PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktikum Kerja Lapangan (PKL), adalah salah satu mata kuliah dengan
1
B. Tujuan dan Manfaat
C. Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
2. Tempat Pelaksanaan
D. Landasan Teori
1. Geomorfologi
2
Perhatian geomorfologi mencakup proses terbentuknya bentuklahan, sifat-
ruang dan waktu) serta struktur dan litologi penyusunnya. Selain itu,
Bentuk lahan asal proses Flufial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai ang
berupa bentukan lain dengan stuktur horizontal, tersusun oleh material sedimen
berbutir halus. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme
proses erosi, transportasi dan sedimentasi. Proses erosi yang disebabkan oleh
aliran air do awali dengan adanya proses pelapukan, baik pelapukan fisis, khemis
maupun organis akan terpancarkan oleh tetesan air hujan, selanjutnya akan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Diarikan sebagai daerah yan dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan ditampung
sungai utama. Secara umum DAS dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
di batasi oleh batas alam, seperti pegunungan, bukit atau gunung, maupun batas
buatan seperti jalan atau tanggul di mana titik hujan yang turun di daerah tersebu
3
dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia,
maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk
yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh
karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau
Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan
Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin
Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut
Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m.
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
2. Hidrologi
penampungan dan kehilangan air di bumi. Air yang jatuh ke bumi dalam bentuk
hujan, embun, salju akan mengalami berbagai peristiwa kemudian akan menguap
ke udara menjadi awan dalam bentuk hujan, salju dan embun yang kemudian akan
kembali jatuh ke bumi. Sebagian besar air hujan yang jatuh menguap sebelum
sampai ke bumi (evaporasi). Pada tempat yang terdapat tumbuhan atau benda lain
air hujan akan ditahan (intersepsi), air hujan yang tertahan sebagian akan
sampai ke permukaan tanah (stem flow). Bagian air hujan yang sampai ke
4
permukaan tanah akan mengalir di permukaan tanah disebut aliran permukaan
(runn off) atau masuk ke dalam tanah disebut infiltrasi. Air infiltrasi bisa menjadi
Presipitasi atau curah hujan merupakan curahan atau jatuhnya air dari
atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk berbeda. Presipitasi adalah
faktor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi suatu DAS (Arsyad,
2010).
akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
c. Air Permukaan, adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi.
Bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi. Faktor-
5
curah hujan, distribusi curah hujan dalam daerah limpasan, arah pergerakan
hujan serta curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah. Elemen daerah
pengaliran terdiri dari kondisi penggunaan tanah (land use), luas daerah
2010).
suatu massa hujan atau massa tertentu dinyatakan dalam tinggi kolom air
(mm atau cm) matau dalam volume air (m3) dan laju aliran permukaan (debit)
adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per
Pada musim hujan debit akan mencapai maksimum dan pada musim kemarau
beberapa sungai, di antaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung
jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi objek
6
suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna
yang sekaligus menjadi objek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
3. Geografi Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-
bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010)
Warna tanah merupakan pernyataan tentang: (a) jenis dan kadar bahan
organik, (b) keadaan pengatusan dan aerasi tanah yang berhubungan dengan
hidratasi, oksidasi dan proses pencucian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d)
kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya
bahan bahan tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat jenis bahan, yaitu
Tekstur tanah ialah perbandingan relatif tiga golongan besar fraksi tanah
(pasir, debu dan lempung) dalam suatu massa tanah. Fraksi tanah dikelompokkan
berdasar atas ukuran tertentu, fraksi tanah ini dapat kasar atau pun halus
(Notohadisuwarno, 2003).
Struktur tanah adalah susunan ikatan partikel-partikel tanah satu sama lain
membentuk agregat tanah, merupakan sifat tanah yang sangat ditentukan oleh
partikel 50 penyusun tanah. Untuk profil tanah sawah, pada lapisan 0-20, 20-40,
7
40-60 berstruktur granuler tetapi untuk lapisan 60-80 berstruktur gumpal
membulat, hal ini disebabkan karena tanah pada saat dilakukan penggenangan dan
tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan
pada tarik menarik antar zarah tanah dalam suatu massa tanah atau menunjuk pada
1998).
a. Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :
b. Tanah Laterit
Ciri-cirinya :
3) Tanahnya tandus
8
Ciri-cirinya :
4. Oceanografi
a. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar
gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang laut timbul karena
adanya gaya pembangkit yang bekerja pada laut. Angin juga mempunyai
pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat
dari laut dalam (deep sea) menuju ke pantai akan mengalami perubahan
9
bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang
berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari
angin:
bertiup.
3) Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup, dikenal sebagai fetch.
yang terbentuk pada kolom air yang relatif kecil seperti danau di daratan
b. Salinitas
c. Arus
10
Arus diartikan sebagai gerakan air yang menyebabkan terjadinya
perbedaan densitas masa air laut, tiupan angin secara terus menerus diatas
permukaan laut dan pasang surut terutama di daerah pantai (Sidjabat, 1976).
peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line),
maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu : batas yang sejajar
garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross
antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah
pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami
yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
Dalam suatu kawasan pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan
terumbu karang (coral reef), hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir
(sandy beach), formasi pes-caprae, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta.
Sementara itu, ekosistem buatan antara lain: tambak, sawah pasang surut, kawasan
11
pariwisata, kawasan industri, agroindustri dan kawasan pemukiman (Dahuri et al,
2004).
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir
atau pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya
dimana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun laut
(Pratikto et al., 1997). Garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan
(kontak) antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat tidak tetap, dan dapat
berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Pantai
terletak antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi (Bengen, 2001).
6. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia
memenuhi kebutuhan pada sebidang lahan yang spesifik (Sudadi dkk., 1991).
masa kini (present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi
12
lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra
penginderaan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutup
lahan:
binatang.
c. Tipe pembangunan.
menduga kegiatan manusia dan penggunaan lahan. Namun, ada aktivitas manusia
yang tidak dihubungkan secara langsung dengan tife penutup lahan seperti
beberapa keputusan bijak harus dibuat dan peta hasil tidak dapat dihindari
aplikasinya.
13
BAB II
METODE KEGIATAN
A. Instrument
Adapun alat dan bahan yang di butuhkan pada praktek kuliah lapangan I
yaitu:
1. Alat
Adapun fungsi dari GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi
Satelit, dan terdiri dari konstalasi navigasi Satelit, dan terdiri dari konstalasi
“Satelit -Satelit” buatan tersebut sebagai titik referensi untuk menghitung posisi
Adapun fungsi dari Soil tester (Ph tanah) adalah sebuah alat untuk Kontrol
c. Termometer (suhu/kelembaban)
kelembaban udara.
Adapun fungsi Tali rafia (10 meter) pada praktikum ini adalah berfungsi
e. Rol meter
Adapun fungsi dari Rol meter (50 meter) pada praktikum ini adalah berfungsi
14
f. Botol sampel
Adapun fungsi dari botol sampel adalah untuk menyimpan sampel yang
g. Stopwatch
h. Kamera
dokumentasi.
i. Alat tulis
Adapun fungsi dari alat tulis pada praktikum ini adalah berfungsi untuk
j. Kompas Bidik
Adapun fungsi kompas bidik pada pratikum ini untuk menentukan arah mata
k. Anemometer
air laut, adapun tinggi mistar ukur yang digunakan adalah 2 meter.
15
m. Patok Ukur
Patok ukur digunakan sebagai patokan area adapun tinggi patok ukur yang
n. Kompas Geologi
Berfungsi untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Mohamadi Mansur : 2014)
o. Palu Geologi
p. pH Air
q. Meterran rol
Berfungsi sebagai alat pengukuran pada lokasi yang akan diteliti di lapangan.
r. Laptop
s. Buku instrumen
t. Kertas lakmus
u. Plastik Sampel
Berfungsi sebagai alat untuk pengambilan sampel tanah yang diteliti untuk
16
v. Teropong
w. Contoh Batuan
2. Bahan
a. Peta RBI
Peta rupa bumi Indonesia (RBI) berfungsi untuk menentukan lokasi yang
praktikan saat dilapangan dan berfungsi juga untuk mencatat apa-apa saja yang di
kaji dilapangan.
