Anda di halaman 1dari 4

1.

Proses pembentukan batu bara


Pembusukan bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri
anaerob. Pengendapan tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair.
Kemudian akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut. Lalu lapisan gambut akan mengalami
perubahan melalui proses biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan
sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk karbondioksida,
karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah
dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut. Kemudian proses
geotektonik lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya
tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low
grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik yang
terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat menyebabkan
terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan
batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya
tektonik setting tertentu. Dan kemudian erosi merupakan proses pengikisan pada
permukaan batubara yang telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang
telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

2. Proses Pembentukan Batu Rijang


Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh
dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut,
jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi
nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air
ke sebuah lingkungan pengendapan. Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut
bergabung dalam jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang dalam
suatu massa sedimen. Rijang yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut
sebagai batuan sedimen kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang
diperkirakan memiliki asal biologis. dibeberapa tempat baik itu di lingkungan
"laut dalam" maupun "laut dangkal", dimana di lingkungan tersebut terdapat
diatom dan radiolaria yang hidup di air. Organisme ini memilik cangkang kaca
silika yang licin (glassy silica skeleton). Beberapa spons juga menghasilkan
"spikula" yang terdiri dari silika. Ketika organisme ini mati, skeleton silika
mereka akan terlepas, larut, mengkristal dan kemudian menjadi bagian dari nodul
rijang atau lapisan rijang. Rijang yang terbentuk dengan cara ini bisa dianggap
sebagai batuan sedimen biologis

3. Proses pembentukan batuan gamping


Terbentuknya batu kapur atau yang biasa disebut dengan batu gamping sendiri
pada umumnya terdapat 3 cara yakni diantaranya adalah dengan cara organik,
mekanik dan terakhir kimia. Batu gamping yang paling banyak ditemui adalah
batu gamping yang terbentuk dari proses organik. Dimana batu gamping yang
terbentuk dari proses organik ini berasal dari kumpulan endapan siput, ganggang,
foraminifera, cangkang kerang, hingga kerangka binatang yang telah mati.
Di Indonesia sendiri batu gamping sangat mudah untuk ditemukan. Hampir
diseluruh wilayah Indonesia memiliki batu gamping dengan karakter atau ciri –
ciri yang berbeda satu sama lain. Hal ini lantaran dipengarui oleh kondisi masing
– masing daerah yang memiliki geologi yang berbeda. Dari beberapa daerah yang
ada di Indonesia tambang batu gamping yang paling banyak terdapat didaerah
Papua dengan jumlah 244.082,73 juta ton, diikuti sulawesi sebesar 95.518,85 juta
ton, kemudian Maluku dan Halmahera yang mencapai 93.345,22 juta ton.
Sementara itu dipulau jawa sumber daya batu gamping juga terbilang cukup
banyak yakni 12.288,95 juta ton.
Penambangan batu kapur biasanya akan berada diarea – area laut, gua ataupun
area lain yang memiliki kandungan batu kapur yang cukup melimpah. Batu kapur
akan banyak ditemukan pada area lut dangkal yang memiliki ketenangan dan
perairan yang hangat. Hal ini lantaran lingkungan laut demikian merupakan
lingkungan yang sangat pad bagi organisme untuk membentuk cangkang kalsium
karbonat dan skleton yang merupakan bahan dasar pembentukan batugamping.
Organisme yang sudah mati akan membuat cangkan dan skleton yang dimilikinya
menumpuk dan mengendap membentuk sedimen yang pada akhirnya akan
menjadi batu kapur.
Proses penambangan batu kapur terbilang cukup mudah, para penamang dapat
mengambil batu kapur secara langsung yang terdapat di bukit. Oleh karena itu
penambangan batu kapur memang tak memerlukan proses pengupasan tanah yang
ada diatasnya. Namun jika batu kapur yang akan ditambang memiliki tekstur yang
keras, maka penambang biasanya akan menggunakan atal pendukung seperti
cangkul, linggis, blencong dan masih banyak lagi yang lainnya.
Setelah memperoleh bongkahan batu kapur maka hal selanjutnya yang akan
dilakukan adalah memecah batu kapur menggunakan palu hingga miliki ukuran
yang kecil. Sementara itu untuk sebuah industri atau perusahaan , penambangan
batu kapur dilakukan dnegan cara tambang yang terbuka atau sering disebut
dengan kuari. Dimana proses tersebut dimulai dengan mengupas tanah penutup
yang terdiri dari tanah liat, koral dan juga pasir. Biasnya pengupasan akan
dilakukan dengan menggunakan alat bulldozer ataupun power scraper. Lalu
dilakukan pemboran dan peledakan hingga mendapatkan ukuran bongkahan yang
sesuai. Setelah mendapatkan ukuran bongkahan sesuai maka batu kapur akan
diangkut menggunakan alat transportasi seperti dump truck, belt conveyor dan
masih banyak lagi yang lainnya.

4. Proses pembentukan batu gypsum


Gypsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang
bervariasi. Gypsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat
proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin
bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum berbentuk lapisan di antara
batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan
garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan
batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gipsum terjadi pada zaman Permian.
Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur
endapan belerang yang berasal dari gunung api.

5. Proses pembentukan batu garam


Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering disebut halite.
Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu garam bisa juga
mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi dengan batu
garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H 2O), dan juga
sylvite (KCl). Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air
yang mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai