Anda di halaman 1dari 20

LINGKUNGAN PENGENDAPAN

I. Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen


beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat
ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut
digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi,
karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga
struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan
pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh
mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data
struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran
arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa
struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu
lapisan.

Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau


tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak
rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan
batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini
dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau.
Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau
gigi maupun jejak ataupun cetakan.Dari studi lingkungan pengendapan dapat
digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi.

Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik,


kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein
dan Sloss, 1963). Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan
tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia
dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat,
transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai
dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan
glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi
merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti
delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-
endapan neritik, batial, dan abisal.

2. Parameter Lingkungan Pengendapan

1. Elemen fisik
1.1 Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang
diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air;
suhu; dan kelembapan.
1.2 Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari
angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju
2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen
yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.
3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk
meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan tanaman,
penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica
dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa
organism disebut sebagai material pengendapan.

3. Proses Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena arus tidak


mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan
terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian
hilir/muara atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya
pada bagian ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material
yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga
semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin
halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan
oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua
batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan
menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat
lain akan berbeda.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika,
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik
sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa
disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit
stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang
terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang
memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.
Proses pengendapan diawali di daratan, sebagai tempat awal,
tertransportasikan oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang
tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju
puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya
akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada
kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar
pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak
material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan
terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari
formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan
yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial
selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di
puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya
pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses
pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume
pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk pada saluran
sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain disetiap sampingnya
dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial /
plain. Timbunan material di area tersebut juga akan terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering /
terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika
air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses
pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini
ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan
terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi,
biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau
dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan laut.

Long System dan Short System


Urutan Lingkungan Pengendapan yang lengkap dari gunung ke basis samudra
adalah apa yang kita sebut sebagai "Long sistem". Sedimen bagian awal dari
system yang panjang secara kimiawi dan secara mekanik merupakan komposisi
yang tidak stabil, dan biasanya memiliki penyortiran kurang baik, berupa kerikil
muda. Di dalam sistem yang ideal merindukan sistem jarak atau waktu
penyelesaian akhir dari sourceland ke Basin adalah besar. Seperti itu, pada akhir
dari system yang panjang sedimen secara kimiawi dan komposisi secara mekanik
stabil, dan telah disortir ke dalam ukuran sesuai anggota akhir dari pasir dan tanah
liat. Batupasir pada ujung Long sistem adalah kwarsa dewasa arenites.
" Short system " adalah urutan lingkungan di mana hanya sedikit
lingkungan dari urutan yang panjang hadir secara ideal. Sistem pendek memiliki
urutan lingkungan disingkat sebab, tidak sama dengan Long sistem, sourceland
yang siliciclastic adalah proximal untuk ( dekat dengan) Basin. Sedimen
keseluruhan sistem secara kimiawi dan texturally belum dewasa. Mereka biasanya
disortir dengan kurang baik dan mencakup ukuran dari kerikil ke pasir kasar.
Sistem pendek biasanya diamati daerah tectonically yang aktif. Tergantung pada
keadaan, hampir setiap lingkungan dari Long sistem dapat hilang. Sebagai contoh,
di dalam Basin dan mencakup Provinsi Amerika Serikat barat yang memiliki
tanah endapan besar dengan format hembusan di dasar pegunungan kesalahan
blok dan segalanya selain ke arah muara dari pegunungan adalah hilang;
merupakan suatu system yang sangat pendek.
Satu jenis system yang pendek/singkat adalah sangat umum mempunyai suatu
nama khusus- Delta Fan. Delta Fan membentuk pegunungan tinggi dengan kasar
ke luar dari laut, seperti lembah retak/celah atau hampir busur lingkaran volkanis
subduction-created, atau hampir tanah lapang sabuk daya dorong. Suatu urutan
lingkungan Pengendapan yang khas di dalam suatu delta fan adalah tanah endapan
hembusan dan braided-river suatu pantai kerikil pada suatu kapal selam
menghembus suatu Basin.

4. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan


Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:
Kontinetal atau Darat, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk
braided river dan point bar river, dan limnic
Peralihan atau Transisi, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai,
laguna, dan barrier islands, offshore bar, tidal flat.
Marine atau Laut, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial,
abisal.

Lingkungan Pengendapan Transisi :

1. Delta
Delta merupakan akumulasi sedimen terutama pada muara sungai maupun
danau. Secara umum akan mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti
perlapisan pada facies fluvial dan perlapisan pada laut terbuka.

