Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktikum Kerja Lapangan (PKL), adalah salah satu mata kuliah dengan

kegiatan intrakulikuler, yang wajib dilakukan mahasiswa Program Studi

Pendidikan Geografi. Poin utama kajian PKL berhubungan dengan pengenalan,

analisa, pemahaman penyaluran keruangan dari fenomena dan asosiasi wilayah

yang terjadi di permukaan bumi. Demikian, lapangan merupakan salah satu

laboratorium tempat mengenal, mempelajari, dan menerapkan segala ilmu

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan disiplin geografi.

Praktek Kuliah Lapangan I dan II dimaksudkan juga untuk mendukung

tercapainya tujuan pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah mendidik

mahasiswa menjadi sarjana pendidikan geografi yang memiliki kecerdasan,

keterampilan dan pengetahuan geografi serta pengembangan ilmu untuk

menunjang pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut mahasisiwa diberi

pelajaran (teori/konsep) geografi yang di beri didalam kelas/laboratorium harus

diimbangi oleh keterampilan dalam mengenal, mengukur parameter fisik, sosial

ekonomi dilapangan dan menganalisisnya untuk studi wilayah.

Praktek Kuliah Lapangan I, tahun 2019 dilaksanakan di Desa Talaga

Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

1
B. Tujuan dan Manfaat

Praktikum Kuliah Lapangan I bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

mahasiswa tentang konsep-konsep ilmu geografi, terkhusus kepada mata kuliah

biogeografi, geomorfologi, geografi tanah, oceanografi, hidrologi, geografi pantai

pesisir, penggunaan lahan serta pengembangan wilayah dan potensi wilayah.

Dengan tujuan diatas, maka diperoleh manfaat dalam Pratikum Praktek

Kuliah Lapangan I ini yaitu :

1. Mahasiswa lebih mengetahui kondisi geografis Desa Talaga dan desa

Sabang, Kec. Dampelas, Kab. Donggala

2. Berguna bagi mahasiswa geografi sebagai referensi mengenai keadaan

Desa Talaga dan desa Sabang, Kecamatan Dampelas, Kabupaten

Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

C. Pelaksanaan

1. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan praktikum Kuliah Lapangan I dilaksanakan selama 2 hari, yakni dari

hari/tanggal Jumat 22 November sampai Sabtu 23 November 2019.

2. Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktikum lapangan I dilaksanakan di desa Talaga dan Sabang,

kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala.

D. Landasan Teori

1. Geomorfologi

Geomorfologi merupakan salah satu cabang ilmu kebumian (earth sciences)

yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi atau bentuklahan (landform).

2
Perhatian geomorfologi mencakup proses terbentuknya bentuklahan, sifat-

sifatnya, perkembangannya dan komposisi material yang menyusunnya. Dengan

kata lain kajian geomorfologi merupakan pemerian (description) dan penjelasan

(explanation) bentuklahan yang mencakup aspek-aspek morfologi (morfografi

dan morfometri), morfogenesis (endogen dan eksogen), morfokronologi (dalam

ruang dan waktu) serta struktur dan litologi penyusunnya. Selain itu,

geomorfologi merupakan suatu dieliktika antara geologi, topografi, proses

geomorfik dan iklim (Wiradisastra dan Tjahjono, 1998).

Bentuk lahan asal proses Flufial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai ang

berupa bentukan lain dengan stuktur horizontal, tersusun oleh material sedimen

berbutir halus. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme

proses erosi, transportasi dan sedimentasi. Proses erosi yang disebabkan oleh

aliran air do awali dengan adanya proses pelapukan, baik pelapukan fisis, khemis

maupun organis akan terpancarkan oleh tetesan air hujan, selanjutnya akan

terangkut oleh aliran permukaan dan aliran sungai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Diarikan sebagai daerah yan dibatasi punggung-

punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan ditampung

oleh punggung gunung tersebut dan di aliran melalui sungai-sungai kecil ke

sungai utama. Secara umum DAS dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

di batasi oleh batas alam, seperti pegunungan, bukit atau gunung, maupun batas

buatan seperti jalan atau tanggul di mana titik hujan yang turun di daerah tersebu

member kontribusi alian ke itik keluaran (outlet).

Kondisi Geomorfologi Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda

3
dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia,

maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk

yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh

karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau

Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan

Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin

Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut

Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m.

Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).

Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang

terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah

yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.

2. Hidrologi

Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari proses penambahan,

penampungan dan kehilangan air di bumi. Air yang jatuh ke bumi dalam bentuk

hujan, embun, salju akan mengalami berbagai peristiwa kemudian akan menguap

ke udara menjadi awan dalam bentuk hujan, salju dan embun yang kemudian akan

kembali jatuh ke bumi. Sebagian besar air hujan yang jatuh menguap sebelum

sampai ke bumi (evaporasi). Pada tempat yang terdapat tumbuhan atau benda lain

air hujan akan ditahan (intersepsi), air hujan yang tertahan sebagian akan

menguap ke udara, sebagian lagi jatuh ke permukaan tanah (through fall)

sedangkan sebagian yang lain akan mengalir di permukaan tumbuhan kemudian

sampai ke permukaan tanah (stem flow). Bagian air hujan yang sampai ke

4
permukaan tanah akan mengalir di permukaan tanah disebut aliran permukaan

(runn off) atau masuk ke dalam tanah disebut infiltrasi. Air infiltrasi bisa menjadi

air bawah tanah, menguap ke udara atau diserap tanaman.

Presipitasi atau curah hujan merupakan curahan atau jatuhnya air dari

atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk berbeda. Presipitasi adalah

faktor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi suatu DAS (Arsyad,

2010).

a. Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di

tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian

akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi

bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk

hujan, salju, es.

b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah, air bergerak ke dalam tanah melalui

celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat

bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau

horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali

sistem air permukaan.

c. Air Permukaan, adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi.

Bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi limpasan terdiri dari dua kelompok, yakni

kelompok meteorologi yang diwakili oleh hujan dan elemen daerah

pengaliran yang menyatakan sifat fisik dari daerah pengaliran. Elemen

meteorologi terdiri dari jenis presipitasi, intensitas curah hujan, lamanya

5
curah hujan, distribusi curah hujan dalam daerah limpasan, arah pergerakan

hujan serta curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah. Elemen daerah

pengaliran terdiri dari kondisi penggunaan tanah (land use), luas daerah

pengaliran, kondisi topografi daerah pengaliran dan jenis tanah (Arsyad,

2010).

Aliran permukaan memiliki sifat yang mempengaruhi kemampuannya

untuk menimbulkan erosi. Sifat-sifat tersebut yaitu diantaranya jumlah aliran

permukaan menyatakan jumlah air yang mengalir di permukaan tanah untuk

suatu massa hujan atau massa tertentu dinyatakan dalam tinggi kolom air

(mm atau cm) matau dalam volume air (m3) dan laju aliran permukaan (debit)

adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per

satuan waktu dinyatakan dalam m3/detik atau m3/jam. Debit aliran

permukaan berubah menurut waktu yang dipengaruhi oleh terjadinya hujan.

Pada musim hujan debit akan mencapai maksimum dan pada musim kemarau

akan mencapai minimum. Perbandingan debit maksimum (Qmaks) terhadap

debit minimum (Qmin) menunjukkan kualitas penutupan lahan DAS yang

bersangkutan. Semakin kecil nilainya, semakin baik keadaan vegetasi dan

penggunaan lahan DAS dan sebaliknya (Arsyad, 2010).

