Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SEMENTARA

“UJI KADAR AIR BENIH”


TEKNOLOGI BENIH

Oleh :

Nama : Andriana Ela Saputri

NPM : 17025010017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

2020
15/4 83
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi
pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu mendapatkan perhatian dari smea pihak
yang terkait terutama pada saar musim tanam. Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah
meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas
benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman waktu di laangan, saat panen serta saat proses
setelah panen. Selain itu, mutu benih sering juga dinilai bedasarkan mutu genetic dan ciri-ciri
fisiologis yang dibawa oleh benih (Sutopo, 2002).
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih
memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi
agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup
tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan,
identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe
tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi
daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih, serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang
ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot,
kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air.
Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks
dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat sedemikian rupa dalam benih,
artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis
itu tergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara lingkungan sekitarnya.
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan
pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak
besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi
berisiko mempercepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air biji atau benih
berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan
harus dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau varietas.
1.2 Tujuan
a. Mampu mengukur kadar air pada beberapa jenis benih tanaman.
b. Mampu menggunakan metode pengukuran kadar air dengan alat Moisture Tester dan
oven.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kedelai


Menurut Adisarwanto (2008), klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merril
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan akar sekunder
(serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali membentuk akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman
tertentu misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2008).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji masak.
Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan dengan bagian ujung
bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas
poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun
bertiga pertama dan ujung batang (Sumarno et al., 2007).
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai daun primer
sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer berbentuk oval dengan tangkai daun
sepanjang 1—2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Tipe daun yang
lain terbentuk pada batang utama dan cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara
bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, mulai bulat hingga lancip (Sumarno et al., 2007).
Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada kondisi
lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai
daunnya akan berisi 1—7 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai yang ditanam. Bunga
kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki alat reproduksi jantan dan betina.
Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan
silang sangat kecil yaitu hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi
jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya
berkisar 40 - 200 bunga per tanaman (Adisarwanto, 2008).

2.2 Uji Kadar Air Benih


Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan
heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya
terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu
tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian
menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila
tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air
akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih
tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam
benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan
terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang
(Kartasapoetra, 2006).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau
metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi
oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan
kelembaban sebanyak mungkin. Metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan
sebagai metode standar (ISTA, 2006).
Kadar air merupakan salah satu factor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip
dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di dalam
benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu tinggi konstan dan
metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode cepat. Saat mengerjakan
penetapan kadar air benih, kelembaban udara nisbi laboratorium harus kurang dari 70 %
(Kuswanto, 2007).
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Senin tanggal 6 April 2020 pukul 07.30-08.10 WIB
di Laboratorium Bioteknologi 2 Fakultas Pertanian, UPN Veteran Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Moisture Tester
b. Cawan
c. Penumbuk
d. Timbangan Analitik
e. Oven
f. Desikator
g. Sendok
h. Kantong plastik
i. Kalkulator
j. Label
k. Alat tulis
3.2.2 Bahan
a. Benih kedelai

3.3 Cara Kerja


A. Dengan Alat Moisture Tester
1. Menyiapkan dan mengecek alat, serta contoh benih (kedelai) yang akan diuji.
2. Menimbang benih dan mencatat sebanyak 110 g (2 ulangan).
3. Setelah itu memasukkan benih dalam alat dan catat kadar airnya
4. Menghitung rata-rata kadar air
B. Dengan Oven
1. Menyiapkan dua buah cawan kosong + tutup dan timbang (M1), kemudian
memberi label dan mencatat.
2. Menyiapkan benih kemudian menghancurkan benih dengan ketentuan
penghancuran kasar untuk benih kedelai
3. Mengambil contoh kerja sesuai diameter cawan dan melakukan penimbangan.
Diameter cawan Contoh kerja
5 cm < diameter < 8 cm 4,5 ± 0,5 gram
≥ 8 cm 10 ± 1,0 gram

4. Menimbang cawan + tutup + isi sebelum dipanaskan (M2)


5. Masukkan cawan yang berisi benih ke dalam oven dengan ketentuan :
Waktu
Suhu
Benih Kedelai
Rendah (101-1050C) 17 jam ± 1 jam
Tinggi (130-1330C) 1 jam ± 3 menit

6. Setelah selesai dioven, mendinginkan cawan + isi pada desikator selama 30-45
menit.
7. Menimbang cawan + tutup + isi (M3).
8. Menghitung persentase kadar air dengan rumus %KA.

