Anda di halaman 1dari 7

Nama : Andriana Ela Saputri

NPM : 170250100187
Kelas : Agroteknologi A

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN TEH DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH JAWA


TENGAH

1. Pembibitan Teh
Kegiatan awal yang dilakukan dalam proses pembibitan adalah pemilihan stek
tanaman. Klon yang digunakan untuk perbanyakan tanaman adalah Gambung 7. Pemilihan
stek dilakukan dengan memilih stek telah berumur ≥ 4 bulan dari proses pemangkasan.
Tanda stek telah dapat dipotong yaitu ketika pangkal entres berukuran ±10 cm berwarna
coklat. Entres yang dipilih harus dalam keadaan sehat. Entres yang baik yaitu entres yang
tumbuh tegak, berdaun mulus, berwarna hijau tua dan mempunyai diameter batang ± 3 cm.
Pembibitan yang dilakukan membutuhkan naungan. Naungan dibuat dengan jarak
tiang 3 m x 2.5 m dengan tinggi 2 m di atas permukaan tanah. Bagian atap naungan
menggunakan paranet. Kegiatan penanaman dimulai dengan memotong entres yang telah
dipotong dari kebun perbanyakan. Pemotongan entres dilakukan dengan menyisakan stek
satu buku dengan satu helai daun, daun tersebut kemudian 11 dipotong 1/3 bagian. Stek
yang sudah dipotong diberi perlakuan dengan mencelupkan ke dalam larutan mankozeb 10
ml/l ditambah larutan Atonik 20 ml/l selama 2 menit.
Bedengan dibuat dengan lebar 1 m dan panjang rata-rata 14 m. Bedengan antara satu
dengan yang lain berjarak 60 cm, antar bedengan dibuat parit untuk pembuangan air sedalam
5-10 cm. Media tanah yang digunakan untuk mengisi polybag harus berasal dari lahan yang
sudah lama tidak diolah, pH tanah yang cocok untuk pembibitan antara 4.5 – 5.6. Media
tanah berasal dari lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah (sub soil). Sebelum media tanam
dimasukkan ke dalam polybag, tanah terlebih dahulu dicampur dengan pupuk, fungisida dan
tawas. Setelah media siap digunakan kemudian dilakukan penanaman stek dengan
menancapkan tangkai stek ke dalam media dengan daun menghadap ke arah tangan. Arah
daun harus condong ke atas dan tidak boleh saling menutupi satu sama lain. Setelah stek
ditanam dilakukan penyiraman dengan air bersih dengan jumlah 7-10 liter/300 tanaman.
Kemudian bedengan disungkup kembali sampai setelah 3-4 bulan, dibuka jika perlu
pemeliharaan dan segera ditutup kembali.
Pertumbuhan bibit. Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan pada umur 4 bulan
setelah tanam (BST) pada 60 bibit contoh dari tiga bedengan, masing-masing bedengan
berisi 20 tanaman contoh.

2. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan untuk meminimalkan kehilangan hasil tanaman akibat
persaingan unsur hara sehingga tanaman dapat tumbuh optimal dengan memanfaatkan hara
yang tersedia. Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali dapat berpengaruh terhadap
kehilangan hasil yang dipengaruhi oleh persaingan cahaya matahari, air dan ruang tumbuh
tanaman. Pengedalian gulma yang tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan juga
mengakibatkan kerugian. Pengendalian gulma yang dilakukan disesuaikan dengan jenis
gulma yang terdapat di kebun, tahun pangkas dan kondisi tanaman. Jenis gulma yang
terdapat di Unit Perkebunan Bedakah, yaitu Ageratum conyzoides, Borreria alata,
Melastoma malabathricum, Emilia sonchifolia, Clidemia hirta, Impatiens plathypetala,
Eleusine indica, Setaria plicata, Imperata cylindrica, Commelina nudiflora, dan Paspalum
conjugatum.
Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian secara manual
dan pengendalian secara kimia (chemical weeding). Pengendalian gulma secara manual
adalah pengendalian yang dilakukan menggunakan tangan atau parang dan sabit.
Pengendalian secara manual biasanya dilakukan untuk gulma-gulma yang sulit
dikendalikan menggunakan bahan kimia. Pengendalian gulma secara manual sering
dilakukan saat musim hujan, karena pengendalian gulma secara kimia sangat tidak efektif
jika dilakukan pada saat hujan turun, bahan kimia yang telah disemprotkan dapat hilang
dan tercuci.
Pengendalian gulma secara manual pada areal TBM disebut circle weeding yang
dilakukan dengan cara menggunakan kored. Rotasi pelaksanaan pengendalian gulma
secara manual dilakukan dalam tiga kali dalam setahun pada TBM I dan II, sedangkan
pada TBM III pelaksanaan circle weeding dilakukan dua kali dalam setahun. Pengendalian
gulma secara manual pada TM disebut babad bokor yang dilakukan dengan parang pada
waktu menjelang pemupukan, yaitu dua kali dalam setahun dari tahun pangkas I sampai
IV. Apabila populasi gulma banyak maka dapat dilakukan hingga tiga kali dalam setahun.
Babad bokor dilakukan dengan menggunakan sabit dengan teknik pengendalian gulma
biasa yaitu dengan memotong atau mencongkel bagian batang gulma sehingga batang
gulma dapat tercabut. Babad bokor dilakukan menjelang pemupukan, hal ini dilakukan
agar unsur hara yang diberikan melalui pemupukan dapat diserap sempurna oleh tanaman
dan tidak terjadi persaingan penyerapan unsur hara dengan gulma yang ada di sekitar
tanaman.
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan menggunakan herbisida. Pengendalian
secara kimiawi biasanya dilakukan saat musim kemarau untuk meningkatkan
keefektifannya. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida yang bersifat sistemik
yaitu Roundup berbahan aktif glyphosat. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma
secara kimiawi adalah knapsack dengan kapasitas 15 liter. Dosis yang digunakan untuk
penyemprotan 1 sampai 2 l ha-1 dengan waktu aplikasi dua kali dalam satu tahun.
Penyemprotan dilakukan pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB. Teknik
penyemprotan yang dilakukan yaitu dengan menyemprot di bawah daun pemeliharaan atau
sekitar 20 – 30 cm di atas permukaan tanah untuk memaksimalkan keefektifan semprotan.
Pengaplikasian herbisida dimulai dari lahan yang tinggi dan terdapat banyak gulma
kemudian dilanjutkan ke lahan yang rendah agar memudahkan dalam pengaplikasian.

3. Pemangkasan
Pangkasan produksi yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah yaitu pangkasan
bersih. Pangkasan bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas yang rata (sesuai
topografi) tetapi sedikit cekung ke dalam seperti mangkuk. Pangkasan ini dilakukan
dengan membuang stek satu buku atau cabang yang berdiameter ≤ 1 cm (batang pensil)
beserta daun-daun yang ada sehingga yang tersisa hanya batang-batang yang produktif
saja. Pangkasan bersih dilakukan dengan ketinggian 45-60 cm. Sistem yang diterapkan di
Unit Perkebunan Bedakah yaitu menaikkan tinggi pangkasan 5 cm dari pangkasan
sebelumnya hingga ketinggian 60 cm, kemudian akan kembali diturunkan menjadi 45 cm,
yang dilakukan selama 4 tahun sekali. Pangkasan bersih sangat cocok digunakan untuk
dataran tinggi ≥ 1,200 m dpl, untuk melancarkan sirkulasi udara dan intensitas cahaya
matahari agar bisa masuk merata ke areal pangkasan, agar meminimalkan terjadinya
pembusukan cabang yang terkena luka pangkas.

4. Gosok lumut
Gosok lumut merupakan kegiatan membersihkan lumut dan paku-pakuan yang
menempel pada batang atau stek satu buku tanaman. Pertumbuhan lumut dan paku-pakuan
yang tidak terkendali sangat mengganggu pertumbuhan tanaman, batang tanaman mudah
keropos dan mengganggu pertumbuhan tunas baru. Pembersihan lumut juga mempunyai
tujuan untuk menghindari tanaman terserang hama penyakit yang biasa bersarang pada
lumut atau paku-pakuan yang menempel pada cabang tanaman. Kegiatan gosok lumut
dilakukan satu minggu setelah pemangkasan untuk mempercepat pertumbuhan tunas-tunas
baru agar tidak terganggu dengan lumutlumut yang menempel. Alat yang digunakan yaitu
sapu lidi kecil dan sapu ijuk untuk memudahkan pengelupasan lumut yang menempel pada
batang.
5. Pemupukan.
Pemupukan dilakukan pada pagi hari saat cuaca yang cerah agar pupuk bisa
optimal diserap tanaman. Topografi yang curam menyebabkan pupuk yang diaplikasikan
mudah terbawa oleh hujan. Perhitungan waktu yang tepat untuk pemupukan harus
diperhatikan oleh kepala blok agar tidak mengalami kerugian saat hujan tiba. Pemupukan
di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan di areal TBM dan TM. Aplikasi pemupukan
dilakukan dengan dua cara, pemupukan lewat daun dan pemupukan lewat tanah.
Pemupukan lewat daun menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) dengan dosis 1 ml ha-1
. dilarutkan dalam air sebanyak 200-400 l ha-1 . Aplikasi PPC dilakukan 8 kali dalam
setahun. Pemupukan melalui daun dengan menggunakan ZnSO4 dilakukan 10 kali dalam
setahun. Penyemprotan pupuk dengan dosis 1 kg ZnSO4 dilarutkan ke dalam 200–250 l air
dilaksanakan pada pagi hari sampai pukul 10.00 WIB. Aplikasi pemupukan dilakukan
dengan menggunakan mist blower.
6. Pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama penyakit yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah
menggunakan cara kultur teknis dan kimiawi. Pengendalian hama penyakit cara kultur
tekis yaitu dengan cara memetik langsung daun-daun yang terserang hama dan penyakit
yang kemudian dapat memutus siklus hidup hama yang menyerang. Pengendalian secara
kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan fungsida dan insektisida pada tanaman
yang terserang. Keberadaan hama penyakit pada tanaman dan berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman sehingga pengendalian secara tepat sangat perlu dilakukan. Jenis
hama yang terdapat di Unit Perkebunan Bedakah yaitu Empoasca vitis dan ulat api (Setora
nitens).
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan adalah berkurangnya produksi pucuk
karena hama menyerang daun muda dan pucuk. Periode bertelur rata-rata dari hama adalah
7-14 hari, waktu tersebut memungkinkan menggunakan cara pengendalian secara kultur
teknis sehingga daur hidup hama bisa terputus. Empoasca vitis merupakan hama utama
yang menyerang tanaman teh. Gejala serangan yaitu tulang daun mengering dan mengerut
akibat tusukan dan hisapan hama. Daun yang telah dihisap lama-lama menjadi coklat dan
mengering. Empoasca vitis cukup sulit dikendalikan karena sifat tubuhnya yang mudah
terbang ketika disemprot insektisida. Ulat api (Setora nitens) merupakan hama yang
meyerang pada sepanjang musim dan serangan semakin berat pada saat musim kemarau.
Akibat serangan ulat api yaitu daun teh pada bagian pinggir menjadi bergerigi serta
berlubang. Kerugian 21 yang ditimbulkan akibat serangan ulat api yaitu berkurangnya
produksi pucuk. Pengendalian ulat api dilakukan dengan menggunakan insektisida Crowen
113 EC dan Talstar 25 EC berbahan aktif Bifentrin dengan masing-masing dosis 1 l ha-1 ,
konsentrasi 0.75 ml l-1 dan volume semprot 350 l ha-1 . Penyakit yang menyerang
tanaman teh sebagian besar yaitu cacar daun (blister blight). Penyakit cacar daun sangat
mempengaruhi penurunan kuantitas maupun kualitas tanaman teh. Penurunan produksi
yang diakibatkan penyakit cacar daun dapat mencapai 50% dari produksi rata-rata/tahun.
Cacar daun disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexan Massee melalui spora yang
terbawa serangga atau manusia dan diterbangkan angin. Spora berkembang sangat pesat
apabila kelembaban udara tingggi dan sinar matahari kurang.

7. Pemetikan
Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan petikan. Pemetikan dilakukan
saat pucuk sudah manjing atau sudah memenuhi syarat petik. Pemetikan dilakukan di Unit
Perkebunan Bedakah pada setiap hari kerja (Senin- Sabtu) yang di mulai pukul 07.00 saat
tanaman masih segar. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah
pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan
adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas.
Tujuan pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik yang lebar dan rata
agar tanaman mempunyai kuantitas pucuk yang tinggi. Pemetikan jendangan dapat
dilakukan apabila 60% dari luas areal sudah memenuhi syarat untuk dijendang. Tunas–
tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan yang tumbuh dari batang samping dibiarkan
agar perdu tanaman menjadi lebar. Tinggi tunas optimum untuk dilakukan petikan
jendangan yaitu ± 25 - 30 cm dengan meninggalkan daun pemeliharaan sebanyak 3 - 4
lembar. Waktu pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah pada umumnya 3.5 - 4
bulan setelah pemangkasan kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi.
Pemetikan produksi dilakukan apabila bidang petik sudah rata ditumbuhi pucuk-
pucuk yang sudah manjing. Tujuan pemetikan produksi adalah mendapatkan kuantitas dan
kualitas pucuk yang tinggi yang dipengaruhi oleh standar pucuk, luas hanca petik dan
jumlah tenaga kerja yang melaksanakan pemetikan. Pemetikaan produksi dilakukan oleh
pekerja borongan, oleh karena itu mandor harus memperhatikan arah gunting pemetik agar
bidang petik tetap rata dan tidak membentuk cakar ayam (sisa petikan yang sudah siap
petik tetapi terlambat dipetik) untuk siklus petikan selanjutnya.
Berdasarkan daun yang ditinggalkan, pemetikan produksi dapat dibedakan
menjadi pemetikan ringan, pemetikan sedang dan pemetikan berat. Pemetikan ringan
apabila daun yang ditinggalkan pada perdu satu atau dua daun di atas kepel (k+1 atau k+2)
artinya kepel ditambah satu daun atau kepel ditambah dua daun. Pemetikan sedang apabila
daun yang ditingggalkan pada bagian tengah perdu tidak ada tetapi pada bagian pinggir
perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel (bagian tengah k+0 pada bagian pinggir k+1).
Pemetikan berat yaitu apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu
di atas kepel (k+0). Hasil petikan merupakan macam-macam pucuk yang dihasilkan dari
pelaksaan pemetikan. Hasil petikan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu petikan halus,
petikan medium dan petikan kasar. Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas
pucuk peko (p) dengan satu daun atau pucuk burung (b) dengan satu daun yang muda (m),
dengan rumus (p+1 atau b+1m). Petikan medium apabia pucuk yang dihasilkan terdiri atas
pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga
dan muda .Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan
empat daun atau lebih, pucuk burung dengan beberapa daun tua.

Anda mungkin juga menyukai