Kondisi hidrologi Sulawesi Tengah yaitu Sulawesi Tengah juga memiliki

beberapa sungai, di antaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung

jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi objek

wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.

Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam,

6
suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna

yang sekaligus menjadi objek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.

3. Geografi Tanah

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-

bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang

merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu,

yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,

jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010)

Warna tanah merupakan pernyataan tentang: (a) jenis dan kadar bahan

organik, (b) keadaan pengatusan dan aerasi tanah yang berhubungan dengan

hidratasi, oksidasi dan proses pencucian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d)

kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya

bahan bahan tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat jenis bahan, yaitu

senyawa-senyawa besi, senyawa mangan dan magnesium, kuarsa dan feldspar,

dan bahan organic (Darmawidjaya, 1980)

Tekstur tanah ialah perbandingan relatif tiga golongan besar fraksi tanah

(pasir, debu dan lempung) dalam suatu massa tanah. Fraksi tanah dikelompokkan

berdasar atas ukuran tertentu, fraksi tanah ini dapat kasar atau pun halus

(Notohadisuwarno, 2003).

Struktur tanah adalah susunan ikatan partikel-partikel tanah satu sama lain

membentuk agregat tanah, merupakan sifat tanah yang sangat ditentukan oleh

partikel 50 penyusun tanah. Untuk profil tanah sawah, pada lapisan 0-20, 20-40,

7
40-60 berstruktur granuler tetapi untuk lapisan 60-80 berstruktur gumpal

membulat, hal ini disebabkan karena tanah pada saat dilakukan penggenangan dan

pengolahan tanah atau pelumpuran semua struktur tanah hancur.

Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel

tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan

berbagai kekuatan yang mempengaruhinya. Istilah konsistensi tanah menunjuk

pada tarik menarik antar zarah tanah dalam suatu massa tanah atau menunjuk pada

ketahanannya terhadap pemisahan atau perubahan bentuk (Kertonegoro dkk,

1998).

Kondisi Tanah di Sulawesi sebagai berikut:

a. Tanah Vulkanis

Ciri-cirinya :

1) Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu

2) Tidak mudah terbang bila ditiup angin

3) Tanahnya sangat subur

4) Banyak mengandung unsur hara yg dibutuhkan tumbuhan

b. Tanah Laterit

Ciri-cirinya :

1) Warnanya kekuning-kuningan sampai merah

2) Tanahnya tidak subur

3) Tanahnya tandus

c. Tanah Kapur (mediteran)

8
Ciri-cirinya :

1) Tanahnya tidak subur

2) Cocok untuk tanaman kayu jati

3) Memiliki kandungan bahan organik yg rendah

Secara umum, kondisi tanahnya kurang subur, erosi lebih besar.

4. Oceanografi

Berikut aspek-aspek yang ada di oceanografi:

a. Gelombang

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak

lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.

Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer

energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah

menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang dapat

membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-bangunan

pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi

pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar

pantai (longshore). Pada perencanaan teknis bidang teknik pantai, gelombang

merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan menyebabkan

gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang laut timbul karena

adanya gaya pembangkit yang bekerja pada laut. Angin juga mempunyai

pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat

akan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Gelombang yang menjalar

dari laut dalam (deep sea) menuju ke pantai akan mengalami perubahan

9
bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang

bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang

berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari

friksi/gesekan antara air dan dasar laut.

Berikut adalah sifat-sifat gelombang yang dipengaruhi oleh tiga bentuk

angin:

1) Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin yang bertiup makin

besar makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini

mempunyai kecepatan tinggi dan panjang gelombang yang besar.

2) Waktu dimana angin sedang bertiup, tinggi kecepatan dan panjang

gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan

meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai

bertiup.

3) Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup, dikenal sebagai fetch.

Pentingnya fetch dapat digambarkan dengan membandingkan gelombang

yang terbentuk pada kolom air yang relatif kecil seperti danau di daratan

dengan yang terbentuk di lautan bebas.

b. Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi rata-rata garam yang terdapat dalam air

laut. Rajungan betina menyenangi perairan dengan salinitas lebih tinggi

terutama untuk melakukan pemijahan, sehingga menyebar ke perairan yang

lebih dalam dibanding jantan (Saedi, 1997).

c. Arus

10
Arus diartikan sebagai gerakan air yang menyebabkan terjadinya

perpindahan massa air secara horizontal. Arus di laut disebabkan oleh

perbedaan densitas masa air laut, tiupan angin secara terus menerus diatas

permukaan laut dan pasang surut terutama di daerah pantai (Sidjabat, 1976).

5. Geografi pantai pesisir

Kawasan pesisir mendefinisikan kawasan pesisir sebagai suatu wilayah

peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line),

maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu : batas yang sejajar

garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross

shore). Wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan

antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik

kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti

pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah

pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami

yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang

disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan

pencemaran (Dahuri et al, 2004)

Dalam suatu kawasan pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan

sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan

(manmade). Ekosistem alami yang terdapat di kawasan pesisir antara lain :

terumbu karang (coral reef), hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir

(sandy beach), formasi pes-caprae, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta.

Sementara itu, ekosistem buatan antara lain: tambak, sawah pasang surut, kawasan

11
pariwisata, kawasan industri, agroindustri dan kawasan pemukiman (Dahuri et al,

2004).

Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir

atau pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya

dimana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun laut

(Pratikto et al., 1997). Garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan

(kontak) antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat tidak tetap, dan dapat

berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Pantai

terletak antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi (Bengen, 2001).

6. Penggunaan lahan

Penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia

berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan

berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian

besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam

memenuhi kebutuhan pada sebidang lahan yang spesifik (Sudadi dkk., 1991).

Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam

untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya.

Pengertian penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan

masa kini (present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi

bersifat dinamis, maka perhatian sering ditujukan pada perubahan penggunaan

lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penutup lahan yang

menggambarkan Konstrukasi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan

12
lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra

penginderaan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutup

lahan:

a. Struktur fisik yang dbangun oleh manusia.

b. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanah pertanian dan kehidupan

binatang.

c. Tipe pembangunan.

Berdasrkan pada pengamatan penutup lahan, diharapkan untuk dapat

menduga kegiatan manusia dan penggunaan lahan. Namun, ada aktivitas manusia

yang tidak dihubungkan secara langsung dengan tife penutup lahan seperti

aktivitas rekreasi. Masalah-masalah lain termasuk penggunaan ganda yang dapat

menjadi secara multan atau terjadi secara alternatif, penyusunan penggunaan

vertika, dan ukuran areal minimum dari pemetaan.

Selanjutnya, pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan membuat

beberapa keputusan bijak harus dibuat dan peta hasil tidak dapat dihindari

mengandung beberapa informasi yang digeneralisasikan menurut skala dan tujuan

aplikasinya.

