Anda di halaman 1dari 12

KONFLIK KEPULAUAN NATUNA ANTARA INDONESIA DENGAN CHINA

Oleh:Kurnia

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terancam dirugikan karena aksi China
menggambarkan Sembilan titik wilayah baru kepulauan Natuna, Propinsi Kepulauan Riau. Jika
dilihat sekilas, perairan kaya gas itu terkesan masuk wilayah kedaulatan China. Ditinjau dari aspek
yuridis, penanganan pulaupulau kecil terluar masih memerlukan perangkat perundangundangan
yang memadai dalam rangka mempertahankan dan memberdayakannya. Peninjauan berbagai
peraturan perundangundangan seperti UU, PP, Kepres, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
penanganan batas dan perbatasan Negara baik wilayah darat maupun batas laut kiranya menjadi
hal yang mendesak.

Wilayah adalah salah satu unsur utama dan terpenting dalam suatu Negara, disamping Rakyat
dan Pemerintahan. Wilayah dalam suatu Negara sangat perlu ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan yang jelas. Di Indonesia, dalam UUD 1945 yang asli tidak tercantum pasal
atau aturan mengenai “Wilayah Negara Republik Indonesia”. Meskipun demikian umumnya
sepakat bahwa ketika Para Pendiri Bangsa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, wilayah Negara Republik Indonesia mempunyai cakupan wilayah Hindia Belanda.
Wilayah Negara Indonesia mengacu pada Ordonasi Hindia Belanda yakni, Teritorial Zeen en
Marietieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939), pulau-pulau di wilayah ini dipisahkan oleh
laut disekelilingnya.

PEMBAHASAN

1.Pengertian Maritim

Maritim adalah suatu negara yang daerah teritorial lautnya lebih luas daripada daerah
teritorial daratan. Selain itu, negara maritim biasanya negara yang memiliki banyak pulau. Tak
hanya itu, negara maritim juga biasanya memiliki garis pantai yang panjang serta wilayah perairan
yang lebih luas daripada daratan.
Menurut Aryono Putra dan Yasser Arafat dalam bukunya “Penyelenggaraan Pembangunan
NKRI Menuju Negara Maritim Berdasarkan Prinsip Negara Kepulauan”, menyatakan
bahwa negara maritim adalah negara yang mempunyai sifat memanfaatkan laut untuk kejayaan
negaranya.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, maritim adalah sebagai
berkenaan dengan laut atau yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Namun,
secara sederhana, negara maritim adalah sebagai negara yang dikelilingi laut atau perairan yang
luas.

Indonesia disebut negara maritim pada Deklarasi Djuanda pada tahun 1957 menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki corak tersendiri. Selain itu, sejak dahulu
kala, kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan.Dikutip dari buku Mengawal
Perbatasan Negara Maritim oleh Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, status Indonesia sebagai
negara kepulauan telah diakui dunia internasional. Pengakuan ini didapatkan melalui konvensi
PBB tentang hukum laut atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada
tahun 1982.

2.Regulasi Terkait Kelautan Dan Perikanan

a) Undang – Undang
1. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
2. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. UU No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan
4. UU No. 01 Tahun 2014 Tentang Perubahan UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5. UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
b) Peraturan Pemerintah
1. PP No.60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
2. PP No. 75 Tahun 2015 Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
c) Peraturan Menteri Kelautan Perikanan
1. Permen KP No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
2. Permen KP No. 02 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan
3. Permen KP No. 30 Tahun 2010 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan
4. Permen KP No. 24 Tahun 2011 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional
5. Permen KP No. 09 Tahun 2013 Standar Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
6. Permen KP No. 13 Tahun 2014 Jejaring Kawasan Konservasi Perairan
7. Permen KP No. 21 Tahun 2015 Kemitraan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
8. Permen KP No. 14 Tahun 2016 Kriteria dan Kategori Kawasan Konservasi Perairan
untuk Pariwisata Alam Perairan
9. Permen KP No. 47 Tahun 2016 Tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan
10. Permen KP No. 3 Tahun 2018 Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Zona Inti
pada Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk Eksploitasi
11. Permen KP No. 31 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi

d) Keputusan Menteri Kalautan Perikanan


1. Kepmen KP No 37 Tahun 2014 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
Nasional Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau
2. Kepmen KP No 38 Tahun 2014 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata
Perairan Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2034
3. Kepmen KP No 53 Tahun 2014 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata
Perairan Kepulauan Anambas Dan Laut Sekitarnya Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2014-2034
4. Kepmen KP No 22 Tahun 2020 Tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional
Tertentu Gugus Pulau-Pulau Kecil Terluar Kepulauan Anambas
5. Kepmen KP No 30 Tahun 2022 Tentang Kawasan Konservasi Kepulauan Anambas dan
Laut Sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau
6. Kepmen KP No 31 Tahun 2022 Tentang Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan Laut
Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat

e) Peraturan dan Keputusan Direktur Jenderal


1. Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. 02 Tahun 2013
tentang Petunjuk Teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (KKP3K)
2. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 03 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pemanfaatan Zona Perikanan Berkelanjutan Kawasan Konservasi Perairan
Untuk Kegiatan Penangkapan Ikan Oleh Masyarakat Lokal Dan Tradisional (PAAP)
3. Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Kategori Kawasan Konservasi Perairan Nasional Untuk Pariwisata Alam Perairan
4. Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 28 Tahun 2020 Tentang
Evaluasi Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi

3.Kronologi Konflik Di Laut Natuna


Konflik Natuna memanas kembali setelah China menuntut Indonesia menyetop pengeboran
minyak dan gas alam (migas), karena mengeklaim wilayah itu miliknya. Padahal, Indonesia
dengan tegas sudah mengatakan, ujung selatan Laut China Selatan adalah zona ekonomi eksklusif
milik RI di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan pada 2017 menamai wilayah itu Laut
Natuna Utara.

1. Klaim China di Laut Natuna Utara

Reuters pada Kamis (2/12/2021) melaporkan, China meminta Indonesia menghentikan


pengeboran minyak dan gas alam di wilayah maritim di Laut China Selatan, yang diklaim
kedua negara milik mereka. Masalah tersebut sudah terjadi sejak awal tahun ini tanpa jalan
keluar. Hal ini disampaikan oleh empat orang yang mengetahui masalah tersebut kepada
kantor berita Reuters.

Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Muhammad Farhan,


mengatakan kepada Reuters, ia menerima pengarahan perihal sepucuk surat dari diplomat
China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia, yang dengan jelas meminta RI
menghentikan pengeboran di rig sementara lepas pantai, karena aktivitas tersebut
dilakukan di wilayah China.

"Jawaban kami sangat tegas, bahwa kami tidak akan menghentikan pengeboran
karena itu adalah hak kedaulatan kami," kata Farhan kepada Reuters.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan, "Setiap


komunikasi diplomatik antarnegara bersifat privat dan isinya tidak dapat dibagikan." Dia
menolak berkomentar lebih lanjut.

Adapun Kedutaan Besar China di Jakarta tidak menanggapi permintaan untuk


memberikan komentar. Selain Muhammad Farhan, tiga orang lainnya yang mengaku juga
telah diberi pengarahan tentang masalah tersebut membenarkan adanya surat dari China.
Sebanyak dua orang di antaranya mengatakan, China berulang kali menuntut agar
Indonesia menghentikan pengeboran.

2. Sikap Indonesia soal kepemilikan Laut Natuna Utara

Indonesia mengatakan ujung selatan Laut China Selatan adalah zona ekonomi
eksklusif milik kedaulatan Republik Indonesia di bawah Konvensi PBB tentang Hukum
Laut, dan pada 2017 menamai wilayah itu Laut Natuna Utara.
China keberatan dengan perubahan nama itu dan bersikeras bahwa jalur air tersebut berada
dalam klaim teritorialnya yang luas di Laut China Selatan, yang ditandai dengan "sembilan
garis putus-putus" berbentuk U. Namun, batasan ini tidak memiliki dasar hukum menurut
Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada tahun 2016.

"(Surat itu) sedikit mengancam karena itu adalah upaya pertama diplomat China untuk
mendorong agenda sembilan garis putus-putus mereka terhadap hak-hak kami di bawah
Hukum Laut," kata Farhan kepada Reuters.

"Dalam pendalaman itu terungkaplah China pernah mengirim surat protes. Ada dua surat
protes diplomatik yaitu latihan bersama Garuda Shield dan protes keberadaan drilling
(pengeboran) itu," ujar Muhammad Farhan kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk
BBC News Indonesia, Kamis (2/12/2021).