Syarat terbentuknya delta, antara lain :

1. Jumlah material yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak.

2. Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut.

3. Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan minimum.

4. Laut pada muara cukup tenang.

5. Tidak ada ganggunan tektonik.

Proses Sedimentasi Delta

Distribusi dan karakter dari delta dikontrol oleh kumpulan fluvial yang
saling berhubungan, proses marine/laut, dan kondisi lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi (Coleman, 1981):

Climate (iklim)
Pelepasan air dan sedimen
Proses muara sungai
Kekuatan gelombang/arus dekat pantai
Pasang surut laut
Angin

Tiga Tipe dasar delta (Delta Classification)


MISSISSIPPI

SEDIMENT INPUT

Praquemines
Modern Miss

Si Bernard
(Miss)
Pa

Danube

FLIVIAL
Lefourch
(Miss) DOMINATED Yukon?
DANUBA
Mahakam
MAHAKAM
Ebra

Nile

WAVE Niger TIDE


DOMINATED Mekang
DOMINATED
Rhane Burdenia
Talu
Kelantan
Calorado Fly
Brotos Cooper Ganges - Brahmaputra
Sao Fransisco Klang - Langor

WAVE ENERGY FLUX TIDAL ENERGY FLUX

SAO FRANSISCO FLY


COPPER

Morphologic and stratigraphic classification of delta system based on relative intensity of


fluvial and marine processes. (Modified from Galloway, 1975)

1. Didominasi oleh Fluvial

Contohnya : delta Sungai Mississippi dengan tipe kaki burungnya

2. Didominasi oleh pasang surut laut


Contohnya : delta Brahmaputra. Ukuran delta ini 3 kali dari delta
Mississippi, dicirikan oleh tidal-flat environments, natural levees, dan flood
basinnya. Jarak Tidal/pasang surut lebar yakni sekitar 4 m, dan energy gelombang
relative lemah

3. Didominasi oleh Gelombang/ombak

Contohnya : delta Sao Francisco di Brazil. Arealnya lebih kecil


dibandingkan dimensi dari Mississippi, jarak tidal/pasang surut 2 m, kekuatan
gelombangnya 100 kali dari delta Mississippi (Coleman, 1976)

Facies and morphology representative of modern delta system based on river


dominated, wave dominated and tide influenced. (from Walker, 1992)
MORPHOLOGY DAN LINGKUNGAN DELTA

ALLUVIAL PLAIN

DELTA PLAIN DISTRIBUTARY

DELTA FRONT

PRODELTA

-Delta Plain
- Upper Delta Plain

- Lower Delta Plain

- Delta Front

- Pro Delta

2. Estuarium

Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuary adalah
bagian muara yang berbentuk corong dari lingkungan perairan yang merupakan
percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air
tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar) dimana proses
pembentukkannya dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air
laut. Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di
pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung
dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuary umumnya merupakan pantai
tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu
karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat
hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut. Itu adalah
salah satu dari sekian banyak tipe estuary yang ada.

Tipe morfologi estuarium ada 4 macam ; lembah sungai tenggelam, fiord,


eustuarium yang dibangun oleh bar dan eustuarium produk dari tektonik. Secara
tekstrural sekuennya fining upward. Sedangkan struktur sedimen seperti cross
stratificatoin, lapisan flaser, lapisan bergelombang, lapisan lentikuler bersama
dengan bioturbasi.

Tidak terlalu sulit untuk memilah atau menetukan batas lingkungan


estuary dalam suatu kawasan tertentu. Hanya dengan melihat sumber air tawar
yang ada di sekitar pantai dan juga dengan mengukur salinitas perairan tersebut.
Karena perairan estuary mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan
lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 25 ppm.
Terdapat 2 faktor prinsipal yang mempengaruhi suatu keadaan
hidrodinamisme dari estuaria, yaitu aliran sungai dan arus pasang surut. Pada saat
air pasang, air laut akan masuk dan mempengaruhi kadar salinitas serta kualitas
air yang ada dalam estuaria tersebut. Biasanya daerah hilir sungai atau estuaria
selalu dihubungkan dengan biota atau organisme yang hidup di air tawar.
Kawasan estuary umumnya bertindak sebagai penyaring dari limbah cair
ini, mengendapkan partikel-partikel beracun dan menyisakan badan air yang lebih
bersih. Inipun dengan kondisi dimana terjadi suplai yang terus-menerus dari air
sungai dan laut yang cenderung lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar
bahan polutan yang masuk ke daerah estuary tersebut.