13
BAB II

METODE KEGIATAN

A. Instrument

Adapun alat dan bahan yang di butuhkan pada praktek kuliah lapangan I

yaitu:

1. Alat

a. Global Position System (GPS)

Adapun fungsi dari GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi

Satelit, dan terdiri dari konstalasi navigasi Satelit, dan terdiri dari konstalasi

(susunan/jajaran) 24 satelit dan stasiun penerima di bumi GPS menggunakan

“Satelit -Satelit” buatan tersebut sebagai titik referensi untuk menghitung posisi

b. Soil tester (Ph tanah)

Adapun fungsi dari Soil tester (Ph tanah) adalah sebuah alat untuk Kontrol

kelembaban tanah sangat penting bagi pengguna dibidangnya.

c. Termometer (suhu/kelembaban)

Higrometer Mason "Higrometer mason adalah alat untuk mengukur

kelembaban udara.

d. Tali rafia (10m)

Adapun fungsi Tali rafia (10 meter) pada praktikum ini adalah berfungsi

untuk mengukur plot mangrove dan gelombang

e. Rol meter

Adapun fungsi dari Rol meter (50 meter) pada praktikum ini adalah berfungsi

untuk mengukur kemiringan lereng

14
f. Botol sampel

Adapun fungsi dari botol sampel adalah untuk menyimpan sampel yang

ditemukan pada titik pengamatan.

g. Stopwatch

Adapun fungsi stopwatch adalah sebagai alat yang digunakan untuk

mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam suatu kegiatan.

h. Kamera

Adapun fungsi kamera dari praktikum ini adalah berfungsi sebagai

dokumentasi.

i. Alat tulis

Adapun fungsi dari alat tulis pada praktikum ini adalah berfungsi untuk

mencatat data yang telah diperoleh dilapangan.

j. Kompas Bidik

Adapun fungsi kompas bidik pada pratikum ini untuk menentukan arah mata

angin di lokasi penelitian.

k. Anemometer

Adapun fungsi anemometer adalah untuk mengukur kecepatan angin di

tempat lokasi peelitian.

l. Mistar Ukur (kayu)

Mistar ukur digunakan sebagai alat pengukuran tinggi rendahnya gelombang

air laut, adapun tinggi mistar ukur yang digunakan adalah 2 meter.

15
m. Patok Ukur

Patok ukur digunakan sebagai patokan area adapun tinggi patok ukur yang

digunakan adalah 250 cm.

n. Kompas Geologi

Berfungsi untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut

tegak dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi (Mohamadi Mansur : 2014)

o. Palu Geologi

Palu geologi berfungsi sebagai pengambilan sampel batu di lokasi penelitian

p. pH Air

Berfungsi sebagai pengukuran tingkat salinitas air laut di lokasi penelitian

q. Meterran rol

Berfungsi sebagai alat pengukuran pada lokasi yang akan diteliti di lapangan.

r. Laptop

Berfungsi sebagai alat pengelola hasil data di lapangan.

s. Buku instrumen

Berfungsi sebagai panduan peelitian di lapangan.

t. Kertas lakmus

Berfungsi sebgai alat pengukuran tingkat keasaman tanah di lokasi penelitian

u. Plastik Sampel

Berfungsi sebagai alat untuk pengambilan sampel tanah yang diteliti untuk

kemudian di ukur di lokasi pengukuran.

16
v. Teropong

Berfungsi sebagai alat identifikasi objek yang diteliti di lapangan dengan

jarak yang begitu jauh.

w. Contoh Batuan

Berfungsi sebagai Perbandingan dan keterangan dari batuan yang di lokasi

penelitian dan pada contoh batuan yang tersedia.

2. Bahan

a. Peta RBI

Peta rupa bumi Indonesia (RBI) berfungsi untuk menentukan lokasi yang

akan yang akan di amati dengan skala peta 1 : 50000.

b. Peta Adminstrasi Lokasi PKL 1,

Peta administrasi berfungsi untuk menunjukkan batas-batas wilayah dengan

skala Peta Adminstrasi 1 : 35000.

c. Buku instrument observasi

Buku instrument observasi berfungsi sebagai pegangan dan petunjuk bagi

praktikan saat dilapangan dan berfungsi juga untuk mencatat apa-apa saja yang di

kaji dilapangan.

B. Metode

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan bilangan atau bisa

diartikan juga kualitatif merupakan data berupa ciri-ciri, sifat-sifat, data keadaan,

atau gambaran dari kualitas objek yang diteliti dan disebut juga kualitatif.

17
b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan, nilainya bisa berubah-ubah

atau bersifat pariatif. Bata terbentuk kuantitatif terbagi atas dua bagian, yaitu

cacahan dan ukuran. Contoh data yang diambil menggunakan data kuantitatif

adalah suhu.

2. Sumber Data

a. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari pihak lain, tidak langsung di

peroleh oleh para peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya

berwujud data dokumentasi atau data laopran yang telah tersedia.

b. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang di cari.

C. Tahapan PKL

Peserta PKL I dibagi dalam 10 kelompok besar berdasarkan tema yang telah

ditentukan oleh Tim Dosen PKL I. Selama Praktek Kuliah Lapangan, mahasiswa

akan didampingi oleh beberapa pendamping sekaligus pembimbing, yaitu dosen

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNTAD. Pendamping/pembimbing

lapangan akan mendampingi sekaligus membimbing mahasiswa saat kegiatan

praktek berlangsung.

Kegiatan PKL dilaksanakan berdasarkan kriteria perguruan tinggi atau

intitusi yang ditentukan panitia PKL.

18
Kegiatan PKL meliputi:

a) Kegiatan dikampus yang berupa:

1) Pembekalan oleh panitia PKL

2) Pra-PKL (pengurusan administrasi)

3) Penyusunan laporan akhir dan ujian.

b) Kegiatan di lapangan yang meliputi:

1) Observasi dan orientasi

2) Praktek dan pengumpulan data di bidang yang relevan

3) Penyusunan laporan harian.

4) Prosedur pelaksanaan PKL dirancang agar pelaksanaannya dapat berjalan

sesuai dengan rencana dan dapat dilaksanakan perorangan atau

kelompok.

D. Analisis Data

Analisi data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (patton). Analisis data

sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk mnemukan tema dan

merumuskan hipotesis seperti yang disarankan dan sebagi usaha untuk

memberikan bantuan dan tema pada hipotesis (Taylor). Pada penelitian ini data

yang terkumpul akan dianalisis yakni denagan memberikan gambaran yang

menyangkut perubahan sekecil apapun terhadap data yang diperoleh dilapangan

hingga menjadi kesatuan yang utuh dan siap pakai.

19
a. Kemiringan lereng

Dalam tiap titik pengamatan dilakukan pengamatan kemiringan lereng relatif

dengan rumus sebagai berikut:

depan tiang
Tanah Sudut ɑ = =
samping tali

b. Membaca peta

Dalam membaca peta, haruslah memahami dengan baik semua simbol atau

informasi yang ada pada peta. Membaca peta dengan baik dan benar, maka akan

memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun

belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan

secara langsung. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam membaca peta:

Panjang Karvak
x Detik pada koordinat
7,3

Untuk menentukan lokasi dipeta melalui hasil yang didapatkan dilapangan,

pertama kita mencari bujur dan lintang melalui data yang didapatkan dari GPS

dengan rumus: panjang karvak panjang karvak yang diperoleh dari mengukur

karvak dipeta dan 60 detik diperoleh dari layar GPS itu sendiri, kemudian setelah

mengetahui hasilnya praktikan mencari hasil dari p1, p2 untuk menentukan titik

lokasi dipeta. Setelah itu tarik garis bujur dan garis lintang lalu pada sudut

pertemuan antara garis bujur dan lintang tersebut diberi titik agar dapat ditentukan

lokasi utama yang ditujukan.