Farhan mengaku tidak mengetahui persis tanggal dua surat itu dikirim karena nota
diplomatik hanya boleh dibuka dan dilihat oleh pihak yang memiliki kewenangan
diplomatik. Akan tetapi, merujuk pada dua peristiwa yang disinggung China, dia
memperkirakan surat protes tersebut dikirim dalam rentang antara Agustus hingga awal
September.Kementerian Luar Negeri RI, sambungnya, membalas nota diplomatik itu.

"Pemerintah mengirim surat balasan yang mengatakan bahwa protes itu tidak bisa kami
terima karena kalau drilling (pengeboran) di wilayah landasan kontingen sesuai UNCLOS.
Kalau latihan, karena kita tidak punya pakta pertahanan dengan siapapun."

"Karena (pemerintah) butuh dukungan politik, maka DPR perlu menyatakan dukungan
atas sikap itu.

3. Konflik Natuna saat ini

Sengketa Laut China Selatan telah terjadi sejak tahun 1947. Dasar yang digunakan
China untuk mengeklaim seluruh Kawasan Laut China Selatan adalah sembilan garis
putus-putus (nine-dash line) yang meliputi sejumlah wilayah milik Filipina, Malaysia,
Vietnam, Taiwan dan Brunei Darussalam. Dalam sengketa Laut China Selatan, Indonesia
dianggap menjadi penengah dan tidak pernah mengeklaim wilayah itu.

Di beberapa kali kesempatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta setiap
negara menghargai hukum internasional yang tercantum dalam Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang ditetapkan pada 1982.

Akan tetapi, data pergerakan kapal menunjukkan, beberapa hari setelah rig semi-
submersible Noble Clyde Boudreaux tiba di Blok Tuna di Laut Natuna untuk mengebor
dua sumur appraisal pada 30 Juni, sebuah kapal Penjaga Pantai China berada di lokasi. Tak
berapa lama, kapal Penjaga Pantai Indonesia juga ikut berada di sana. Menanggapi
pertanyaan dari Reuters, Kementerian Luar Negeri China mengatakan, kapal Penjaga
Pantai China "melakukan kegiatan patroli normal di perairan di bawah yurisdiksi China."

Kemlu China tidak menanggapi pertanyaan tentang komunikasi dengan Indonesia


selama pengeboran, dan Kementerian Pertahanan China tidak menanggapi permintaan
komentar. Selama empat bulan setelahnya, kapal China dan Indonesia saling terlihat di
sekitar ladang minyak dan gas, sering kali datang dalam jarak 1 mil laut satu sama lain,
menurut analisis data identifikasi kapal dan citra satelit oleh Asia Maritime Transparency
Initiative (AMTI), proyek yang dijalankan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional
yang berbasis di Amerika Serikat.

Blok D-Alpha adalah blok cadangan minyak dan gas yang juga berada di perairan yang
diperebutkan, yang menurut studi Pemerintah Indonesia bernilai 500 miliar dollar AS (Rp
7,25 kuadriliun). Pada 25 September, kapal induk Amerika USS Ronald Reagan datang
dalam jarak 7 mil laut dari rig pengeboran Blok Tuna. Sebanyak empat kapal perang China
juga dikerahkan ke daerah itu, menurut IOJI dan nelayan setempat

4. Kata pakar soal konflik di Laut Natuna

Pakar hukum laut internasional dari Universitas Indonesia, Arie Afriansyah, menilai
nota diplomatik tadi kian menunjukkan sikap asertif China atas klaim teritorial Laut China
Selatan di Natuna. Kendati demikian pemerintah Indonesia, katanya, tidak perlu bersiap
reaktif apalagi bernegosiasi atau mengajukan persoalan sengketa ini ke pengadilan
internasional. Langkah reaktif, kata Arie, akan dianggap bahwa Indonesia mengakui klaim
China.

"Indonesia tidak perlu takut, karena Indonesia sudah berpegang pada koridor hukum
internasional yang diakui banyak negara. Jadi Indonesia sudah berada dalam jalur yang
betul berdasarkan UNLCOS," jelas Arie dikutip dari BBC Indonesia.