Gambar Kawasan Estuary Teluk Belawan


3. Lagoon

Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut
dan pada saat air surut ada air tertinggal pada daerah ini yang bisa bercampur
dengan air hujan atau air sungai.

Ciri-ciri lagoon adalah sebagai berikut :

1. Struktur bioturbasi dan barrow dominan horizontal.

2. Batuan dengan ukuran butir lanau lempung atau batupasir halus.

3. Adanya endapan batubara.

4. Kaya akan sisa-sisa tumbuhan.

5. Lanau me mperlihatkan struktur flaser.

6. Batulempung atau batulanau berwarna gelap. Kemungkinan banyak


mengandung material organik.

4. Pantai

Kawasan pantai adalah kawasan transisi dari lahan daratan dan perairan laut.
Proses pembentukan kawasan pantai sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya dinamis
yang berada di sekitarnya. Gaya-gaya dinamis utama dan dominan yang
mempengaruhi kawasan pantai adalah gaya gelombang. Menurut Bambang
Triatmodjo (1999), pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa
sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian
bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut.
Seperti kita ketahui, gelombang laut yang sehari-hari mempengaruhi
kawasan pantai adalah gelombang yang diakibatkan oleh energi angin. Sesuai
dengan faktor pembangkit terjadinya gelombang tersebut, maka ada dua jenis
gelombang angin yaitu gelombang normal dan gelombang badai (storm wave).

Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range) pantai terdiri dari 3 macam :

Pantai microtidal ; kisaran pasang surut <2 m

Pantai mesotidal ; kisaran pasang surut 2 4 m.

Pantai macrotidal ; kisaran pasang surut > 4 m.

Daerah permukaan pantai secara umum dapat dipisahkan menjadi sub-sub


lingkungan pengendapan yang sejajar dengan garis pantai, yaitu :

1. Eolian Sand Dunes ; merupakan daerah permukaan pantai di atas tinggi


gelombang rata-rata (supra tidal) membentuk punggungan-punggungan
(gumuk pasir) dengan struktur cross bedding sudut curam serta dengan arah
yang berubah-ubah. Endapan ini mempunyai pemilahan yang baik, dan dapat
dijumpai akar-akar tanaman.

2. Back Shore ; juga merupakan daerah intertidal dari permukaan pantai dan
umumnya menunjukkan swash flow dan swash zone. Pada umumnya pada
daerah ini didapatkan punggungan-punggungan asimetri yang dipisahkan oleh
tunel-tunel dengan lebar 100-200 meter.

3. Shore Face ; merupakan bagian permukaan pantai yang lebih dalam lagi,
yatu dari permukaan rata-rata air surut sampai dengan dasar gelombang
kondisi tenang, jadi merupakan subtidal. Selanjutnya semakin jauh lagi
merupakan off shore.

4. Kipas Bawah Laut (Sub Marine Fun) :


5. Lower Fun ; dicirikan adanya penebalan ke atas (tickening upward), terdiri
dari asoisasi facies-facies classical turbidites.

6. Smooth Portion of Supran Lobes ; penebalan ke atas, asosiasi classical


turbidutes, dalam sekuen progradasi bagian atas sudah terdapat massive sand
stone.

7. Channeled Portion of Duprafan Lobes ; penipisan ke atas (thinning


upward), asosiasinya adalah konglameratan pada bagian bawah dan massive
sandstone. Konglamerat umumnya berlapis bersusun (graded bedding).

8. Upper fan ; merupakan sekuen-sekuen dari facies konglamerat, debris flow


dan slump. Sekuen menipis ke atas (thinning upward) umumnya tidak berlapis
baik.

Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya


terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat
bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.

Transfor sedimen pada daerah pantai, terdiri atas:

1. Transfor Sedimen pada Pantai


Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa
cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara
menggeser atau menggelinding di dasar aliran.
2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat
bertumpu pada dasar aliran.
3. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus
dengan cara melayang-layang dalam air.
2. Transfor Sedimen Sepanjang Pantai
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar :
1983). Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis
pantai akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999)
transfor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor
sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang
pantai di surf zone.
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar
perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai
dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan
terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo
(1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau,
sehingga secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.
b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan
elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan
hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu
menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.
c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada
daerah yang di tinjau.

Gelombang dan arus di sekitar kawasan pantai


Lingkungan Pengendapan Batubara

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi


lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-
pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh
tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang
bervariasi.

Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral,


ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan
yag berarti diperlukan suatu susunan pengendapan dimana terjadi produktifitas
organik tinggi dan penimbunan secara perlahan-lahan namun terus menerus terjadi
dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga
oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi demikian dapat
terjadi diantaranya di lingkungan paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).

Menurut Diessel (1984, op cit Susilawati ,1992) lebih dari 90% batubara
di dunia terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan
dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, lagunal,
deltaik, atau juga fluviatil.

Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama


pembentuk batubara (Tabel 2.1) yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain,
alluvial valley and upper delta plain, lower delta plain, backbarrier strand plain,
dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan mempunyai asosiasi dan
menghasilkan karakter batubara yang berbeda.

Proses pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan lingkungan


fluvial flood plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai (fluvial) di
daerah pantai akan membentuk delta dengan mekanisme pengendapan progradasi
(Allen & Chambers, 1998).

Lingkungan delta plain merupakan bagian dari kompleks pengendapan


delta yang terletak di atas permukaan laut (subaerial). Fasies-fasies yang
berkembang di lingkungan delta plain ialah endapan channel, levee, crevase,
splay, flood plain, dan swamp. Masing-masing endapan tersebut dapat diketahui
dari litologi dan struktur sedimen.

Endapan channel dicirikan oleh batupasir dengan struktur sedimen cross


bedding, graded bedding, paralel lamination, dan cross lamination yang berupa
laminasi karbonan. Kontak di bagian bawah berupa kontak erosional dan terdapat
bagian deposit yang berupa fragmen-fragmen batubara dan plagioklas. Secara
lateral endapan channel akan berubah secara berangsur menjadi endapan flood
plain. Di antara channel dengan flood plain terdapat tanggul alam (natural levee)
yang terbentuk ketika muatan sedimen melimpah dari channel. Endapan levee
yang dicirikan oleh laminasi batupasir halus dan batulanau dengan struktur
sedimen ripple lamination dan paralel lamination.

Pada saat terjadi banjir, channel utama akan memotong natural levee dan
membentuk crevase play. Endapan crevase play dicirikan oleh batupasir halus
sedang dengan struktur sedimen cross bedding, ripple lamination, dan bioturbasi.
Laminasi batupasir, batulanau, dan batulempung juga umum ditemukan. Ukuran
butir berkurang semakin jauh dari channel utamanya dan umumnya
memperlihatkan pola mengasar ke atas.

Endapan crevase play berubah secara berangsur ke arah lateral menjadi


endapan flood plain. Endapan flood plain merupakan sedimen klastik halus yang
diendapkan secara suspensi dari air limpahan banjir. Endapan flood plain dicirikan
oleh batulanau, batulempung, dan batubara berlapis.

Endapan swamp merupakan jenis endapan yang paling banyak membawa


batubara karena lingkungan pengendapannya yang terendam oleh air dimana
lingkungan seperti ini sangat cocok untuk akumulasi gambut.

Tumbuhan pada sub-lingkungan upper delta plain akan didominasi oleh


pohon-pohon keras dan akan menghasilkan batubara yang blocky. Sedangkan
tumbuhan pada lower delta plai didominasi oleh tumbuhan nipah-nipah pohon
yang menghasilkan batubara berlapis (Allen, 1985).
DAFTAR PUTAKA

Analisa Profil, http://geo-tek.blogspot.com/

Delta Mahakam,
http://www.scribd.com/doc/9686577/Ichnological-Characteristic-
of-Modern-Mahakam-Delta

Ekosistem, http://www.iwf.or.id/ekosistem.htm

Lingkungan Ekosistem Pesisir, http://marufkasim.blog.com/

Lingkungan Pengendapan Sedimen (Sedimentary Depositional Environments),


http://naafiakra.blogspot.com/2009/04/lingkungan-pengendapan-sediment.html

Kawasan estuari teluk belawan,


http://esthernbbn.wordpress.com/2009/04/10/kawasan-estuari-teluk-belawan/
Prinsip interpretasi lingkungan pengendapan dan klasifikasi,
http://armandho88.blogspot.com/2009/03/prinsip-interpretasi-lingkungan.html

Proses-proses pembentukan kawasan pantai, http://faiqun.edublogs.org/

Sumber Daya dan Cadangan (Sumber Daya Batubara),


http://ilmubatubara.wordpress.com/

Tentang Sedimen, http://rageagainst.multiply.com/

Anda mungkin juga menyukai