Bentang alam adalah kenampakan yang berasal dari alam atau
kenampakan yang dipengaruhi oleh alam. Bentuk asal adalah kenampakan yang berasal atau dipengaruhi oleh alam dan buatan, kenampakan buatan adalah yang dipengaruhi oleh perbuatan manusia. Bentuk lahan adalah kenampakan tunggal dari bentang alam dan bentuk asal. Jadi perbedaan di antara ketiga tersebut adalah jika bentang alam bukan merupakan bentuk asal sedangkan bentuk asal sudah dipastikan adalah bentang alam dan bentuk lahan. Bentang alam denudasional adalah bentang alam yang terbentuk akibat dari proses erosi, pelapukan dan pergerakan massa batuan yang menyebabkan terjadinya pengikisan permukaan bumi sehingga akan menjadi bentukan lahan yang lebih rendah. Bentang alam fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam karst merupakan roman muka bumi yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga akibat pelarutan oleh air dimana manifestasinya di permukaan bumi berupa kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya. 1.2 Tujuan Adapun tujuan pada praktikum ini adalah: 1. Mengetahui pengertian bentang alam denudasional, fluvial, dan karst. 2. Mengetahui bentukan lahan dari denudasional, fluvial, dan karst. 3. Mengetahui warna dari denudasional, fluvial, dan karst. 1.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah: 1. Alat tulis lengkap 2. HVS 3. Modul geomorfologi BAB II DASAR TEORI Perbukitan denudasional merupakan wilayah perbukitan dengan lereng curam yang terbentuk oleh proses utama berupa proses denudasional. Proses denudasional yang dimaksud adalah besarnya material permukaan bumi yang terlepas dan terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas dalam waktu tertentu. Proses-proses tersebut dapat berupa erosi dan gerakan massa batuan. Perbukitan denudasional dicirikan oleh tingkat pelapukan batuan yang telah lanjut, erosi lereng intensif, dan gerakan massa batuan sangat potensial. Akibat dari proses denudasional yang terjadi menyebabkan morfologi perukitan tampak tidak teratur dan kasar serta banyak dijumpai alur-alur dan parit- parit erosional yang terlihat sangat lanjut (Sadali, 2018). Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut merupakan daerah yang sangat rentan, atau peka terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya rekahan (joint) pada batuan gamping penyusun topografi karst sehingga pori-pori yang besar, permeabilitas sekunder yang tinggi, derajat pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan terjadinya lorong-lorong conduit yang merupakan sungai bawah tanah, sehingga masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah tanah dan tersebar dengan mudah. Kawasan karst dapat dilihat sebagai suatu ekosistem, yang didalamnya terdapat hubungan interaksi dan interdependensi antar lingkungan fisik, non fisik, hayati dan non hayati, serta biogeokimia baik itu pada eksokarst, maupun endokarst yang senantiasa berhubungan. Hal ini menunjukkan bahwa sangat mudahnya lingkungan karst itu rusak, bila salah satu komponen penyusunnya rusak atau tercemar. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa lingkungan karst mempunyai daya dukung yang sangat rendah.Karena sifatnya itu, daerah karst Gunung Sewu memiliki kerentanan yang sangat tinggi (Suratman 1999). Faktor pembentuk dari bentang alam ini adalah gaya endogen yang merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi. Tenaga dari dalam bumi menghasilkan dua tatanan besar yaitu orogenesa dan epirogenesa. Orogenesa akan mengakibatkan patahan dan menghasilkan horst dan graben, sedangkan epirogenesa akan mengakibatkan lipatan yang akan menghasilkan sinklin dan antiklin (Mangunsukardjo, 1986). Gunungapi dapat terbagi atas gunungapi aktif, gunungapi beristirahat (dormant) dan gunungapi padam (extinct). Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal ialah apa yang disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari Amerika Selatan sampai ke New Zealand melalui Amerika Utara, Kepulauan Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara, Pulau-pulau Solomon, Kaledonia Baru, (Taryono, 1997). Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, pada daerah alirannya yang disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa atau tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah (Mulawarman 2016) BAB III PEMBAHASAN Pada pembahasan kali ini membahas mengenai bentang alam denudasional, fluvial dan karst. Dimana setiap bentang alam memiliki bentuk lahan masing-masing yang menjadi penciri tersendiri. Kemudian, disini akan membahas satu persatu bentang alam terebut. Dimana pertama akan membahas bentang alam denudasional dimana bentang alam ini merupakan bentuk bentang alam yang dapat terbentuk karena erosi, pelapukan dan pergerakkan massa batuan atau dapat disebut pergerakan tanah. Bentang alam denudasional ini dapat dikatakan sebagai bentang alam eksogenik dimana