Suara senada juga diutarakan pengamat hubungan internasional, Aisha


Kusumasomantri. Baginya jika pemerintah Indonesia bernegosiasi dengan China justru
hanya akan menaikkan eskalasi konflik. Kemudian, meskipun China merupakan mitra
dagang terbesar Indonesia dan sumber investasi, tapi menurut Aisha hal itu tidak akan
membuat posisi Indonesia timpang. Ia menilai secara diplomatik Indonesia dan China
memiliki kemitraan strategis.

"Dalam perdagangan, China bisa saja mengekspor bauksit dari Afrika, tapi selama ini
China pilih Indonesia karena pertimbangan Indonesia memiliki kekuatan di ASEAN.
Makanya China berusaha tetap mempertahankan hubungan ekonominya."

"Indonesia pun sadar mengakui China merupakan great power yang sedang rising dan
Indonesia bisa mendapat keuntungan ekonomi di bidang perdagangan."

4. Upaya Penyelesaian Sengketa Kepulauan Natuna Antara Indonesia Dengan China

Dalam persengketaan serta konflik terkait dengan Kepulauan Natuna oleh Indonesia dan
China sudah tentu adanya upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi persengketaan tersebut.
Adapun upaya yang harus dilakukan oleh Indonesia dalam menjaga kawasan atau wilayah
Kepulauan Natuna diantaranya yakni (Ruyat, 2017) : 9

1. Meningkatkan Manajemen Perbatasan Wilayah terhadap Kepulauan Natuna.

Permasalahan mengenai batas negara sangat perlu untuk diperhatikan sebab perbatasan dari
suatu negara perwujudan utama dari kedaulatan terhadap suatu negara. Termasuk dengan adanya
penentuan suatu batas wilayah atau kawasan kedaulatan serta keamanan dan keutuhan dari
wilayahnya. Pentingnya ada manajemen perbatasan untuk negara Indonesia. Salah satu cara yang
diusahakan oleh pemerintah Indonesia di dalam menjaga perbatasan adalah dengan cara tetap
melanjutkan perundingan perbatasan (diplomacy border) supaya mendapatkan kepastian terhadap
garis perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga, serta dengan melakukan aktivitas
eksplorasi gas alam dan minyak bumi di Kepulauan Natuna sebagai bentuk keberadaan negara
Indonesia di wilayah Kepulauan Natuna tersebut.

2. Peningkatan Kegiatan Ekonomi melalui Eksplorasi Minyak di Wilayah Kepulauan Natuna.

Pemerintah Indonesia terus-menerus melakukan upaya dalam rangka memenuhi pasokan


energi yang terus saja meningkat. Untuk itu Indonesia harus terus melakukan eksploitasi terhadap
sumber-sumber energi yang sudah ada. Selama ini, wilayah ZEE Indonesia telah menyimpan
kekayaan terbesar dan merupakan penyumbang kas negara. Salah satu ZEE negara Indonesia yang
secara kebetulan merupakan minyak dan gas alam terbesar negara Indonesia yang berada pada
Kepulauan Natuna. Menurut hitungan dari pemerintah, ladang gas D-Alpha yang dikenal dengan
Blok East Natuna terletak di 225 km sebelah utara Pulau natuna tepatnya (di ZEEI) dengan total
cadangannya mencapai 222 trillion cubic feet (TCF) serta gas hidrokarbon yang bisa diperoleh
sebesar 46 TCF yakni salah satu terbesar di kawasan Asia Pasifik dan tiga kali dari kandungan gas
Arun, Aceh. Mengenai, Blok Natuna Sea A ialah wilayah kerja gas yang terletak di Laut Natuna
Barat berdampingan dengan perbatasan antara negara Makaysia dan Indonesia.

3. Meningkatkan Kabapilitas Pertahanan di Wilayah Kepulauan Natuna.

Eksistensi dari instrumen pertahanan meliputi antara lain ialah untuk mendukung diplomasi,
termasuk jikalau diplomasi dinyatakan gagal. Lain dari pada itu, meningkatkan kabapilitas Alat
Utama Sistem Senjata (Alutsista) melalui program untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimum
(Minimum Essential Force atau MEF). Bukan itu saja, Tentara Negara Indonesia (TNI) juga harus
meningkatkan kekuatan pertahanan di wilayah perbatasan terutama pada kawasan Kepulauan
Natuna dengan terus menambah jumlah pasukan tentara dan tentunya termasuk juga armada
tempur.
5. Penyelesaian Sengketa Indonesia Dengan China Dalam Tinjauan Hukum Internasional

Penyelesaian sengketa dalam tinjauan hukum internasional ditekankan bahwa jika


dikemudian hari kemungkinan akan terjadi lagi penangkapan ikan secara ilegal oleh China di
Kepulauan Natuna dan apabila pemerintahan negara China masih tetap mengklaim sepihak bahwa
Kepulauan Natuna secara sejarah masuk dalam Sembilan Garis Putus-putus yang dibuat oleh
China, maka langkah yang paling tepat diambil untuk pemerintahan negara Indonesia adalah
menggugat kasus penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan China ke Mahkamah
internasional melalui jalur litigasi (Rosana, Dewi, & Agustin, 2021). 10Jalur litigasi merupakan
penyelesaian masalah hukum yang menempuh jalur pengadilan. Penyelesaiannya bukan
menggunakan jalur diplomatik (negoisasi) sebab jalur diplomatik belum mendapatkan keputusan
bersama. Pada dasarnya sengketa ini merupakan sengketa multilateral dikarenakan Laut China
Selatan tersebut membentang di sejumlah negara. Negara Indonesia bisa menjatuhkan tindakan
tegas sekaligus menggugat China apabila diplomasi tidak kunjung mendatangkan hasil. Meskipun
sebelumnya pernah dilakukan jalur diplomatik tetapi tetap saja negara China melakukan
pelanggaran penangkapan ikan secara ilegal.
PENUTUP

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai ribuan pulau sehingga Indonesia
dikenal oleh dunia dengan sebutan negara maritim. Negara maritim seperti negara Indonesia
memiliki banyak potensi. Salah satunya adalah potensi laut. Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2008 yang memuat tentang wilayah negara, menyatakan bahwa Indonesia adalah “Salah satu unsur
negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan,
serta laut teritorial, beserta dasar laut dari tanah dibawahnya, serta ruang udara di atasnya,
termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya”.

Pada intinya, Indonesia ialah negara yang wilayah perairannya lebih luas dibandingkan dengan
wilayah daratannya. Hal inilah yang menyebabkan negara Indonesia banyak menyimpan kekayaan
sumber daya alam dan laut yang banyak memiliki potensi untuk menunjang kehidupan untuk
bangsa maupun untuk masyarakat di dunia. Sehingga, tidak dapat menutup kemungkinan untuk
Indonesia terlibat dalam suatu persengketaan yang menyangkut tentang pelanggaran terhadap
KawasanLaut.
References

iswara, a. j. (2021, desember 4). kronologi konflik di laut natuna. Retrieved from
https://www.kompas.com/global/read/2021/12/04/070338470/kronologi-konflik-di-laut-
natuna-china-tuntut-indonesia-setop-pengeboran?page=all
Pahlephi, R. D. (2023, januari 25). indonesia sebagai negara maritim. Diambil kembali dari
https://www.detik.com/bali/berita/d-6534111/alasan-mengapa-indonesia-dijuluki-negara-
maritim-apa-artinya#:~:text=1.-
,Memiliki%20Wilayah%20Laut%20yang%20Luas,bisa%20disebut%20sebagai%20negar
a%20maritim.
Sitoresmi, A. R. (2021, oktober 19). pengertian maritim. Diambil kembali dari
https://www.liputan6.com/hot/read/4688580/maritim-adalah-negara-dengan-teritorial-
laut-yang-luas-ketahui-karakteristiknya

Tampi, B. (2017, juli-desember). jurnal konflik natuna. Retrieved from


https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jurnalhukumunsrat/article/view/18589/18115&s
a=U&ved=2ahUKEwihh8Wi9Yv_AhV_bmwGHX4HD2kQFnoECAoQAg&usg=AOvVa
w18bLU71q3cE777L6orPu3D
Yanti, N. L. (2022, juli). upaya penyelesaian sengketa kepulauan natuna antara china dan
indonesia. Diambil kembali dari
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JIH/article/download/1293/626/

Anda mungkin juga menyukai