Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PPKN

KEBUDAYAAN PAPUA
( BAHASA, LAGU DAERAH, SUKU,
SENJATA, TARIAN, PAKAIAN, RUMAH,
ALAT MUSIK )

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. HANDIKA PASYA SAPUTRA (07)
2. MAYA NADIN SURYATI (14)
3. MUDRIK RIFA AL HAIKAL (16)
4. SALSABILA DWI NOVIANA (26)

KELAS : VII.E
SMP NEGERI 2
BALAPULANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan kliping  PPKN tentang Kebudayaan ini. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan kliping ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat kliping selanjutnya,
akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan kliping ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan kliping ini
kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan kliping ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga kliping ini dapat memenuhi syarat proses
kegiatan belajar kami dalam mata pelajaran PPKN dan apabila terdapat kejanggalan-
kejanggalan dalam penyusunan kliping ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami
mengucapkan terimakasih.

Balapulang, Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Kata Pengantar..........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

PULAU PAPUA

BAHASA DI PAPUA................................................................................................1

LAGU DAERAH PAPUA........................................................................................1

SUKU DI PULAU PAPUA.......................................................................................2

SENJATA TRADISIONAL KHAS PAPUA............................................................4

TARIAN TRADISIONAL PAPUA.........................................................................7

PAKAIAN TRADISIONAL KHAS PAPUA..........................................................10

RUMAH ADAT KHAS PAPUA.............................................................................12

ALAT MUSIK KHAS PAPUA...............................................................................15

iii
PULAU PAPUA

BAHASA DI PAPUA

 Bahasa Abom  Bahasa Tebi


 Bahasa Adabe  Bahasa Towei
 Bahasa Aghu  Bahasa Zorop
 Bahasa Airoran  Bahasa Barapasi
 Bahasa Alamblak  Bahasa Biak
 Bahasa Ambai  Bahasa Citak
 Bahasa Anasi  Bahasa Gnau
 Bahasa Ansus  Bahasa Huli
 Bahasa Arandai  Kelompok bahasa Papua
 Bahasa Arguni  Bahasa Kemtuik
 Rumpun bahasa Asmat-Kamoro  Bahasa Legenyem
 Bahasa Atohwaim  Bahasa Meibrat
 Bahasa Auye  Bahasa Melayu Papua
 Bahasa Awbono  Bahasa Nafri
 Bahasa Awera  Rumpun bahasa Trans–Nugini
 Bahasa Awyi  Bahasa Sentani
 Bahasa Awyu Asue  Bahasa Skou
 Bahasa Bagusa  Bahasa Sobei
 Bahasa Baham  Bahasa Tobati
 Bahasa Dani Barat  Bahasa Waropen
 Bahasa As  Bahasa Yali Angguruk
 Bahasa Emem  Bahasa Yapen
 Bahasa Korowai
 Bahasa Oirata

LAGU DAERAH PAPUA

1. Yamko Rambe Yamko 6. Wepono Saswar


2. Apuse 7. boven digoel yang kucintai
3. Sajojo 8. Persipura
4. Wesupe 9. E Mambo Simbo
5. Rasine Ma Rasine 10. Arafabye

1
2
SUKU DI PULAU PAPUA

1. Suku Huli
 Suku terbesar, wigmen Huli, melukis wajah mereka dengan warna kuning, merah dan
putih serta terkenal karena tradisi mereka membuat wig hias dari rambut mereka sendiri.
Kapak dengan cakar sebagai pelengkap agar memberi efek menakutkan.
2. Suku Asaro
Sejumlah suku yang berbeda telah hidup tersebar di dataran tinggi selama 1000 tahun, di
klan agraria yang kecil, terisolasi oleh medan yang keras dan terbagi dengan bahasa, adat
dan tradisi. Suku lumpur Asaro (Asaro Mudmen) yang legendaris pertama kali bertemu
dengan dunia Barat pada pertengahan abad ke-20.
Legenda mengatakan bahwa Mudmen terpaksa mengungsi dari musuh ke Sungai Asaro di
mana mereka menunggu sampai senja untuk melarikan diri. Asaro masih menerapkan
lumpur dan masker untuk menjaga ilusi hidup dan menakut-nakuti suku lainnya.
3. Suku Kalam
Bagian timur pulau Papua memperoleh kemerdekaan penuh dari Australia pada tahun
1975, dan lahirlah negara Papua Nugini.
Para pendatang asing pertama terkesan saat menemukan lembah kebun yang
direncanakan dengan hati-hati dan saluran irigasi. Para wanita dari suku-suku adalah
petani biasa. 
Para pria berburu dan melawan suku-suku lain untuk babi dan perempuan. Upaya besar
dilakukan untuk mengesankan musuh dengan topeng menakutkan, wig dan cat.
4. Suku Goroka
Penduduk pribumi pulau terbesar kedua di dunia ini adalah salah satu yang paling
heterogen di dunia. Medan yang keras dan perang antar suku sepanjang sejarah mereka
telah menyebabkan isolasi desa dan proliferasi bahasa yang berbeda.
Mereka hidup sederhana di desa-desa mereka. Para penduduk memiliki banyak makanan
yang baik , keluarga dan menghormati keajaiban alam. Perang suku adalah hal biasa.
5. Suku Yali
Salah satu suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem, di tengah-tengah pegunungan
Jayawijaya Papua Indonesia, adalah Yali. Mereka hidup di hutan-hutan perawan dataran
tinggi. 
Yali secara resmi diakui sebagai pigmi, karena rata-rata tinggi laki-laki nya hanya 150 cm
. Suku-suku Papua, yang berbeda dalam penampilan dan bahasa, memiliki cara hidup
yang garis besarnya sama. 
Mereka semua poligamis dan melakukan ritual untuk acara-acara penting di mana
pertukaran timbal balik hadiah wajib dilakukan. Koteka, penis labu, adalah bagian dari
pakaian tradisional digunakan untuk membedakan identitas kesukuan.
6. Suku Korowai
Selatan pegunungan Jayawijaya Papua Indonesia terdapat area luas dari dataran rendah.
Daerah ini mengakomodasi segudang sungai membentuk rawa, lahan basah dan hutan
mangrove. Ini adalah habitat dari Korowai, suku yang sampai awal 1970-an , percaya
bahwa mereka adalah satu-satunya manusia di bumi.
Korowai adalah salah satu dari sedikit suku Papua yang tidak mengenakan Koteka.
Sebaliknya, pria ‘ menyembunyikan’ penis mereka di scrotums mereka, dimana daun

2
kemudian diikat erat . Mereka adalah pemburu-pengumpul, yang tinggal di rumah pohon.
Mereka mematuhi separatisme yang ketat antara pria dan wanita.
7. Suku Dani
Suku Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim
atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan
Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
Mereka mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu
sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula
ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat
dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat. 
Suku Dani masih banyak mengenakan ”koteka” (penutup kemaluan pria) yang terbuat
dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari
rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).
Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak
sebesar sebelumnya).
Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan.
Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910
(Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
8. Suku Bauzi
Suku Bauzi atau orang Baudi merupakan satu dari sekitar 260-an suku asli yang kini
mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama
Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling
terasing. 
Sebagai suku yang menempati kawasan terisolir, sebagian lelaki Bauzi masih
mengenakan cawat. Ini berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan
lalu diikat dengan tali pada ujung alat kelamin. 
Mereka juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan para wanita
mengenakan selembar daun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang untuk
menutupi auratnya. Tapi tidak mengenakan penutup dada. 
Pada acara pesta adat dan penyambutan tamu, kaum lelaki dewasa akan mengenakan
hiasan di kepala dari bulu kasuari dan mengoles tubuh dengan air sagu. Sebagian besar
suku ini masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden (berpindah-pindah.
9. Suku Amungme
Suku Amungme adalah kelompok Melanesia terdiri dari 13.000 orang yang tinggal di
dataran tinggi Papua Indonesia.
Mereka menjalankan pertanian berpindah, menambahnya dengan berburu dan
mengumpul. Amungme sangat terikat kepada tanah leluhur mereka dan menganggap
sekitar gunung suci.
 Gunung yang dijadikan pusat penambangan emas dan tembaga oleh PT. Freeport
Indonesia merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh masyarakat Amungme,
dengan nama Nemang Kawi. 
Nemang artinya panah dan kawi artinya suci. Nemang Kawi artinya panah yang suci
(bebas perang] perdamaian. Wilayah Amungme di sebut Amungsa.
10. Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian
banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. 

3
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu
tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan
menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku
asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. 
Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang
menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah
yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku
Asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam
melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah
cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh,
mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh
penduduk untuk dimakan bersama.
 Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus
daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan
hilang resmi dari ingatan.
11. Suku Muyu
Suku Muyu adalah suku asli Papua yang hidup dan berkembang di Kabupaten Boven
Digoel, Papua. Nenek moyang suku Muyu jaman dulu, tinggal di daerah sekitar sungai
Muyu yang terletak di sebelah Timur laut Merauke. Tersebar di beberapa desa. Oleh
beberapa anthropologist, Suku Muyu disebut “primitive capitalists”.
Suku Muyu dianggap sebagai suku pedalaman yang paling pintar. Orang Suku Muyu
menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel. Dari lebih
kurang 1.800 pegawai negeri sipil, sekitar 45 persennya dari Suku Muyu. 
Beberapa menjadi bupati. Mereka hemat, bekerja lebih keras dibandingkan suku lain dan
sangat menghargai pendidikan. Orang Muyu juga menyebut dirinya sendiri dengan istilah
Kati yang artinya “manusia yang sesungguhnya”.