20
c. Gelombang

Periode gelombang :

t
T=
30

Keterangan : T : periode gelombang (detik)

t : waktu (lama pengukuran gelombang)

30 : jumlah pengukuran (30 puncak 30 lembah)

Panjang gelombang

L = 1,56 x T2

Keterangan : L : panjang gelombang

1,56 : angka ketentuan rumus

T2 : periode

Tinggi Gelombang

Puncak − Lembaℎ
H=∑
30

Keterangan : H : tinggi gelombang (cm)

Puncak : puncak gelombang

Lembah : lembah gelombang

30 : jumlah pengukuran

21
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

Kecamatan Dampelas adalah kecamatan yang terletak pada belahan Utara

wilayah Kabupaten Donggala pada posisi 0°25’08”- 0°05’27” LU dan 119°46’16”

- 120°06’03” BT, dengan batas-batas wilayah, sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Sojol, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong,

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Balaesang, seberah barat

berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan Dampelas dengan wilayah seluas

732,76 km terbagi menjadi 13 desa. Desa Rerang merupakan desa terluas (171,71

km), sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah desa kambayang dengan

luas sebesar 18,21 km. Berikut adalah peta administrasi Kec. Dampelas.

Sumber : https://noerdblog.files.wordpress.com
Gambar 3.1 Peta kecamatan Dampelas
Jumlah luas Wilayah Desa Talaga seluruhnya mencapai +732,76 km dan

22
terdiri dari Hutan Danau, tanah darat dan tanah pegunungan serta Lautan dengan

rincian sebagai berikut :

Tanah Darat : +80 ha

Tanah Pegunungan : + 56.620 ha

Danau : +25.300 ha

Lautan :-

Secara geografis Desa Talaga salah satu Desa di Kecamatan Dampelas yang

mempunyai luas wilayah mencapai 472 Ha. Dengan jumlah penduduk Desa

Talaga sebanyak 1.198.Jiwa. Desa Talaga merupakan salah satu Desa dari 12

(dua belas) Desa yang ada di kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala berada

Di danau . Desa Talaga terletak di sebelah Barat Kecamatan Dampelas yang

apabila ditempuh dengan memakai kendaraan dari Ibu Kota Kabupaten Donggala

hanya menghabiskan waktu selama ± 150 KM.

Sumber : Panitia PKL 1


Gambar 3.2 Peta desa Talaga

Kecamatan Dampelas adalah kecamatan yang terletak pada belahan Utara

23
wilayah Kabupaten Donggala pada posisi 0°25’08”- 0°05’27” LU dan 119°46’16”

- 120°06’03” BT, dengan batas-batas wilayah, sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Sojol, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong,

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Balaesang, seberah barat

berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan Dampelas dengan wilayah seluas

732,76 km terbagi menjadi 13 desa. Desa Rerang merupakan desa terluas (171,71

km), sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah desa kambayang dengan

luas sebesar 18,21 km. Berikut adalah peta administrasi Kec. Dampelas.

Sumber : https://donggalakab.bps.go.id
Gambar 3.3 Grafik Sebaran Wilayah

Jarak ke Ibukota Kecamatan adalah jarak darat dari Ibukota Kecamatan ke

desa. Desa dengan jarak terjauh dari Ibukota Kecamatan adalah Desa Lembah

Mukti yang memiliki jarak 30 km, sedangkan desa terdekat adalah Desa Talaga

yang berjarak 2 km. Berikut adalah luas wilayah menurut desa di Kecamatan

Dampelas.

24
No Nama Desa Luas (km2) Presentasi (%)
1 Kambayang 18,21 2,5
2 Budi Mukti 20,89 2,9
3 Talaga 52,84 7,2
4 Sabang 44,49 6,1
5 Sioyong 49,80 6,8
6 Karya Mukti 12,74 1,7
7 Panii 87,35 11,9
8 Ponggerang 77,59 10,6
9 Malonas 93,38 12,7
Sumber : https://donggalakab.bps.go.id
Tabel 3.1 Desa di kecamatan Dampelas

B. Bentang Lahan

1. Pengamatan Titik I

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’00,84’’

E= 119°50’40,52”

Ditanya Letak titik kordinat ?

Panjang karvak x detik pada koordinat


Penyelesaian :
Interval karvak

S = 00°13’00,84’’ E = 119°50’40,52”

7,3 7,3
= x 00,84 = x (40,52 - 40)
2 2

6,132 7,3 3,796


= = x 0,52 =
2 2 2

= 3,066 = 3,1 cm = 1,898 = 1,9 cm

25
b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik satu memiliki topografi miring

dengan kemiringan 8 sampai 14 cm bentukan lahan marin. Bentuk lahan marin

terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh

kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif

(pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah kepesisiran.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam

daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses

terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik satu

yakni memiliki topografi pantai yang miring, dengan bentuk garis pantai yang

teluk.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan satu merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.
Sumber : Data Primer
Gambar 3.4 Menentukan Warnah Tanah

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik satu adalah very

dark brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang

berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel- parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini

adalah Gumpal Menyudut, kondisi tekstur tanah adalah sedang.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik satu, yang

merupakan tanah kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan

hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada

jari jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi

drainase tanah pada lokasi pengamatan titik satu, pada bagian permukaan tanah

sangat cepat.
2. Pengamatan Titik II

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°12’59,76”

E= 119°50’39,42”

Ditanya Letak titik kordinat ?

Panjang karvak x detik pada koordinat


Penyelesaian :
Interval karvak

S = 00°12’59,76’’ S = 00°13’00,84’’

7,3 7,3
= x (59,76 - 58,76) = x 00,84
2 2

7,3 6,132
= x 1,76 =
2 2

= 3,066 = 3,1 cm = 3,066 = 3,1 cm


b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik dua memiliki topografi miring

dengan kemiringan 8 sampai 14 cm bentukan lahan marin. Bentuk lahan marin

terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh

kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif

(pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah kepesisiran.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam

daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses

terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut,
baik pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai

berlumpur. Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada

titik dua yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan dua merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik dua adalah very dark

brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang berada

pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-

parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok

partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi

oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Gumpal Menyudut,

kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah

dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik dua, yang

merupakan tanah kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada

jari jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi

drainase tanah pada lokasi pengamatan titik dua, pada bagian permukaan tanah

terbilang sangat cepat.

3. Pengamatan Titik III

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°12’59,52”

E = 119°50’59,64”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Penyeleseaian: panjang karvak x detik pada koordinat
Interval karvak
S = 00°12’59,52” E = 119°50’49,64”

7,3 7,3
= x (59,52− 58,52) = x (49,64 − 48 ,)
2 2

7,3 7,3
= x 1,52 = x 1 , 64
2 2

11,096 11,972
= =
2 2

= 5,548 = 5,986

= 5, 5 cm
= 6 cm

b. Bentang Alam
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik tiga memiliki topografi miring

dengan kemiringan 8 sampai 14 cm bentukan lahan marin. Bentuk lahan marin

terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk oleh

kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif

(pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah kepesisiran.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam

daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses

terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Sumber : Data Primer


Gambar 3.5 Pengamatan Bentang Lahan

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik tiga

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan tiga merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi
pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tiga adalah very dark

brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang berada

pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-

parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok

partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi

oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan

tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi

tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tiga, yang merupakan tanah

kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm

terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut.

Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik tiga, pada bagian permukaan

tanah terbilang sangat cepat.

4. Pengamatan Titik IV

a. Membaca Peta
Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°12’53,93”

E = 119°50’56,26”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°12’53,93” E = 119°50’56,26”

7,3 7,3
= x (53,93− 52) = x (56,26 −56)
2 2

7,3 7,3
= x 1,93 = x 0,56
2 2

14,089 4,088
= =
2 2

= 7,0445 = 7 cm
= 2,044 = 2 cm

b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik empat memiliki topografi

bergelombang dengan kemiringan 3 sampai 7 cm bentukan lahan  denudasional.

Bentuk lahan denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang

terjadi akibat proses proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting)

dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan empat merupakan batuan

gamping. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi pengamatan merupakan

pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah satu jenis pelapukan

yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis pelapukan yang

disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat pengaruh
berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan jenis

pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang berarti.

Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik empat adalah very

dark grafish brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah

yang berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan

tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi

tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik empat, yang merupakan tanah

kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm

terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut.

Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik empat, pada bagian

permukaan tanah terbilang cepat.

5. Pengamatan Titik V

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°12’48,56”

E = 119°51’05,04”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak

S = 00°12’48,56” E = 119°51’05,04”

7,3 7,3
= x (48,56 − 48) = x (5,04 − 4,04)
2 2

7,3 7,3
= x 0,56 = x 1,04
2 2

4,088 7,592
= =
2 2

= 2,044 = 2 cm
= 3,796 = 3,8
b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik Lima memiliki topografi

bergelombang dengan kemiringan 3 sampai 7 cm bentukan  lahan denudasiona.

Bentuk lahan denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang

terjadi akibat proses proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting)

dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Lima merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan

salah satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah

jenis pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi

akibat pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini

merupakan jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral

yang berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih

terbilang ringan.
Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik lima adalah dark

followish brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang

berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan

tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik lima, yang

merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu

sama lainm terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa

tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik lima, pada

bagian permukaan tanah terbilang normal.

6. Pengamatan Titik VI

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’13,77”

E = 119°49’50,28”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°46’25,4” E = 119°49’50,28”

7,3 7,3
= x (25,4 −24 ) = x (50,28 −50)
2 2
7,3 7,3
= x 1,4 = x 1,28
2 2

10,22 9,344
= =
2 2

= 5,11 = 5 cm
= 4,672 = 4,7 cm
b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik Enam memiliki topografi

bergelombang dengan kemiringan 26 sampai 55 cm bentukan lahan marine.

Bentuk lahan marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan

yang terbentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat

konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah

kepesisiran. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya

bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat

proses terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Enam merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan


jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik enam adalah very

dark brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang

berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang.

Sumber : Data Primer


Gambar 3.6 Pengambilan Sampel Tanah

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan

tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi

tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik enam, yang merupakan tanah

kering dan bersifat agak keras, karena gumpalan tanah baru akan hancur jika

diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan pada jari jari
tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah. Kondisi drainase

tanah pada lokasi pengamatan titik enam, pada bagian permukaan tanah terbilang

normal.

7. Pengamatan Titik VII

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’13,84”

E = 119°49’49,91”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°13’13,84” E = 119°49’49,91”

7,3 7,3
= x (13,84 −12) = x (49,91 − 48)
2 2

7,3 7,3
= x 1,84 = x 1,91
2 2

13,432 13,943
= =
2 2

= 6,716 = 6,7 cm = 6,9715 = 7 cm


b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik tujuh memiliki topografi

miring dengan kemiringan 26 sampai 55 cm bentukan lahan marine. Bentuk lahan

marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk

oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif

(pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah kepesisiran.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam


daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses

terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan Tujuh merupakan batuan

coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tujuh adalah very

dark grasy brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang

berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan
tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu. Konsistensi

tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik tujuh, yang merupakan tanah

kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu sama lainm

terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut.

Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik tujuh, pada bagian

permukaan tanah terbilang normal.

8. Pengamatan Titik VIII

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’13,88”

E = 119°49’48,35”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°13’13,88” E = 119°49’48,35”

7,3 7,3
= x (13,88 −12) = x (48,35 − 48)
2 2

7,3 7,3
= x 1,88 = x 0,35
2 2

13,724 2,555
= =
2 2

= 6,862 = 6,9 cm = 1,2775 = 1,3 cm


b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik delapan memiliki topografi miring

dengan kemiringan 56 sampai 140 cm bentukan lahan marine. Bentuk lahan

marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang


terbentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat

konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah

kepesisiran. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya

bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat

proses terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan delapan merupakan

batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan. Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik Delapan adalah

dark brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang

berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang.


Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Gumpal menyudut,

kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah

dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan delapan, yang

merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu

sama lainm terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa

tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik delapan, pada

bagian permukaan tanah terbilang normal.

9. Pengamatan Titik IX

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’13,57”

E = 119°49’49,39”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°13’13,57” E = 119°49’49,39”

7,3 7,3
= x (13,57 −12) = x (49,39 − 48)
2 2

7,3 7,3
= x 1,57 = x 1,39
2 2

11,461 10,147
= =
2 2

= 5,7305 = 5,7 cm = 5, 0735 = 5,1 cm

b. Bentang Alam
Berdasarkan hasil pengamatan pada titik sembilan memiliki topografi

miring dengan kemiringan 56 sampai 140 cm bentukan lahan marine. Bentuk

lahan marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang

terbentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat

konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada

wilayah kepesisiran. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah

terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan

memperlambat proses terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan sembilan merupakan

batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang

ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik sembilan adalah very

dark brown. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang


berada pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi

partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai

kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan

dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini

adalah Granular, kondisi tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang

yakni jenis tanah dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus

lempung, atau debu.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan delapan tujuh, yang

merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu

sama lainm terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa

tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik sembilan,

pada bagian permukaan tanah terbilang normal.

10. Pengamatan Titik X

a. Membaca Peta

Dik : Panjang Karvak = 7,3 cm

S = 00°13’13,30”

E = 119°49’47,96”

Ditanya Letak titik kordinat ?


Panjang karvak x detik pada koordinat
Penyeleseaian:
Interval karvak
S = 00°13’13,30” E = 119°49’47,96”

7,3 7,3
= x (13,30 −12) = x (47,96 − 46)
2 2

7,3 7,3
= x 1,30 = x 1,96
2 2
9,49 14,308
= =
2 2

= 4,745 = 4,7 cm = 7,154 = 7,2 cm


b. Bentang Alam

Berdasarkan hasil pengamatan pada titik sepuluh memiliki topografi miring

dengan kemiringan 56 sampai 140 cm bentukan lahan marine. Bentuk lahan

marin terjadi oleh karena adanya proses bentuk lahan atau kegiatan yang terbentuk

oleh kerja air laut (gelombang dan arus, baik proses yang bersifat konstruktif

(pengendapan) maupun destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah kepesisiran.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam

daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses

terjadinya bentang alam didaerah pantai.

Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik

pada tebing curam, pantai berpaasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur.

Morfologi pantai yang didapatkan melalui pengamatan lansung pada titik dua

yakni memiliki topografi pantai yang miring.

Struktur batuan yang terdapat pada titik pengamatan sepuluh merupakan

batuan coral berupa batu karang. Jenis pelapukan batuan yang terjadi pada lokasi

pengamatan merupakan pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik merupakan salah

satu jenis pelapukan yang terjadi pada batuan. Pelapukan mekanik adalah jenis

pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau pelapukan yang terjadi akibat

pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan. Pelapukan mekanik ini merupakan

jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang

berarti. Tingkat pelapukan yang terjadi pada lokasi pengamatan masih terbilang
ringan.

Warna tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan titik sepuluh adalah

black. Warna tersebut merupakan kenampakan permukaan tanah yang berada

pada tanah permukaan. Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-

parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok

partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi

oleh bidang-bidang.

Struktur tanah pada lokasi pengamatan titik ini adalah Granular, kondisi

tekstur tanah adalah sedang. Tanah bertekstur sedang yakni jenis tanah dengan

tekstur lempung berdebu, lempung berpasir halus lempung, atau debu.

Konsistensi tanah yang terdapat pada lokasi pengamatan sepuluh, yang

merupakan tanah kering dan bersifat lepas, karena tidak ada daya lekat antara satu

sama lainm terhadap partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa

tanah tersebut. Kondisi drainase tanah pada lokasi pengamatan titik sembilan,

pada bagian permukaan tanah terbilang normal.

C. Hasil Pengukuran Daerah Pantai

Wilayah praktikum Oceanografi bertempat di Desa Sabang, Kecamatan

Dampelas, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi praktikum

terletak pada titik koordinat S 00° 13’ 16,65’’ dan E 119° 49’ 49,99’’ ketinggian 3

mdpl.

1. Suhu dan Kelembaban

Pengamatan suhu badan kelembaban ini, kami melakukan pengamatan selama

8 jam pengamatan yang dimulai pada hari Sabtu, 23 November 2019 tepatnya
pada pukul 08.00 WITA, sampai pada pukul 16.00 WITA. Suhu dari lokasi

tempat praktek kami dapat dijelaskan melalui tabel hasil pengamatan kami

mengenai suhu sekitar, beserta dengan tingkat kelembaban nisbi udara yang

terdapat di daerah lokasi praktek yang disesuaikan dengan tabel kelembaban nisbi

udara di atas, sehingga diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

Selisih
Suhu Suhu
Hari/tanggal jam Termometer
TB TK
(Kering-Basah)
08:00 28° 31° 3
09:00 28° 29° 1
10:00 28° 32° 4
11:00 28° 33° 5
Sabtu, 20 November 2019 12:00 29° 31° 2
13:00 29° 32° 3
14:00 29° 30° 1
15:00 29° 29° 0
16:00 29° 29° 0
Sumber : Data Primer
Tabel 3.2 Data Suhu

Berdasarakan data diatas bahwa dilokasi PKL 1 merupakan iklim tropis yang

dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Keadaan iklim ini

dipengaruhi oleh keadaan hutan sekitar. Sehingga suhu udara disekitar daerah ini

agak dingin diwaktu pagi. Curah hujan didaerah ini cukup stabil karena berada

didaerah yang dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat.dangkan termometer basah

diletakan tempat yang teduh. Selama melakukan pengamatan terdapat perbedaan

suhu antara termometer kering dan termometer basah.

Untuk pengamatan iklim yang dilihat dari pengamatan harian menggunakan


dangkan termometer basah diletakan tempat yang teduh. Selama melakukan

pengamatan terdapat perbedaan suhu antara termometer kering dan termometer

basah. termometer kering dan termometer basah. Penempatan termometer ini

diletakan pada suatu titik yang berbeda, untuk termometer kering diletakan

ditempat yang terkena matahari sedangkan termometer basah diletakan tempat

yang teduh. Selama melakukan pengamatan terdapat perbedaan suhu antara

termometer kering dan termometer basah.

34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00

termometer basah termometer kering


Sumber : Data Primer
Gambar 3.6 Pengukuran suhu

Pengukuran suhu dan kelembaban dimulai dengan memasang termometer

basah dan termometer kering pada tempat yang berbeda. Pengukuran suhu

dilakukan selama 8 jam, dimulai pada pukul 08:00 sampai pukul 16.00. Suhu

tertinggi termometer kering yaitu 33oc terjadi pada pukul 11.00, sementara suhu

terendah termometer kering yaitu 29oc terjadi pada pukul 09.00, 15.00, dan 16.00.

Suhu tertinggi termometer basah yaitu 29oc terjadi pada pukul 12.00, 13.00, 14.00,

15.00 dan 16.00, sementara suhu terendah termometer basah yaitu 28 oc terjadi
pada pukul 08.00, 09.00, 10.00, dan 11.00. Kelembaban udara terendah

berdasarkan kelembaban nisbi udara yaitu 62 terjadi pada pukul 10.00.

2. Pasang Surut

Hasil yang diperoleh dari pengukuran pasang surut yaitu sebagai berikut:

No Pukul Ketinggian

1. 08.00 27 cm

2. 09.00 20 cm

3. 10.00 25 cm

4. 11.00 40 cm

5. 12.00 64 cm

6. 13.00 94 cm

7. 14.00 120 cm

8. 15.00 139 cm

9. 16.00 147 cm
Sumber : Data Primer
Tabel 3.3 Hasil pengukuran pasang surut
160

140

120

100

80

60

40

20

0
08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00

Pasan Surut

Sumber : Data Primer


Gambar 3.7 Pengukuran pasang surut

Hasil pengukuran data dilokasi praktikum dapat dilihat bahwa, fenomena

pasang surut air laut yang terjadi termasuk dalam tipe pasang surut condong

harian tetap yang mana merupakan pasang surut yang terjadi pada sekali pasang

dan sekali surut yang mana terjadi saat pagi surut dan sore pasang.

Pengukuran pasang surut dimulai dari pemasangan patok pada pukul 08.00,

pengukuran dilakukan pada saat itu juga dan selesai pada pukul 16.00 atau selama

8 jam. Hasil yang didapatkan oleh praktikan yaitu, pasang tertinggi terjadi pada

pukul 16.00 dan memiliki tinggi 177 cm, sementara surut terendah terjadi pada

pukul 09.00 dengan ketinggian 20 cm.

3. Arah Angin
Hasil yang diperoleh dari pengukuran kecepatan angin yaitu:

Kecepatan angin
No Pukul Arah Mata Angin Drajat
(m/s)
1. 08.00 0,1 Barat Daya 234°

2. 09.00 0,2 Utara 346°

3. 10.00 0,1 Selatan 180°

4. 11.00 0,9 Selatan 190°

5. 12.00 1,7 Selatan 220°

6. 13.00 2,2 Selatan 165°

7. 14.00 2,7 Selatan 146°

8. 15.00 1,1 Barat 245°

9. 16.00 0 - -
Sumber : Data Primer
Tabel 3.3 Hasil pengukuran kecepatan angin

Pengukuran arah angin dan kecepatan angin dimulai dengan memasang patok

yang sebelumnya dipasangkan tali rafiah, kemudian patok tersebut ditancapakan

kedalam pasir, untuk mengukur arah angin digunkan kompas bidik sementara

untuk mengukur kecepatan angin digunakan anemometer.

Arah angin setiap jamnya berubah, begitu juga kecepatan angin. Kecepatan

angin setiap jamnya semakin cepat atau kencang. Arah angin dan kecepatan angin

diukur selama 8 jam, dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 16.00.

4. Gelombang

Hasil yang di dapatkan praktikan pada pengukuran gelombang titik 1 yaitu:


Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
NO Puncak Lembah Puncak Lembah Puncak Lembah
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 91 81 92 80 95 79
2. 89 82 82 81 87 77
3. 88 78 93 77 86 76
4. 93 84 87 76 91 83
5. 92 85 91 78 90 77
6. 91 81 82 80 95 80
7. 85 82 95 82 87 82
8. 85 81 93 80 91 85
9. 85 81 82 81 93 82
10. 89 78 87 77 86 73
11. 90 79 95 76 87 78
12. 91 81 93 75 93 75
13. 91 82 82 75 92 77
14. 90 88 85 77 86 80
15. 83 78 93 80 87 82
16. 88 82 94 83 93 83
17. 93 83 95 82 92 82
18. 90 82 87 83 86 85
19. 91 81 88 80 93 78
20. 90 82 97 70 95 75
21. 80 70 88 75 87 80
22. 87 73 95 74 88 81
23. 89 78 86 80 88 83
24. 70 68 86 83 95 85
25. 83 71 91 76 92 78
26. 92 82 89 80 91 77
27. 93 91 90 81 83 86
28. 88 83 95 83 85 82
29. 85 71 91 85 86 84
30. 92 82 86 88 93 86
Total 2644 2400 2690 2378 2693 2411

Tabel 3.4 Hasil pengukuran gelombang titik 1

1) Periode gelombang

t
T=
30
Keterangan : T : periode gelombang (detik)

t : waktu (lama pengukuran gelombang)

30 : jumlah pengukuran (30 puncak 30 lembah)

53
a) Percobaan pertama T= =1,76
30

58
b) Percobaan kedua T= =1 ,93
30

60
T= =2
c) Percobaan ketiga 30

2) Panjang gelombang

L=1,56 × T 2

Keterangan : L : panjang gelombang

1,56 : angka ketentuan rumus

T2 : periode

a) Percobaan pertama L = 1,56 x 1,76² = 4,83

b) Percobaan kedua L = 1,56 x 1,93² = 5,81

c) Percobaan ketiga L = 1,56 x 2² = 6,24

3) Tinggi gelombang

puncak −lembaℎ
H=∑
30

Keterangan : H : tinggi gelombang (cm)


Puncak : puncak gelombang

Lembah : lembah gelombang

30 : jumlah pengukuran

a) Percobaan pertama H =

2644 − 2400 244


∑ 30
=
30 = 8,13

2690 −2378 312


b) Percobaan kedua H =
∑ 30
=
30 =

10,4

2693 −2411 282


c) Percobaan ketiga H=
∑ 30
=
30 = 9,4

4) Cepat rambat gelombang

L
C=
T

Keterangan : C : cepat rambat gelombang

L : panjang gelombang

T : periode gelombang

a) Percobaan pertama
4,83
C= =¿ 2,74
1,76

a) Percobaan kedua

5,81
C= =3 ,01
1,93

b) Percobaan ketiga

6,24
C= =3,12
2

Hasil yang di dapatkan pada pengukuran gelombang titik 2 yaitu:


Sumber : Data primer
Tabel: 3.5 Hasil pengukuran gelombang titik 2

Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3


NO Puncak Lembah Puncak Lembah Puncak Lembah 1)
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 131 100 121 70 121 57
2. 128 95 119 58 121 63
3. 132 98 127 81 119 49
4. 121 90 119 62 125 83
5. 131 98 128 89 124 74
6. 128 90 121 63 123 68
7. 131 95 128 87 118 58
8. 128 88 121 65 125 88
9. 128 88 128 90 123 76
10. 127 86 121 63 119 53
11. 123 77 119 49 120 71
12. 127 86 121 68 120 76
13. 125 88 118 43 126 87
14. 171 79 121 72 125 85
15. 131 93 123 75 117 80
16. 128 91 110 41 125 49
17. 131 96 124 83 122 83
18. 132 93 124 84 124 76
19. 133 94 123 86 124 81
20. 132 89 122 77 126 83
21. 133 90 124 71 124 79
22. 129 92 123 68 125 75
23. 135 95 125 72 118 68
24. 131 97 118 61 121 52
25. 137 90 123 76 118 71
26. 131 73 123 83 119 50
27. 120 81 121 60 121 56
28. 127 96 122 63 118 73
29. 138 90 120 56 121 51
30. 131 90 121 54 120 68
Total 3930 2708 3658 2070 3652 2083

Periode gelombang
t
T=
30

Keterangan : T : periode gelombang (detik)

t : waktu (lama pengukuran gelombang)

30 : jumlah pengukuran (30 puncak 30 lembah)

35
a) Percobaan pertama T= =1,66
30

37
b) Percobaan kedua T= =1 ,23
30

39
T= =1,3
c) Percobaan ketiga 30

2) Panjang gelombang

L=1,56 × T 2

Keterangan : L : panjang gelombang

1,56 : angka ketentuan rumus

T2 : periode

a) Percobaan pertama L = 1,56 1,66² = 4,29 detik

b) Percobaan kedua L = 1,56 x 1,23² = 2,36 detik

c) Percobaan ketiga L = 1,56 x 1,3² = 2,63 detik

3) Tinggi gelombang

puncak −lembaℎ
H=∑
30
Keterangan : H : tinggi gelombang (cm)

Puncak : puncak gelombang

Lembah : lembah gelombang

30 : jumlah pengukuran

a) Percobaan pertama H =

3930 −2708 1222


∑ 30
=
30 = 40,73

3658 −2070 1588


b) Percobaan kedua H =
∑ 30
=
30 =

52,93

3652 −2083 1569


c) Percobaan ketiga H =
∑ 30
=
30 =

52,3

4) Cepat rambat gelombang

L
C=
T

Keterangan : C : cepat rambat gelombang

L : panjang gelombang

T : periode gelombang

a) Percobaan pertama
4,29
C= =¿ 2,6
1,66

b) Percobaan kedua

2,36
C= =1,91
1,2

c) Percobaan ketiga

2,63
C= =¿ 2,02
1,3

Hasil yang di dapatkan praktikan pada pengukuran gelombang titik 3 yaitu:

Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3


NO Puncak Lembah Puncak Lembah Puncak Lembah
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 131 92 134 94 132 91
2. 135 93 137 96 133 92
3. 141 87 138 97 137 95
4. 142 91 139 98 131 90
5. 131 88 138 97 132 91
6. 132 78 117 78 131 92
7. 139 83 136 96 135 96
8. 141 95 138 97 136 94
9. 131 78 137 95 132 91
10. 132 81 135 92 128 88
11. 141 97 136 93 121 102
12. 145 93 138 95 139 110
13. 141 91 139 96 130 96
14. 148 101 140 100 128 87
15. 131 91 142 102 138 96
16. 132 93 135 92 131 92
17. 132 90 133 91 132 91
18. 133 94 136 95 134 85
19. 129 87 138 92 131 89
20. 121 85 137 96 133 92
21. 131 92 135 95 139 97
22. 128 80 136 92 131 90
23. 129 89 128 87 138 95
24. 131 92 138 95 131 89
25. 124 82 135 90 132 90
26. 129 89 136 92 140 101
27. 131 92 138 94 141 99
28. 135 94 137 93 142 103
29. 132 92 133 95 131 90
30. 134 94 132 93 132 93
Total 4012 2087 4071 2821 4021 2817
Sumber : Data primer
Tabel: 3.6 Hasil pengukuran gelombang titik 3

