Pembibitan
Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpangrimpangnya baik berupa
rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang
induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan
kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah
saat dimana tanaman memerlukan banyak air.
2) Pembutan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan
kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
3) Cara Penanaman
Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas.
Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.
4) Perioda Tanam
Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau
mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang
cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
2) Penyiangan
Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak
bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua
dilakukan pada dua dan empat
bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan
segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan
bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
3) Pembubunan
Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpangrimpangan untuk memberikan
media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali
area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
dilakukan penyiangan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-
obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau
pupuk
kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun
pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan
guludan sebagai pupuk
dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk
menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap
lobang tanam di awal
pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 –
3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per
tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiata penyiangan dan
bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
- Pemupukan Awal
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam
larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm
pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup
dengan tanah. Sesaat setelah pemupuka tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan
tunas.
- Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5
kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada
waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing
40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari
pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
5) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa
pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya
penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan
tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
7) Pemulsaan
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari
kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah
tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di
antara lubang tanaman.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen
memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki
rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Untuk isi media tanam kamu harus menggunakan media tanam dengan
kualitas yang baik, agar lidah buaya bisa tumbuh secara maksimal. Kamu
bisa menggunakan media tanam yang terdiri dari campuran pasir, tanah dan
pupuk kandang. Campurlah ketiga bahan tersebut dengan perbandingan
2:1:1.
Pembibitan tanaman lidah buaya dapat dilakukan dengan cara vegetatif yakni
dengan cara mengambil anakan yang masih melekat pada induk. Cara
mengambilnya bisa dilakukan dengan cara mencongkel dan memisahkan
anak tanaman tersebut dari induknya. Ketika memisahkan bibit ambil sampai
akarnya dan jangan sampai akarnya putus. Tanaman tersebut kemudian di
tanam pada media tanam pot/polybag.
Anakan lidah buaya bisa dijadikan bibit dengan waktu pembibitan sekitar 3
sampai 5 bulan yang kemudian dipindah ke media tanam atau bisa juga
langsung ditanam pada media tanam. Cara menanam tanaman ini sama
dengan tanaman yang lain yakni dengan memasukan akar lidah buaya pada
lubang tanam. Jangan terlalu dalam karena bisa terjadi pembusukan atau
terlalu dangkal sehingga mudah roboh. Keadaan idealnya bisa menanam
lidah buaya dengan kedalaman 10 cm. Ketika menanam lidah buaya lakukan
dengan hati-hati agar tidak patah atau bibit terhimpit.
Pemupukan
Tujuan dari dilakukan pemupukan adalah untuk mencukupi kebutuhan
asupan kalium dan unsur-unsur nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembentukan zat hijau serta jaringan tanaman. Pemupukan
tanaman ini biasanya dilakukan saat tanaman berimur 3-4 bulan dan setelah
selesai masa panen. Kamu bisa menggunakan pupuk jenis urea, TSP dan
KCL dengan dosis 1:1:1/2. Untuk banyaknya pupuk menyesuaikan besarnya
pot/polybag.
Selain pupuk buatan juga perlu diberikan pupuk organik dalam bentuk pupuk
kandang untuk memperbaiki jaringan tanah. Disarankan untuk menggunakan
pupuk kandang dari kotoran sapi karena mengandung banyak unsur hara dan
juga nitrogen.
Pada proses ini kamu juga harus melakukan penyobekan pada tanaman yakni
memisahkan tanaman lidah buaya yang memiliki banyak anakan, selain
untuk memastikan tanaman lidah buaya mendapatkan asupan makanan yang
cukup. Selain itu anakan yang dipisahkan bisa dijadikan bibit untuk ditanam
kembali di lahan yang berbeda.
Tanaman lidah buaya sudah bisa dipanen ketika berusia sekitar 6 bulan.
Tetapi pada umumnya tanaman ini dipanen ketika berusia genap satu tahun
dan dilakukan secara terus menerus setiap bulannya. Bagian yang dipanen
adalah daun paling luar yang sudah tua dengan menggunakan pisau yang
tajam. Pelepah daun tersebut selanjutnya dibawa ke tempat penyortiran untuk
diproses lebih lanjut. Demikian ulasan tentang cara budidaya lidah buaya
semoga bisa memberikan manfaat. Kamu juga bisa membaca artikel lainnya
tentang cara budidaya jahe merah dengan media karung.
Cara Menanam Bayam Organik
Secara metode cara menanam bayam organik hampir sama dengan cara
menanam bayam non organik. Yang membedakannya adalah jenis pupuk
yang digunakan. Bila bayam organik terkena hama cara pengendaliannya
tidak menggunakan pestisida tapi dengan memasukan musuh alami hama
tersebut. Selain itu juga dilakukan pemberian pupuk, pengairan dan
kebersihan kebun agar tanaman tidak mudah terkena hama.
Budidaya tanaman bayam akan lebih efektif bila dilakukan tanpa proses
penyemaian terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman ini
membutuhkan cahaya matahari yang cukup. Untuk suhu ideal untuk tanaman
bayam adalah antara 16-20 derajat celcius, dan kelembaban udara yang
sedang. Ketika datang musim hujan biasanya bayam tidak bisa tumbuh
dengan baik, karena daun bayam mudah rusak terkena air hujan secara terus
menerus.
Tanaman bayam sangat sensitif dengan keasamaan tanah, oleh karena itu
sebaiknya siapkan lahan dengan pH tanah kurang dari enam. Kemudian
netralkan dengan menggunakan kapur dan dolomit sebanyak 2-3 ton per
hektar. Apabila kondisi tanah memiliki kadar keasaman lebih dari 7,
sebaiknya dinetralkan dengan menggunakan belerang.
Setelah kondisi tanah stabil, taburkan pupuk kandang sebanyak 10 ton per
hektar. Untuk hasil terbaik sebaiknya menggunakan pupuk kandang dari
kotoran ayam. Karena kotoran ayam memiliki kandungan nitrogen yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman bayam atau jenis tanaman sayur yang lain.
Setelah benih bayam sudah mulai tumbuh tunas, lakukan penyiangan pada
tanaman liar atau gulma yang ada disekitar bayam. Gulma akan merebut
nutrisi yang seharusnya diserap oleh tanaman bayam. Selain itu penyiangan
juga harus dilakukan tindakan pencegahan terhadap hama yang menyerang
tanaman bayam seperti kutu daun, ulat daun, tungau, karat putih dan busuk
basah. Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan
tanaman dengan melakukan penyiraman secara teratur.
Bila hama masih belum bisa diatasi bisa menggunakan pestisida hayati
dengan cara menanam tanaman sehat, mencegah timbulnya jamur dan
mempertinggi kekebalan tanaman terhadap hama.
Bila bayam telah berusia 2 minggu setelah ditanam daun akan mulai terlihat
menguning, maka berikan pemupukan tambahan. Pupuk tambahan bisa
menggunakan kotoran ayam atau kompos yang sudah matang. Gunakan
pupuk seoptimal mungkin agar budidaya bayam tetap ekonomis.
Panen dan Pasca Panen Bayam
Budidaya bayam sudah mulai bisa dipanen ketika berusia 20 hari sejak masa
tanam atau tinggi tanaman sekitar 20 cm. Biasanya untuk 1 hektar lahan bisa
menghasilkan sekitar 20 ton bayam cabut. Sedangkan untuk jenis bayam
potong biasanya dipanen pada umur 1-1,5 bulan dengan interval pemanenan
seminggu sekali.
Setelah dipanen, sortir dan cuci bayam sampai bersih kemudian sebelum
dikirim, bayam diikat dengan bilah bambu. Setiap 50 ikatan digabung
menjadi 1 gabungan. Simpan hasil panen budidaya bayam ditempat teduh
karena bayam termasuk tanaman yang cepat layu.
BUDIDAYA WORTEL
Budidaya wortel paling cocok dilakukan di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000
meter dpl. Meskipun begitu, budidaya wortel masih bisa dilaksanakan pada lahan di atas 500
meter dpl. Tanaman wortel menyukai tanah yang mengandung banyak humus dan gembur
Lahan untuk budidaya wortel harus dibajak atau dicangkul sedalam kurang lebih 40 cm.
Kedalaman ini sangat penting mengingat tanaman wortel akan dipanen umbinya. Tanah yang
Budidaya wortel pada struktur tanah yang keras akan menghambat pertumbuhan umbi. Bentuk
Setelah tanah digemburkan buat bedengan dengan lebar satu meter dan panjang disesuaikan
dengan bentuk lahan. Ketinggian bedengan sekitar 20-30 cm. Saat membentuk bedengan,
sebanyak 15-20 ton per hektar. Jumlah tepatnya sesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.
Buat larikan pada permukaan bedengan untuk menaburkan benih. Jarak antar larikan 20 cm
Penanaman benih dalam budidaya wortel bisa dilakukan secara langsung, tanpa tahap
penyemaian terlebih dahulu. Kebutuhan benih untuk budidaya wortel kurang lebih sebanyak 3-5
kg per hektar.
Benih wortel berasal dari biji, bentuknya kecil-kecil dan cenderung menempel karena
mempunyai serabut seperti bulu pada permukaannya. Jadi, sebelum ditaburkan gosok-gosokkan
terlebih dahulu dengan telapak tangan agar benih tidak saling menempel. Atau, campurkan abu
sedikit untuk menjaga kelembabannya. Tanaman wortel akan tumbuh setelah 10 hari.