B. Metode
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan bilangan atau bisa
diartikan juga kualitatif merupakan data berupa ciri-ciri, sifat-sifat, data keadaan,
atau gambaran dari kualitas objek yang diteliti dan disebut juga kualitatif.
17
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan, nilainya bisa berubah-ubah
atau bersifat pariatif. Bata terbentuk kuantitatif terbagi atas dua bagian, yaitu
cacahan dan ukuran. Contoh data yang diambil menggunakan data kuantitatif
adalah suhu.
2. Sumber Data
a. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari pihak lain, tidak langsung di
peroleh oleh para peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya
b. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada
C. Tahapan PKL
Peserta PKL I dibagi dalam 10 kelompok besar berdasarkan tema yang telah
ditentukan oleh Tim Dosen PKL I. Selama Praktek Kuliah Lapangan, mahasiswa
praktek berlangsung.
18
Kegiatan PKL meliputi:
kelompok.
D. Analisis Data
kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (patton). Analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk mnemukan tema dan
memberikan bantuan dan tema pada hipotesis (Taylor). Pada penelitian ini data
19
a. Kemiringan lereng
depan tiang
Tanah Sudut ɑ = =
samping tali
b. Membaca peta
Dalam membaca peta, haruslah memahami dengan baik semua simbol atau
informasi yang ada pada peta. Membaca peta dengan baik dan benar, maka akan
memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun
belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan
secara langsung. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam membaca peta:
Panjang Karvak
x Detik pada koordinat
7,3
pertama kita mencari bujur dan lintang melalui data yang didapatkan dari GPS
dengan rumus: panjang karvak panjang karvak yang diperoleh dari mengukur
karvak dipeta dan 60 detik diperoleh dari layar GPS itu sendiri, kemudian setelah
mengetahui hasilnya praktikan mencari hasil dari p1, p2 untuk menentukan titik
lokasi dipeta. Setelah itu tarik garis bujur dan garis lintang lalu pada sudut
pertemuan antara garis bujur dan lintang tersebut diberi titik agar dapat ditentukan
20
c. Gelombang
Periode gelombang :
t
T=
30
Panjang gelombang
L = 1,56 x T2
T2 : periode
Tinggi Gelombang
Puncak − Lembaℎ
H=∑
30
30 : jumlah pengukuran
21
BAB III
A. Deskripsi Wilayah
732,76 km terbagi menjadi 13 desa. Desa Rerang merupakan desa terluas (171,71
km), sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah desa kambayang dengan
luas sebesar 18,21 km. Berikut adalah peta administrasi Kec. Dampelas.
Sumber : https://noerdblog.files.wordpress.com
Gambar 3.1 Peta kecamatan Dampelas
Jumlah luas Wilayah Desa Talaga seluruhnya mencapai +732,76 km dan
22
terdiri dari Hutan Danau, tanah darat dan tanah pegunungan serta Lautan dengan
Danau : +25.300 ha
Lautan :-
Secara geografis Desa Talaga salah satu Desa di Kecamatan Dampelas yang
mempunyai luas wilayah mencapai 472 Ha. Dengan jumlah penduduk Desa
Talaga sebanyak 1.198.Jiwa. Desa Talaga merupakan salah satu Desa dari 12
(dua belas) Desa yang ada di kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala berada
apabila ditempuh dengan memakai kendaraan dari Ibu Kota Kabupaten Donggala
23
wilayah Kabupaten Donggala pada posisi 0°25’08”- 0°05’27” LU dan 119°46’16”
732,76 km terbagi menjadi 13 desa. Desa Rerang merupakan desa terluas (171,71
km), sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah desa kambayang dengan
luas sebesar 18,21 km. Berikut adalah peta administrasi Kec. Dampelas.
Sumber : https://donggalakab.bps.go.id
Gambar 3.3 Grafik Sebaran Wilayah
desa. Desa dengan jarak terjauh dari Ibukota Kecamatan adalah Desa Lembah
Mukti yang memiliki jarak 30 km, sedangkan desa terdekat adalah Desa Talaga
yang berjarak 2 km. Berikut adalah luas wilayah menurut desa di Kecamatan
Dampelas.