1) Periode gelombang

t
T=
30

Keterangan : T : periode gelombang (detik)

t : waktu (lama pengukuran gelombang)

30 : jumlah pengukuran (30 puncak 30 lembah)

47
a) Percobaan pertama T= =1,57
30

48
b) Percobaan kedua T= =1 ,6
30

50
T= =1,67
c) Percobaan ketiga 30
2) Panjang gelombang

L=1,56 × T 2

Keterangan : L : panjang gelombang

1,56 : angka ketentuan rumus

T2 : periode

a) Percobaan pertama L = 1,56 x 1,57² = 3,8 detik

b) Percobaan kedua L = 1,56 x 1,6² = 3,99 detik

c) Percobaan ketiga L = 1,56 x 1,67² = 4,35 detik

3) Tinggi gelombang

puncak −lembaℎ
H=∑
30

Keterangan : H : tinggi gelombang (cm)

Puncak : puncak gelombang

Lembah : lembah gelombang

30 : jumlah pengukuran

a) Percobaan pertama H =

4012 −2087 1925


∑ 30
=
30 = 64,17
4071 −2821 1250
b) Percobaan kedua H =
∑ 30
=
30 =

41,66

4021 −2817 1204


c) Percobaan ketiga H =
∑ 30
=
30 =

50,13

4) Cepat rambat gelombang

L
C=
T

Keterangan : C : cepat rambat gelombang

L : panjang gelombang

T : periode gelombang

a) Percobaan pertama

3,8
C= =¿ 2,42
1,57

b) Percobaan kedua

3,99
C= =2,49
1,6

c) Percobaan ketiga
4,35
C= =2
1,67

,60

Sumber : Data Primer


Gambar 3.8 Mengukur Gelombang

Pengukuran gelombang dimulai dengan menentukan titik praktikum,

kemudian menghitung gelombang (puncak dan lembah) sebanyak tiga kali

percobaan. Beberapa perhitungan yang harus dilakukan untuk menghitung

gelombang, yaitu tinggi gelombang, periode gelombang, panjang gelombang, dan

cepat rambat gelombang. Pengukuran gelombang dilakukan pada pukul 15.00

dengan menggunakan patok dan stopwatch.

Gelombang yang tertinggi keseluruhan percobaan terjadi pada percobaan

kelima titik pertama yaitu 148 cm.

D. Analisis Wilayah
Praktikum ini dilaksanakan di Desa Sabang dan desa Talaga, Kecamatan

Donggala, Kabupaten Donggala. Kedua wilayah dari pedesaan ini memilki jenis

tanah yang sama yaitu tanah jenis organosol. Tanah Organosol merupakan salah

satu jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan bahan organik. Tanah humus

adalah tanah tanah hasil pelapukan bahan organik, khususnya dari tanah yang

sudah mati, sedangkan tanah gambut adalah tanah hasil pembusakan bahan

organik. Jika kita lihat dari segi kesuburan tanah, tanah humus memilki tingkat

kesuburan yang lebih tinggi di banding dengan tanah gambut. Hal ini disebabkan

karena asal mula tanah gambut itu sendiri yang berasal dari pembusukan bahan

organik berlangsung dalam keadaan kering sehingga tanah ber pH normal atau

netral.

Pasang surut ombak di pantai Labuan Lemo desa Sabang adalah tipe pasang

surut condong harian tetap yang mana merupakan pasang surut yang terjadi pada

sekali pasang dan sekali surut yang terjadi saat pagi surut dan sore pasang. Arah

angin setiap jamnya bisa berubah, begitu juga kecepatan angin. Kecepatan angin

setiap jamnya semakin cepat dan memasuki sore hari mulai melah dan tenang.

Gelombang cenderung stabil dan normal dengan ketinggian tertinggi tercatat

148cm.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Desa Talaga dan Desa Sabang merupakan dua dari 13 desa di Kecamatan

Dampelas, Kabupaten Donggala. Melihat Kondisi fisik pesisir Desa Talaga dan

Desa Sabang hanya terdapat satu bentukan lahan yaitu bentukan lahan Marine

dan jenis batuan yang paling mendominasi adalah batuan karst. Ada beberapa

kesimpulan yang telah diantaranya adalah, pada aspek geomorfologi di pesisir

desa Talaga dan desa Sabang di temukan satu bentuk bentuk lahan yaitu bentuk

lahan Marine, dan terdapat beberapa jenis batuan yaitu Batu Kars ini jenis batuan

Gamping. Tanah yang terdapat di desa Talaga dan desa Sabang berdasarkan

pengamatan kami, tekstur tanah pada daerah ini yakni terdapat 2 jenis tanah, yaitu

lempung berpasir dan geluh lempung berpasir. Struktur Tanah pada daerah jalur

traking desa Talaga dan desa Sabang, tiga titik pengambilan dari 10 titik sampel

yakni tekstur maif dan sisanya dari titik 4-10 tekstur tanahnya gempal membulat.

B. Saran

Dalam praktikum sebaiknya menggunakan alat praktikum yang lengkap dan

diharapkan juga untuk praktikum lebih dapat bekerja sama baik dengan panitia,

asisten dosen dan dosen pembimbing.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Buku. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 396 p.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 630 p.

Bengen, D. G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 2004. Pengelolaan

Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Pradnya

Paramita. Jakarta

Dahuri, R. 1998. The Application of Carrying Capacity Concept for Sustainable

Coastal Resources Development in Indonesia. Jurnal Pesisir dan Lautan. Vol. 1.

No. 1. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Darmawijaya, M,I., 1980. Klasifikas Tanah. Dasar dan Teori Bagi Peneliti Tanah

dan pelaksana Pertanian di Indonesia. Balai penelitian Teh dan Kina.

Gambung Bandung.

Kertonegoro, B.D., S.H. Suparnowo, S. Notohadisuwarno, S. Handayani, 1998.

Panduan Analisis Fisika Tanah. Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Notohadisuwarno, S., 2003. Bahan Kuliah Fisika Tanah. Program Pascarjana

Ilmu Tanah UGM, Yogyakarta.


Saedi, E. 1997. Studi Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus

pelagicus Linn) di Dua Lokasi Penangkapan Perairan Pantai Utara Jawa

Barat. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu dan Teknologi

Kelautan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.

Sidjabat. M.M. 1976. Pengantar Oseanografi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudadi, U.D., Baskoro, P.T., Munibah, K., Barus, B. dan Darmawan. 1991. Kajian

Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Aliran Sungai dan Penurunan

Kualitas Lahan di sub DAS Ciliwung Hulu dengan Pendekatan Model Simulasi

Hidrologi. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wiradisastra, U., dan B. Tjahjono. 1998. Geomorfologi dan Analisis Landsekap.

Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas

Pertanian institute Pertanian Bogor.

Yulipriyanto, Hieronymus. 2010. “Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya”.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai