Anda di halaman 1dari 34

Budidaya Tanaman Ubi Kayu

A.

SYARAT TUMBUH

Iklim
1.
2.
3.
4.
5.

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong antara 1.000 2.500 mm /
tahun.
Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C.
Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,
menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 65%.
Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam /hari
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

Media Tanam
1.
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan
struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah
diolah.
2.
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis alluvial latosol,
podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
3.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 8,0
dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0
5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

B.

PEDOMAN BUDIDAYA

Pembibitan
Persyaratan bibit, bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.

Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
Batang telah berkayu dan berdiameter 2,5 cm lurus.
Belum tumbuh tunas-tunas baru.

Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
2.

Bibit berupa stek batang


Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai setengah

3.

Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25 30 batang
stek.
4.
Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut kelokasi penanaman.

Pengolahan Media Tanam


Persiapan, kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
1.

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan
pH tester.
2.
Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk
mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
3.
Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
4.
Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon.
Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan
harga saat panen dan pasar.

Pembukaan dan Pembersihan Lahan


Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar tanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan
perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang
mungkin ada.

Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan
dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan
bedengan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti permbersihan
tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

Pengapuran
Untuk menaikan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam / tanah gambut, perlu
dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang
biasa digunakan adalah 1 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau
pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang ( bila
diperlukan).

Penentuan Pola Tanam


Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu
tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang
digunakan pada pola monokultur adalah 100 x 150 cm.

Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon, kemudian
tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila
tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Sebelum bibit ditanam
disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati BIONIC Plus yang telah
dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman dilahan hal ini sangat
bagus untuk pertumbuhan dari bibit.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan
diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau
disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma)
yang hidup disekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 kali penyiangan.

Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelah dibuat
seperti gundukan. Waktu pembubunan bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat
menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena
air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan tidak
kelihatan.

Perempelan / Pemangkasan

Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal
setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan
sebagai bibit lagi dimusim tanam mendatang.

Pemupukan
Sistem pemupukan menggunakan teknologi BIONIC Plus , dapat mengurangi kebutuhan pupuk
kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
1.
Berikan pupuk kandang/kompos pada lahan yang akan ditanami bibit kebutuhan untuk 1 hektar
sebanyak 5 ton atau 5.000 kg dan kemudian semprot dengan menggunakan Decom Plus 2 Liter
dan BIONIC Plus 2 Liter.
2.
Setelah tanam berikan 2 liter BIONIC Plus per hektar pada titik-titik penanaman dengan
campuran setiap 1 liter BIONIC Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 100 liter atau 1 tutup
botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter disemprotkan pada titik
penanaman secara merata.
3.
1 bulan setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 40 kg, TSP/SP36 : 64
kg dan KCL : 40 kg pada lahan 1 hektar, pemupukan diberikan dengan cara ditugalkan pada jarak
15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.
4.
Pemberian BIONIC Plus selanjutnya pada saat tanaman singkong berumur 1 bulan setelah
tanam : 2 liter, umur 2 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 4 bulan setelah tanam : 4 liter.
5.
Pemberian pupuk kimia selanjutnya adalah pada saat umur tanaman 60-90 hari berupa
campuran pupuk N:P:K dengan dosis Urea : 60 kg, dan KCL : 60 kg. Pupuk kimia diberikan dengan
cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.
Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur 4-5 bulan hendaknya selalu dalam
keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan
pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara
menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan adalah
system genangan sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan
system genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan
kebutuhan.

Waktu Penyemprotan Pestisida / Insektisida


Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling
baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida
disesuaikan dengan serangan hama/penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk
obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida
harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan
dapat ikut mati.

A.
1.

SYARAT PERTUMBUHAN.
IKLIM

Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur
1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat
panen (Wargiono, dkk., 2006).

Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila
suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi
kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.

2.

Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 65%.


Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
MEDIA TANAM.

Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur
remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.

Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis aluvial latosol,
podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5
8,0 dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar
4,0- 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

B.
1.

PEDOMAN BUDIDAYA.
BIBIT.
Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukaikonsumen, dan sesuai
untuk daerah penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat toleran
kekeringan, toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif
memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca.

Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).

Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam

Batang telah berkayu dan berdiameter 2,5 cm lurus.

Belum tumbuh tunas-tunas baru.

2.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM.

a.

Persiapan.
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :

Pengukuran PH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau
cairan pH tester.

Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk
mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.

Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.

Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon.
Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan
harga saat panen dan pasar.

b.

Pembukaan dan pembersihan lahan.

Pembukaan lahan pada intinya adalah merupakan pembersihan lahan dari segala gulma
(Tumbuhan pengganggu) dan akar tanaman sebelumnya.

Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan


menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang memungkinkan ada.

c.

Pembentukan Bedengan (Guludan).

Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahan penyelesaian. Bedengan atau
pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

Pembentukan bedengan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan


tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.

d.
-

C.
1.

Pengapuran (bila diperlukan).


Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam/tanah gambut,
perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah Kalsit/Kaptan (CaCO3). Dosis
yang biasa digunakan adalah 1 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu
pembajakan atau pada saat pembentukan Bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk
kandang.
TEKNIK PENANAMAN.
Penentuan Pola Tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan
tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman
padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokulturan adalah 80 x 120 cm.

2.

Cara Penanaman Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan
pupuk hayati SOT HCS yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru
dilakukan penanaman di lahan, hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.

3.

Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek Ketela Pohon, kemudian
tanamlah sedalam 5 10 cm atau kurang lebih 1/3 bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya
keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam saja.

D.
-

PEMELIHARAAN TANAMAN.
Penyulaman.
Untuk bibit yang mati/abnormal segera lakukan penyulaman yakni dengan cara mencabut dan
diganti atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu
panas.

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar/tanaman pengganggu
yang hidup disekitar tanaman. Dalam satu musim, minimal dilakuakan penyiangan 2 kali.
Periode kritis atau periode tanaman harus bebas dari tanaman pengganggu adalah antara 5 10
minggu HST (Hari Setelah Tanam). Bila tanaman peengganggu tidak terkendali selama periode
kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% jika dibandingkan dengan kondisi tanpa
gangguan tanaman liar/pengganggu.

Pembubunan.
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelahnya
dibuat seperti gundukan.
Waktu pembubunan bersamaan dengan penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila
tanah disekitar pohon terkikis karena hujan atau karena yang lain, maka perlu dilakukan
penimbunan ulang.

Perempelan/Pemangkasan.
Perempelan/Pemangkasan tunas perlu dilakukan kerana minimal setiap pohon harus mempunyai
2 atau 3 cabang, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim
tanam mendatang.

E.

PEMUPUKAN.
Pemupukan perlu dilakukan dengan Pupuk Kandang yang telah diolah terlebih dahulu dengan
POLA HCS. Jika pupuk kandang berasal dari ternak yang belum menggunakan SOC HCS, maka

kebutuhan per hektar sebanyak 2 ton. Namun jika kotoran berasal dari ternak yang telah
menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar hanya 8 kwintal.
Adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
-

Taburkan Bokashi pada setiap lubang 3 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari.
Semprot dengan SOT HCS pada tiap lubang 1 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari (8
tutup botol SOT HCS dicampur dengan 14 liter air dan gula pasir 3 sendok makan dan diamkan
terlebih dahulu selama 15 menit sebelum dikocorkan).

Lakukan penyemprotan/pengocoran SOT HCS pada saat 7 HST.

Selanjutnya lakukan dengan interval 2 minggu sampai usia 3 bulan HST.

Setelah itu lakukan setiap 1 bulan 1 kali sampai panen.

F.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN.


Kondisi lahan Ketela Pohon dari awal tanam sampai umur 4-5 bulan HST (Hari Setelah
Tanam) selalu daam keadaan lembab, tapi tidak terlalu becek.
Pada tanah kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan. Pada musin kering,
penyiraman dilakukan dengan cara menyiram langsung namun cara ini dapat merusak gundukan
tanah di pangkal pohon.
Yang lebih baik adalah dengan system genangan dengan tujuan agar air dapat meresap ke
tanah.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya,
pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang
dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga
sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau
bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia
justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan di mana yang menjadi kebutuhan
pokok semua orang.
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan
jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi,
atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai
pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.
Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri

makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obatobatan.
Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa agroteknologi perlu ikut serta berperan dalam
pembangunan di sektor pertanian salah satunya dengan cara melakukan pembudidayaan
ubi kayu .
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan proposal ini adalah agar memahami cara budidaya
tanaman pangan terutama tanaman ubi kayu .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Budidaya ubi kayu
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu,
singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara
Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India,
Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya
dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculentaCrantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang akan ditanam pada lahan kami seluas 4x4 m 2 ini
adalah varietas biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP,
Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4. Di dunia
ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara negara sentra ketela
pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia
diJawaTengah dan Jawa Timur.
2.1.1 Syarat Tumbuh

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 2.500 mm/tahun.
Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara
minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah 100C, pertumbuhan tanaman
akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang
kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10
jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur,
tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur
remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah
diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik
merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5
8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar
4,0 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl,
sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada
ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh optimal.
2.1.2 Pedoman Budidaya Ubi Kayu
2.1.2.1 Perbanyakan Tanaman
Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan
tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu
tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia
tanaman dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama
penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang
dianjurkan sebagai berikut :
- stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu
- Panjang 15-20 cm
- Diameter 2-3 cm
- Tanpa Penyimpanan
2.1.2.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah
yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak

fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk
menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan
berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah
pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk
memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap
lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.

2.1.2.3 Cara tanam


Jika dimaksudkan untuk diambil umbinya, penanaman setek dilakukan secara vertikal
berjarak 50 cm antar setek. Namun, jika dimaksudkan untuk diambil daunnya, setek dapat
ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari setiap buku. Anjuran cara
tanam sebagai berikut :
- Pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring akan
berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata
- Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 45 0 dan
horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan
penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya
berdampak pada produksi. Jangan terbalik, pemotongan ujung stek meruncing, membantu
agar stek tidak ditanam terbalik.
- Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini terkait
dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan menanam dalam
keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini akan menjamin kelancaran
sirkulasi O2 dan CO2serta meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu
pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan
ditranslokasikan ke tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara
maksimal pula.
2.1.2.4 Penanaman dan Penyulaman

Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan
atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu
dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal
musim hujan atau akhir musim hujan. Pada praktek penanaman lahan kami kali ini , stek
ditanam pada bulan September ini.
Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1-3 minggu. Bila penyulaman
dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulam akan tumbuh tidak sempurna karena
ternaungi tanaman sekitarnya. Sediakan bibit khusus untuk sulam yang ditanam di pinggir
atau tepi kebun.
2.1.2.5 Pengendalian gulma
Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi kayu
khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Berikut adalah waktu yang tepat untuk
pengendalian gulma yaitu :
- Tiga bulan pertama, hal ini disebabkan pertumbuhan gulma yang lebat, karena tanah di
antara tanaman belum tertutup sempurna oleh kanopi
- Di saat panen, dengan tujuan menurunkan kesulitan panen, sehingga kehilangan hasil
dapat dicegah dan mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada
musim tanam berikutnya.
2.1.2.6 Pemupukan
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap
oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan
yang berproduktivitas tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hara terbawa panenuntuk
setiap ton umbi segar adalah 6,54 Kg N, 2,24 P 2O5, dan 9,32 Kg K2O/ha/musim atau pada
tingkat hasil 30 ton/ha sebesar 147,6 Kg N, 47,4 Kg P 2O5, dan 179,4 Kg K2O/ha/musim. Hara
tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi
pengurasan hara, Sehingga kesuburan hara menurun dan produksi dan produksi ubi kayu
akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :
- Pupuk Organik : 5 10 ton/ha setiap musim tanam
- Urea : 150 200 Kg/ha
- SP36 : 100 Kg/ha
- KCl : 100 150 Kg/ha

Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, berikan pupuk organik + 1/3
Urea + 1/3 KCl sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu sisa dosis diberikan
pada bulan ketiga atau keempat.
2.1.2.6 Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 45 bulan hendaknya selalu
dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan
penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat
musim kering dengan cara menyiram langsung .
2.1.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas campestris pv.
manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB). Kerugian hasil akibat CBB
diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 90% untuk
varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan
terhadap kedua penyakit ini.
Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama ini menyerang
hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya
menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan
penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 53%, tergantung umur
tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca. Serangan
tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95%.
Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas
areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan
tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan
kesuburan tanah yang rendah.
Untuk pengendalian tungau merah sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim
hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2
bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan
hasil yang ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis
adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup
tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya
ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung)
sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di
daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang.
2.1.2.8 Panen
Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman
berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun

mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi
kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung
stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel.
Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun
penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di
daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar :

Buanglah batang batang ubi kayu terlebih dahulu.

Tinggalkan pangkal batang + 10 cm untuk memudahkan pencabutan

Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh,


sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.

Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat
pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian
angkatlah perlahan lahan ke atas.
BAB III
KESIMPULAN

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan
tropika dan subtropika. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat
dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang
ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak
tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya cairan berwarna biru gelap yang bersifat racun bagi manusia.
Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi ubikayu serta pendapatan petani,
penerapan teknologi ubikayu ditingkat lapang perlu diterapkan dengan tepat dengan
menerapkan paket teknologi yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah
(spesifik lokasi). Dengan melakukan budi daya ubi kayu langsung di lapangan mahasiswa
akan mengetahuia berbagai masalah serta cara menyelesaikannya .

Teknik Budidaya Tanaman Singkong

Singkong merupakan bahan baku aneka industry antara lain; tepung mocaf, tapioka, gula cair,
bioetanol, makanan camilan, dan lain-lain. Agar kebutuhan industri berbasis singkong terpenuhi dalam
jumlah besar dan kontinu, maka penting sekali melakukan budidaya tanaman singkong atau bermitra
dengan para petani singkong. Budidaya singkong sendiri akan membantu mengatasi kekurangan
pasokan dan menekan kenaikan harga bahan baku singkong. Masa panen petani singkong yang belum
dimanaj dengan baik sehingga menyebabkan pasokan tidak teratur dan mengakibatkan harga
fluktuasi tinggi, hal ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas industry berbasis singkong. Oleh
karena itu para pelaku usaha, sebaiknya juga melakukan budidaya singkong sendiri, selain bermitra
dengan para petani atau suplier singkong.
Untuk melakukan budidaya tanaman singkong kita harus menentukan lokasi budidaya yang
tepat sehingga dicapai produkis optimal. Singkong merupakan tanaman tropis, tetapi dapat pula
beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub-tropis. Tanaman singkong tidak menuntut iklim
yang spesifik untuk pertumbuhannya. Secara umum, singkong dapat tumbuh dengan baik pada iklim
dengan curah hujan: 1500-2.500 mm/thn. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman singkong
sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Tanaman singkong
dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m dari permukaan air laut atau di sub-tropis dengan suhu ratarata 16 C. Pada ketinggian tempat sampai 300 m dpl, tanaman singkong dapat menghasilkan umbi
dengan baik, akan tetapi tidak menghasilkan bunga. Sedangkan pada ketinggian tempat mencapai
800 m dpl tanaman singkong mampu menghasilkan bunga dan biji. Bahan baku singkong yang
didapat dari daerah dataran tinggi akan menghasilkan rendemen yang tinggi dibandingkan singkong
dari dataran rendah. Singkong yang ditanam pada daerah yang curah hujannya rendah memiliki kadar
air yang lebih rendah dibandingkan dengan singkong yang ditanam pada daerah dengan curah hujan
yang tinggi. Secara ekonomis, singkong dengan kadar air tinggi kurang baik untuk pembuatan tepung
mocaf.
Tanaman Singkong memerlukan media tanam sesuai agar menghasilkan produksi yang
maksimal. Media taman yang paling sesuai untuk tanaman singkong adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan
struktur remah mempunyai tata udara yang baik, selain itu unsur hara lebih mudah tersedia dan
mudah diolah. Tanaman singkong akan tumbuh dengan baik jika tanah subur dan kaya bahan organik
baik unsur makro maupun mikronya. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman singkong adalah jenis
aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Tanaman singkong akan

tumbuh dengan baik pada lahan dengan derajad keasaman pH berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH
ideal 5,8. Sedangkan tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga
cukup netral bagi suburnya tanaman singkong. Teknik budidaya tanaman singkong meliputi;
pembibitan, pengolahan lahan, penaman, pemupukan, perawatan, penanggulangan hama dan
penyakit, penanganan pasca panen.
1). Pembibitan Singkong
Sebelum melakukan budidaya tanaman singkong, perlu dilakukan pemilihan bibit yang
berkualitas. Bibit singkong yang akan dikembangbiakan dipilih berasal dari tanaman induk yang
mempunyai karakteristik; produksi tinggi, kadar tepung tinggi, umur panen 7 - 9 bulan, tahan
terhadap hama dan penyakit, warna putih, kadar sianida-nya rendah. Bibit dengan kualitas baik akan
menghasilkan produksi yang tinggi dan kualitas singkong yang tinggi pula.
Pengembangbiakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan cara stek. Batang tanaman
singkong yang akan digunakan untuk stek dipilih berdasarkan umur kurang lebih 7-12 bulan,
diameter 2,5-3cm, telah berkayu, lurus dan masih segar, panjang stek 20-25 cm, bagian pangkal
diruncingi agar memudahkan penanaman,kulit stek tidak terkelupas terutama pada bakal tunas.
2). Pengolahan Lahan
Sebelum melakukan penanaman bibit singkong, maka perlu dilakukan pengolahan tanah
terlebih dahulu agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang
dengan baik. Gulma dan sisa-sisa tanaman harus dibakar. Waktu mengerjakan tanah sebaiknya pada
saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak. Pengolahan tanah
dibajak atau di cangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan langsung ditanami atau di buat
bedengan-bedengan atau guludan dan juga dibuat saluran drainase, kemudian baru dapat ditanam.

3). Penanaman
Penanaman bibit singkong dapat dilakukan setelah bibit/stek dan tanah disiapkan. Waktu yang
baik untuk penanaman adalah permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan singkong memerlukan air
terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, setelah itu kebutuhan akan air relatif
lebih sedikit. Jarak tanam secara monokultur antara lain: 100 cm x 100 cm ; 100 cm x 60 cm. Cara
menanam singkong sebaiknya stek tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60 derajat dengan
tanah dan kedalaman stek 10 - 15 cm.
4). Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu dilakukan pemupukan bisa dengan menggunakan
pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau ) dan pupuk an-organik (Urea, TSP, KCL).
Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama pemberian
pupuk adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik diberikan tergantung komposisi
tanah. Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman singkong adalah:
- Urea : 60 - 120 kg hl/ ha
- TSP : 30 kg P205/ ha
- KCL : 50 kg K20/ ha
Cara pemberian pupuk adalah Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCL., dan seluruh dosis P
(TSP) diberikan pada saat tanam, pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCL diberikan pada
saat tanaman berumur 3 - 4 bulan.

5). Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik,
seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan singkong meliputi Penyiangan dan
Pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan
kedua dilakukan pada saat singkong berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan.
Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga singkong dapat tumbuh dengan
sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.

BUDIDAYA UBI KAYU


FEBRUARI 10, 2012 2 KOMENTAR

BUDIDAYA UBI KAYU

SYARAT TUMBUH
Sebetulnya tanaman ubi kayu dapat ditanam di mana saja, namun akan lebih
baik jika ditanam pada daerah yang sesuai dengan habitatnya atau
keinginannya untuk tumbuh baik. Secara umum syarat tumbuh tanaman ubi
kayu yang optimal adalah sebagai berikut :
a) Curah hujan, tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah
hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan
rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm).
Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760-1015 mm per tahun.
Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan
bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik
b) Suhu udara, tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18o-35oC.
Pada suhu di bawah 10oC pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat.

c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%.


d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari,
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
e) Ketinggian tempat yang baik dan ideal adalah 10 700 m dpl, sedangkan
toleransinya antara 10 1.500 m dpl.
f) Tanah, Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana
jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan
baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada
waktunya.
Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah
Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis
tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol.
Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan
dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk
organik
h) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai berkisar antara 4,5-8,0 dengan
pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam),
yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netrai bagi
pertumbuhan tanaman ketela pohon.

BUDIDAYA UBI KAYU

Persyaratan dan Penyiapan Bibit


Tanaman ubi kayu biasanya diperbanyak dengan menggunakan stek batang.
Namun, tanaman ini juga dapat diperbanyak dengan menumbuhkan bijinya.
Cara ini hanya digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman, bukan untuk budidaya,
karena membutuhkan proses dan waktu yang lama.
Keuntungan melakukan perbanyakan tanaman dengan menggunakan stek adalah
waktunya lebih cepat dan hasilnya pun akan sama dengan tanaman induknya.
Syarat bibit yang baik untuk bertanam singkong adalah sebagai berikut :
a)

Bibit berasal dari tanaman induk yang cukup tua (8-12 bulan), dan

stek diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu.


b)

Pertumbuhan induk harus normal, sehat, serta seragam.

c)

Batangnya telah berkayu dan berdiameter > 5 cm, dan lurus.

d)

Belum tumbuh tunas-tunas baru.

e)

Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang

dari 30 hari setelah panen. Pada beberapa kultivar, seperti Rayong 3 dan
Rayong 90, masa simpan stek selama 15 hari setelah panen.
f)

Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak, disimpan

di bawah naungan.
g)

Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling

sedikit 10 mata.
h)

Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insektisida dan fungisida untuk

mencegah serangan hama dan penyakit

Setelah dipilih batang dari pohon induk yang memenuhi syarat, kemudian dilakukan
penyiapan bibit.
Tahapan penyiapan bibit ubi kayu meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)

Bibit berupa stek batang dengan panjang sekitar 20 cm atau memiliki 4 mata.

b)

Pilih batang bagian bawah sampai tengah.

c)

Stek yang terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara

25-50 batang stek.


d)

Semua ikatan stek yang dibutuhkan kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

Hal penting yang harus diperhatikan pada saat penyiapan bibit ini adalah bahwa :

Ukuran panjang bibit harus seragam, agar pertumbuhannya pun seragam.

Alat pemotong yang digunakan untuk memotong-motong batang singkong

calon bibit harus tajam, sehingga memungkinkan satu kali tebasan cukup untuk
memotong batang singkong. Mengapa harus tajam ? karena apabila kurang
tajam dikhawatirkan pemotongan yang berulang-ulang pada calon stek batang
akan mengakibatkan luka yang berlebihan, sehingga merusak calon bibit.
Adanya luka memungkinkan terjadinya serangan patogen yang menyebabkan
penyakit.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan :

untuk memperbaiki kondisi tanah yang tadinya padat menjadi lebih gembur,

membersihkan kebun yang akan ditanami dari gulma,

sebagai bagian dari kegiatan sanitasi atau kebersihan lingkungan, sehingga

tempat hidupnya sumber-sumber penyakit dan hama dapat dibersihkan.

Pengolahan tanah berdasarkan jenis tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga,


yaitu:
1. Tanah ringan atau gembur : tanah cukup dibajak atau dicangkul satu kali,
kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami.
2. Tanah agak berat : tanah dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian diratakan
dan dibuat bedengan atau guludan, untuk selanjutnya ditanami.
3. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua kali atau
lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai saluran
drainase, penanaman dilakukan di atas guludan.

Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, penolahan tanah harus dikelola
dengan sistem konservasi, yaitu:
1. Tanpa olah tanah.
2. Pengolahan tanah minimal adalah pengolahan tanah secara larik atau
individual.
Pengolahan tanah ini efektif untuk mengendalikan erosi, tetapi hasil ubi kayu

pada umumnya rendah.


3. Pengolahan tanah sempurna dengan sistem guludan kontur.
Pengolahan tanah sempurna didasarkan pada pencapaian hasil yang tinggi,
biaya pengolahan tanah dan pengendalian gulma rendah serta tingkat erosi
minimal. Dalam hal ini tanah dibajak dengan traktor 3-7 singkal piring atau
secara tradisional (dengan ternak) sebanyak 2 kali atau satu kali yang
diikuti dengan pembuatan guludan. Untuk lahan peka erosi, guludan juga
berperan sebagai pengendali erosi, sehinggaguludan dibuat searah kontur

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau bajak.


Untuk areal yang luas, sebaiknya digunakan traktor. Setelah tanah diolah dan
dibersihkan, selanjutnya dibuat bedengan ukuran yang dikehendaki.
Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan dan penyiangan.
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat
masam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit/kaptan (CaCOS). Dosis yang biasa digunakan untuk
pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha.
Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan
bedengan kasar, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

Penanaman

1. Penentuan Pola Tanam


Pola tanam adalah sistem penanaman dalam berusaha tani.
Pola tanam monokultur
Jarak tanam yang digunakan dalam pola monokultur ada beberapa macam,
diantaranya adalah :
1. 1 m x 1 m (10.000 tanaman/ha),
2. 1 m x 0,8 m (12.500 tanaman/ha),
3. 1 m x 0,75 m (13.333 tanaman/ha),
4. 1 m x 0,5 m (20.000 tanaman/ha),
5.

0,8 m x 0,7 m (17.850 tanaman/ha), dan

6.

1 m x 0,7 m (14.285 tanaman/ha).

Pemilihan jarak tanam ini tergantung dari jenis varietas yang digunakan dan
tingkat kesuburan tanah. Untuk tanah-tanah yang subur digunakan jarak
tanam 1 m x 1 m; 1 m x 0,8 m; 1 m x 0,75 m maupun 1 m x 0,7 m.
Sedangkan untuk tanah-tanah miskin digunakan jarak tanam rapat yaitu
1 m x 0,5 m, 0,8 m x 0,7 m.
Pola tanam tumpang sari
Pola tumpangsari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu
sedemikian rupa sehingga ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami
dengan tanaman lain (kacang-kacangan, jagung maupun padi gogo).
Pengaturan jarak tanam ubi kayu diistilahkan dengan double row (baris

ganda). Ada beberapa pengaturan baris ganda pada ubi kayu,


diantaranya adalah :
1. Jarak tanam baris ganda 2,6 m
Pada baris ganda 2,6 m ini, tanaman ubi kayu ditanam dengan jarak
tanam 0,6 m x 0,7 m x 2,6 m. Dimana 0,6 m merupakan jarak antar
barisan dan 0,7 m merupakan jarak di dalam barisan, sedangkan 2,6 m
merupakan jarak antar baris ganda ubi kayu.
Pada jarak antar baris ganda ubi kayu ini dapat ditanami dengan
tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah maupun kacang
hijau.
2. Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 1 m x 2 m
Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 2 m dapat ditanami
dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah maupun
kacang hijau.
3. Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 0,5 m x 4 m.
Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 4 m tersebut dapat
ditanami dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah
maupun kacang hijau.

2. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung atas stek ubi kayu
untuk menghindari tergenangnya air di batang agar tidak terjadi

pembusukkan atau menghindari patogen penyakit yang biasanya menyukai


tempat-tempat yang lembab. Stek batang kemudian ditanamkan sedalam
5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah.
Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
Lakukan pemberian pupuk pada saat penanaman. Pupuk yang digunakan
sebagai pupuk dasar ini biasanya adalah pupuk kandang. Pupuk diberikan
di sekeliling tanaman dengan diameter sekitar 100 cm.
Tanah disekeliling tanaman digali atau dibuat parit kecil. Kemudian pupuk
ditaburkan ke dalam parit tersebut.
Setelah itu ditutup dengan tanah dari bekas galian tadi.

Pemeliharaan Tanaman

1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati atau tumbuh tidak
normal, dengan bibit yang baru/cadangan. Penyulaman sebaiknya dilakukan
pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas agar tanaman
yang disulamkan tidak layu. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan
minggu kedua setelah penanaman. Penyulaman yang dilakukan pada minggu
ketiga atau dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak seragam.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh di areal


pertanaman ubi kayu. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua)
kali penyiangan. Alat yang digunakan dalam penyiangan ini dapat berupa
cangkul, kored atau parang, sambil menggemburkan kembali tanah.
Penyiangan harus dilakukan hati-hati, jangan sampai alat yang kita gunakan
melukai tanaman ubi kayu.

3. Pembumbunan
Cara pembumbunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman
dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembumbunan dapat bersamaan
dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Sama halnya
dengan penyiangan, pembumbunan penting dilakukan terutama agar umbi yang
terbentuk dalam tanah menjadi besar-besar. Jadi pembumbunan ini memberikan
keleluasaan pada akar agar dapat tumbuh dan berkembang membentuk umbi
dengan baik.

4. Perempelan/Pemangkasan
Pada budidaya tanaman ubi kayu perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan
tunas, karena minimal setiap pohon hanya mempunyai dua atau tiga cabang.
Hal ini dilakukan agar batang ubi kayu tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi
di musim tanam mendatang. Selain itu, konsentrasi pertumbuhan tanaman ubi
kayu akan lebih mengarah pada pembentukan umbi, bukan daun. Kecuali dalam

pembudidayaan dengan tujuan untuk dipetik tunasnya.

5. Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu diberikan pupuk organik ( pupuk
kandang, kompos dan pupuk hijau ) dan pupuk anorganik ( Urea, TSP, KCL ).
Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Volume pupuk organik yang baik untuk 1 hektar tanaman ubi kayu minimal
sebanyak 6 ton.
Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah.
Pupuk anorganik diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah.
Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman ubi kayu adalah :

Urea dengan dosis 133 200 kg/ ha,

SP-36 dengan dosis 60 100 kg/ ha,

KCl dengan dosis 120 200 kg/ ha

Cara pemberian pupuk adalah:


a.

Pupuk dasar :

1/3 bagian dosis Urea dan KCl, serta seluruh dosis SP-36 diberikan pada
saat tanam.
b.

Pupuk susulan :

2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur
3 4 bulan.

6. Pengairan dan Penyiraman


Kondisi lahan singkong dari awal tanam sampai umur lebih dari empat atau lima
bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah
yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang
terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram
langsung, akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang paling baik
digunakan adalah sistem genangan, sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan.
Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan
untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

Cara Budidaya Ubi Jalar Lengkap


Posted by seputar pertanian
Labels: Artikel Pertanian

1
SEJARAH SINGKAT
.
Ubi jalar atau ketela rambat atau sweet potato diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani
dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan
Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah
sentrum
primer
asal
tanaman
ubi
jalar
adalah
Amerika
Tengah.
Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan
Indonesia.
2
JENIS TANAMAN
.
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih
dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang
menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La
Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian
dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian
(Balitkabi),
Departemen
Pertanian.
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak,
antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia,
layang-layang,
karya,
daya,
borobudur,
prambanan,
mendut,
dan
kalasan.
Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.


b) Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c) Rasa ubi enak dan manis.
d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh
cendawan Elsinoe sp.
e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f) Keadaan serat ubi relatif rendah.
Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur, mendut, dan kalasan.
Deskripsi
masing-masing
varietas
unggul
ubi
jalar
adalah
sebagai
berikut:

a) Daya
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x
jonggol.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 110 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5. Rasa ubi manis dan agak berair.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
b) Prambanan
1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 135 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5. Rasa ubi enak dan manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
c) Borobudur
1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
4. Umur panen 120 hari setelah tanam.
5. Ubi berasa manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
d) Mendut
1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun 1984.
2. Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
4. Rasa ubi manis.
5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
e) Kalasan
1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.
2. Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
4. Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange muda
(kuning).
5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasi di
lahan
marjinal.
3
MANFAAT TANAMAN
.

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi
jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah
dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur
dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun.
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang
penganeka-ragaman
jenis
penggunaan
ubi
jalar
dapat
dilihat
berikut
ini:

a) Daun: sayuran, pakan ternak


b) Batang: bahan tanam,pakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
4
SENTRA PENANAMAN
.
Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada
tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi
ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
5
SYARAT PETUMBUHAN
.
5. Iklim
1.
a) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah
yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27
derajat C.

b) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang
disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
c) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.

5. Media Tanam
2.
a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis
tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung
bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah
kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama
penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek
atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi
jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.

b) Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan


kelembaban tanah yang cukup.
c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan
tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau
harus tersedia air yang memadai.
5. Ketinggian Tempat
3. Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi
jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah
penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik,
tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di
dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan
baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
6 PEDOMAN BUDIDAYA
.

6. Pembibitan
1. Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara
vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara
generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

1. Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah
dengan
stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau
stek
batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.


b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,
normal, tidak terlalu subur.
d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.

2.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunastunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terusmenerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasigenerasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan
harus diperbaharui dengan cara menanam
atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

3. Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi
adalah
sebagai berikut:

a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan
pertumbuhannya sehat dan normal.

Anda mungkin juga menyukai