Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

DENUDASIONAL

Kelompok 1
Nama : NOVALIANDO
NIM : F1D222050

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta dengan isinya
yang pernah ada. Ilmu geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas
tentang apa itu sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun diatas
permukaan bumi, dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya sejak
bumi ini lahir di alam semesta. Faktor geologi tersebut meliputi berbagai
struktur dan tekstur dari tanah atau batuan, jenis tanah dan batuan, pola
pengaliran sungai, topografi suatu daerah, struktur geologi (lipatan dan
patahan), tektonik maupun gunungapi.
Bentang alam denudasional berasal dari bahasa Inggris yaitu
“denudation”, yang artinya adalah menghilangkan atau mengupas.
Dengan demikian, bentang alam denudasional merujuk pada perubahan
suatu wilayah atau daerah yang terjadi akibat proses pengikisan material
oleh air, angin, ataupun gletser. Proses ini dapat terjadi dalam rentang
waktu yang panjang, bahkan hingga jutaan tahun.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum kali ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian denudasional
2. Mengetahui bentukan lahan dari denudasional,alira
3. Memahami pengaruh kejadian terhadap pola pengaliran pada
suatu daerah
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum yaitu :
1. Alat tulis lengkap
2. HVS
3. Modul
4. Clipboard
5. Tabel Tabulasi
6. Peta Pola Pengaliran
BAB II
DASAR TEORI
Perbukitan denudasional merupakan wilayah perbukitan
dengan lereng curam yang terbentuk oleh proses utama berupa
proses denudasional. Proses denudasional yang dimaksud
adalah besarnya material permukaan bumi yang terlepas dan
terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas
dalam waktu tertentu. Proses-proses tersebut dapat berupa erosi
dan gerakan massa batuan. Perbukitan denudasional dicirikan
oleh tingkat pelapukan batuan yang telah lanjut, erosi lereng
intensif, dan gerakan massa batuan sangat potensial. Akibat
dari proses denudasional yang terjadi menyebabkan morfologi
perukitan tampak tidak teratur dan kasar serta banyak dijumpai
alur-alur dan parit- parit erosional yang terlihat sangat lanjut
(Sadali, 2018).
Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang
memiliki daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki
jika telah mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst
dapat disebut merupakan daerah yang sangat rentan, atau peka
terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya rekahan
(joint) pada batuan gamping penyusun topografi karst sehingga
pori-pori yang besar, permeabilitas sekunder yang tinggi, derajat
pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan terjadinya lorong-
lorong conduit yang merupakan sungai bawah tanah, sehingga
masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui
pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah tanah dan
tersebar dengan mudah. Kawasan karst dapat dilihat sebagai
suatu ekosistem, yang didalamnya terdapat hubungan interaksi
dan interdependensi antar lingkungan fisik, non fisik, hayati dan
non hayati, serta biogeokimia baik itu pada eksokarst, maupun
endokarst yang senantiasa berhubungan. Hal ini menunjukkan
bahwa sangat mudahnya lingkungan karst itu rusak, bila salah
satu komponen penyusunnya rusak atau tercemar. Dengan kata
lain dapat disimpulkan bahwa lingkungan karst mempunyai
daya dukung yang sangat rendah.Karena sifatnya itu, daerah
karst Gunung Sewu memiliki kerentanan yang sangat tinggi
(Suratman 1999).
Faktor pembentuk dari bentang alam ini adalah gaya
endogen yang merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga dari dalam bumi menghasilkan dua tatanan besar yaitu
orogenesa dan epirogenesa. Orogenesa akan mengakibatkan
patahan dan menghasilkan horst dan graben, sedangkan
epirogenesa akan mengakibatkan lipatan yang akan
menghasilkan sinklin dan antiklin (Mangunsukardjo, 1986).
Gunungapi dapat terbagi atas gunungapi aktif, gunungapi
beristirahat (dormant) dan gunungapi padam (extinct).
Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling
dikenal ialah apa yang disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari
Lautan Pasifik mulai dari Amerika Selatan sampai ke New
Zealand melalui Amerika Utara, Kepulauan Aleut, Kamsatka,
Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara, Pulau-pulau
Solomon, Kaledonia Baru, (Taryono, 1997).
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar
mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran
rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang
drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang
dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material
lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu
dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah
kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan
pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air
yang baik bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk
kelokan karena pengikisan tebing sungai, pada daerah
alirannya yang disebut sebagai Meander Belt. Meander ini
terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa
atau tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran
sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya
pembelokan aliran (Mulawarman 2016)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini membahas mengenai bentang
alam denudasional, fluvial dan karst. Dimana setiap bentang
alam memiliki bentuk lahan masing-masing yang menjadi
penciri tersendiri. Kemudian, disini akan membahas satu
persatu bentang alam terebut. Dimana pertama akan membahas
bentang alam denudasional dimana bentang alam ini
merupakan bentuk bentang alam yang dapat terbentuk karena
erosi, pelapukan dan pergerakkan massa batuan atau dapat
disebut pergerakan tanah.
Bentang alam denudasional ini dapat dikatakan sebagai
bentang alam eksogenik dimana denudasional terdapat didaerah
rendah. Yakni dapat diketahui juga litologi yang akan menjadi
pengisi dari denudasional sedimen. Dimana memiliki topografi
yang selalu berubah karena sifat eksogennya. Dan memiliki
produk-produk karbonat dan kerikil. Praktikan juga dapat
melihat atau mengamati pada materi yang sudah diberi bahwa
denudasional ini memiliki kontur yang abstrak dan cenderung
bukit sisa. Kemudian dalam praktikum kali ini praktikan dapat
mengetahui bahwa bentang alam denudasional ini ternyata
banyak juga pada kawasan jambi karena memiliki faktor alam
yang dimana dataran bergelombang memiliki pola pengaliran
yang tidak terubah contohnya dendritik.
Bentang alam fluvial bentang alam ini adalah semua proses
yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang nantinya
akan menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bentuk
permukaan bumi, yang dimana bentang alam fluvial ini sendiri
dapat terjadi karena adanya aksi air permukaan mau itu air
yang mengalir terpadu ataupun tidak terkonsentrasi. Contoh air
yang terkonsentrasi yakni sungai sedangkan yang tidak
terkonsentrasi sendiri yakni banjir. Bentuk lahan ini memiliki
ciri-ciri yakni memiliki konsentrasi pada sungai-sungai stadia
dewasa dan tua dimana stadia muda berbentuk “V” dan stadia
tua sendiri berbentuk “U” memiliki litologi yang batuannya
seragam atau sedimentasi dan pengaruh struktur geologinya
cenderung tidak ada. Stadia dapat dikatakan sebagai umur yang
dimana menjadi tiga yakni stadia muda, remaja atau dewasa,
dan stadia tua. Dan praktikan juga mengetahui ada
sungai meandering atau berkelok dan sungai teranyam yang
dimana merupakan sungai besar memiliki bentuk menjari
karena adanya sedimentasi.
Bentang alam fluvial adalah semua proses yang terjadi di
alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya
perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi
air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara
terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet
water). proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam
yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di
permukaan. Bentang alam karst merupakan roman muka bumi
yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga
akibat pelarutan oleh air dimana manifestasinya di permukaan
bumi berupa kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya,
penyaluran permukaan yang jarang dan lebih banyak sebagai
sungai bawah permukaan mengalir di lorong-lorong gua.
Kemudian ada bentang alam karst merupakan bentang alam
yang terjadi karena batugamping yang kaya akan rongga-rongga
karena pelarutan air. Yang tersusun oleh batuan karbonat dan
kars ini mudah terlarut yang dimana bersosiasi dengan
pengangkatan endogen dimana memiliki pola pengaliran multi
basinal contohnya dolomit yang masih mengandung karbonat.
Kemudian praktikan mengetahui bahwa bentang alam karst ini
memiliki ciri-ciri bentuklahan yakni kenampakan topografi karst
pada peta topografi memiliki kontur yang bergerigi, terpengaruhi
oleh faktor eksogen dimana mudah terlarut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :
1. Bentang alam denudasional dimana bentang alam ini merupakan bentuk
bentang alam yang dapat terbentuk karena erosi, pelapukan dan
pergerakkan massa batuan atau dapat disebut pergerakan tanah.
2. Denudasional dimana denudasional sendiri memiliki bentuk lahan
perbukitan terkikis, pegunungan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi,
dataran nyaris, dataran nyaris terangkat, lereng kaki, pediment, gawir,
kipas rombakan lereng dan lahan rusak.
3. Bentang alam denudasional memiliki simbol berwarna (coklat).
4.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini untuk kedepannya adalah, diharapkan
pada praktikan untuk belajar dan jangan lupa perhatikan aslab ketika
menerangkan didepan jika ada yang kurang jelas lebih baik bertanya dan
jangan lupa berdoa selalu.

DAFTAR PUSTAKA
Afani, I. 2019. “Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar
Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris Dan Foto
Udara Format Kecil”. Jurnal Geodesi Undip. Vol 8 (1) : 180-189.
Haryanto, I. 2013. “Struktur Sesar di Pulau Jawa Bagian Barat
Berdasarkan Hasil Interpretasi Geologi”. Bulletin of Scientific
Contribution. Vol 11 (3) : 1-10.
Noor, D. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta : Deepublish.
Suchayla, A. 2021. “Karakteristik Geomorfologi Dan Hubungannya
Dengan Sebaran Litologi Daerah Cirawamekar Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat”. Geoscience
Journal. Vol 5 (1) : 71-79.
Sutikno. 2020. Geomorfologi dasar. Yogyakarta : UGM PRESS.

Anda mungkin juga menyukai