Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bentang alam adalah kenampakan yang berasal dari alam atau


kenampakan yang dipengaruhi oleh alam. Bentuk asal adalah
kenampakan yang berasal atau dipengaruhi oleh alam dan buatan,
kenampakan buatan adalah yang dipengaruhi oleh perbuatan manusia.
Bentuk lahan adalah kenampakan tunggal dari bentang alam dan bentuk
asal. Jadi perbedaan di antara ketiga tersebut adalah jika bentang alam
bukan merupakan bentuk asal sedangkan bentuk asal sudah dipastikan
adalah bentang alam dan bentuk lahan.
Bentang alam denudasional adalah bentang alam yang terbentuk
akibat dari proses erosi, pelapukan dan pergerakan massa batuan yang
menyebabkan terjadinya pengikisan permukaan bumi sehingga akan
menjadi bentukan lahan yang lebih rendah. Bentang alam fluvial adalah
semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang
disebabkan oleh aksi air permukaan. proses fluviatil akan menghasilkan
suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang
mengalir di permukaan. Bentang alam karst merupakan roman muka
bumi yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga akibat
pelarutan oleh air dimana manifestasinya di permukaan bumi berupa
kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pengertian bentang alam denudasional, fluvial, dan
karst.
2. Mengetahui bentukan lahan dari denudasional, fluvial, dan karst.
3. Mengetahui warna dari denudasional, fluvial, dan karst.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah:
1. Alat tulis lengkap
2. HVS
3. Modul geomorfologi
BAB II
DASAR TEORI
Perbukitan denudasional merupakan wilayah perbukitan dengan
lereng curam yang terbentuk oleh proses utama berupa proses
denudasional. Proses denudasional yang dimaksud adalah besarnya
material permukaan bumi yang terlepas dan terangkut oleh berbagai
tenaga geomorfologi persatuan luas dalam waktu tertentu. Proses-proses
tersebut dapat berupa erosi dan gerakan massa batuan. Perbukitan
denudasional dicirikan oleh tingkat pelapukan batuan yang telah lanjut,
erosi lereng intensif, dan gerakan massa batuan sangat potensial. Akibat
dari proses denudasional yang terjadi menyebabkan morfologi perukitan
tampak tidak teratur dan kasar serta banyak dijumpai alur-alur dan
parit- parit erosional yang terlihat sangat lanjut (Sadali, 2018).
Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki daya
dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami
kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut merupakan
daerah yang sangat rentan, atau peka terhadap pencemaran. Hal ini
disebabkan banyaknya rekahan (joint) pada batuan gamping penyusun
topografi karst sehingga pori-pori yang besar, permeabilitas sekunder
yang tinggi, derajat pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan
terjadinya lorong-lorong conduit yang merupakan sungai bawah tanah,
sehingga masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui
pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah tanah dan tersebar
dengan mudah. Kawasan karst dapat dilihat sebagai suatu ekosistem,
yang didalamnya terdapat hubungan interaksi dan interdependensi antar
lingkungan fisik, non fisik, hayati dan non hayati, serta biogeokimia baik
itu pada eksokarst, maupun endokarst yang senantiasa berhubungan.
Hal ini menunjukkan bahwa sangat mudahnya lingkungan karst itu
rusak, bila salah satu komponen penyusunnya rusak atau tercemar.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa lingkungan karst mempunyai
daya dukung yang sangat rendah.Karena sifatnya itu, daerah karst
Gunung Sewu memiliki kerentanan yang sangat tinggi (Suratman 1999).
Faktor pembentuk dari bentang alam ini adalah gaya endogen yang
merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi. Tenaga dari dalam bumi
menghasilkan dua tatanan besar yaitu orogenesa dan epirogenesa.
Orogenesa akan mengakibatkan patahan dan menghasilkan horst dan
graben, sedangkan epirogenesa akan mengakibatkan lipatan yang akan
menghasilkan sinklin dan antiklin (Mangunsukardjo, 1986).
Gunungapi dapat terbagi atas gunungapi aktif, gunungapi
beristirahat (dormant) dan gunungapi padam (extinct). Gunungapi di
dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal ialah apa yang
disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari
Amerika Selatan sampai ke New Zealand melalui Amerika Utara,
Kepulauan Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku
Utara, Pulau-pulau Solomon, Kaledonia Baru, (Taryono, 1997).
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari
bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi
perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi
pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial,
berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya
terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan
lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik bentukan
pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan
tebing sungai, pada daerah alirannya yang disebut sebagai Meander
Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia
dewasa atau tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran
sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan
aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi
sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke
batuan yang lebih lemah (Mulawarman 2016)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini membahas mengenai bentang alam
denudasional, fluvial dan karst. Dimana setiap bentang alam memiliki
bentuk lahan masing-masing yang menjadi penciri tersendiri. Kemudian,
disini akan membahas satu persatu bentang alam terebut. Dimana
pertama akan membahas bentang alam denudasional dimana bentang
alam ini merupakan bentuk bentang alam yang dapat terbentuk karena
erosi, pelapukan dan pergerakkan massa batuan atau dapat disebut
pergerakan tanah.
Bentang alam denudasional ini dapat dikatakan sebagai bentang
alam eksogenik dimana denudasional terdapat didaerah rendah. Yakni
dapat diketahui juga litologi yang akan menjadi pengisi dari
denudasional sedimen. Dimana memiliki topografi yang selalu berubah
karena sifat eksogennya. Dan memiliki produk-produk karbonat dan
kerikil. Praktikan juga dapat melihat atau mengamati pada materi yang
sudah diberi bahwa denudasional ini memiliki kontur yang abstrak dan
cenderung bukit sisa. Kemudian dalam praktikum kali ini praktikan
dapat mengetahui bahwa bentang alam denudasional ini ternyata banyak
juga pada kawasan jambi karena memiliki faktor alam yang dimana
dataran bergelombang memiliki pola pengaliran yang tidak terubah
contohnya dendritik.
Bentang alam fluvial bentang alam ini adalah semua proses yang
terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang nantinya akan
menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi,
yang dimana bentang alam fluvial ini sendiri dapat terjadi karena adanya
aksi air permukaan mau itu air yang mengalir terpadu ataupun tidak
terkonsentrasi. Contoh air yang terkonsentrasi yakni sungai sedangkan
yang tidak terkonsentrasi sendiri yakni banjir. Bentuk lahan ini memiliki
ciri-ciri yakni memiliki konsentrasi pada sungai-sungai stadia dewasa
dan tua dimana stadia muda berbentuk “V” dan stadia tua sendiri
berbentuk “U” memiliki litologi yang batuannya seragam atau
sedimentasi dan pengaruh struktur geologinya cenderung tidak ada.
Stadia dapat dikatakan sebagai umur yang dimana menjadi tiga yakni
stadia muda, remaja atau dewasa, dan stadia tua. Dan praktikan juga
mengetahui ada
sungai meandering atau berkelok dan sungai teranyam yang dimana
merupakan sungai besar memiliki bentuk menjari karena adanya
sedimentasi.
Bentang alam fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik
fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang
merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang
tidak terkonsentrasi (sheet water). proses fluviatil akan menghasilkan
suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang
mengalir di permukaan. Bentang alam karst merupakan roman muka
bumi yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga akibat
pelarutan oleh air dimana manifestasinya di permukaan bumi berupa
kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya, penyaluran permukaan
yang jarang dan lebih banyak sebagai sungai bawah permukaan mengalir
di lorong-lorong gua.
Kemudian ada bentang alam karst merupakan bentang alam yang
terjadi karena batugamping yang kaya akan rongga-rongga karena
pelarutan air. Yang tersusun oleh batuan karbonat dan kars ini mudah
terlarut yang dimana bersosiasi dengan pengangkatan endogen dimana
memiliki pola pengaliran multi basinal contohnya dolomit yang masih
mengandung karbonat. Kemudian praktikan mengetahui bahwa bentang
alam karst ini memiliki ciri-ciri bentuklahan yakni kenampakan topografi
karst pada peta topografi memiliki kontur yang bergerigi, terpengaruhi
oleh faktor eksogen dimana mudah terlarut.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah:


1. Bentang alam denudasional dimana bentang alam ini merupakan
bentuk bentang alam yang dapat terbentuk karena erosi,
pelapukan dan pergerakkan massa batuan atau dapat disebut
pergerakan tanah. Bentang alam fluvial bentang alam ini adalah
semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
nantinya akan menimbulkan atau mengakibatkan perubahan
bentuk permukaan bumi, yang dimana bentang alam fluvial ini
sendiri dapat terjadi karena adanya aksi air permukaan mau itu air
yang mengalir terpadu ataupun tidak terkonsentrasi. Bentang
alam karst merupakan bentang alam yang terjadi karena
batugamping yang kaya akan rongga-rongga karena pelarutan air.
2. Denudasional dimana denudasional sendiri memiliki bentuk lahan
perbukitan terkikis, pegunungan terkikis, bukit sisa, bukit
terisolasi, dataran nyaris, dataran nyaris terangkat, lereng kaki,
pediment, gawir, kipas rombakan lereng dan lahan rusak.
Bentukan lahan bentang alam fluvial yakni ada dataran fluvial,
dasar sungai, danau, rawa, rawa belakang, salurang sungai mati,
dll. Bentukan alam karst sendiri ada kubah karst, uvala, dolin,
polje dan ngarai karst.
3. Simbol warna denudasional (coklat), fluvial (hijau), karst (orange).
4.2 Saran
Adapun saran saya untuk praktikum selanjutnya adalah saat asisten
lab menjelaskan disarankan agar praktikan untuk mencatat semua yang
dijelaskan agar dapat mengingat dan post test lulus dan dapat mengulang
kembali belajar dimana pun berada.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, 1996. Geomorfologi Dasar Bagian 1. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suryolelono, 2002. Dinamika Bentang Alam dan Pengaruhnya Terhadap
Aspek Fisik Lahan Daerah Solok-Singkarak, Provinsi Sumatera
Barat. Jurnal Sumber Daya Geologi. Vol: 20 (2), Hal: 107-116.
Mangunsukardjo, 1986. BENTANG LAHAN JAWA BAGIAN TENGAH.
Jurnal Geografi. Vol: 18 (2), Hal: 145-164.
Taryono, 1997. “Penggunaan Data Penginderaan Jauh Dalam Analisis
Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial Di Wilayah Karangsambung”.
Jurnal Geografi. Vol: 10 (2), hal: 167-174.
Zuriba 1982. “Pendekatan Geomorfologi Dalam Survei Kejadian Erosi”.
Jurnal Pelangi Ilmu. Vol: 2(5), hal: 1-18

Anda mungkin juga menyukai