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Untuk budidaya wortel
secara organik, gunakan kompos atau pupuk kandang. Bisa juga dengan
Untuk budidaya wortel non organik, gunakan campuran pupuk urea dan KCl dengan
perbandingan 2:1 sebanyak 300 kg per hektar. Pemberian pupuk ditaburkan dalam bentuk alur
Selain pemupukan lakukan juga penyiangan gulma dan penjarangan tanaman. Agar pertumbuhan
umbinya sempurna, atur penjarangan tanaman sehingga jarak antara satu tanaman dengan yang
Hama yang paling umum dijumpai dalam budidaya wortel adalah ulat tanah dan kutu daun. Ulat
tanah bisa diberantas dengan cara mencari sarangnya, kemudian diambil manual dan dibasmi.
Untuk mencegah serangan ulat, jaga selalu kebersihan lahan dan siangi gulma secara teratur. Bila
Kutu daun menyerang pucuk daun dengan menghisap cairan dan merusak bentuk daun menjadi
keriting. Untuk mengendalikan kutu daun lakukan rotasi tanaman agar siklus hidupnya terputus.
Sedangkan penyakit yang sering menyerang budidaya wortel adalah bercak daun dan bintil akar.
Bercak daun disebabkan oleh sejenis cendawan Cercospora. Penyakit ini menyerang daun tua,
larutan fungisida terlebih dahulu. Untuk menurunkan resiko serangan penyakit bercak daun, jaga
Penyakit bintil akar disebabkan oleh nematoda. Gejalanya bentuk umbi benjol-benjol tak karuan.
Pencegahan bisa dilakukan dengan rotasi tanaman. Gilir tanaman dengan jenis lain yang berbeda
Usaha tani budidaya wortel sudah bisa diambil hasilnya setelah 3 bulan hitung sejak benih
ditanam. Waktu pemanenan harus benar-benar diperhatikan. Apabila umur tanaman terlalu tua
Cara memanen dilakukan dengan dicabut. Kemudian cuci atau bersihkan kotoran tanah yang
menempel pada umbi dengan air bersih. Batang dipangkal umbi bisa dipotong atau dibiarkan.
Budidaya wortel yang dilakukan dengan baik bisa menghasilkan 20-30 ton per hektar.
Budidaya – Jahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan berbatang semu yang termasuk
dalam suku Zingiberaceae (Temu-temuan). Jahe adalah salah satu tanaman obat yang sering
digunakan sebagai bahan obat herbal, bumbu masak dan bahan minuman. Bagian tanaman yang
dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beruas-ruas dan rasanya pedas. Tidak diketahui secara
pasti asal – usul tanaman ini, konon berasal dari India namun pada sumber lain menyebutkan
jahe berasal dari daratan cina. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden
ginger (Inggris). Di Indonesia jahe memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra
disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode(Mandailing), lahia (Ni
as), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung). Di Jawa, jahe dikenal
dengan jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean). Di Sulawesi, jahe dikenal
dengan
nama layu (Mongondow), moyuman (Poros), melito (Gorontalo), yuyo(Buol), siwei (Baree), laia
(Makassar), dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba),
dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin
disebut tipakan. Di Maluku, jahe disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia,
sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka (Ternate), gora(Tidore),
dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur).
Secara garis besar tanaman jahe dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis. Varietas jahe dibedakan
berdasarkan ukuran rompang, bentuk rimpang dan warna rimpang. Varietas jahe yang dikenal di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1). Jahe Gajah / Jahe badak (Jahe putih/kuning besar). Jenis ini memiliki ukuran rimpang
yang besar, ruas rimpang lebih besar (menggembung) jika dibandingkan dengan varietas lainnya.
Jahe varietas ini bisa dipanen dan dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik
sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2). Jahe Emprit / Jahe Sunti (Jahe putih/kuning kecil). Ukuran rimpang dan ruas-ruas jahe
jenis ini kecil, agak rata sedikit menggembung. Varietas ini dipanen ketika sudah cukup tua.
Rasanya lebih pedas karena kandungan minyak atsiri lebih tinggi daripada jahe gajah. Jahe
emprit banyak digunakan sebagai bahan obat herbal dan di ekstrak oleoresin dan minyak
atsirinya.
3). Jahe Merah. Varietas jahe merah memiliki ukuran rimpang paling kecil, lebih kecil
daripada jahe emprit. Jenis jahe ini cocok digunakan sebagai obat-obatan karena kandungan
minyak atsirinya tinggi. Jahe merah selalu dipanen setelah berumur cukup tua.
C. Syarat Tumbuh Tanaman Jahe
Tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada ketinggian 0 – 1700 meter di atas
permukaan laut. Tumbuh optimum pada ketinggian 200 – 600 meter di atas permukaan laut.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman jahe antara 2500 – 4000 mm per tahun dengan suhu
sedang sampai panas. Karakteristik dan jenis tanah yang cocok untuk budidaya jahe adalah tanah
yang gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik untuk
menanam jahe adalah tanah andosol, latosol merah coklat, terutama pada lahan hutan yang baru
dibuka. Ph tanah yang ideal untuk tanaman jahe antara 6,8 – 7,0.
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan menumbuhkan tunas-tunas pada
rimpang jahe. Berikut ini persiapan benih jahe dan tips memilih atau membuat bibit jahe ;
Rimpang jahe sebaiknya ditunaskan terlebih dahulu selama 1 – 1,5 bulan. Sesudah tunas tumbuh
rimpang jahe baru bisa ditanam ke lahan. Berikut ini tahapan cara penunasan rimpang jahe
menggunakan peti kayu ;
1). Setelah dipanen rimpang jahe yang akan dijadikan bibit dijemur sementara dan tidak
sampai kering. Selanjutnya rimpang jahe tersebut disimpan selama 1 – 1,5 bulan
2). Rimpang dipotong-potong menggunakan pisau yang bersih dan steril, setiap potongan
rimpang memiliki 3 – 5 mata tunas. Selanjutnya setelah dipotong-potong dijemur selama kurang
lebih 8 jam
3). Untuk mencegah penyakit bakteri, bibit dicelupkan kedalam larutan bakterisida. Dosis
larutan adalah 3 gram bakterisida per 10 liter air
4). Setelah dicelupkan bibit jahe ditiriskan dan dijemur
5). Siapkan kotak kayu, abu gosok/sekam padi secukupnya
6). Bagian bawah kotak kayu dilapisi dengan sekam padi/abu gosok kemudian letakkan bibit 1
lapis diatasnya. Diatas bibit ditaburi lagi sekam padi/abu gosok dan diatasnya diletakkan bibit,
demikian seterusnya dan paling atas bibit ditutup menggunakan sekam padi/abu gosok
7). Simpan bibit jahe pada tempat yang teduh, tidak terkena hujan ataupun panas.
8). Biasanya bibit jahe sudah tumbuh tunas pada minggu ke-2 atau ke-4. Bibit siap ditanam
dilahan.
Persiapan lahan budidaya jahe setidaknya dilakukan 1 bulan sebelum bibit siap ditanam.
Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari gulma rumput dan sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Kemudian lahan dicangkul atau dibajak kasar dengan kedalaman 25 – 35 cm,
kemudian lahan dijemur selama kurang lebih 1 minggu. Selanjutnya lahan dibajak atau
dicangkul untuk kedua kalinya untuk penggemburan. Kemudian dibuat bedengan dengan lebar
80 – 120 cm, tinggi 25-30 cm dengan panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lahan.
Pupuk dasar wajib diberikan pada hampir semua tanaman budidaya, tujuannya untuk
menyuburkan tanah serta menyediakan nutrisi bagi tanaman dan membuat tanaman tumbuh lebih
subur. Pupuk dasar untuk tanaman jahe antara lain sebagai berikut ;
1). Kapur Pertanian/Dolomit, diberikan setelah selesai pengolahan lahan pertama (pembajakan
kasar). Dengan dosis disesuaikan dengan pH tanah. Kapur pertanian/dolomit ditaburkan merata
pada lahan dan dibiarkan sampai tersiram hujan.
2). Pupuk Kandang/Kompos, penaburan pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan
pembuatan bedengan. Kemudian diaduk atau ditutup menggunakan tanah. Pupuk kandang yang
baik untuk pupuk dasar tanaman jahe adalah pupuk kandang yang telah difermentasi.
3). Pupuk TSP/SP36, Urea/ZA dan KCl, pupuk ditaburkan bersamaan dengan penaburan
pupuk kandang.
4). Dosis pupuk dasar tanaman jahe per hektar : pupuk kandang 20-30 ton, urea 200 kg,
TSP/SP36 300 kg, dan KCl 300 kg. Atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.
Penanaman bibit jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Penanaman bibit dilakukan 2
– 3 minggu setelah penaburan pupuk dasar. Berikut ini langkah dan tahapan penanaman bibit
jahe ;
1). Diatas bedengan dibuat beberapa parit memanjang dengan kedalaman 10 – 15 cm. jarak
antar parit 40 – 50 cm.
2). Bibit diletakkan pada parit dengan jarak 30 cm. Bibit diletakkan dengan posisi rebah dan
mata tunas menghadap keatas
3). Kemudian bibit ditutup menggunakan tanah dengan ketebalan kurang lebih 5 cm.
Pupuk susulan diberikan pada umur 6-8 minggu setelah tanam. Jenis pupuk susulan untuk
tanaman jahe adalah TSP dan KCL dengan dosis masing-masing 125 kg per hektar. Pupuk
ditaburkan disekeliling tanaman dan usahakan tidak mengenai batang atau rimpang jahe.
Kemudian pupuk ditutup menggunakan tanah atau dilakukan pendangiran/pembumbunan. Jika
menggunakan pupuk kandang, taburkan pupuk kandang yang telah matang telah difermentasi.
Beberapa kegiatan dalam melakukan pemeliharaan tanaman jahe adalah sebagai berikut ;
1). Penyulaman, lakukan penyulaman segera setelah terlihat adanya bibit jahe yang mati atau
tidak tumbuh dengan sempurna.
2). Penyiangan, yaitu membersihkan areal pertanaman dari rumput liar atau tanaman
pengganggu lainnya
3). Pembumbunan/Pendangiran, dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan
4). Monitoring, lakukan pengamatan secara rutin untuk mengetahui perkembangan tanaman
dan memonitoring serangan hama maupun penyakit.
Seperti halnya tanaman budidaya pada umumnya, tanaman jahe juga tidak lepas dari gangguan
OPT (organisme pengganggu tanaman), baik berupa hama maupun penyakit. Hama dan penyakit
yang sering mengganggu tanaman jahe antara lain :
Cara mencegah dan mengendalikan hama penyakit tersebut antara lain ; menggunakan bibit
unggul yang bebas dari hama penyakit, melakukan monitoring, rotasi tanaman, tidak menanam
jahe pada areal yang terserang selama 3-5 tahun, sanitasi lahan, pemupukan yang berimbang dan
perlakuan pestisida sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang.
Pemanenan tanaman jahe dilakukan jika tanaman sudah berumur 10 -12 bulan setalah tanam
(tergantung varietas jahe yang ditanam). Pemanenan dilakukan dengan menggali rimpang jahe
menggunakan cangkul atau garpu. Lakukan pemanenan dengan hati-hati supaya tidak merusak
rimpang. Kemudian rimpang jahe dibersihkan dari tanah yang menempel dan dikemas
menggunakan karung goni, keranjang atau kotak kayu. Lakukan penyortiran sesuai dengan
grade, pisahkan rimpang yang rusak, busuk atau terserang penyakit. Selanjutnya hasil panen jahe
bisa langsung dijual ke pengepul atau diolah terlebih dahulu.
8 Cara Menanam Bonsai
Bonsai pada dasarnya adalah sebuah teknik yang digunakan untuk membuat tanaman lebih
menarik, sehingga akan membuat tanaman lebih banyak disukai oleh banyak orang. Bonsai ini,
adalah salah satu tanaman yang tergolong relative mahal adalah bagian dari cara untuk
menciptakan potensi bisnis dari tanaman hias itu sendiri.
Selain itu, tanaman bonsai ini tidaklah terbatas hanya satu jenis golongan saja. Tetapi, dapat
digunakan untuk semua jenis tanaman yang memiliki waktu hidup yang cukup panjang. Pada
umumnya adalah tanaman bonsai ini adalah tanaman yang menggunakan kayu, tetapi beberapa
dari tumbuhan lainnya juga dapat dijadikan bonsai. (Baca Juga: Cara Menanam Daun Ketumbar)
Pada dasarnya, setiap tanaman dapat dijadikan bonsai, tetapi harus memiliki ketekunan dan
ketelatenan untuk menciptakannya menjadi tanaman hias. Oleh dari itu, maka, kita dapat
menjelaskan penjelasan dibawah ini untuk mengetahui bagaimana cara melakukan teknik bonsai
pada tanaman itu sendiri.
1. Pemilihan Bibit
Pada dasarnya, bibit yang akan digunakan untuk pembuatan bonsai atau bakal dari bonsai ini
dapat langsung dilakukan dengan pemilihan tanaman yang akan digunakan sebagai bonsai.
Sebagai contoh harus memiliki cabang, yang kemudian pada nantinya cabang tersebut wajib
mendapatkan perlakuan khusus seperti dililitkawat, dipotong, dan di kreasikan sedemikian rupa
agar menjadi tanaman bonsai. (Baca Juga: Cara Mencangkok Tanaman)
Selain itu, teknik pembuatan bibit dari tanaman bonsai sendiri disemaikan dengan menggunakan
penyemaian yang ada di alam terbuka, cangkok yang akan diperlukan keterampilan, okulasi,
serta bongkahan dari tanaman yang bertunas dan terlihat dapat untuk bertahan hidup.
Baca Juga:
3. Media Tanam
Karena bonsai ditanam pada pot yang kecil, maka dari itu media tanam yang digunakan untuk
menanam bonsai sangat terbatas. Hal ini akan menyebabkan bonsai memiliki sedikit nutrisi yang
akan didapatkan serta sensitive terhadap air yang digunakan untuk penyiraman. Oleh karena itu,
media tanam yang digunakan akan dipilih sedemikian rupa agar nutrisi serta air dapat tersalurkan
secara baik menuju bonsai. Media tanam yang dapat digunakan adalah:
Pasir: Dengan sifatnya yang dapat dengan mudah menghantarkan air, akan mencegah air
diam terlalu lama di dalam pot yang digunakan. Selain itu juga memudahkan udara untuk masuk
ke dalam media tanam. (Baca Juga: Menanam Daun Seledri)
Tanah: Biasanya yang digunakan adalah tanah gunung yang berwarna hitam atau
berwarna cokelat tua dan biasanya tanah merah.
Humus: Biasanya yang digunakan adalah daun atau ranting yang telah mengalami proses
pelapukan secara natural dalam interval waktu yang terbilang cukup lama.
Pupuk Organik: Biasanya yang digunakan adalah kotoran kambing yang telah matang,
warnanya berupa cokelat tua atau hitam dan tidak mengeluarkan bau.
Terdapat tiga teknik menanam bonsai yaitu penyetekan, pencangkokan, serta pembuatan okulasi.
Dalam pembuatan bibit tanaman bonsai itu sendiri dapat dilakukan dengan cara setek dan
cangkok yang kemudian akan menciptakan tanaman baru yang tergolong dalam jangka waktu
yang terbilang sebentar (1-2 bulan).
Pembuatan okulasi juga terbilang lama yaitu membutuhkan waktu sekitar 1 tahun. Stek yang
digunakan untuk bonsai ini biasanya stek lunak, stek keras, dan stek daun. (Baca Juga: Cara
Menanam Bunga Wijaya Kusuma)
Dalam proses pencangkokan, pilihlah dahan yang seukuran sebesar pensil atau ibu jari, selain itu
kulitnya juga mudah dilepas.
Cara menanam bonsai bagi pemula selanjutnya adalah pemilihan dari tanah itu sendiri, karena
mulai dari media tanam itu sendiri bagaimana cara kita dapat menahan pertumbuhan dari batang,
ranting, serta dahan. Pilihlah tanah yang memiliki kandungan humus yang sedikit serta jagalah
agar kelembaban tanah tersebut tetap stabil, jangan biarkan air menggenang pada satu tempat.
(Baca Juga: Cara Budidaya Durian)
Tahap pertama adalah membentuk kerangka dasar dari bakal bonsai. Tanaman bonsai
yang sebelumnya telah diberikan perawatan akan menjadi siap untuk dilakukan proses
pembentukan kerangka dasar. Tanaman yang sebelumnya telah mengalami proses pemindahan
dan telah memasuki proses penyembuhan. Batang induknya sudah kuat dan tidak dapat
digerakkan lagi dan telah mencapai ketinggian yang telah diharapkan.
Tahap kedua adalah membentuk dan mengatur arah. Membentuk dan mengatur arah dari
bakal bonsai adalah proses yang terbilang cukup lama. Oleh karena itu diperlukan media bantuan
seperti kawat yang akan mempertahan proses dari dahan yang akan dibentuk. Biasanya, kawat
yang digunakan adalah kawat kuningan dengan diameter yang telah disesuaikan dengan ranting.
(Baca Juga: Cara Menanam Daun Kemangi)
Di bawah ini akan dibahas mengenai panduan teknis budidaya bawang merah
dengan cara yang mudah. Cara ini sudah banyak diaplikasikan oleh petani
bawang merah dan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Langsung
saja mulai untuk langkah-langkah menanam bawang merah.
Apabila kondisi keasaman tanah kurang dari pH 5,6, gunakan kapur atau
dolomit sebanyak 1-1,5 ton untuk satu hektar lahan. Penamabahan kapur ini
hendaknya dilakukan sekitar 2 minggu sebelum tanah ditanami bawang
merah.
Untuk pupuk dasar, gunakan pupuk kandang atau pupuk kompos. Tebarkan
pupuk tersebut ke atas bedengan kemudian aduk dengan tanah hingga merata.
Bisa juga dengan menambahkan pupuk kimia seperti ZA, SP-36 dan KCL
sebanyak 47 Kg, 311 Kg dan 56 Kg untuk lahan satu hektar. Campurkan
semua pupuk buatan tersebut kemudian diamkan selama satu minggu
sebelum bedengan ditanami bibit bawang.
Siapkan umbi atau bibit bawang merah yang sudah siap ditanam. Apabila
bibit yang digunakan berusia kurang dari 2 bulan sebaiknya dilakukan
penggoresan pada bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Hal ini bertujuan untuk
memecah masa dorman sehingga mempercepat tumbuhnya tunas tanaman.
Untuk mengatasi hama ini bisa dilakukan dengan cara manual yakni dengan
mengambil ulat dan telur secara langsung, kemudian dimusnahkan. Bila
budidaya bawang dilakukan dalam sekala besar, penanggulangan hama ini
bisa dilakukan dengan menggunakan feromon sex perangkap. Gunakan
sekitar 40 buah untuk setiap hektarnya. Bila serangan menghebat dan
mengakibatkan kerusakan pada tanaman bisa dilakukan penyemprotan
dengan insektisida berbahan aktif klorfirifos.
Jenis penyakit layu juga sering menyerang bawang merah. Gejala yang
ditimbulkan seperti daun menguning seperti terpilin. Bagian pangkal bawang
merah mulai membusuk. Bila hal ini terjadi segera cabut tanaman yang
terindikasi terkena penyakit ini, kemudian bakar tanaman tersebut. Langkah
selanjutnya adalah dengan menyemprotkan fungisida.
Umbi bawang yang sudah dipanen akan melalui proses pengeringan terlebih
dahulu. Untuk mengerikan bawang merah bisa dilakukan dengan proses
penjemuran selama 7-14 hari. Bila kadar air pada bawang telah turun menjadi
85% berarti bawang sudah kering dan siap untuk dipasarkan.
CARA TERNAK KENARI
1. Jenis kelamin burung kenari
Membedakan jenis kelamin pada binatang mamalia memang mudah, namun bagaimana cara
membedakan jenis kelamin pada burung terutama burung kenari? Bagi Anda pemula dalam
ternak burung kenari, sebelum Anda memulai untuk berternak burung kenari, ada baiknya jika
Anda berlatih terlebih dahulu untuk membedakan mana yang jantan dan mana yang betina.
Jantan :
Betina :
Yang perlu Anda ketahui apakah burung kenari tersebut sedang dalam keadaan siap kawin atau
birahi atau tidak.
Betina : Suka mematuk-matuk apapun yang ada di dalam sangkar. Sayap juga dikepak-kepakkan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa burung kenari membutuhkan ruang luas untuk
terbang, maka pilihlah sangkar yang memungkinkan bagi burung untuk dapat terbang dari dahan
ke dahan. Dalam tahap awal ternak, sebaiknya pisahkan burung jantan dan betina. Atau sangkar
besar yang sudah ada sekatnya untuk memudahkan perjodohan. Jangan lupa untuk menyiapkan
tempat untuk makanan burung. Makan burung kenari biasanya biji-bijian. Bisa juga diberi telur
rebus.
Sebelum proses perkawinan, tentu harus diberikan waktu bagi jantan dan betina untuk saling
berkenalan. Caranya adalah dengan mendekatkan kandang mereka. Ciri-ciri mereka berjodoh
adalah burung kenari jantan akan menyuapi si betina meski berada di luar sangkar. Pejantan akan
lebih sering berkicau sebagai pertanda untuk menggoda si betina.
5. Proses perkawinan burung kenari
Ketika sudah terlihat bahwa mereka berjodoh, maka Anda bisa memasukkan pejantan dan betina
dalam satu kandang yang sama. Caranya adalah dengan memasukkan burung kenari jantan ke
dalam sangkar burung kenari betina. Lakukan hal tersebut ketika sore hari. Setelah disatukan
dalam satu kandang, perhatikan apakah mereka saling menyuapi (seperti berciuman) atau tidak.
Jika iya, maka sebentar lagi mereka akan melakukan perkawinan. Biarkan dalam sangkar hingga
pagi hari. Kemudian pisahkan kembali jantan dan betina pada pukul 7-9 pagi.Ulangi lagi
memasukkan burung jantan ke kandang burung betina pada sore hari hingga betina bertelur.
Jangan menjemur burung kenari betina yang sudah bertelur, karena akan merusak telur kenari.
Pada proses pengeraman, biarkan jantan dan betina berada tetap di satu sangkar. Hal ini agar
betina terus berada di sarang untuk mengerami karena pejantan akan terus menyuapi betina.
Namun jika Anda memiliki lebih dari satu betina, pisahkan saja pejantan.
Selama betina mengerami telurnya, jangan lupa untuk terus memberi makan dan minum, serta
menjaga kebersihan kandang.
Biasanya hari ke-14 sesudah bertelur, telur-telur tersebut akan menetas. Jaga terus kebersihan
kandang-kandang kenari serta rutin memberi makan dan minum. Jangan sampai kehabisan
makanan dan minuman.
Cara Budidaya Lele di Kolam Terpal untuk
Pemula
Dalam bisnis perikanan di Indonesia, budidaya ikan lele adalah budidaya yang paling banyak digandrungi
oleh para pebisnis dalam bidang perikanan di Indonesia. Itu sebabnya, budidaya lele menjadi primadona
di dunia perikanan.
Tak hanya para pembudidaya. Para pengusaha kuliner pun mulai banyak yang menggunakan ikan lele
sebagai menu makanan dalam bisnisnya. Karena itu tak heran kalau setiap kita mampir ke warung selalu
ada saja menu makanan yang berupa ikan lele. Entah lele penyet, lele bakar, atau bahkan lele goring.
Bahkan di beberapa supermarket atau pasar tradisional pun ikan lele selalu ada di dalamnya. Jadi tak
perlu khawatir jika kita sedang mencari ikan lele di pasar, pasti selalu ada.
Mungkin itu sebabnya, banyak masyarakat yang menggemari ikan lele. Apalagi jika dimasukan ke dalam
menu makanan dengan ditambah sambal terasi, hemmm, rasanya nikmat sekali. Tentunya bikin
ketagihan terus.
Nah, dengan adanya permintaan pasar terhadap lele begitu banyak, inilah kesempatan parapebisnis ikan
yang lebih memilih ikan lele sebagai sumber penghasilan mereka. Itu sebabnya tidak sedikit para
pebisnis ikan yang menjadikan ikan lele ini sebagai sumber penghasilan mereka. Bahkan ikan lele ini
sangat mudah perawatan dan menjualnya. Tentunya membuat para pebisnis ikan lebih memilih ikan lele
sebagai pilihan ikan yang dapat dibudidaya.
Sehingga perlu adanya beberapa cara budidaya lele di kolam terpal sebagai bahan pengetahuan dan
wawasan kita jika ingin membudidaya ikan lele. Maka dari itu, di kesempatan kali ini kita akan membahas
beberapa cara dan langkah budidaya lele. Mari kita simak cara budidaya lele berikut ini:
2. Kolam Pertumbuhan
Setelah kita mempersiapkan untuk budidaya lele, maka saatnya kita membuat kolam untuk proses
pertumbuhan ikan lele.
Sebenarnya, dalam membuat kolam untuk pertumbuhan lele lebih mudah daripada membuat kolam untuk
perkembangbiakan atau pembenihan lele. Cukup menggunakan kolam seukuran 5 x 2 meter saja, sudah
bisa menampung sekitar 1000 benih ikan lele.
Kita bisa menggunakan kolam yang lebih lebar jika ikan lele kita lebih banyak dari itu, tinggal dihitung
saja skala perbandingan ukuran kolam dengan jumlah ikan lele. Intinya, setiap 1 meter persegi kolam,
dapat menampung sekitar 100 benih ikan lele. Jadi, kalau ukuran kolam kita sekitar 6 x 5 meter, maka
kita dapat menampung sekitar 3000 benih ikan lele ke dalam kolam pertumbuhan tersebut.
Namun, kita juga perlu memperhatikan bahwa jangan terlalu memadatkan kolam alias menggunakan
kolam yang ikan lelenya terlalu padat di kolam. Hal ini dapat menyebabkan ikan lele akan lebih mudah
terserang penyakit nantinya
Adapun jenis-jenis kolam pertumbuhan lele di antaranya adalah kolam terpal, kolam semen, dan kolam
tanah. Dari ketiga jenis kolam tersebut, kebanyakan pembudidaya lele ini menggunakan kolam terpal,
karena harganya yang paling murah dibandingkan jenis kolam tanah dan kolam semen. Selain itu, kolam
terpal lebih mudah dan prakits pembuatannya. Bahkan kolam terpal ini sudah terbukti dapat
meningkatkan produktivitas ikan lele.
Mungkin ada juga yang berpendapat bahwa kolam jenis tanah adalah kolam yang lebih murah
dibandingkan dengan kolam terpal. Namun, perlu diketahui bahwa kolam tanah ini akan lebih rentan
terhadap penyakit pada ikan lele dibandingkan dengan kolam jenis terpal. Sehingga dapat dikatakan
bahwa budidaya lele dengan menggunakan kolam terpal jauh lebih efektif dibandingkan dengan kolam
tanah.
Nah, berikut ini adalah cara membuat kolam terpal yang baik.
1. Hal pertama yang kita lakukan adalah menyiapkan terpal untuk kolam lele kita nantinya. Pada
umumnya, harga terpal per meternya sekitar Rp 9000,-. Sehingga, jika kita akan membuat kolam dengan
ukuran sekitar 10 x 8, maka kita cukup menyiapkan uang sekitar Rp 720.000,- saja.
2. Selanjutnya, kita bisa menggunakan dasar kolam dengan menggali tanah sesuai dengan ukuran
kolam yang kita butuhkan. Namun, ada baiknya jika Anda adalah seorang pembudidaya lele yang masih
pemula, Anda cukup menggunakan kolam dengan ukuran 5 x 2 meter saja. Karena hal ini dapat
meminimalkan kerugian, jika gagal panen nantinya.
3. Ketika Anda membuat dasar kolam dengan menggali tanah, usahakan tanah tergalih dengan
kedalaman sekitar 70 cm sampai 1 meter. Sisa tanah galian tadi, sebaiknya jangan dibuang, jadikan saja
tanggul kolam di bagian bibir kolam dengan ketinggian sekitar 30 sampai 50 cm. hal ini diperlukan agar
kolam tidak mudah jebol nantinya, ketika hujan dan banjir.
4. Langkah terakhir yaitu membuat beberapa reng atau pagar kolam dari bamboo. Susunlah reng-
reng tersebut di atas tanggul kolam dengan ketinggian sekitar 35cm. untuk bagian sudut kolam,
sebaiknya gunakanlah bamboo yang utuh alias jangan bamboo yang sudah dibelah.
Jadi, jika dihitung keseluruhan, kolam pertumbuhan lele nantinya memiliki ketinggian sekitar 125 sampai
130 cm.