi
(hidayat,1985). Pada waktu imbibisi kabdungan air mula-mula meningkat dengan
cepat, kemudian lebih lambat. Metabolisme jaringan menjadi aktif sehingga
menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil giberelin selanjutnya hormon
ini berdifusi kedalam selapis sel aleuron yang mengelilingi sel cadangan makanan
endosperma. Sel-sel endosperma akan membentuk enzim yairu
amilase,protoase,lipase untuk mencerna dan menggunakan berbagai bahan
cadangan makanan yang tersimpan. Kemudian merangsang pertumbuhan embrio
dan membuat sel-selnya membelah dan membesar (Grardner et,al,1991).

Perlakuan biji yang tidak diberi air tidak dapat berkecambah karena
ketersediaan air yang kurang, secara umum, apabila suatu tumbuhan tumbuh pada
ketersediaan air yang rendah maka proses-proses metabolisme akan terganggu.
Hal ini akan mempengaruhi penurunan produksi ( kualitas ) tetapi menaikkan
kualitas yang dihasilkan ( Einhellig, 1996 ).

Air berfungsi sebagai pelarut hara, penyunsun protoplasma, bahan baku


fotosintesis dan lain sebagainya. Kekurangan air akan meningkatkan konsentrasi
makro molekul. Serta mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air
45

dalam tanaman. ( Mubiyanto,1997 ). Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor


eksternal ( kadar air, suh6, oksigen, dan cahaya ) dan fakto internal. ( hormon,
kematangan embrio, dan sifat dormansi biji (Apriawan. 2011 ).

Menurut soedirokoesoemo (1993). Faktor dalam yang mempengaruhi


penyerapan air adalah : kecepatan transpirasi, sistem perakaran, kecepatan
metabolisme. Sedangkan faktor luar dan faktor lingkungan dipengaruhi oleh :
ketersediaan air tanah, konsentrasi air tanah, temperatur tanah, aerasi tanah.

Menurut Salysburi (1995) air merupakan syarat terjadinya perkecambahan


bahan biji karena air berperan dalam : melunakkan kulit biji embrio dan
endosperm mengembang sehingga kulit biji robek, memfasilitasi masuknya O2
kedalam biji, mengencerkan protplasma, aat transport larutan makanan dari
endosperm atau kotiledon. Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor eksternal (
kadar air, suh6, oksigen, dan cahaya ) dan fakto internal. ( hormon, kematangan
embrio, dan sifat dormansi biji (Apriawan. 2011 ).
46

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Oven
b. Timbangan satorius
c. Nampan
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung
b. Air
c. Kertas merang
d. Label

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Menyiapkan 100 benih jagung.
3. Masing-masing benih dibagi menjadi 2 yaitu 50 benih untuk direndam 50
benih untuk tidak direndam.
4. Merendam 50 biji dengan air selama 1 jam.
5. Biji yang direndam dikecambahkan pada kertas merang dan membasahi
dengan sedikit air.
6. 50 biji lainnya dikecambahkan pada kertas merang tanpa dibasahi dengan
air.
7. Mengamati perkecambahan selama 2 hari pada benih yang direndam dan
tidak direndam.
47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Penimbangan Berat Benih Jagung

Berat Berat Berat Setelah Didiamkan


Jenis Sebelum Direndam Sesudah Direndam 2 hari
Tanaman
Berat
Berat Berat Berat Berat Berat
Kering +
Basah Kering Basah Kering Basah
Di Oven

Benih
Jagung 3,19 3,16 3,25 3,16 8,38 7,28

4.1.2 Dokumentasi Pengamatan

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4


benih kering ulangan 2 dan 3 ulangan 1 ulangan2 dan 3
benih basah

Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8


Ulangan 1 ulangan 2 dan 3 benih basah ulangan 2 dan3
Benih kering
48

Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12


Ulangan 1,2,3 ulangan 1,2,3 ulangan 1 ulangan 2 dan 3
Benih kering benih basah benih kering benih basah

Gambar 13 Gambar 14
Benih basah ulangan 2 dan 3
49

4.2 Pembahasan

Peranan air pada proses pertumbuhan dan perkembangan sangat


berpengaruhi pada tanaman. Namun kali ini kita melakukan percobaan
dengan 2 cara yaitu 50 biji yang sudah dipilih akan direndam dengan air
selama 1 jam, sedangkan 50 biji lainnya diletakkan pada kertas merang
tanpa direndam dan dikasih air. Hal itu dibuktikan pada praktikum kali ini,
tanaman yang tumbuh lebih cepat yaitu tanaman yang bijinya direndam dan
dibasahi oleh air.

Pernyataan tersebut diperkuat menurut ( Einhellig, 1996 ) perlakuan


biji yang tidak diberi air tidak dapat berkecambah karena ketersediaan air
yang kurang, secara umum, apabila suatu tumbuhan tumbuh pada
ketersediaan air yang rendah maka proses-proses metabolisme akan
terganggu. Hal ini akan mempengaruhi penurunan produksi ( kualitas )
tetapi menaikkan kualitas yang dihasilkan.

Namun beberapa biji yang lain berada dalam masa dormansi, artinya
biji tersebut tidak mendukung proses perkecambahan dikarenakan tidak
cocoknya kondisi lingkungan yang memungkinkan biji berkecambah seperti
pada perlakuan biji yang tidak diberi air dapat berkecambah pernyataan
tersebut diperkuat oleh Apriawan (2011).
50

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Air memiliki peranan penting dalam proses perkecambahan.


b. Benih yang direndam air akan mengalami proses perkecambahan yang
cepat dari pada benih yang tidak dikasih air sama sekali.
c. Penyebab benih yang tidak tumbuh karena tidak direndam dan
diakibatkan karena kurangnya kadar air pada setiap proses
perkecambahan.
d. Imbibisi dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi cairan.
e. Gagal berkecambah dikarenakan tidak terpenuhinya faktor-faktor serta
dormansi biji.

5.2 Saran
a. Sebelum Praktikum dimulai sebaiknya para praktikan membaca buku
panduan yang sudah disediakan.
b. Perlakukan percobaan dilakukan dengan baik dan benar.
c. Perhatikan saat penyiraman air pada kertas merang, jangan terlalu banyak
dan juga jangan terlalu sedikit supaya tidak berjamur.
51

DAFTAR PUSTAKA

Apriawan, Shoma. 2011. Pengaruh Pemberian Volume Penyiraman Air


Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Nitrogen Buncis. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Enhelling, F.A. 1996. Interaction inuolving allelopathy in cropping systems.
Agrnomic Journal 88:886-893.
Gardner, F.O,R.B Perace.R . L . Mitchel.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
( terjemahan ). UI. Press : Jakarta.
Hidayat, E . B. 1985. Anatomi Tumbuhsn Berbiji. ITB : Bandung.
Jumin, H . B. 1992. Ekologi Tanaman suatu pendekatan Fisiologi. Rajawali
Press : Jakarta.
Mubiyanto, B.M. 1997. Tanggapan tanaman kopi terhadap cekaman air. Jurnal
Puslit kopi dan kakao 13(2):83-95.
Salisbury, Frank B, dkk. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB
Bandung.
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta : Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
52

BAB V
TITIK LAYU PADA TANAMAN
53

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.


Jumlah air yang tersedia dalam tanah dapat menentukan pertumbuhan suatu
tanaman. Aktifitas fisiologis maupun morfologis tanaman dapat terganggu
jika ketersediaan air dalam tanah tidak cukup. Masing-masing jenis spesies
tanaman mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap ketersediaan
air tanah dalam kondisi minimum. Defisiensi air yang terus-menerus dapat
menyebabkan berbagai perubahan irreversible (tidak dapa tbalik) dan pada
akhirnya tanaman akan mati.

Dalam menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman, terdapat


beberapa pengertian yang perlu dipahami antara lain kapasitas lapang (KP),
titik layu permanen (TLP), dan air tersedia. Kapasitas lapang (KP) adalah
keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat
ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman
atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Titik layu
permanen (TLP) adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman
mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi
layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. Air
tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih
antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik
layu permanen.

Saat dalam tanah, air berada diantara rongga-rongga tanah dan terikat
oleh butir tanah, dengan kekuatan yang ditentukan oleh banyaknya air yang
dikandung oleh tanah tersebut. Tekstur tanah yang berbeda mempunyai
kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus,
contohnya: tanah bertekstur liat, memilik iruang porihalus yang lebih
banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan
tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang
54

pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit
pula. Oleh karena itu, macam media tanam akan berpengaruh dan
menentukan besaran titik layu pada tanaman.

Adapun manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui


mengapa tanaman tersebut layu. Layu sementara atau layu permanen.
Sehingga diketahui penyebab tanaman tersebut layu di lihat dari prosentase
kadar air. Selain itu juga untuk mengetahui proses pelapukan mineral dan
bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi
pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi,
mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas
tanah.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum untuk


mengetahui kadar air dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman
menunjukkan gejala kelayuan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar


air di dalam tanah, pasir, dan tanah+pasir yang menyebabkan tanaman mulai
menunjukkan gejala kelayuan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum titik layu pada tanaman adalah praktikan


maupun mahasiswa dapat mengetahui kadar air di dalam tanah, pasir, dan
tanah+pasir yang menyebabkan tanaman mulai menunjukkan gejala
kelayuan.
55

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan
proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial (Wulan, 2011).

Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang memiliki sifat-sifat


morfologi. Sifat morfologi adalah sifat-sifat tanah yang dapt di amati dan
dipelajari dilapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat fisik
dari tanah tersebut. Di dalam setiap tanah terdapat zat-zat lain yang berupa gas
dan zat cair, zat cair dalam tanah dapat ditentukan dengan menngunakan rumus
kadar air. Kadar air dalam tanah berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat
yang lain.

Sarwono Hardjowigeno (1987) berpendapat bahwa berdasarkan gaya yang


bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah
dibedakan menjadi :

1. Air Higroskopis

Air higraskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat
kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan
merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat
pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 –
4,7).

2. Air Kapiler

Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi
dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke
samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori
mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF
2,52 – 4,20). Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1991), air kapiler
dibedakan menjadi:
56

a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air
gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah
dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam,
sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang,
tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman
mulai layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik
layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik
layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman. Air gravitasi
merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah
meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah
hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga
tanah menjadi masam dan miskin unsur hara.

Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan
yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori
belum terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air
yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap (Apriyanti, 2012)
57

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Maret 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Polybag
b. Oven
c. Timbangan Satorius
3.2.2 Bahan
a. Benih Kacang Hijau
b. Benih Jagung
c. Pasir
d. Tanah

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan Alat dan Bahan.
2. Mengisi 3 kantong plastik dengan tanah, 3 kantong plastik dengan pasir
dan 3 kantong plastik dengan tanah dan pasir dengan perbandingan 1 : 1.
3. Menanam masing-masing benih yang disediakan pada masing-masing
kantong plastik sebanyak 3 buah.
4. Memelihara tanaman tersebut sampai berumur 2 minggu.
5. Memilih dengan cara menyeleksi dan meninggalkan tanaman yang
tumbuh normal dan baik sebanyak 1 tanaman per kantong plastik.
6. Memelihara tanaman yang sudah diseleksi selama 1 minggu dan
melakukan penyiraman terakhir pada hari ke 21 untuk keseluruhan
tanaman.
58

7. Mengamati kondisi tanaman yang sudah diperlakukan pada setiap hari


dengan mencatat pada hari ke berapa tanaman tersebut mulai
menunjukkan gejala layu.
8. Sesaat setelah tanaman mulai diketahui layu, maka dapat mengambil
contoh tanah dari media yang digunakan dan meletakkan di kertas coklat,
menimbang berat basah tanah sebesar 100 g.
9. Memasukkan media tanah ke dalam oven dengan suhu 80 - 85oC selama
24 jam untuk mendapatkan berat kering tanah.
10. Menghitung masing-masing media tanah untuk mendapatkan kadar air
yang hilang adalah dengan rumus :
Berat basah Tanah−Berat kering Tanah
a. 𝐾𝐴 = × 100
Berat basah Tanah

11. Membandingkan kadar air tanah dan kadar air pada tanah dan pasir untuk
masing-masing jenis tanaman yang diamati.
59

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Penimbangan Berat Tanah Titik Layu

Pengamatan dan Perlakuan pada Tanaman

Perlakuan Benih Kacang Hijau

BB (g) BK (g) %KA

Tanah 100 88,70 11,3%

100 89,61 10,39%

100 84,17 15,83%

Jumlah 37,52%

Rerata 12.50667%

Pasir 100 98,30 1,7%

100 98,15 1,85%

100 97,50 2,5%

Jumlah 6,05%

Rerata 2,01%

Pasir dan Tanah 100 94,94 5,06%

100 94,17 5,83%

100 88,36 11,64%

Jumlah 22,53%

Rerata 7,51%
60

4.1.2 Hasil Dokumentasi Pengamatan Titik Layu

Gambar 1. Gambar 2.
Titik layu kacang hijau 1 Titik layu kacang hijau 2

Gambar 3. Titik layu jagung 1 Gambar 4. Titik layu jagung 2


61

4.3 Pembahasan

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk
kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat
essensial (Wulan, 2011).

Tanah merupakan media pertimbuhan tanaman yang memiliki sifat-


sifat morfologi. Sifat morfologi adalah sifat-sifat tanah yang dapt di amati
dan dipelajari dilapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah adalah
sifat-sifat fisik dari tanah tersebut. Di dalam setiap tanah terdapat zat-zat
lain yang berupa gas dan zat cair, zat cair dalam tanah dapat ditentukan
dengan menngunakan rumus kadar air. Kadar air dalam tanah berbeda-beda
antara satu tempat dengan tempat yang lain (Sarwono Hardjowigeno, 1987).

Hubungan tanah dan air, ada beberapa pengertian penting antara lain
kapasitas lapang (KP) dan titik layu permanen (TLP). Apabila tidak ada
hujan, sedangkan air yang tersedia sudah terserap semuanya oleh akar ,
maka tanaman mengalami kelayuan. Kelayuan disebut sementara apabila
tanaman segar kembali dengan penyiraman dan disebut tetap apabila tidak
dapat segar kembali. TLP adalah kadar air tanah (dalam %), pada saat
tanaman mengalami kelayuan tetap. Pada keadaan TLP, air tanah tidak
tersedia lagi bagi tanaman (Darmawan, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah antara lain adalah


tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi.
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran
lebih besar, maka setiap satuan berat (gram) mempunyai luas permukaan
yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur
halus lebih aktif dalam reaksi kimia dibanding tanah bertekstur kasar.
62

Tabel 2. Pengaruh Kadar Air yang Menyebabkan Layu Pada Tanaman Kacang
Hijau dari Berbagai Media Tanam

Perlakuan Kadar Air (%) Notasi


Tanah 12,507 B

Pasir 2,017 A

Tanah + Pasir 7,510 Ab

Berdasarkan data pengamatan yang telah diolah, menunjukkan bahwa


media tanam tanah memiliki kadar air tanah tertinggi. Hal ini berarti media
tanah dapat menahan dan menyerap air dan unsur hara bagi tanaman.
Sedangkan media tanam pasir memiliki kadar air tanah terendah. Hal ini
berarti media pasir kurang mampu menahan dan menyerap air dan unsur
hara sehingga tanaman lebih mudah untuk layu. Media tanam pasir
bercampur tanah memiliki kadar air sedang, hal ini berarti media tanam
pasir bercampur tanah memiliki kemampuan moderat dalam menahan dan
menyerap air dan unsur hara, sehingga tanaman masih bisa bertahan.
63

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum yang kami lakukan


dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengetahui kadar air pada pasir
(2,017%”b”) sama dengan kadar air pada tanah dan pasir
(7,510%”ab”).Begitu jugadengan Kadar air padatanah (12,507%”a”) sama
dengan kadar air pada tanah dan pasir (7,510%”ab”). Sedangkan kadar air
pada pasir lebih besar dari pada kadar air pada tanah. Sehingga tanaman
media pasir akan mengalami kelayuan lebih cepat dari pada dengan media
tanah.

5.2 Saran

Praktikum ini memerlukan pengamatan yang lama sampai tanaman


menjadi layu, sehingga diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam
melakukan penimbangan agar tidak terjadi kekeliruan data.
64

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, N. dkk. 2012. Laporan Praktikum Struktur Benih. Bandung: Program


Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran.

Darmawan, J., dan J.S. Baharsjah. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman.


Jakarta: STIC

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana


Perkasa.

Sutedjo, M. M dan A. G. Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

Wulan, 2011. Penetapan Kadar Air Metode Oven Pengering. Jakarta: penerbit UI
65

BAB VI
FOTOSINTESIS
66

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis
yang berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan suatu penyusunan

senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi matahari (cahaya).


Cahaya terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing memiliki panjang
gelombang yang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap fotosintesis
berbeda.

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembetukan zat makanan


atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa
jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta
dibutuhkan bantuan energy cahaya matahari. Hampir semua mahluk hidup

bergantung secara langsung pada energi yang dihasilkan dari proses


fotosintesis. Akbibatnya fotosntesis menjadi sangat penting. Bagi kehidupan
d bumi

Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang


dapat mempengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun
faktor yang tidak mempengaruhi secara langsung seperti terganggunya
beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis. Fotosintesis

sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran


cahaya matahari, suhu lingkungan, kondisi karbondioksida. Faktor
lingkungan tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh
secara langsung bagi laju fotosintesis (Pertamawati, 2010)

Fotosintesis terjadi dalam kloroplas dengan bantuan energi


cahayamatahari foton dan berlansung dalam 2 tahap reaksi, yaitu reaksi
terang dan reaksigelap, adapun percobaan yang membuktikan fotosintesis
adalah sebagai berikut :Percobaan Engelmann, dengan bakteri thermo dan
Spirogyra, Fotosintesismenghasilkan oksigen, Percobaan Ingenhouse,
dengan hydrilla, Fotosintesismenghasilkan oksigen, Percobaan Sach’s,
67

dengan daun yang ditutup dan terbuka, fotosintesis menghasilkan


karbohidrat (Maniam dan Syulasmi, 2006).

1.2 Tujuan

Mengetahui peranan sinar matahari terhadap peningkatan berat kering


per tanaman per satuan waktu sebagai hasil dari fotosintesis.

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah praktikan maupun


mahasiswa dapat membuktikan dan memahami bahwa intensitas cahaya
dapat berpengaruh terhadap laju fotosintesis.
68

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fotosintesis atau asimilasi karbon merupakan proses konversi energicahaya


menjadi energi kimia. Daun merupakan organ utama dalam tubuh tumbuhan
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Pada kloroplas terjadi transformasi
energi, yaitu energi cahaya (foton) sebagai energi kinetik berubah menjadi energi
kimia sebagai energi potensial berupa ikatan senyawa organik pada glukosa
(Setiowati dan Furqonita, 2007).

Fotosintesis terjadi dalam kloroplas dengan bantuan energi cahayamatahari


foton dan berlansung dalam 2 tahap reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap,
adapun percobaan yang membuktikan fotosintesis adalah sebagai berikut :
Percobaan Engelmann, dengan bakteri thermo dan Spirogyra, Fotosintesis
menghasilkan oksigen, Percobaan Ingenhouse, dengan hydrilla, Fotosintesis
menghasilkan oksigen, Percobaan Sach’s, dengan daun yang ditutup dan terbuka,
fotosintesis menghasilkan karbohidrat (Maniam dan Syulasmi, 2006).

Fotosintesis adalah proses pembentukan molekul-molkul makanan yang


kompleks dan berenergi tinggi dari komponen-komponen yang lebih sederhana
oleh tumbuhan hijau dan organisme autotrofik lainnya dengan keberadaan energi
cahaya. Dalam proses fotosintesis, foton (paket satuan) cahaya ditangkap oleh
molekul-molekul pigmen yang spesifik (Fried dan Hademenos, 2005).
Fotosintesis merupakan reaksi sintesis glukosa pada organisme autotrof dengan
menggunakan sumber energi cahaya matahri. Jadi, fotosintesis dapat
berlangsung jika ada cahaya, klorofil, CO2 dan H2O. Secara ringkas, reaksi
fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut.

CO2 + H2O + (cahaya + klorofil) = C6H12O6 + O2 (Karmana, 2006).

Cahaya matahari berperan sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis


untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatiftanaman, misalnya;
pertumbuhan batang, cabang, dan daun; pembentukan bunga, buah, dan biji; serta
pembentukan zat-zat gizi dalam buah cabai dan bagian-bagiantanaman yang lain
(Cahyono, 2003).
69

Lama penyinaran cahaya matahari juga berpengaruh terhadap intensitas


cahaya matahari yang dapat diserap oleh tanaman sehingga berpengaruh pula
terhadap kegiatan fotosintesis. Untuk menunjang pertumbuhan tanaman
secara baik, diperlukan lama penyinaran sekitar 9-10 jam per hari (Juanda dan
Cahyono, 2005).

Tumbuhan memerlukan cahaya sebagai syarat terjadinya fotosintesis.Tanpa


fotosintesis, tumbuhan tidak dapat menyintesis makanannya. Hal
ini berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Bukti yang sangat jelas terlihat pada tumbuhan yang hidup di tempat gelap.
Tumbuhan tersebut tumbuh cepat dengan batang yang lebih panjang, ramping,
dan rapuhserta daun yang tidak lebar dan pucat, sedangkan tumbuhan yang
tumbuh ditempat terang, tumbuh lebih pendek, batang kokoh, dan daun hijau,
lebar, sertalebih tebal (Firmansyah,et al, 2007).

Sumber energi alami yang digunakan pada fotosintesis adalah cahaya


matahari. Cahaya matahari memiliki berbagai spektrum warna. Setiap spektrum
warna memiliki panjang gelombang tertentu. Setiap spektrum warna
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap proses fotosintetsis. Sinar yang efektif
dalam proses fotosintesis adalah merah, ungu, biru dan oranye (Ferdinand dan
Ariebowo, 2007)
70

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

a. Timbangan analitik
b. Cetok
c. Oven
d. Gembor
3.2.2 Bahan
a. Benih jagung
b. Benih kacang hijau
c. Media persemaian (tanah)
d. Polibag

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Menyiapkan media tanam yaitu dengan mengisi polybag dengan tanah.
3. Menanam benih jagung sebanyak 3 benih pada polibag dan sebanyak 3
benih kacang hijau pada polibag lainnya.
4. Mengulang langkah sebelumnya sebanyak 3 kali sebagai ulangan.
5. Praktikum dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu tanaman diletakkan pada
tempat terang dan tempat teduh.
6. Memelihara tanaman yang sudah ditanam selama 2 minggu.
7. Menyeleksi tanaman dengan menyabut tanaman yang tumbuh kurang
baik setelah 2 minggu.
8. Memelihara selama 1 minggu tanaman yang sudah diseleksi.
71

9. Mencabut tanaman pada kedua perlakuan untuk dikering anginkan.


10. Menimbang tanaman sebelum dikering anginkan untuk memperoleh
berat basah.
11. Tanaman dikering anginkan selama 1 minggu.
12. Tanaman yang sudah dikering anginkan selama 1 minggu dioven dengan
suhu 80 derajat.
13. Menimbang tanaman yang sudah di oven untuk memperoleh berat
kering.
14. Menghitung selisih berat basah dan berat kering antara tanaman yang
diletakkan di tempat terang dan tempat teduh.
15. Menghitung selisih berat kering tanaman terang dan tanaman teduh untuk
mengetahui hasil fotosintesis selama 1 minggu per tanaman.
72

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Berat Tanaman Jagung
Berat Basah Berat Basah
Perlakuan
1 2 3 1 2 3
Tempat Teduh 4,31 3.97 2,91 0,48 0,44 0,33
Tempat Terang 1,52 6,41 5,07 0,23 0,95 0,84
Selisih 2,79 2,44 2,16 0,25 0,51 0,51

Tabel 2. Berat Tanaman Kacang Hijau

Berat Basah Berat Kering


Perlakuan
1 2 3 1 2 3
Tempat Teduh 2,08 1,98 1,82 0,30 0,26 0,27
Tempat Terang 7,10 6,25 5,86 1,30 1,08 1,05
Selisih 5,02 4,27 4,04 1 0,82 0,78

Tabel 3. Hasil Fotosintesis Tanaman Jagung

Jumlah Hasil Fotosintesis

Perlakuan
BBterang - BKterang –
BB BK
BBteduh Bkteduh

Tempat Teduh 11,19 1,26


1,81 0,76
Tempat Terang 13 2,02
73

Tabel 4. Hasil Fotosintesis Tanaman Kacang Hijau


Jumlah Hasil Fotosintesis
Perlakuan BBterang - BKterang –
BB BK
BBteduh Bkteduh
Tempat Teduh 5,88 0,83
13,33 2,6
Tempat Terang 19,21 3,43

4.1.2 Hasil Dokumentasi Pengamatan

Gambar 1. Gambar 2.
Berat Basah Kacang Hijau Terang Berat Basah Kacang Hijau Teduh

Gambar 3. Gambar 4.
Berat Basah Jagung Terang Berat Basah Jagung Teduh
74

Gambar 5. Gambar 6.
Berat Kering Kacang Hijau Terang Berat Kering Kacang Hijau Teduh

Gambar 7. Gambar 8.
Berat Kering Jagung Terang Berat Kering Jagung Teduh
75

4.2 Pembahasan

Fotosintesis merupakan salah satu proses kehidupan pada tanaman


yang merupakan proses kimia untuk menghasilkan energi, dimana
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat dengan
bantuan cahaya secara sederhana. Reaksi fotosintesis ialah CO2 + H2O +
(cahaya + klorofil) = C6H12O6 + O2. Fotosintesis terjadi pada daun yang
menangkap cahaya dan menggunakan klorofil yang terdapat pada kloroplas
dimana proses fotosintesis terjadi tepatnya pada stoma. (Pertamawati, 2010)

Proses fotosintesis dalam prosesnya terdapat factor-faktor yang


mempengaruhi. Adapun proses-proses tersebut adalah cahaya, CO2, air,
suhu, dan unsur hara. Salah satu faktor yang cukup penting dalam proses
fotosintesis adalah cahaya. Hal ini dikarenakan cahaya digunakan untuk
mengolah bahan dasarnya menjadi makanan yang dibutuhkan.

Praktikum fotosintesis yang dilakukan terdapat 2 perlakuan yang


berbeda yaitu tanaman yang diletakkan pada tempat terang dan tanaman
yang diletakkan pada tempat teduh.

Intesitas cahaya yang tinggi akan memacu laju fotosintesis menjadi


optimum, sehingga komponen-komponen sel yang mendukung berat kering
tanaman akan meningkat (Sunu & Wartoyo, 2006). Selain itu untuk
menghasilkan berat kering yang maksimal tanaman memerlukan intensitas
cahaya yang maksimal untuk meningkatkan kecepatan fotosintesis (Santosa,
1990).

Praktikum ini menggunakan tanaman kacang hijau dan jagung sebagai


objek untuk mengamati berat basah dan berat kering yang diletakkan pada
tempat terang dan teduh untuk melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan
hasil pengamatan fotosintesis hasil tanaman jagung 0,76 dan hasil
fotosintesis tanaman kacang hijau 2,6. Pada data yang diperoleh
menunjukkan berat kering dan berat basah tanaman yang diletakkan pada
tempat terang lebih besar daripada tanaman yang diletakkan di tempat
teduh. Hasil fotosintesis diperoleh dari selisih berat kering tanaman terang
dan tanaman teduh.
76

Perbedaan nilai berat basah dan berat kering antara tanaman kacang
hijau yang diletakkan di tempat terang dan tempat teduh ini disebabkan
karena tanaman yang diletakkan di bawah sinar matahari lebih aktif
melakukan fotosintesis, sehingga partisi fotosintat lebih tinggi dalam
pembentukan struktur tubuh tanaman dan menjadikan tanaman menjadi
lebih berat. Sedangkan tanaman yang diletakkan di tempat teduh memiliki
berat kering dan berat basah yang lebih sedikit karena kurangnya asupan
cahaya sehingga proses fotosintesis menjadi lebih lambat dan tidak optimal.
Hal ini menyebabkan pembentukan struktur tubuh tanaman menjadi kurang
sempurna sehingga menyebabkan berat tanaman pun menjadi berkurang.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi proses foto sintesis intensitas
cahaya tinggi , suhu, konsentrasi karbohidrat dll.
77

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Cahaya matahari mempengaruhi proses fotosintesis.
2. Hasil fotosintesis tanaman jagung sebesar 51,82 dan hasil fotosintesis
tanaman kacang hijau sebesar 20,79.
3. intensitas cahaya matahari yang tinggi akan mempercepat laju
fotosintesis dan meningkatkan komponen sel pendukung berat kering.

5.2 Saran
1. Praktikan memahami terlebih dahulu materi yang akan dilakukan dalam
praktikum.
2. Praktikan lebih teliti pada saat proses penimbangan agar diperoleh hasil
yang akurat.
3. Tanaman yang digunakan dalam praktikum sebaiknya dirawat untuk
menghindari tanaman mati.
78

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B., 2003. Cabai Rawit Teknik Budi Daya & Analisis Usaha Tani.
Kanisius : Yogyakarta.

Ferdinand, F dan Ariebowo, M. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media


Persada : Jakarta.

Firmansyah, R. Mawardi, A. dan Riandi, U., 2007.


Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. PT. Setia Purna Inves : Bandung.

Furqonita, D dan Biomed, M. 2007.Seri Ipa Biologi. Yudhistira : Jakarta.

Juanda, D dan Cahyono, B. 2005. Wijen Teknik Budi Daya Dan Analisis
UsahaTani. Kanisius : Yogyakarta

Karmana, O., 2006. Biologi. Grafindo Media Pratama : Bandung

Maniam, Mbs dan Syukasmi, A., 2006. Persiapan Ujian Nasional Biologi.
Grafindo Media Pratama : Bandung.

Pertamawati, 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Kentang (Solanum Tuberasum L.). Dalam Lingkungan Fotoautrotof secara
Invitro. Jakarta Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 12.

Santosa, 1990. Pertumbuhan Legume pada Ketinggian yang Berbada. Semarang.


Pengendalian Kapang Sclerotium. Vol 13.

Setiowati, T dan Furqonita, D. 2007.Biologi Interaktif . Azka Press : Jakarta.

Sunu dan Wartoyo, 2006. Pertumbuhan Legume pada Ketinggian yang Berbeda.
Semarang. Pengendalian Kapang Sclerotium.Vol 13.
79

BAB VII
RESPIRASI PADA PROSES PERKECAMBAHAN
80

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respirasi Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk


memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan
hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan
proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang
memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut.
Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan
proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun
tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan
berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro.1986: 25).

Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut


respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi (Lovelles.1997: 104).

Respirasi merupakan rangakian proses oksidasi, semakin banyak


cadangan makanan yang digunakan maka proses respirasi yang berjalan
semakin lama juga. Karbondioksida (CO2) merupakan hasil sampingan dari
proses respirasi. Dalam kondisi sistem tertutup, akumulasi karbondioksida
dapat menghambat proses respirasi (Idaryani dkk, 2012).

Respirasi dapat dianggap sebagai proses metabolisme untuk kerusakan


oksidatif pada substart organik menjadi molekul sederhana seperti CO2 dan
H2O dengan menghasilkan energi. Proses metabolisme ini melibatkan
disintegrasi senyawa organik kompleks seperti gula, asam organik, asam
81

amino, dan asam lemak. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi terletak
pada lingkungan penyimpanan, terutama dengan mempertimbangkan nya
suhu dan gas komposisi kelembaban. (Barbosa dkk, 2011). Selain itu faktor
eksternal lain yang mempengaruhi proses respirasi yaitu komposisi yang
terdapat di dalam udara. Karena didalam udara mengandung senyawa
senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti CO2 dan O2
(Lertsiriyothin, 2009).

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui


terjadinya aktivitas respirasi pada organ tanaman berupa benih yang sedang
mnegalami proses perkecambahan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah praktikan maupun


mahasiswa dapat mengetahui terjadinya aktivitas respirasi pada organ
tanaman berupa benih yang sedang mnegalami proses perkecambahan.
82

II. TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi adalah serangkaian reaksi yang menghasilkan ATP menggunakan


molekul anorganik sebagai akhir akseptor elektronnya. (Abdurahman, 2008).
Respirasi merupakan proses biologis pada makhluk hidup artinya proses
penyerapan O2 yang digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif) dengan
menghasilkan energi dan diikuti adanya proses pengeluaran sisa pembakaran
berupa gas karbodioksida dan air. Karbohidrat dan asam-asam organik merupakan
subtart utama dalam jaringan yang diperlukan oleh kebanyakan tumbuhan dalam
proses respirasi. (Paramita, 2010) . Macam Respirasi terbagi menjadi 2 ;

1. Respirasi Aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi aerob


terjaid pada sitoplasma dan didalam mitokondria dan menghasilkan 36 ATP
dari sati molekul glukosa, sedangkan

2. Respirasi Anaerob adalah respirasi tidak memerlukan oksigen dan


menghasilkan ATP yang lebih sedikit. Respirasi anaerob terjadi pada
fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat. (Ferdinand, 2007)

Terdapat beberapa tahap yang dilakukan tumbuhan pada saat melakukan


proses respirasi, diantaranya:

1. Glikolisis

Pada tahap ini terjadi pengubahan senyawa glukosa dengan 6 atom C


menjadi dua senyawa asam piruvat dengan 3 atom C. serta NADH dan ATP.
Tahap glikolisis belum membutuhkan Oksigen. Glikolisis dapat disimpulkan
dalam dua tahap :

a. Reaksi penambahan gugus fosfat. Pada tahap ini di gunakan dua molekul
ATP
b. Gliseraldehid-3-fosfat diubah menjadi asam pirufat. Selain itu, dihasilkan
4 molekul ATP dan 2 molekul NADH.Walaupun 4 molekul ATP dibentuk
pada tahap glikolisis, namun hasil reaksi keseluruhan adalah dua molekul
ATP.
83

2. Siklus Krebs

Dua molekul asam piruvat dari glikolisis ditransportasikan dari


sitoplasma ke dalam mitokondria, tempat terjadinya siklus krebs. Akan tetapi
asam piruvat sendiri tidak akan memasuki reaksi siklus krebs tersebut. Asam
piruvat akan di ubah menjadi asetil koenzim A. Komplek senyawa asetil koA
inilah yang akan memasuki siklus Krebs atau dikenal sebagai siklus asam
sitrat. Koenzim A pada pembentukan asetil koA merupakan turunan dari
vitamin B.

Setiap tahapan dalam daur asam sitrat di katalis oleh enzim yang
khusus. Berikut beberapa tahapan yang terjadi dalam daur siklus sitrat :

a. Asetil koA menyumbangkan gugus asetil pada oksaloasetat sehingga


terbentuk asam sitrat. Koenzim A akan dikeluarkan dan digantikan dengan
penambahan molekul air.
b. Perubahan formasi asam sitrat menjadi asam isositrat akan disertai
pelepasan air.
c. Asam isositrat akan melepaskan satu gugus atom C dengan bentuk enzim
asam isositrat dehidrogenase, membentuk asam a –ketoglutarat.
NAD+ akan mendapatkan donor electron dari hydrogen untuk membentuk
NADH. Asam A-ketoglutarat selanjutnya diubah menjadi suksinil koA
d. Asam suksinat tiokinase membantu pelepasan gugus koA dan ADP
mendapatkan donor fosfat menjadi ATP. Akhirnya suksinil koA berubah
menjadi asam suksinat.
e. Asam suksinat dengan bantuan suksinat dehidrogenase akan berubah
menjadi asam fumarat disertai dengan pelepasan satu gugus electron. Pada
tahap ini, electron akan ditangkap oleh akseptor FAD menjadi FADH2.
f. Asam fumarat akan di ubah menjadi asam malat dengan bantuan enzim
fumarase.
g. Asam malat akan membentuk asam oksaloasetat dengan bantuan enzim
asam malat dehidrogenase. NAD+ akan menerima sumbangan electron
dari tahap ini akan membentuk NADH.
84

h. Dengan terbentuknya asam oksaloasetat, siklus akan dapat dimulai lagi


dengan sumbangan dua gugus karbon dari asetil koA.

Molekul-molekul sumber elektron seperti NADH dan FADH2 dari


glikolisis dan siklus kebs, selanjutnya memasuki tahap transfer elektron untuk
menghasilkan molekul berenergi yang siap digunakan.

3. Transpor Elektron
a. Enzim dehidrogenase mengambil hidrogen dari zat yang akan diubah
oleh enzim (substrat). Hidrogen mengalami ionisasi (2H à 2H+ + 2e) .
Proton hydrogen mereduksi koenzim NAD melalui reaksi NAD +
H+ à NADH + H+. NADH dari matrik mitokondria masuk ke ruang
intermembran melewati membran dalam, kemudian memasuki system
rantai pernapasan.
b. NADH dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindah ion hidrogen
kepada flavoprotein (FP), flavin mononukleotida (FMN), atau FAD yang
bertindak sebagai pembawa ion hidrogen dikeluarkan ke matrik
sitoplasma untuk membentuk molekul H2O.
c. Elektron akan berpindah dari ubiquinon keprotein yang mengandung besi
dan sulfur → sitokrom b → koenzim quinon → sitokrom b2 sitokrom
o → sitokrom c → sitokrom a → sitokrom a3. Dan terakhir diterima oleh
molekul oksigen sehingga terbentuk H2O (Abdurahman, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses respirasi adalah sebagai


berikut:

a) Faktor dari luar


1. Ketersediaan substrat : Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama
yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Tumbuhan dengan kandungan
substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah
pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.
2. Ketersediaan oksigen : Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-
85

masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama.
3. Suhu : Semakin tinggi suhu, semakin tinggi laju respirasi. Laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
b) Faktor dari dalam
Tipe dan umur tumbuhan : Masing-masing spesies tumbuhan memiliki
perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk
berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan
(Anonymous, a. 2011).
86

II. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Oven
b. Timbangan Sauterius
c. Baki Plastik
3.2.2 Bahan
a. Benih Kacang Hijau
b. Benih Jagung
c. Kertas Merang
d. Label

3.3 Cara Kerja


1. Tiga kelompok (sebagai ulangan) masing-masing terdiri dari 100 biji
benih jagung dan benih kacang hijau, ditimbang dengan timbangan
sauterius pada kondisi air yang sama dan catat hasil penimbangan
tersebut.
2. Kemudian setengah bagian (50 biji) dari masing-masing benih jagung
dan kacang hijau, tersebut dioven pada suhu 850C selama 48 jam sampai
beratnya konstan.
3. Separo bagian (50 biji) benih lainnya dikecambahkan menjadi 3 ulangan.
Untuk benih jagung dan kacang hijau dikecambahkan dengan kertas
merang.
4. Setelah masing-masing benih berkecambah yang ditandai dengan
keluarnya hipokotyl dan calon akar, serta daunnya belum berwarna hijau
87

5. Selajutnya dilakukan pengukuran berat basah dan berat keringnya, lalu


catat hasil pengukuran tersebut
6. Buat Tabel Hasil Pengamatan antara berat basah dan berta kering
7. Bandingkan berat kering benih sebelum berkecambah dan setelah
berkecambah.
88

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Respirasi Kecambah

Berat Basah (gr) Berat Kering (gr)


No. Perlakukan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3
Biji Jagung
1. Tidak 6,5 6,3 7 5,82 5,59 6,04
Dikecambahkan
Biji Jagung
2. 8,82 8,66 8,99 5,75 5,42 5,86
Dikecambahkan

4.1.2 Hasil Dokumentasi

Gambar1. Gambar 2.

Berat Awal Biji Jagung Berat Awal Biji Kacang Hijau

Gambar 3. Gambar 4.
Berat Awal Kecambah Jagung Berat Awal Kecambah Kacang Hijau
89

Gambar 5. Gambar 6.

Berat Kering Biji Jagung Berat Kering Biji Kacang Hijau

Gambar 7. Gambar 8.
Berat Kering Kecambah Jagung
Berat Kering Kecambah Kacang Hijau

Gamba 9. Gambar 10.


Berat Basah Kecambah Jagung Berat Basah Kecambah Kacang Hijau
90

4.2 Pembahasan

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa


organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi (Lovelles, 1997).

Dalam praktikum respirasi media yang digunakan adalah kertas


merang. Kertas merang merupakan substrat analisis vistabilitas benih karena
warnanya kuning kecoklatan, memiliki daya absorbs air yang tinggi,
mendapatkan kondisi yang terkontrol dan jauh sedikit ruang diperlukan
untuk menempatkan materi yang diuji.

Berat pada biji diketahui dari berkurangnya berat suatu biji, sebelum
berkecambah berat lebih besar dari pada sesudah berkecambah hal ini
dikarenakan biji yang sudah tumbuh tidak meresap air, tetapi zat organic
tersebut telah dibongkar /dipecah menjadi energi untuk proses pertumbuhan
atau respirasi (Dwidjoseputro,1989).

Dari hasil pegamatan diperoleh berat biji jagung kering yang tidak di
kecambahkan lebih besar dari pada berat biji kering jagung yang sudah
dikecambahkan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Dwidjoseputro,1989).
Namun dalam berat biji jagung basah berlaku sebaliknya, berat biji jagung
basah yang tidak di kecambahkan lebih kecil dari pada berat biji jagung
basah yang sudah dikecambahkan. Hal ini dikarenakan berat biji jagung
basah memiliki viabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan berat biji
jagung kering. Berat biji jagung basah sesuai dengan penelitian Suita
(2013) bahwa dengan bertambahnya berat ukuran biji maka daya
berkecambah semakin meningkat. Ukuran berat biji berkorelasi dengan
vigor dan viabilitas biji. Biji relative besar cenderung mempunyai vigor
yang lebih baik dibandingkan dengan biji biji kering. Hal ini di karenakan
91

masuknya air kedalam biji memicu enzim bekerja mengaktifkan sel sel yang
belum aktif sehingga ketika biji direndam terjadi proses imbibisi yaitu
proses penyerapan air ke dalam rongga jaringan melalui pori-pori secara
pasif, terutama karena daya serap senyawa polisakarida, seperti
hemiselulosa, pati, dan selulosa. Proses ini terjadi ketika air masuk ke dalam
benih melalui proses imbibisi yang merupakan proses spesifik.
92

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa :

1. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa


organik menjadi senyawa anorganik
2. Berat biji jagung kering yang tidak di kecambahkan lebih besar dari
pada berat biji kering jagung yang sudah dikecambahkan.
3. Biji yang diperlakukan dengan cara dioven memiliki perbedaan yang
signifikan terkait dengan berat basah dan berat kering. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hal tesebut berkaitan dengan kadar air yang
dikandung oleh biji setelah beberapa dioven untuk diambil data berat
kering pada saat keadaan yang konstan.

5.2 Saran

Dalam praktikum tentang respirasi pada proses perkecambahan harus


dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh ketelitian dan kesabaran
terutama pada saat penimbangan benih, karena penimbangan dilakukan
berkali-kali untuk mendapatkan berat yang konstan.
93

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Idaryani, Suryani, Wahab A. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Periode Simpan
Terhadap Viabilitas Benih Beberapa Virietas Padi. Agrisistem, 8(2):87-97

Lertsiriyothin, Weerasak. 2009. Sensitivity of produce respiration models used in


the MAPDESIGN software on the shelf life simulation of broccoli in the
modified atmosphere package. Mj. Int. J. Sci. Tech, 1: 85-94.
Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT. Gramedia

Paramita, Octhaviani. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,


Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var
Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi teknik, 2(1):
29-38.
Suita, E. 2013. Pengaruh sortasi benih terhadap viabilitas dan pertumbuhan
terhadap bibit akor (Acacia auriculiformis). Jurnal Perbenihan Tanaman
Hutan.1(2):83--91 p.
94

BAB VIII
GERAK TANAMAN
95

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan bereaksi terhadap perubahan lingkungan dengan


perwujudan yang tampak antara lain pada pertumbuhannya. Respon
terhadap perubahan lingkungan yang diwujudkan sebagai pertumbuhan
mengakibatkan bagian tertentu lebih cepat tumbuh dibandingkan yang
lainnya. Respon ini dapat menghasilkan gerak yang nyata walaupun
umumnya lebih lambat dari pada gerak nasti. Diantara gerak akibat tumbuh
yang dikenal adalah gerak tropisme. gerak bagian tumbuhan yang
dipengaruhi oleh arah datangnya cahaya disebut fototropisme. Setiap
organisme mampu menerima rangsang yang disebut iritabilitas, dan mampu
pula menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang
umum adalah berupa gerak. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau
perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh. Jika pada
hewan rangsang disalurkan melalui saraf, maka pada tumbuhan rangsang
disalurkan melalui benang plasma (plasmodema) yang masuk ke dalam sel
melalui dinding yang disebut noktah (Salisbury dan Ross, 1995).

Rangsangan yang mempengaruhi terjadinya suatu gerak pada


tumbuhan antara lain cahaya, air, sentuhan, suhu, gravitasi dan zat kimia.
Rangsangan tersebut ada yang menentukan arah gerak tumbuhan dan ada
pula yang tidak menentukan arah gerak tumbuhan. Rangsangan yang
menentukan arah gerak akan menyebabkan tumbuhan bergerak menuju atau
menjauhi sumber rangsangan. Iritabilitas pada tumbuhan disebabkan karena
adanya bagian dinding sel yang tidak mengalami penebalan. Pada bagian ini
terdapat suatu celah yang disebut noktah yang menghubungkan sel satu
dengan yang lain. Melalui noktah terjadi hubungan antara sel satu dengan
lainnya oleh penjuluran-penjuluran protoplasma atau benang-benang plasma
yang disebut plasmodesmata (Prawiranata 1991). Berdasarkan beberapa
teori di atas kami melakukan praktikum gerak tanaman ini untuk
mengetahui gerak tanaman pada tanaman kacang hijau.
96

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu untuk
mengetahui arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh cahaya matahari,
untuk mengetahui arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh gravitasi
(daya tarik bumi), untuk mengetahui arah tumbuh tanaman yang
dipengaruhi oleh air.

1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah praktikan maupun
mahasiwa mampu memahami arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh
cahaya matahari, memahami arah tumbuh tanaman yang dipengaruhi oleh
gravitasi (daya tarik bumi), dan memahami arah tumbuh tanaman yang
dipengaruhi oleh air.
97

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gerak Tanaman

Berdasarkan sumber rangsangan gerak, gerak pada tumbuhan


dibedakan atas tiga macam, yaitu gerak endonom, gerak higroskopik, dan
gerak esinom. Gerak endonom merupakan gerak spontan dari tumbuhan
yang tidak disebabkan adanya rangsangan dari luar, misalnya gerak aliran
sitoplasma pada tanaman air (hydrilla verticillata). Gerak higroskopik
merupakan gerak pada tumbuhan yang terjadi akibat adanya perubahan
kadar air pada tumbuhan, misalnya gerak pecahnya kulit buah polong-
polongan hingga bijinya terlempar keluar. Gerak esinom merupakan gerak
pada tumbuhan yang disebabkan karena adanya rangsangan dari
luar (Furqonita, 2006).

Gerak pada tumbuhan terjadi karena proses tumbuh atau karena


rangsangan dari luar. Walaupun tidak memiliki alat indra, tumbuhan peka
terhadap lingkungan sekitarnya. Tumbuhan memberi tanggapan terhadap
rangsangan yang berasal dari cahaya, gaya tarik bumi, dan air. Ada pula
tumbuhan yang peka terhadap sentuhan dan zat kimia. Tanggapan tumbuhan
terhadap rangsangan-rangsangan tersebut di atas disebut daya iritabilitas
atau daya peka terhadap rangsangan. Ada tiga macam gerak pada tumbuhan,
yaitu gerak tropisme, gerak nasti, dan gerak taksis (Uya, 2010).

Gerak merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh makhluk


hidup. Gerak dapat berupa perpindahan tempat atau perubahan bentuk
tubuh. Walaupun tumbuhan tidak memiliki sistem syaraf, namun
mempunyai bentuk tubuh yang tersususn atas sel-sel yang saling berdekatan
dan berhubungan. Dinding sel tumbuhan umumnya mengalami penebalan,
tetapi ada bagian tertentu dari sel itu tidak menebal, sehingga seolah-olah
ada celah yang disebut noktah. Melalui celah inilah plasma sel yang satu
dengan sel tetangganya yang dihubungkan oleh benang-benang plasma
disebut plasmodesmata (Kimball, 1992).
98

Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang mempunyai ciri


yaitu pertumbuhan dan bergerak. Banyak spesies yang telah dapat diketahui
bahwa tanaman dapat mengatur pemunculan daunnya secara aktif menuju
arah datangnya cahaya. Fenomena inilah yang disebut dengan fototropisme
(Kimball, 1992).

2.2 Macam – macam Gerak Tanaman


2.2.1 Geotropisme
Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap
pertumbuhan organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh
berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan
tersebutndinamakan geotropisme negatif. Contohnya seperti
pertumbuhan batang sebagai organ tanaman, tumbuhnya kearah atas.
Sedangkan geotropisme positif adalah organ-organ tanaman yang
tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi. Contohnya
tumbuhnya akar sebagai organ tanaman ke arah bawah.( Krisdianto.
2005 ) Akar selalu tumbuh ke arah bawah akibat rangsangan gaya
tarik bumi (gaya gravitasi). Gerak tumbuh akar ini merupakan
contoh lain dari gerak tropisme. Gerak yang disebabkan rangasangan
gaya gravitasi disebut geotropisme. Karena gerak akar diakibatkan
oleh rangsangan gaya tarik bumi (gravitasi) dan arah gerak menuju
arah datangnya rangsangan, maka gerak tumbuh akar disebut
geotropisme positif. Sebaliknya gerak organ tumbuhan lain yang
menjauhi pusat bumi disebut geotropisme negatif. Contoh lain dari
geotropisme adalah gerak tumbuh pada bunga kacang. Pada waktu
bunga mekar, geraknya menjauhi pusat bumi, maka termasuk
geotropisme negatif. Tetapi setelah terjadi pembuahan, gerak bunga
kemudian ke bawah menuju tanah ke pusat bumi dan berkembang
terus menjadi buah kacang tanah. Dengan demikian, terjadi
perubahan gerak tumbuh pada bunga kacang tanah. Sebelum
pembuahan adalah geotropisme negatif dan setelah pembuahan
adalah geotropisme positif. Pertumbuhan bunga ini dipengaruhi oleh
99

peranan hormon pertumbuhan. ( Benyamin Lakitan. 1993 ) Keadaan


auxin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman
(celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auxin akan
berada di dagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi
auxin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme.
Untuk membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi
auxin, telah dibuktikan oleh Dolk pd tahun 1936 (dalam Wareing
dan Phillips 1970). Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk
bahwa auxin yang terkumpul di bagian bawah memperlihatkan lebih
banyak disbanding dengan bagian atas. Sel-sel tanaman terdiri dari
berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan adanya
gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas.
Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah.
Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith
(misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi dinamakan
statocyste (termasuk statolith). ( Lovelles. 1997 )

2.2.2 Fototropisme
Teory Cholodny-Went tentang tropisme menetapkan bahwa
penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda
(differensial) IAA dalam batang. Sisi batang yang disinari
mengandung IAA lebih rendah dibandingkan dengan sisi gelap.
Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh memanjang lebih dari
pada sel-sel pada sisi yang disinari, sehingga batang akan
membengkok ke arah sumber cahaya. Spektrum kegiatan
fototropisme menunjukkan bahwa pigmen penyerap cahaya biru
adalah yang bertanggungjawab sebagai perantara respon cahaya.
Karotenoid dan riboflavin adalah pigmen kuning dan keduanya
dilibatkan dalam fototropisme. Gerak pada tumbuhan terjadi karena
proses tumbuh atau karena rangsangan dari luar. Walaupun tidak
memiliki alat indra, tumbuhan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Tumbuhan memberi tanggapan terhadap rangsangan yang berasal
100

dari cahaya, gaya tarik bumi, dan air. Ada pula tumbuhan yang peka
terhadap sentuhan dan zat kimia. Tanggapan tumbuhan terhadap
rangsangan-rangsangan tersebut di atas disebut daya iritabilitas atau
daya peka terhadap rangsangan. Ada tiga macam gerak pada
tumbuhan, yaitu gerak tropisme, gerak nasti, dan gerak taksis.

2.2.3 Gerak Autonom

Gerak autonom merupakan gerak tumbuhan yang tidak


disebabkan oleh rangsangan dari luar. Diduga gerak yang terjadi
disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan itu
sendiri. Gerak autonom disebut juga gerak endonom atau gerak
spontan.
Contoh gerak autonom antara lain sebagai berikut :

a) Gerak protoplasma pada sel-sel daun tanaman lidah buaya dan


umbi lapis bawang merah yang masih hidup.
b) Gerak melengkung kuncup daun karena perbedaan kecepatan
tumbuh.
c) Gerak tumbuhan ketika tumbuh, seperti mengalami masa
pertumbuhan terjadi penambahan masa dan jumlah sel.
Pertumbuhan ini menimbulkan gerak.

2.2.4 Gerak Esionom

Gerak esionom adalah gerak yang dipengaruhi oleh rangsang


yang berasal dari luar tubuh tumbuhan. Berdasarkan arah geraknya,
gerak esionom dibedakan atas gerak nasti, gerak tropisme, dan gerak
taksis. Salah satu contoh gerak esionom adalah gerak akibat tekanan
turgor. Tekanan turgor adalah tekanan air pada dinding sel. Tekanan
turgor disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel sehingga
menimbulkan tekanan pada dinding sel. macam-macam gerak
esionom adalah gerak :
101

a. Gerak Nasti

Gerak nasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang


arahnya tidak ditentukan atau ditujukan ke atau dari sumber
rangsang. terdiri dari gerak termonasti, fotonasti, seismonasti,
niktinasti, nisti kompleks.

b. Gerak Tropisme

Tropisme (tropos: balik) adalah gerak bagian tubuh


tumbuhan menuju atau menjauhi rangsang. Tropisme yang
menuju sumber rangsang merupakan gerak positif, sedangkan
yang menjauhi rangsang adalah negatif. gerak tropisme terdiri
dari fototropisme, kemotropisme, hidrotropisme, geotropisme,dan
tigmotropisme.

c. Gerak taksis

Gerak taksis adalah gerak seluruh bagian tubuh tumbuhan


menuju atau menjauhi rangsang. Gerak yang menuju ke arah
datangnya rangsang disebut taksis positif, sedangkan gerak yang
menjauhi rangsang disebut taksis negatif. gerak taksis terdiri
dari fototaksis dan kemotaksi.

2.2.5 Gerak Higrokopis


Gerak higroskopis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena
pengaruh perubahan kadar air di dalam sel sehingga terjadi
pengerutan yang tidak merata. Gerak higroskopis ini merupakan
gerak bagian-bagain tanaman yang tidak hidup lagi. Contoh gerak
higroskopis antara lain merekahnya kulit buah-buahan yang sudah
kering pada tumbuhan polong-polongan, membukanya dinding
sporangium (kotak spora) paku-pakuan,
102

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2018, pukul 13.00


sampai 14.30 di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian UPN Veteran
Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Gelas plastic/pot kecil
b. Handsprayer
c. Kamera
d. Kertas foto
3.2.2 Bahan
a. Tanaman puteri malu, seismonasti
b. Kedelai atau kacang hijau
c. Media persemaian (tanah tanaman+humus)

3.3. Cara Kerja


1. Menyediakan bahan tanaman puteri malu dan benih kedelai/kacang hijau
2. Memperlakukan tanaman puteri malu (dengan kondisi daun membuka)
dengan sentuhan (di atas persendian dan di bawah persendian),
mendokumentasikan dengan kamera
3. Mengamati perubahan yang terjadi pada daun yang di sentuh dan
mencatat perubahan yang terjadi akibat perlakuan tersebut, ulangi 3 kali.
4. Menanam benih kedelai/kacang hijau pada gelas plastic/pot kecil(2 pot)
5. Memelihara di tempat yang terbuka, tetapi teduh selama 7 hari
6. Setelah 7 hari, meletakkan pot dalam posisi berbaring selama 2 hari, dan
meletakkan pot yang lain dalam posisi tegak
7. Setelah 2 hari, mengamati kondisi tanaman (posisi akar dan batang dalam
arah gerak tumbuhnya)
8. Membuat Tabel Hasil Pengamatan
103

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gerak Tanaman Pada Putri Malu

No. Satuan Reaksi Waktu Keterangan


1.Tidak menutup sempurna 15 detik Sedang
2.Tidak menguncup 17 detik Lama
1.
Atas sempurna
3.Tidak menguncup 11 detik Cepat
sempurna
1.Tidak menguncup semua 11 detik Lama
2. Bawah 2.Menguncup semua 10 detik Sedang
3.Menguncup semua 8 detik Cepat
1.Tidak menguncup 17 detik Sedang
sempurna
2.Hanya menguncup 20 detik Lama
3. Halus
beberapa
3.Tidak menguncup 16 detik Cepat
sempurna
1.Menguncup perlahan 10 detik Lama
4. Kasar 2.Menguncup perlahan 8 detik Sedang
3.Menguncup semua 5 detik Cepat

Tabel 2. Hasil Pengamatan Gerak Tanaman Kacang Hijau

Perubahan Pada Hari Ke-


No. Tanaman
8 9 10 11
Polibek A (tidak di
1. 24,9º 27,5º 29,5º 31,7º
tidurkan)
104

Polibek B (di
2. 165º 147º 124º 180º
tidurkan)

4.1.2 Hasil Dokumentasi

Gambar 1. Kacang hijau Gambar 2. Kacang hijau Gambar 3. Kacang


dibaringkan ulangan 1 dibaringkan ulangan 2 hijau dibaringkan 3
pada hari ke 1 pada hari ke 1 pada hari ke 1

Gambar 4. Kacang hijau Gambar 5. Kacang hijau Gambar 6. Kacang


dibaringkan ulangan 1 dibaringkan ulangan 2 hijau dibaringkan
pada hari ke 5 pada hari ke 5 ulangan 3 pada hari ke
5

Gambar 7. Kacang hijau Gambar 8. Kacang hijau Gambar 9. Kacang


kontrol ulangan 1 kontrol ulangan 2 hijau kontrol ulangan 3
105

Gambar 10. Gerak putri Gambar 11. Gerak putri

malu sentuh dari malu sentuh dari

atas bawah

Gambar 13.
Gambar 12.
Gerak putri malu
Gerak putri malu halus
sentuh
kasar
106

4.2 Pembahasan

Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi


seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang di berikan terhadap
rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan.
(Dwijoseputro,1980). Tumbuhan sebagai makhluk hidup juga melakukan
gerak, namun gerak yang di lakukan berbeda dengan gerak yang di lakukan
oleh manusia dan hewan. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan
yang di lakukan oleh tumbuhan hanya pada bagian tertentu saja. Misalnya :
Bagian ujung tunas, ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu.
(Ferdinand, 2003)

Pada praktikum kali ini, kami mengamati gerak pada tanaman putri
malu dan kacang hijau. Perlakuan yang kami berikan pada tanaman putri
malu adalah dengan menyentuh dari atas persendian dan bawah persendian
yang di lakukan dengan sentuhan kasar dan halus, sebanyak 3 kali ulangan.
Dari hasil pengamatan yang kami dapatkan, ternyata putri malu memiliki
kecepatan yang berbeda-beda saat daunnya menutup. Hal ini juga di
pengaruhi oleh halus kasarnya sentuhan yang kami berikan. Menutupnya
daun putri malu saat di sentuh di karenakan adanya gerak
seismonasti/tigmonasti. Arah dan menutupnya daun putri malu tidak di
pengaruhi oleh arah datangnya rangsangan atau sentuhan.

Sedangkan untuk kacang hijau, kami menanam di polibag dan


memeliharanya di tempat yang terbuka tetapi teduh (green house). Setelah 7
hari, jenis pot B di letakkan dalam posisi berbaring selama 4 hari.
Pengukuran derajat kelengkungan batang tanaman kacang hijau pada
polibag selama 4 hari. Pada pot jenis B pertumbuhan batang membelok dari
horizontal menuju arah vertical. Hal tersebut di karenakan, karena adanya
gerak Geotropisme. Gerak geotropism adalah gerak yang di sebabkan oleh
rangsangan gaya tarik bumi dan arah gerak menuju arah datangnya
rangsangan. Maka, gerak tumbuh akar di sebut gerak geotropisme positif.
Sebaliknya, gerak tumbuhan lain yang menjauhi pusat bumi di sebut
107

geotropisme negative. (Campbell,2004). Maka gerak batang kacang hijau


pada pot B merupakan gerak Geotropisme negative.
108

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Menutupnya daun putri malu saat di sentuh dikarenakan adanya gerak
Seismonasti.
2. Arah menutupnya daun putri malu tidak di pengaruhi oleh arah
datangnya rangsangan atau sentuhan.
3. Gerak Geotropisme adalah gerak yang di sebabkan adanya rangsangan
gaya gravitasi.
4. Arah gerak yang menuju arah datangnya rangsangan gaya gravitasi bumi
di sebut gerak Geotropisme negative.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan (mahasiswa) dapat lebih tenang pada saat


praktikum, agar dapat memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
109

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.


Ferdinand, fiktor. 2003. Praktis belajar Biologi. Grafindo. Yogyakarta
Furqonita, D dan Biomed, M., (2006), Biologi 1 SMP Kelas VII, Yudistira,
Yogyakarta.
Kimball John. W. 1992. Biologi. Edisi 2 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. Lovelles, A.R. 1997. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan.
Jakarta : PT. Gramedia.
Prawiranata. W, dkk, 1991. Ttropisme, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid
III.(Departemen Botani Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 1991).
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai