Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP STRATIGRAFI & SEDIMENTOLOGI

2. Lingkungan Pengendapan Sedimen

Pengantar

Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu
kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi”
yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan.

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Stratigrafi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam
batuan di alam dalam ruang dan waktu.

Menurut Rigby dan Hamblin (1972), lingkungan pengendapan adalah suatu


tempat dimana terjadinya akumulasi material sedimen, yang mempunyai kondisi
fisis, kimia, dan biologis yang mencirikan keadaan yang khas¹ dari tempat
pengendapan tersebut. Lingkungan pengendapan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lainnya²

Penentuan lingkungan pengendapan dari suatu tubuh batuan, dapat dilakukan


dengan melihat sifat-sifat khas dari batuan, yang mana akan mencirikan kondisi
pada saat sedimen itu terbentuk.

Secara umum dikenal tiga lingkungan pengendapan yaitu lingkungan darat (non
marine), transisi dan laut (marine)³. Beberapa contoh lingkungan darat
contohnya endapan rawa, sungai dan danau, angin dan gletser.Endapan transisi
merupakan endapan yang ada di daerah antara darat dan laut, delta, laguna dan
litoral. Sementara endapan laut adalah endapan neritik batial dan abisal.
Petunjuk Kerja:

1. Tugas di ketik dengan aturan yang sudah disepakati pada kertas HVS ukuran
A4!
2. Baca dan cermati Point 1,2 dan 3 di paragraf pengantar di atas!
3. Tugas dikumpulkan dalam bentuk hard copy dan soft file. Soft file
dikumpulkan secara kolektif pada 1 FD oleh Kating atau yang ditugaskan!

Soal:

1. Jelaskan yang dimaksud pada point ¹ di atas!


2. Uraikan yang dimaksud pada point ² di atas!
3. Jelaskan point nomor ³ diatas disertai dengan gambar!
4. Soal nomor ² adalah soal yang diberikan di kelas pada pertemuan sebelumnya
tentang proses terbentuknya batuan sedimen non klastik!
5. Tuliskan daftar pustaka yang digunakan!

Jawab :

1. Kondisi khas lingkungan pengendapan

Menurut Rigby dan Hamblin (1972), Lingkungan Pengendapan adalah


suatu tempat dimana terjadinya akumulasi material sedimen, yang mempunyai
kondisi fisis, kimia, dan biologis yang mencirikan keadaan yang khas dari tempat
pengendapan tersebut. Penentuan lingkungan pengendapan dari suatu tubuh, dapat
dilakukan dengan melihat sifat-sifat khas dari batuan, yang mana akan mencirikan
kondisi pada saat sedimen itu terbentuk. Sifat-sifat tersebut meliputi :

a. Sifat Fisis, misalnya : struktur besar dari perlapisan; kontak dengan lapisan
di atas dan di bawahnya; struktur kecil yang mencirikan, seperti : flute
cast, gelembur gelombang, tekstur batuan, orientasi butir.
b. Sifat Kimia, misalnya : macam batuan, seperti kandungan mineral tertentu
yang dapat untuk penentuan lingkungan terutama mineral autigenik;
perbandingan unsur-unsur tertentu misalnya : Ca dan Mg; Kandungan
kimia dari organisme yang sering mengalami pelarutan setelah
terendapkan; Konsentrasi nodule batu gamping pada dasar pulau
penghalang serta pada tubuh pasir yang dihasilkan dari pengendapan
CaCO3 dari pencucian cangkang organisme.
c. Sifat Biologis, misalnya : kelimpahan flora dan fauna, Perbandingan
masing-masing jenis, baik flora maupun fauna; Adanya gejala perpindahan
dan percampuran fauna; Flora dan fauna penunjuk lingkungan.