24
No Nama Desa Luas (km2) Presentasi (%)
1 Kambayang 18,21 2,5
2 Budi Mukti 20,89 2,9
3 Talaga 52,84 7,2
4 Sabang 44,49 6,1
5 Sioyong 49,80 6,8
6 Karya Mukti 12,74 1,7
7 Panii 87,35 11,9
8 Ponggerang 77,59 10,6
9 Malonas 93,38 12,7
Sumber : https://donggalakab.bps.go.id
Tabel 3.1 Desa di kecamatan Dampelas
B. Bentang Lahan
1. Pengamatan Titik I
a. Membaca Peta
S = 00°13’00,84’’
E= 119°50’40,52”
S = 00°13’00,84’’ E = 119°50’40,52”
7,3 7,3
= x 00,84 = x (40,52 - 40)
2 2
25
b. Bentang Alam
terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh
kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik satu
yakni memiliki topografi pantai yang miring, dengan bentuk garis pantai yang
teluk.
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan satu merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Sumber : Data Primer
Gambar 3.4 Menentukan Warnah Tanah
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik satu adalah very
berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel- parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini
Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik satu, yang
merupakan tanah kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada
jari jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi
drainase tanah pada lokasi pengamatan titik satu, pada bagian permukaan tanah
sangat cepat.
2. Pengamatan Titik II
a. Membaca Peta
S = 00°12’59,76”
E= 119°50’39,42”
S = 00°12’59,76’’ S = 00°13’00,84’’
7,3 7,3
= x (59,76 - 58,76) = x 00,84
2 2
7,3 6,132
= x 1,76 =
2 2
terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh
kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut,
baik pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan dua merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik dua adalah very dark
pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-
parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok
partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi
oleh bidang-bidang.
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Gumpal Menyudut,
kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah
dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.
Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik dua, yang
merupakan tanah kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada
jari jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi
drainase tanah pada lokasi pengamatan titik dua, pada bagian permukaan tanah
a. Membaca Peta
S = 00°12’59,52”
E = 119°50’59,64”
7,3 7,3
= x (59,52− 58,52) = x (49,64 − 48 ,)
2 2
7,3 7,3
= x 1,52 = x 1 , 64
2 2
11,096 11,972
= =
2 2
= 5,548 = 5,986
= 5, 5 cm
= 6 cm
b. Bentang Alam
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik tiga memiliki topografi miring
terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh
kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik tiga
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan tiga merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tiga adalah very dark
pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-
parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok
partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi
oleh bidang-bidang.
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi
tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tiga, yang merupakan tanah
kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm
Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik tiga, pada bagian permukaan
4. Pengamatan Titik IV
a. Membaca Peta
Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm
S = 00°12’53,93”
E = 119°50’56,26”
7,3 7,3
= x (53,93− 52) = x (56,26 −56)
2 2
7,3 7,3
= x 1,93 = x 0,56
2 2
14,089 4,088
= =
2 2
= 7,0445 = 7 cm
= 2,044 = 2 cm
b. Bentang Alam
bergelombang dengan kemiringan 3 sampai 7 cm bentukan lahan denudasional.
Bentuk lahan denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang
terjadi akibat proses proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting)
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan empat merupakan batuan
gamping. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi pengamatan merupakan
yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis pelapukan yang
disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat pengaruh
berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan jenis
pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang berarti.
Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik empat adalah very
yang berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi
tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik empat, yang merupakan tanah
kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm
Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik empat, pada bagian
5. Pengamatan Titik V
a. Membaca Peta
S = 00°12’48,56”
E = 119°51’05,04”
S = 00°12’48,56” E = 119°51’05,04”
7,3 7,3
= x (48,56 − 48) = x (5,04 − 4,04)
2 2
7,3 7,3
= x 0,56 = x 1,04
2 2
4,088 7,592
= =
2 2
= 2,044 = 2 cm
= 3,796 = 3,8
b. Bentang Alam
bergelombang dengan kemiringan 3 sampai 7 cm bentukan lahan denudasiona.
Bentuk lahan denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang
terjadi akibat proses proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting)
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Lima merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
salah satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah
jenis pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi
merupakan jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral
yang berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih
terbilang ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik lima adalah dark
berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik lima, yang
merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu
tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik lima, pada
6. Pengamatan Titik VI
a. Membaca Peta
S = 00°13’13,77”
E = 119°49’50,28”
7,3 7,3
= x (25,4 −24 ) = x (50,28 −50)
2 2
7,3 7,3
= x 1,4 = x 1,28
2 2
10,22 9,344
= =
2 2
= 5,11 = 5 cm
= 4,672 = 4,7 cm
b. Bentang Alam
Bentuk lahan marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan
yang terbentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat
bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Enam merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik enam adalah very
berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi
tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik enam, yang merupakan tanah
kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan hancur jika
diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada jari jari
tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi drainase
tanah pada lokasi pengamatan titik enam, pada bagian permukaan tanah terbilang
normal.
a. Membaca Peta
S = 00°13’13,84”
E = 119°49’49,91”
7,3 7,3
= x (13,84 −12) = x (49,91 − 48)
2 2
7,3 7,3
= x 1,84 = x 1,91
2 2
13,432 13,943
= =
2 2
marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk
oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua
Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Tujuh merupakan batuan
coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tujuh adalah very
dark grasy brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang
berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi
tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tujuh, yang merupakan tanah
kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm
Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik tujuh, pada bagian
a. Membaca Peta
S = 00°13’13,88”
E = 119°49’48,35”
7,3 7,3
= x (13,88 −12) = x (48,35 − 48)
2 2
7,3 7,3
= x 1,88 = x 0,35
2 2
13,724 2,555
= =
2 2
bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua
batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan. Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik Delapan adalah
berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah
dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.
merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu
tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik delapan, pada
9. Pengamatan Titik IX
a. Membaca Peta
S = 00°13’13,57”
E = 119°49’49,39”
7,3 7,3
= x (13,57 −12) = x (49,39 − 48)
2 2
7,3 7,3
= x 1,57 = x 1,39
2 2
11,461 10,147
= =
2 2
b. Bentang Alam
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik sembilan memiliki topografi
lahan marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang
terbentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat
terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua
batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik sembilan adalah very
partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan
dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini
adalah Granular, kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang
yakni jenis tanah dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus
Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan delapan tujuh, yang
merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu
tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik sembilan,
a. Membaca Peta
S = 00°13’13,30”
E = 119°49’47,96”
7,3 7,3
= x (13,30 −12) = x (47,96 − 46)
2 2
7,3 7,3
= x 1,30 = x 1,96
2 2
9,49 14,308
= =
2 2
marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk
oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses
Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik
pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.
Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua
batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis
pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat
jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang
berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik sepuluh adalah
pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-
parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok
partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi
oleh bidang-bidang.
Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi
tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu
tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik sembilan,
terletak pada titik koordinat S 00° 13’ 16,65’’ dan E 119° 49’ 49,99’’ ketinggian 3
mdpl.
8 jam pengamatan yang dimulai pada hari Sabtu, 23 November 2019 tepatnya
pada pukul 08.00 WITA, sampai pada pukul 16.00 WITA. Suhu dari lokasi
tempat praktek kami dapat dijelaskan melalui tabel hasil pengamatan kami
mengenai suhu sekitar, beserta dengan tingkat kelembaban nisbi udara yang
terdapat di daerah lokasi praktek yang disesuaikan dengan tabel kelembaban nisbi
Selisih
Suhu Suhu
Hari/tanggal jam Termometer
TB TK
(Kering-Basah)
08:00 28° 31° 3
09:00 28° 29° 1
10:00 28° 32° 4
11:00 28° 33° 5
Sabtu, 20 November 2019 12:00 29° 31° 2
13:00 29° 32° 3
14:00 29° 30° 1
15:00 29° 29° 0
16:00 29° 29° 0
Sumber : Data Primer
Tabel 3.2 Data Suhu
Berdasarakan data diatas bahwa dilokasi PKL 1 merupakan iklim tropis yang
dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Keadaan iklim ini
dipengaruhi oleh keadaan hutan sekitar. Sehingga suhu udara disekitar daerah ini
agak dingin diwaktu pagi. Curah hujan didaerah ini cukup stabil karena berada
didaerah yang dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat.dangkan termometer basah
diletakan pada suatu titik yang berbeda, untuk termometer kering diletakan
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
basah dan termometer kering pada tempat yang berbeda. Pengukuran suhu
dilakukan selama 8 jam, dimulai pada pukul 08:00 sampai pukul 16.00. Suhu
tertinggi termometer kering yaitu 33oc terjadi pada pukul 11.00, sementara suhu
terendah termometer kering yaitu 29oc terjadi pada pukul 09.00, 15.00, dan 16.00.