denudasional terdapat didaerah rendah. Yakni dapat diketahui juga litologi yang akan menjadi pengisi dari denudasional sedimen. Dimana memiliki topografi yang selalu berubah karena sifat eksogennya. Dan memiliki produk-produk karbonat dan kerikil. Praktikan juga dapat melihat atau mengamati pada materi yang sudah diberi bahwa denudasional ini memiliki kontur yang abstrak dan cenderung bukit sisa. Kemudian dalam praktikum kali ini praktikan dapat mengetahui bahwa bentang alam denudasional ini ternyata banyak juga pada kawasan jambi karena memiliki faktor alam yang dimana dataran bergelombang memiliki pola pengaliran yang tidak terubah contohnya dendritik. Bentang alam fluvial bentang alam ini adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang nantinya akan menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi, yang dimana bentang alam fluvial ini sendiri dapat terjadi karena adanya aksi air permukaan mau itu air yang mengalir terpadu ataupun tidak terkonsentrasi. Contoh air yang terkonsentrasi yakni sungai sedangkan yang tidak terkonsentrasi sendiri yakni banjir. Bentuk lahan ini memiliki ciri-ciri yakni memiliki konsentrasi pada sungai-sungai stadia dewasa dan tua dimana stadia muda berbentuk “V” dan stadia tua sendiri berbentuk “U” memiliki litologi yang batuannya seragam atau sedimentasi dan pengaruh struktur geologinya cenderung tidak ada. Stadia dapat dikatakan sebagai umur yang dimana menjadi tiga yakni stadia muda, remaja atau dewasa, dan stadia tua. Dan praktikan juga mengetahui ada sungai meandering atau berkelok dan sungai teranyam yang dimana merupakan sungai besar memiliki bentuk menjari karena adanya sedimentasi. Bentang alam fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam karst merupakan roman muka bumi yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga akibat pelarutan oleh air dimana manifestasinya di permukaan bumi berupa kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya, penyaluran permukaan yang jarang dan lebih banyak sebagai sungai bawah permukaan mengalir di lorong-lorong gua. Kemudian ada bentang alam karst merupakan bentang alam yang terjadi karena batugamping yang kaya akan rongga-rongga karena pelarutan air. Yang tersusun oleh batuan karbonat dan kars ini mudah terlarut yang dimana bersosiasi dengan pengangkatan endogen dimana memiliki pola pengaliran multi basinal contohnya dolomit yang masih mengandung karbonat. Kemudian praktikan mengetahui bahwa bentang alam karst ini memiliki ciri-ciri bentuklahan yakni kenampakan topografi karst pada peta topografi memiliki kontur yang bergerigi, terpengaruhi oleh faktor eksogen dimana mudah terlarut. BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah:
1. Bentang alam denudasional dimana bentang alam ini merupakan bentuk bentang alam yang dapat terbentuk karena erosi, pelapukan dan pergerakkan massa batuan atau dapat disebut pergerakan tanah. Bentang alam fluvial bentang alam ini adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang nantinya akan menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi, yang dimana bentang alam fluvial ini sendiri dapat terjadi karena adanya aksi air permukaan mau itu air yang mengalir terpadu ataupun tidak terkonsentrasi. Bentang alam karst merupakan bentang alam yang terjadi karena batugamping yang kaya akan rongga-rongga karena pelarutan air. 2. Denudasional dimana denudasional sendiri memiliki bentuk lahan perbukitan terkikis, pegunungan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, dataran nyaris terangkat, lereng kaki, pediment, gawir, kipas rombakan lereng dan lahan rusak. Bentukan lahan bentang alam fluvial yakni ada dataran fluvial, dasar sungai, danau, rawa, rawa belakang, salurang sungai mati, dll. Bentukan alam karst sendiri ada kubah karst, uvala, dolin, polje dan ngarai karst. 3. Simbol warna denudasional (coklat), fluvial (hijau), karst (orange). 4.2 Saran Adapun saran saya untuk praktikum selanjutnya adalah saat asisten lab menjelaskan disarankan agar praktikan untuk mencatat semua yang dijelaskan agar dapat mengingat dan post test lulus dan dapat mengulang kembali belajar dimana pun berada. DAFTAR PUSTAKA Sutikno, 1996. Geomorfologi Dasar Bagian 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Suryolelono, 2002. Dinamika Bentang Alam dan Pengaruhnya Terhadap Aspek Fisik Lahan Daerah Solok-Singkarak, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Sumber Daya Geologi. Vol: 20 (2), Hal: 107-116. Mangunsukardjo, 1986. BENTANG LAHAN JAWA BAGIAN TENGAH. Jurnal Geografi. Vol: 18 (2), Hal: 145-164. Taryono, 1997. “Penggunaan Data Penginderaan Jauh Dalam Analisis Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial Di Wilayah Karangsambung”. Jurnal Geografi. Vol: 10 (2), hal: 167-174. Zuriba 1982. “Pendekatan Geomorfologi Dalam Survei Kejadian Erosi”. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol: 2(5), hal: 1-18