2. Faktor yang Berpengaruh Pada Lingkungan Pengendapan

Menurut BLATT et al (1972) beberapa faktor yang berpengaruh dalam


lingkungan pengendapan adalah :

a. Kedalaman air

Kedalaman air disini penting, karena beberapa organisme dalam


hidupnya sangat dipengaruhi oleh kedalaman air, seperti : koral, algae.
Kedalaman air kadang-kadang memberikan kenampakan yang khas, dengan
melihat kenampakan dapat diketahui kedalaman dari batuan pada saat
diendapkan, kenampakan tersebut misalnya :

 “Cut and Fill Structures”, dan perlapisan silang siur, yang


menunjukkan di daerah tersebut ada arus dan gelombang.
 “Mud Crack:, yang menunjukkan daerah tersebut tersingkap
pada atmosfer.
 Beberapa jenis “Trail and Burrow” ternyata berbeda bentuknya
karena disebabkan beberapa perbedaan ledalaman dari air.

b. Kecepatan

Energi kinetis dari air merupakan kontrol bagi pergerakan sedimen.


Sedimen yang berbutir halus tidak bisa terbentuk dalam lingkungan
turbulensin terlalu tinggi.

c. Temperatur

Temperatur akan mengontrol kelarutan dari CaCO 3 dan kecepatan


pertukaran zat atau unsur dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, sebagai
contoh: populasi yang besar dari organisme dan karbonat jarang terdapat di
dalam air dingin.

d. Kegaraman

Merupakan kontrol penting bagi aktivitas biologis. Populasi dari


hewan dan tumbuh-tumbuhan banyak yang dipengaruhi oleh keragaman
dari air.

e. EH (potensial oksidasi) dan PH (konsentrasi ion H)

Eh dan p H merupakan dua aspek kumia yang penting dalam


lingkungan pengendapan, yang akan mengontrol sedimen dan fauna yang
hidup di dasar.

f. Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan.

Bentuk fisik dari lingkungan pengandapan kerap kali mengontrol


sedimen yang ada dalam cekungan. Bentuk fisik dari lingkungan
pengendapan dapat berupa : kemiringan dan permukaan, kedalaman dari
daerah deposisi.

3. Lingkungan pengendapan secara umum

1. Lingkungan pengendapan darat (non marine), yaitu lingkungan


pengendapan yang berada di dratan atau benua.
2. Lingkungan pengendapan Transisi , yaitu lingkungan pengendapan yang
berada di batas antara dratan dan laut.
3. Lingkungan pengendapan laut (marine), yaitu lingkungan pengendapan
yang berada di laut.
Lingkungan darat (non marine) :

a.Endapan Sungai
Sungai merupakan sarana atau wadah utama yang mentransport sedimen
sepanjang daratan. Endapannya dijumpai hampir di semua lokasi yang dilalui
namun berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung tipe arus, energi
pengangkutan dan beban sedimennya. Sungai besar dan lebar arusnya tenang,
mengendapkan endapan berbutir kasar hingga halus. Saat banjir terjadi, lanau dan
lempung diendapkan di dataran banjir. Sedimen organik terkumpul pada alur-alur
yang sudah tidak dialiri air. Akan tetapi pada sungi yang sempit dan arus besar
hasil endapannya berbutir kasar, kerakal dengan pemilahan buruk yang disebut
endapan aluvial. Pada kaki lereng curam endapannya berbentuk kipas yang
berbutir kasa hingga pasir, pemilahannya buruk dan berstruktur silang silur.

b.Endapan Danau

Endapan ini terakumulasi di tepian atau offshore dan di dasar danau.


Endapan tepian danau biasanya punya ukuran kerikil dan pasir, pemilahannya
baik, berbentuk tepian (beach) atau punggungan memanjang (bar). Ketika alirna
sungai masuk ke danau maka kecepatan dan energinya menurun dan sedimen
yang terbawa akan mengendap dan menyebar ke arah danau membentuk delta.
Pada bagian depan delta terendapkan sedimen halus dan di dasar terbentuk
lapisan-lapisan tipis laminasi.

c.Endapan Angin

Disebut juga eolian deposit yaitu sedimen yang dibawa angin. Ukuran
sedimen ini lebih halus dibandingkan yang dibawa oleh air. Hasil endapan akan
terkumpul sebagai tumpukan pasir terpilah baik, berbentuk bukit-bukit rendah di
padang pasir atau pantai.

d. Rawa (Paludal environments)

Rawa (Paludal environments) yaitu air yang diam dengan tumbuhan hidup
didalamnya. Terdapat endapan batu bara.

Lingkungan transisi :

a.Endapan Delta

Delta di laut berkembang ke arah laut dimana sungai bermuara dan


mengendapkan beban sedimen yang dibawanya. Delta yang besar-besar
pengendapannya sangat kompleks dengan sedimen kasar di bagian alurnya,
sedimen halus diendapkan diantara alur-alur serta sedimen paling halus
diendapkan di dasar laut.

b. Lagoons

lagoons yaitu badan dari air yang menuju darat dari barrier
islands. Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan dengan yang
ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga hadir di balik reef atau
berada di pusat atoll.
c. Tidal flats

tidal flats yaitu membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang


surut (biasanya 2 kali sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh
saluran yang bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan lempung, lanau, pasir
halus. Stromatolit dapat hadir jika kondisi memungkinkan.

Lingkungan laut :

a. Reefs
tahan terhadap gelombang, strukturnya terbentuk dari kerangka berbahan
calcareous dari organisme seperti koral dan beberapa jenis alga. Kebanyakan reef
zaman resen berada pada laut yang hangat, dangkal, jernih, laut tropis, dengan
koordinat antara garis lintang 30oN dan 30oS. Cahaya matahari diperlukan untuk
pertumbuhan reef.

b. Continental shelf
terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o), dangkal
(kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa ratus
meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.

c. Continental slope dan continental rise


terletak pada dasar laut dari continental shelf. Continental slopeadalah
bagian paling curam pada tepi kontinen. Continental slope melewati dasar laut
menuju continental rise, yang punya kemiringan yang lebih landai. Continental
rise adalah pusat pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.

d. Abyssal plain
merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi
oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-sel
organisme mikroskopis seperti foraminifera, radiolarians,dan diatom.
4. Sedimentasi batuan sedimen non-klastik

A. Batu bara

Terdapat 2 teori yang menjelaskan tentang tempat dalam proses


pembentukan batu bara, yaitu :

1. Teori Insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat asal tumbuhan tersebut
berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara dihasilkan dari proses ini
memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata
dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim Sumatera Selatan.

2. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal tumbuhan
itu berada. Tumbuhan yang telah mamti akan terangkut air hingga
terkumpul di sutu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini
tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai dibeberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.

Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan


waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa
tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan
mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia,
maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Proses Pembentukan BatuBara secara lebih rinci :
a. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh
bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup).
b. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang
berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
c. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya unsur
karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana.
Secara relative, unsusr karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan
unsur atau senyawa tersebut.
d. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya
gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan.
Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila
gaya tekbtonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya
tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya
magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga
dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting
tertentu.
e. Erosi, proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami
proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah
yang hingga saat ini dieksploitasi manusia

B. Batu rijang

Batu rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silicon dioksida (SiO2)


tumbuh dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen
tersebut, jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silicon dioksida akan tumbuh
menjadi nodul yang terbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut
oleh air ke sebuah lingkungan pengendapan.

Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang


besar, maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang
yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen
kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal
biologis. Dibeberapa tempat baik itu dilingkungan ‘laut dalam’ maupun ‘laut
dangkal’, dimana lingkungan tersebut terdapat diatom atau radiolarian yang hidup
di air. Organisme ini memiliki cangkang kaca silica yang licin (glassy silica
skeleton).

Beberapa spons juga menghasilkan ‘spikula’ yang terdiri dari silica.


Ketika organisme ini mati, skeleton silica mereka akan terlepas, larut, mengkristal
fan kemudian menjadi bagian fari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang
terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.

C. Batu gamping

Pembentukan batu gamping pada lingkungan laut :

Kebanyakan batu gamping terbentuk di laut dangkal, tenang dan pada


perairan yang hangat. Lingkunagan ini merupakan lingkungan ideal dimana
organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai
sumber bahan pembentuk batu gamping. Ketika organiskme tersebut mati,
cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang
selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batu gamping.

Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk


pembentukan sebuah massa sedimen. Batu gamping yang terbentuk dari sedimen
sisa organisme dikelompokkan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis
mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.

Beberapa batu gamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung


kalsium karbonat dari air laut. Batu gamping yang terbentuk dengan cara ini
dekelompokkan sebagai batuan sedimen kimia. Batu gamping ini dianggap kurang
melimpah dibandingkan batu gamping biologis.

Pembentukan Batu Gamping pada Lingkungan Evaporasi :

Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit,


stalakmit, dan formasi gua lainnya (sering disebut speleothemes) adalah contoh
dari batu gamping yang terbentuk melalui penguapan. Disebuah gua, tetesan air
akan merembes dari atas memasuki gua melaluirekahan ataupun ruang pori
dilangit-langit gua,kemudian akanmenguap sebelum jatuh ke lantai gua.

Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air
akan tersimpan dilagit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tertesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh atau berkembang ke atas (dari lantai gua)depositnya disebut stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai ‘travertine’ dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

D. Batu garam

Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering


disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu
garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang
berasosiasi dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum
(CaSO4.2H2O), dan juga sylvite (KCl).

Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain.

Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat
besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap
dan menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.

Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di


cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak
dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya
sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam
larutan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

 Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun
yang lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan
Michigan. Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di
Michigan pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk
dan terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier)
sehingga membatasi aliran air laut.
 Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
 Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut
mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
 Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya
sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.

E.Stalaktit dan Stalakmit

Stalaktit, stalakmit, dan formasi gua lainnya (sering disebut speleothemes)


adalah contoh dari batu gamping yang terbentuk melalui penguapan. Disebuah
gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki gua melaluirekahan ataupun
ruang pori dilangit-langit gua,kemudian akanmenguap sebelum jatuh ke lantai
gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air
akan tersimpan dilagit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tertesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh atau berkembang ke atas (dari lantai gua)depositnya disebut stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai ‘travertine’ dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

5.DAFTAR PUSTAKA

RPG, Teguh (2017, 4 Desember). Lingkungan Pengendapan: Pengertian, Faktor


dan Klasifikasinya. Dikutip 22 Februari 2019 dari
https://www.cahkutawaringin.id/lingkungan-pengendapan-pengertian-faktor-dan-
klasifikasinya/

Geost, Flysh (2017, 18 Desember). Lingkungan Pengendapan: Pengertian, Faktor


dan Klasifikasinya. Dikutip 22 Februari 2019 dari
https://www.geologinesia.com/2017/12/pengertian-lingkungan-pengendapan.html

Geost, Flash (2016, 11 Februari). Batu Rijang dan Proses Pembentukannya.


Dikutip 22 Februari 2019 dari https://www.geologinesia.com/2016/02/batu-rijang-
dan-proses-pembentukannya.html

Guru Geograafi ( 2017, 24 Maret ). Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen.


Dikutip 22 Februari 2019 dari https://www.gurugeografi.id/2017/03/lingkungan-
pengendapan-batuan-sedimen.html

Doddys (2006, 8 Desember). Pembentukan Batu Garam (Rock Salt) dan Kubah
Garam (Salt Dome). Dikutip 22 Februari 2019 dari
https://doddys.wordpress.com/2006/12/08/pembentukan-batu-garam-rock-salt-
dan-kubah-garam-salt-dome/
Jordan, Tama ( 2010, 2 Oktober). Proses Pembentukan BatuBara. Dikutip 22
Februari 2019 dari http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-
batubara.html

Anda mungkin juga menyukai