SENJATA TRADISIONAL KHAS PAPUA

1. Senjata Tradisional Busur Dan Panah Busur dan Anak Panah

Senjata ini telah digunakan untuk berburu babi dan hewan liar
lainnya. Selain itu, konflik yang sering terjadi antara kelompok
yang sedang berlangsung dibuat oleh suku ini untuk perang.
Busur terbuat dari kayu Rumi dengan tali dari rotan. Itu adalah

4
kepala panah tulang hewan yang diasah. Mata ini biasanya
dibubuhi tanaman cairan beracun untuk menambah efek luka.

2. Tombak Senjata Tradisional Papua

Selain itu, senjata tradisional Papua yang digunakan untuk


menyerang jarak jauh adalah tombak. Tombak untuk berburu
dan perang. Ini terbuat dari gagang kayu dan batu tajam atau
tulang sebagai mata.

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini telah dibuat


dari logam. Selain itu, modifikasi berbeda yang tidak dapat
ditemukan. Dengan menggunakan tombak, tentu bisa sangat
bervariasi. Tombak dapat digunakan untuk pertanian atau
dapat digunakan untuk pertanian. Karena tombak juga bisa
dilemparkan pada jarak sekitar 50 meter.

3. Belati Tajam

Senjata Pisau Tradisional yang mungkin menjadi andalan


mereka. Namun, Anda tahu bahwa belati Papua sangat
berbeda dari belati di bagian lain nusantara. Jika belati
umumnya terbuat dari bilah logam, pisau belati Papua hanya
terbuat dari kasuari – burung yang endemik di Papua.

Tulang kasuari dipilih karena mudah dan tajam tetapi memiliki


struktur yang kuat. Lengan atau lengan tradisional Papua ini
juga dilengkapi dengan bulu burung kasuari atau serat alami.

5
Pisau Papua ini adalah salah satu alat pelengkap dari Panah
dan Busur yang merupakan senjata utama. Busur tradisional
Papua terbuat dari bambu atau kayu, sementara digunakan
menggunakan bahan Rotan. Untuk panah yang dibuat
menggunakan bambu, kayu, atau tulang kanguru.

Suku-suku tradisional Papua Biasanya menggunakan senjata


ini untuk berburu, bertarung dan mengambil hasil hutan.

4. Senjata Kapak Batu Tradisional

Untuk pertanian atau penggundulan hutan, orang Papua kuno


telah menggunakan batu tajam sebagai kapak. Batu itu diikat
dengan rotan pada tongkat kayu yang dibuat sebagai
pegangan. Namun, jenis senjata di Papua di era ini dimulai.
Hanya kelompok kecil yang tinggal di hutan yang tersedia.

Cara menggunakannya sangat mudah, cukup dengan


mengetuk bagian batu yang menunjuk pada objek yang akan
dipotong. Misalnya kayu, daging atau sesuatu yang lain.

5. Badik Kompilasi Papua

6
Badik adalah senjata tradisional orang Bugis di Makassar, yang
akan menjadi senjata tradisional Papua setelah orang Papua
mulai mengenal dunia luar. Bentuknya pendek seperti pisau,
tetapi masih memiliki keunikan tersendiri. Senjata ini sudah
ada sejak Kerajaan Sulawesi, Anda.

Menurut kepercayaan dan mitos, badik memiliki kegunaan


atau keampuhan yang dikenal dari gaya atau stroke pada
badik. Orang-orang yang menggunakan badik yang memiliki
goresan seperti daun padi disebut “Pamoro Leko Ase”.

Pamoro Leko Ase diyakini memiliki properti pemupukan


tanaman jika petani membawa badik saat menabur benih atau
menanam tanaman. Sementara Pamoro Assikodoi diyakini
mampu mengubah sikap agar pemiliknya menjadi pejuang roh,
tetapi ringan dalam keberuntungan dan bahkan jodoh.

Badik sebagai objek budaya, dipahami dan dilindungi oleh


masyarakat yang memiliki berbagai fungsi dan tidak dapat
digunakan hanya sebagai senjata tajam, orang percaya bahwa
badik memiliki nilai dan makna tertentu. Dan di Papua Badik
selalu menjadi senjata tradisional Papua untuk bertempur dan
berkelahi.

TARIAN TRADISIONAL PAPUA


1. Tari Musyoh

Tari Musyoh merupakan salah satu tarian sakral asal Papua, dan tarian ini diadakan jika
ada sanak saudara ataupun warga yang mengalami kecelakaan maut dan diperkirakan
arwahnya tidak tenang.
Jika kita lihat dari unsur gerakannya, tarian ini mencerminkan masyarakat Papua yang
lincah dan energik.
Dan biasanya penarinya terdiri dari sekelompok penari pria.

7
Menurut budayanya, tarian ini dapat bermanfaat untuk mengusir arwah yang
gentayangan.
Kostum yang digunakan adalah pakaian adat Papua yang terdiri dari Koteka, Rok rumbai,
dan peralatan perang seperti tameng dan tombak.
Sedangkan alat musik yang digunakan adalah tifa.

2. Tari Sajojo

Tari Sajojo dibuat untuk mencerminkan budaya warga Papua yang senang bergaul.
Tarian ini dapat ditarikan dengan jumlah penari yang sangat banyak, tidak terpatok
dengan jenis kelamin dan dapat ditarikan oleh anak muda ataupun tua.
Konon, tarian ini sudah ada semenjak tahun 1990-an. Karena gerakannya ceria, tarian ini
menjadi terkenal dengan pesat dikalangan penduduk Papua, bahkan saat zamannya tarian
ini sering dipertontokan di acara TV nasional.
Mengapa dinamakan Sajojo?
Karena musik yang digunakan untuk mengisi tarian ini adalah lagu Sajojo. Seperti poco-
poco, selalu itu-itu saja yang dilantunkan.
Sejarah singkatnya, tarian ini menceritakan seorang bunga desa yang banyak diidolakan
dikampungnya. Karenanya, tarian ini masih dilestarikan hingga sekarang dan menjadi
tarian yang dicari wisatawan asing.
Kostum yang digunakan adalah kostum adat Papua.

3. Tari Yospan

Tari Yospan adalah salah satu tarian tradisional asal Papua yang satu kategori dengan Tari
Sajojo, dimana tarian ini menandakan pergaulan masyarakat Papua.
Hal ini terlihat dengan gerakannya yang sangat energik.
Tarian ini cukup terkenal lho, dan biasa digunakan bila ada acara-acara besar seperti
upacara adat, acara seni budaya, dan upacara penyambutan.

8
Sejarah singkatnya, Tari Yospan adalah hasil dari penggabungan Tari Pancar dan Tari
Yosim. Gerakannya seperti loncat-loncat, jalan-jalan, memutar dan sebagainya
terinspirasi dari pertunjukan akrobat pesawat saat zaman penjajahan Belanda.
Sekarang, tarian ini telah mengalami berbagai perubahan agar lebih kaya dan bervariatif.
Untuk tarian ini, tidak terpatok pada jumlah penari, namun biasanya ditarikan secara
masal dan beramai-ramai. Musik yang digunakan adalah musik tradisional Papua.

4. Tari Selamat Datang

Tarian ini dinamakan tari selamat datang karena digunakan untuk menyambut kedatangan
tamu besar atau tamu kehormatan di Papua.
Penarinya tidak diutamakan harus laki-laki, terkadang ada juga perempuan.
Tarian ini menjadi salah satu tarian kebanggaan daerah sana. karena memiliki gerakan
yang enerjik yang mengandung niliai-nilai estetika didalamnya.
Tidak ada sejarah singkatnya, namun konon tarian ini sudah lama digunakan oleh
masyarakat Papua.
Kostum yang digunakan adalah kostum adat Papua, dilengkapi beberapa atribut
masyarakat sana seperti senjata. Alat musik yang digunakan adalah tifa.

5. Tari Perang

Tari perang merupakan salah satu tarian tradisional Papua. Dimana tarian ini memiliki
makna jiwa kepahlawanan masyarakat Papua.
Karena tarian ini menunjukan jiwa seseorang yang gagah perkasa. Maka biasanya
ditarikan oleh laki-laki dengan pakaian adat tradisional beserta perlengkapan perang.
Sejarah singkatnya, diambil dari kisah zaman dulu yang sering terjadi peperangan antar
suku Sentani dan suku-suku lainnya.
Kemudian para leluhur membuat tarian ini dengan tujuan memberikan semangat para
pasukan Papua. Dan seiring zaman, peperanganpun sudah ditiadakan, namun tarian ini
masih tetap dibudidayakan.
Sekarang, tarian ini hanya simbolik untuk menghargai para leluhur saja yang telah mati-
matian melindungi daerah Papua.

9
Biasanya tarian ini ditarikan oleh 7 orang ataupun lebih. Musik yang digunakan dalam
tarian ini adalah kerang, tifa dan gendang. Tariannya pun cukup energik dan
menampilkan beberapa gerakan perang, antara lain memanah, loncat, mengintip musuh,
dan lain-lain.

6. Tari Suanggi

Tari Suanggi salah satu tarian dari Papua tepatnya di Papua Barat, sejarah singkatnya
tarian ini menceritakan tentang suami yang ditinggal mati oleh istrinya.
Konon tarian tradisional yang satu ini sangat bernuansa magis karena seperti ritual.
Terlihat dari namanya ‘Suanggi’ yang mengandung arti roh jahat, konon roh tersebut
memiliki janji yang belum ditebus semasa ia hidup, dan ketika mati ia akan menjadi roh
penasaran.
Roh tersebut akan memasuki jiwa perempuan yang masih hidup dan mencelakakan orang
lain.
Tidak banyak orang yang mengetahui asal usul tarian tersebut, hal ini terlihat dari info
yang sangat sedikit didapat mengenai tarian ini.

PAKAIAN TRADISIONAL KHAS PAPUA


Pakaian Sali

Pakaian Sali ini adalah pakaian khusus yang pakai untuk perempuan yang masih lajang
atau pun belum menikah. Untuk pakaian tersebut mempunyai bahan dasar yang sangat
menarik yaitu dari kulit pohon.
Dengan warna yang dihasilkan dari kulit pohon tersebut akan menimbulkan warna coklat.
Sehingga untuk perempuan yang telah mempunyai ikatan atau yang telah menikah tidak

10
layak lagi untuk memakai pakaian adat tersebut. Biasanya untuk pakaian adat orang yang
telah menikah juga tersedia.

Pakaian holim

Pakaian holim tersebut dipakai untuk para lelaki. Pakaian tersebut berasal dari suku Dani
di Papua. Pakaian adat holim tersebut juga memiliki nama lain yaitu koteka. Seperti yang
telah diketahui bahwa koteka tersebut sudah sangat terkenal namanya di masyarakat
Indonesia sebagai pakaian adat dari Papua serta sebagai penutup kemaluan.
Pakaian holim tersebut bisa digunakan untuk kegiatan apa saja dalam kehidupan sehari-
harinya. Koteka dipakai dengan cara diikat ke pinggang memakai seutas tali sehingga
ujung koteka tersebut mengacung ke atas. Untuk koteka yang dipakai saat acara adat,
koteka yang dipakai biasanya berukuran panjang dan dilengkapi dengan ukiran etnik.
Sedangkan untuk yang dipakai saat bekerja dan juga aktivitas sehari-hari  adalah koteka
yang ukurannya lebih pendek. Suku Papua mempunyai bentuk koteka yang berbeda-beda.
Misalnya saja, ada suku tion yang memakai dua buah labu air sekaligus sebagai koteka
atau pada suku lain yang memakai hanya satu labu air saja.
Cara membuat koteka tersebut yaitu dengan bahan buah labu air tua yang dikeringkan dan
kemudian bagian dalamnya atau biji serta daging buah akan dibuang. Labu air yang
dipilih yaitu labu air tua sebab cenderung lebih keras dan juga akan lebih awet jika
dibandingkan dengan labu air muda.
Setelah itu dilakukan proses pengeringan. Pengeringan tersebut dilakukan supaya koteka
tidak cepat membusuk.

Pakaian yokal

Pakaian adat Papua berikutnya yaitu pakaian yokal, di mana pakaian tersebut hanya ada
di daerah Papua barat dan sekitarnya. Pakaian tersebut juga hanya boleh dipakai oleh
perempuan yang telah memiliki keluarga atau yang telah menikah. Pakaian tersebut juga
hanya dapat dijumpai di pedalaman Papua.
Untuk warna dari pakaian tersebut adalah warna coklat yang sedikit kemerahan. Pakaian
tersebut tidak untuk dijual atau pun di beli sebab pakaian tersebut merupakan suatu
simbolis masyarakat Papua yang menggambarkan kedekatan nya dengan alam semesta.

11
Pakaian Ewer

Selain dari ketiga pakaian di atas masih ada beberapa aksesoris yang dipakai seperti rok
rumbai yang terbuat dari susunan daun sagu yang kering yang dipakai untuk menutupi
tubuh bagian bawah. Rok rumbai tersebut tidak hanya dipakai oleh para wanita saja tetapi
juga dipakai oleh pria. 
Biasanya jika memakai rok rumbai tersebut maka dilengkapi juga dengan hiasan lainnya
seperti hiasan kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari, atau juga anyaman daun sagu.
Selain itu juga ada perlengkapan yang lain seperti manik-manik dari kerang, taring babi
yang di letakkan di antara lubang hidung, gigi anjing yang dikalungkan di leher, tas noken
yang terbuat dari anyaman kulit kayu sebagai wadah umbi-umbian atau sayuran yang
dipakai di kepala. Kemudian tidak lupa juga alat tradisional yang di pakai seperti tombak
Papua, panah, dan juga sumpit.
Nah itulah beberapa pakaian adat dari Papua yang perlu untuk Anda ketahui sebagai
tambahan wawasan Anda. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk Anda yang sedang
mencari informasi mengenai pakaian adat Papua.

RUMAH ADAT KHAS PAPUA

1. Honai

Honai merupakan rumah adat Papua yang menjadi tempat tinggal bagi suku Dani.
Biasanya Honai dihuni oleh laki-laki dewasa. Honai berasal dari kata “hun”  atau laki-laki
dan “ai” yang berarti rumah.

Biasanya Honai ditemukan di lembah dan pegunungan. Dinding rumah ini terbuat dari
kayu dengan atap jerami yang berbentuk kerucut, sekilas mirip seperti jamur.

Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan, juga
mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar.

12
Ciri Khas Dari Rumah Adat Papua Honai
Rumah ini tidak memiliki jendela, hanya terdapat satu buah pintu. Rumah ini memiliki
tinggi 2,5 meter dan memiliki ruangan yang sempit yaitu sekitar 5 meter. Hal tersebut
bertujuan untuk menahan suhu yang dingin di pegunungan. Di bagian tengahnya dibuat
lingkaran yang berfungsi sebagai tempat membuat api untuk menghangatkan badan
sekaligus penerangan.

Ruangan Rumah Adat Papua Honai Dan Fungsinya


Ruangan di dalam rumah ini terdiri dari dua lantai. Lantai atas berfungsi sebagai tempat
tidur sedangkan bagian bawah sebagai tempat berkumpul dan berkegiatan. Masyarakat di
sana menggunakan rumput yang dikeringkan sebagai alas tidur. Meskipun sederhana
namun rumah ini tetap menarik.

Bagian paling bawah dari Honai biasanya juga digunakan sebagai penyimpanan bagi
mumi, yaitu jasad yang telah diawetkan. Fungsi lain dari rumah honai yaitu sebagai
tempat untuk menyimpan alat perang, benda-benda warisan leluhur serta simbol dari adat
suku tersebut.

2. Ebai

Ebai berasal dari kata “ebe” yaitu tubuh dan “ai” yang artinya rumah. Hal ini karena
perempuan erupakan tempat tinggal bagi kehidupan. Ebai biasa digunakan untuk
melakukan proses pendidikan bagi anak perempuan yaitu para ibu akan mengajarkan hal-
hal yang akan dilakukan ketika menikah nanti.

Ebai juga sebagai tempat tinggal bagi ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Namun
anak laki-laki yang telah beranjak dewasa akan pindah ke Honai.

Rumah Ebai mirip dengan honai, namun memiliki ukuran yang lebih pendek dan kecil.
Berada di samping kanan atau kiri honai serta pintunya tidak sejajar dengan pintu utama.

3. Wamai

13
Wamai merupakan tempat yang digunakan sebagai kandang ternak peliharaan. Hewan
yang biasa dijadikan ternak oleh suku wilayah papua misalnya ayam, babi, anjing dan
lain-lainnya.

Bentuk wamai biasanya persegi tapi ada pula bentuk lain, sangat fleksibel tergantung dari
besar dan banyaknya jenis hewan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.

4. Kariwari

Kariwari merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang
tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini merupakan rumah khusus bagi laki-
laki yang telah berusia sekitar 12 tahun.

Rumah ini digunakan untuk mendidik anak-anak tersebut mengenai apa yang harus
dilakukan oleh laki-laki seperti pengalaman hidup dan mencari nafkah.

Mereka diajarkan untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan berani serta kuat.
Pelajaran yang didapatkan misalnya membuat perahu, cara berperang, membuat senjata,
dan memahat.

Bentuk Dan Struktur Bangunan Rumah Adat Papua Kariwari


Rumah ini memiliki bentuk segi delapan yang menyerupai limas. Bentuk ini dibuat
dengan maksud agar mampu menahan hembusan angin yang kuat. Sedangkan atapnya

14
berbentuk kerucut. Menurut kepercayaan masyarakatnya untuk mendekatkan diri kepada
para leluhur.

Tinggi dari rumah ini berbeda-beda, dari 20-30 meter. Terdiri dari 3 lantai yang memiliki
fungsi masing-masing. Lantai paling bawah digunakan untuk tempat belajar para remaja
laki-laki.

Lantai ke dua digunakan untuk ruang pertemuan pemimpin dan kepala suku serta sebagai
tempat tidur kaum laki-laki. Dan lantai ke tiga sebagai tempat meditasi dan berdoa.

Lantai pada bangunan ini terbuat dari lapisan kulit kayu, dindingnya terbuat dari cacahan
pohon bambu, sedangkan atapnya terbuat dari daun sagu. Di dalamnya terdapat kayu besi
yang digunakan untuk menopang dan saling mengikat satu sama lain.

Fungsinya agar atap tidak terlepas dan terbang terbawa angin. Dibawah batang kayu
digunakan untuk menyimpan hasil kerajinan, alat perang dan lain-lain.

5. Rumsram

Rumsram merupakan rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang berada di pulau-
pulau. Rumah ini ditujukan untuk laki-laki. Seperti kariwari, rumah ini digunakan sebagai
tempat untuk mendidik anak remaja laki-laki dalam pencarian pengalaman hidup, serta
cara untuk menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggungjawab sebagai kepala keluarga
kelak.

Bentuk Dan Struktur Bangunan Rumah Adat Papua Rumsram

Rumsram memiliki berbentuk persegi seperti rumah panggung, dengan beberapa ukiran
pada beberapa bagiannya dan atapnya mirip seperti perahu terbalik yang menandakan
mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Tinggi Rumsram kurang lebih sekitar 6-
8 meter.

Terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama bersifat terbuka dan tidak memiliki dinding.
Berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi laki-laki misalnya membuat perahu, memahat,
cara berperang dan lain-lain.

Seperti Kariwari, bangunan rumah rumsram pada bagian lantainya terbuat dari kulit kayu
dan dindingnya dari pohon bambu yang di cacah. Memiliki dua buah pintu pada bagian
depan dan belakang serta beberapa buah jendela, sedangkan atapnya terbuat dari daun
sagu.

15
ALAT MUSIK KHAS PAPUA

Yi

Di beberapa daerah, Yi lebih dikenal dengan suling. Namun, bentuk suling yang dimiliki
oleh masyarakat Papua tersebut berbeda dengan bentuk suling dari daerah lain. Yi
digunakan oleh masyarakat Papua sebagai pengiring berbagai macam tari-tarian daerah.
Tak hanya itu, Yi ternyata juga digunakan untuk mengumpulkan penduduk.

Alat musik yang berasal dari Papua Barat tersebut memiliki nama yang sederhana. Meski
demikian, suara yang dihasilkan cukuplah unik. Bentuk unik dari Yi ini sangat mudah
untuk dikenali. Dimana, Yi memiliki bentuk yang gempal dengan warna coklat tua. Meski
masyarakat Papua masih menggunakan alat musik tradisional ini, akan tetapi Yi sulit
untuk ditemukan.

Triton

Alat Musik Papua Triton via


pojoknasional.com
alat musik Papua yang kedua ada Triton. Triton adalah alat musik yang terbuat dari
cangkang kerang. Nama dari alat musik tersebut berasal dari nama sebuah pulau yang
katanya memiliki keindahan alam yang jauh lebih indah daripada Raja Ampat.

Alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup tersebut ternyata tidak dibuat seperti pada
beberapa alat musik lainnya. Akan tetapi, Anda bisa menemukan Triton dengan mudah di
beberapa pesisir pantai seperti Kepulauan Raja Ampat, Wondama, Nabire, Waropen,
Yapen dan Biak.

Alat musik tersebut merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Papua Barat.
Dulunya, Triton digunakan untuk sarana komunikasi dan memanggil bantuan. Namun,
saat ini Triton digunakan hanya untuk hiburan saja.

16
Tifa

Alat Musik Tifa via dreamstime.com


Pastinya Anda sudah tidak asing dengan alat musik yang satu ini bukan? Ya, Tifa
merupakan salah satu alat musik asal Papua yang banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Alat musik tersebut dimainkan dengan cara dipukul. Tifa merupakan alat musik
tradisional yang memiliki bentuk hampir mirip dengan gendang. Bahkan, teknik untuk
memainkan alat musik yang satu ini pun hampir sama.

Alat musik Papua  ini dibuat dari sebongkah kayu yang dilubangi pada bagian dalamnya.
Kemudian, pada salah satu sisi Tifa ditutup dengan menggunakan kulit rusa yang sudah
dikeringkan. Hal itulah yang nantinya akan menghasilkan suara yang indah.

Akan tetapi, tidak semua Tifa dibuat dengan menggunakan kulit rusa. Ada juga yang
menggunakan kulit hewan lain untuk menutup salah satu sisi dari alat musik Tifa.
Terdapat berbagai macam jenis Tifa yang bisa ditemukan, yakni Tifa Bas, Tifa Jekir
Potong, Tifa Potong, Tifa Dasar dan Tifa Jekir.

Masyarakat Papua menggunakan alat musik tradisional yang satu ini sebagai iring-iringan
lagu saat berdansa disertai dengan menggunakan api unggun ataupun yang lainnya. Akan
tetapi, pada zaman dahulu Tifa digunakan untuk berperang.

Pikon/Pikonane/Harpa Yahudi

Alat musik tradisional Papua selanjutnya adalah Pikon. Pikon ini berasal dari Pikonane
yang menurut bahasa Baliem memiliki arti bunyi. Saat ini, Pikon lebih sering dimainkan
oleh salah satu suku pedalaman yakni Suku Dani. Dalam kesehariannya, Pikon dimainkan
oleh laki-laki.

Meski Pikon banyak disebut sebagai alat musik, akan tetapi suara yang dihasilkan oleh
Pikon tidak seperti alat musik pada umumnya. Dimana, suara yang dihasilkan dari Pikon
cukup mengganggu (sumbang) jika Anda tidak terbiasa mendengarnya.

Pikon biasa digunakan saat waktu senggang. Tak hanya itu, banyak juga yang memainkan
alat musik ini selepas berburu atau setelah lelah bekerja seharian. Para lelaki akan
memainkan Pikon di honai (rumah adat Papua yang berbentuk kerucut dan terbuat dari
17
jerami atau ilalang). Mereka akan berkumpul bersama dan memainkan alat musik tersebut
secara bersama-sama.

Paar dan Kee

Dapat dikatakan bahwa Paar dan Kee seperti sepasang surat dan perangko yang tidak bisa
dipisahkan. Paar sendiri terbuat dari sebuah labu dan Kee terbuat dari tulang burung
Kasuari.

Ada yang unik dari alat musik tersebut, dimana Paar dan Kee biasa digunakan sebagai
penutup alat kelamin laki-laki. Akan tetapi. Alat musik tersebut juga digunakan di
beberapa pesta adat untuk memeriahkan sebuah acara.

Orang yang menggunakan Paar dan Kee ini akan menari dan melompat-lompat sehingga
kedua benda tersebut akan saling bersentuhan dan menimbulkan suara dan irama yang
indah. Alat musik tradisional tersebut berasal dari Suku Waris yang berada di Kabupaten
Keerom.

Krombi/Kerombi

Krombi atau yang juga disebut dengan Kerombi, merupakan alat musik Papua yang
berasal dari Suku Tehit, Papua. Alat musik tersebut terbuat dari bambu dan biasa
digunakan untuk tarian pada upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Untuk
memainkan Krombi ini harus menggunakan kayu kecil. Agar bisa menimbulkan suara
dan irama yang diinginkan, Krombi dimainkan dengan cara dipukul.

Biasanya, Krombi akan dimainkan dengan beberapa alat musik tradisional lainnya seperti
nailavos, piko, karapra dan fu akuika. Anda bisa menemukan alat musik tradisional
tersebut di Kampung Seremuk, Sorong Selatan Provinsi Papua.

18
Fuu

Berikutnya ada Fuu yang merupakan alat musik Papua yang terbuat dari kayu dan bambu.
Fuu digunakan untuk mengiringi suatu tarian tertentu. Tak hanya itu saja, bahkan alat
musik tradisional tersebut juga digunakan untuk mengumpulkan suatu penduduk dari
suku tertentu.

Fuu hingga sekarang masih digunakan oleh Suku Asmat, yakni sebuah suku yang ada di
pedalaman Papua, Kabupaten Merauke, Papua. Dapat dikatakan bahwa bentuk dari alat
musik Fuu ini merupakan perpaduan dari tabung dan suling.

Bentuknya yang gempal serta memiliki lubang pada bagian ujungnya membuat Fuu
tampak lebih unik. Alat musik tersebut dimainkan dengan beberapa alat musik tradisional
lainnya seperti Tifa ataupun Kelambu.

Masih ada banyak lagi alat musik Papua yang bisa Anda pelajari. Ya, meskipun sebagian
daerah yang ada di Papua tidak terjamah dengan teknologi yang modern, namun berbagai
macam kebudayaan serta kesenian yang ada di sana hingga saat ini masih saja
dilestarikan.

Hal tersebut karena masyarakat Papua masih menghormati peninggalan para nenek
moyang. Dengan melestarikan berbagai macam budaya dan kesenian termasuk alat musik
Papua, diharapkan bisa membuat generasi penerusnya tetap bisa mengenal apa yang telah
nenek moyang mereka tinggalkan.

19

Anda mungkin juga menyukai