Suhu tertinggi termometer basah yaitu 29oc terjadi pada pukul 12.00, 13.00, 14.00,
15.00 dan 16.00, sementara suhu terendah termometer basah yaitu 28 oc terjadi
pada pukul 08.00, 09.00, 10.00, dan 11.00. Kelembaban udara terendah
2. Pasang Surut
Hasil yang diperoleh dari pengukuran pasang surut yaitu sebagai berikut:
No Pukul Ketinggian
1. 08.00 27 cm
2. 09.00 20 cm
3. 10.00 25 cm
4. 11.00 40 cm
5. 12.00 64 cm
6. 13.00 94 cm
7. 14.00 120 cm
8. 15.00 139 cm
9. 16.00 147 cm
Sumber : Data Primer
Tabel 3.3 Hasil pengukuran pasang surut
160
140
120
100
80
60
40
20
0
08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Pasan Surut
pasang surut air laut yang terjadi termasuk dalam tipe pasang surut condong
harian tetap yang mana merupakan pasang surut yang terjadi pada sekali pasang
dan sekali surut yang mana terjadi saat pagi surut dan sore pasang.
Pengukuran pasang surut dimulai dari pemasangan patok pada pukul 08.00,
pengukuran dilakukan pada saat itu juga dan selesai pada pukul 16.00 atau selama
8 jam. Hasil yang didapatkan oleh praktikan yaitu, pasang tertinggi terjadi pada
pukul 16.00 dan memiliki tinggi 177 cm, sementara surut terendah terjadi pada
3. Arah Angin
Hasil yang diperoleh dari pengukuran kecepatan angin yaitu:
Kecepatan angin
No Pukul Arah Mata Angin Drajat
(m/s)
1. 08.00 0,1 Barat Daya 234°
9. 16.00 0 - -
Sumber : Data Primer
Tabel 3.3 Hasil pengukuran kecepatan angin
Pengukuran arah angin dan kecepatan angin dimulai dengan memasang patok
kedalam pasir, untuk mengukur arah angin digunkan kompas bidik sementara
Arah angin setiap jamnya berubah, begitu juga kecepatan angin. Kecepatan
angin setiap jamnya semakin cepat atau kencang. Arah angin dan kecepatan angin
diukur selama 8 jam, dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 16.00.