Rumus Perhitungan kadar air

% KA = x 100 %

Dimana : M1 = berat cawan + tutup


M2 = berat cawan + tutup + isi sebelum oven
M3 = berat cawan + tutup + isi setelah oven

Dalam perhitungan dua ulangan terdapat batas toleransi antara hasil


perhitungan dua ulangan sebesar ≤0,2% dan kadar air untuk kedelai ≤11% serta
untuk padi ≤13% jika lebih dari batas toleransi dan hasil maksimum kadar air,
maka harus dilakukan pengujian ulang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Pengukuran kadar air dengan metode cepat (moisture taster)
Kadar Air
Jenis Benih Rata-Rata
Ulangan I Ulangan II
Kedelai 12,9 % 13,1 % 13%

2. Pengukuran kadar air dengan metode oven


Berat Berat
Berat
cawan + cawan +
cawan Rata-Rata
Jenis Benih Ulangan tutup + isi tutup + isi % KA
kosong + KA
sblm oven stlh oven
tutup (M1)
(M2) (M3)
I 58,27 63,3 62,71 11,73 %
Kedelai 11,84%
II 44,32 49,34 48,74 11,95 %
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan uji kadar air benih kedelai menggunakan 2 metode yaitu
metode cepat (Moisture tester) dan metode oven. Pengukuran kadar air metode cepat (moisture
tester) dilakukan dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian
dikorelasikan dengan kada r air biasanya menggunakan alat yang disebut Steinlaete Moisture
Tester. Sedangkan dengan metode oven, kadar air benih dihitung secara langsung dari
berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih (Hasanah, 2006). Pengujian dengan
metode cepat lebih simpel, hanya sekali tahap. Metode oven lebih rumit, yaitu melalui beberapa
tahap. Dimulai menimbang cawan sampai mengoven cawan dan benih.
Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan
air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap viabilitas
benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki
kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo, 2006). Kadar air benih berfungsi untuk
menentukan menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan benih. Pengaruh kadar air
terhadap kualitas dan daya simpan benih terjadi interaksi antara kadar air, kemasan dan lama
simpan terhadap kadar fosfolipid, kadar protein membran, kadar fosfor anorganik mitokondria,
aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase, daya berkecambah dan vigor
Manfaat dari pengujian kadar air benih untuk mengtahui seberapa besar kandungan air yang
terkandung dalam benih tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas
perkecambahan, viabilitas dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi
air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan
awal air yang ada di dalam benih tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh rata-rata kadar air pada benih kedelai dengan
metode cepat adalah 13 %, sedangkan dengan metode oven diperoleh rata-rata kadar air sebesar
11,84 %. Kedua hasil tersebut memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% – 13%. Kadar air yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat berakibat terkuras habisnya
bahan cadangan makanan dalam benih. Penetapan kadar air bertujuan diantaranya untuk
mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.

Tambahkan :
- kenapa hasil menggunakan oven dan moisture tester berbeda?
- kelebihan dan kekurangan kedua metode tersebut
- menurut anda lebih efektif mana antara kedua metode
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Kadar air benih atau biji berfungsi
untuk menentukan menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air
optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% – 13%. Rata-rata
kadar air benih kedelai metode cepat adalah 13% dan rata-rata kadar air metode oven adalah 11,
84%.
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2008. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasanah, M., dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat di
Indonesia Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. 15(2). 68-73.

ISTA. 2006. International Rules for Seed Testing. Switzerland: The International Seed Testing
Association. Bassersdorf.CH

Kartasapoetra A G 2006 . Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina
Aksara. Jakarta.

Kuswanto, H.2007. Ananlisis Benih. Kanisius. Yogyakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

Sutopo, L. 2006. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

Yudono, Prapto 2005. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalam
Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2) :76-87.
LAMPIRAN

1. Pengukuran kadar air dengan metode cepat (moisture taster)


Kadar Air
Jenis Benih Rata-Rata
Ulangan I Ulangan II
Kedelai 12,9 % 13,1 % ….

Rata-rata Kadar Air Ulangan I dan II


12,9 + 13,1 = 26/2 = 13
2. Pengukuran kadar air dengan metode oven
Berat Berat
Berat
cawan + cawan +
cawan Rata-Rata
Jenis Benih Ulangan tutup + isi tutup + isi % KA
kosong + KA
sblm oven stlh oven
tutup (M1)
(M2) (M3)
I 58,27 63,3 62,71 …. ….
Kedelai
II 44,32 49,34 48,74 …. ….

Ulangan I :

% KA = x 100 % Rata-rata Kadar Air Ulangan I dan II


11,73 + 11,95 = 23,68/2 = 11, 84%
= x 100 %

= x 100 %

= 11,73 %
Ulangan II :

% KA = x 100 %

= x 100 %

= x 100 %

= 11,95 %

Anda mungkin juga menyukai