4. Gelombang
1) Periode gelombang
t
T=
30
Keterangan : T : periode gelombang (detik)
53
a) Percobaan pertama T= =1,76
30
58
b) Percobaan kedua T= =1 ,93
30
60
T= =2
c) Percobaan ketiga 30
2) Panjang gelombang
L=1,56 × T 2
T2 : periode
3) Tinggi gelombang
puncak −lembaℎ
H=∑
30
30 : jumlah pengukuran
a) Percobaan pertama H =
10,4
L
C=
T
L : panjang gelombang
T : periode gelombang
a) Percobaan pertama
4,83
C= =¿ 2,74
1,76
a) Percobaan kedua
5,81
C= =3 ,01
1,93
b) Percobaan ketiga
6,24
C= =3,12
2
Periode gelombang
t
T=
30
35
a) Percobaan pertama T= =1,66
30
37
b) Percobaan kedua T= =1 ,23
30
39
T= =1,3
c) Percobaan ketiga 30
2) Panjang gelombang
L=1,56 × T 2
T2 : periode
3) Tinggi gelombang
puncak −lembaℎ
H=∑
30
Keterangan : H : tinggi gelombang (cm)
30 : jumlah pengukuran
a) Percobaan pertama H =
52,93
52,3
L
C=
T
L : panjang gelombang
T : periode gelombang
a) Percobaan pertama
4,29
C= =¿ 2,6
1,66
b) Percobaan kedua
2,36
C= =1,91
1,2
c) Percobaan ketiga
2,63
C= =¿ 2,02
1,3
1) Periode gelombang
t
T=
30
47
a) Percobaan pertama T= =1,57
30
48
b) Percobaan kedua T= =1 ,6
30
50
T= =1,67
c) Percobaan ketiga 30
2) Panjang gelombang
L=1,56 × T 2
T2 : periode
3) Tinggi gelombang
puncak −lembaℎ
H=∑
30
30 : jumlah pengukuran
a) Percobaan pertama H =
41,66
50,13
L
C=
T
L : panjang gelombang
T : periode gelombang
a) Percobaan pertama
3,8
C= =¿ 2,42
1,57
b) Percobaan kedua
3,99
C= =2,49
1,6
c) Percobaan ketiga
4,35
C= =2
1,67
,60
D. Analisis Wilayah
Praktikum ini dilaksanakan di Desa Sabang dan desa Talaga, Kecamatan
Donggala, Kabupaten Donggala. Kedua wilayah dari pedesaan ini memilki jenis
tanah yang sama yaitu tanah jenis organosol. Tanah Organosol merupakan salah
satu jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan bahan organik. Tanah humus
adalah tanah tanah hasil pelapukan bahan organik, khususnya dari tanah yang
sudah mati, sedangkan tanah gambut adalah tanah hasil pembusakan bahan
organik. Jika kita lihat dari segi kesuburan tanah, tanah humus memilki tingkat
kesuburan yang lebih tinggi di banding dengan tanah gambut. Hal ini disebabkan
karena asal mula tanah gambut itu sendiri yang berasal dari pembusukan bahan
organik berlangsung dalam keadaan kering sehingga tanah ber pH normal atau
netral.
Pasang surut ombak di pantai Labuan Lemo desa Sabang adalah tipe pasang
surut condong harian tetap yang mana merupakan pasang surut yang terjadi pada
sekali pasang dan sekali surut yang terjadi saat pagi surut dan sore pasang. Arah
angin setiap jamnya bisa berubah, begitu juga kecepatan angin. Kecepatan angin
setiap jamnya semakin cepat dan memasuki sore hari mulai melah dan tenang.
148cm.
BAB IV
A. Kesimpulan
Desa Talaga dan Desa Sabang merupakan dua dari 13 desa di Kecamatan
Dampelas, Kabupaten Donggala. Melihat Kondisi fisik pesisir Desa Talaga dan
Desa Sabang hanya terdapat satu bentukan lahan yaitu bentukan lahan Marine
dan jenis batuan yang paling mendominasi adalah batuan karst. Ada beberapa
desa Talaga dan desa Sabang di temukan satu bentuk bentuk lahan yaitu bentuk
lahan Marine, dan terdapat beberapa jenis batuan yaitu Batu Kars ini jenis batuan
Gamping. Tanah yang terdapat di desa Talaga dan desa Sabang berdasarkan
pengamatan kami, tekstur tanah pada daerah ini yakni terdapat 2 jenis tanah, yaitu
lempung berpasir dan geluh lempung berpasir. Struktur Tanah pada daerah jalur
traking desa Talaga dan desa Sabang, tiga titik pengambilan dari 10 titik sampel
yakni tekstur maif dan sisanya dari titik 4-10 tekstur tanahnya gempal membulat.
B. Saran
diharapkan juga untuk praktikum lebih dapat bekerja sama baik dengan panitia,
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Buku. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 396 p.
Bengen, D. G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Pradnya
Paramita. Jakarta
No. 1. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Darmawijaya, M,I., 1980. Klasifikas Tanah. Dasar dan Teori Bagi Peneliti Tanah
Gambung Bandung.
Sudadi, U.D., Baskoro, P.T., Munibah, K., Barus, B. dan Darmawan. 1991. Kajian
Kualitas Lahan di sub DAS Ciliwung Hulu dengan Pendekatan Model Simulasi