Anda di halaman 1dari 3

Tugas Pendahuluan geologi fisik

Nama: Abigail Cornelia Siahaan

NRP: 501723088

1) Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku
karena proses pendinginan. Secara umum, batuan beku mempunyai ciri-ciri homogen dan
kompak, tidak ada lapisan, dan umumnya tidak mengandung fosil, seperti dikutip dari buku
Geografi: Membuka Cakrawala Dunia oleh Bambang Utoyo. Mineral utama yang menyusun
batuan beku adalah mineral silikat, seperti kuarsa (silikon dioksida). Kebanyakan mineral silikat
juga mengandung elemen lain, seperti aluminium, kalsium, natrium, kalium, dan magnesium,
demikian dikutip dari buku IPA Kelas X oleh Tia Mutiara. Batuan beku memiliki banyak jenis.
Untuk memudahkan dalam menelaah sifat-sifat fisik dan kimiawinya, para ahli ilmuwan
kebumian mencoba mengelompokkan atau mengklasifikasikan batuan beku berdasarkan
dasar-dasar tertentu.
Proses-proses yang terjadi pada pembentukan batuan beku meliputi:
• Diferensiasi Magma
Diferensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan
komposisi yang berbeda akibat pengaruh dari migrasi ion-ion atau molekul-molekul di dalam
magma, perpindahan gas-gas, pemindahan carian magma dengan cairan magma lain dan
filterpressing (pemindahan cairan sisa ke magma lain). Diferensiasi magma terjadi selama
proses pembekuan magma, di mana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan, akan tetapi
terjadi pemisahan kristal dengan cairan magma yang disebut dengan diferensiasi kristalisasi.
• Asimilasi
Asimilasi adalah proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan di sekitarnya (Wall
Rock) yang umumnya terjadi pada intrusi magma basa terhadap batuan asam.
• Proses Pencampuran dari Magma
Selama proses kristalisasi berlangsung, ada kecenderungan untuk mempertahankan
keseimbangan antara fase padat dan cair. Dalam hal ini kristal-kristal yang awal terbentuk akan
bereaksi dengan cairan magma sehingga mengalami perubahan komposisi, reaksi ini terus
terjadi pada kristalisasi mineral-mineral plagioklas.
• Deret Bowen
Magma dalam perjalanan naik dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih dalam
litosfer dan membentuk dapur magma sebelum mencapai permukaan. Keadaan tersebut
magma akan membeku di tempat dan ion-ion di dalamnya kehilangan bebas gerak dan
menyusun diri membentuk batuan beku di dalam permukaan bumi (intrusif).
2) Novan Levi Bowen pada tahun 1922, mengemukakan sebuah teori mengenai proses urutan
pengkristalan magma atau yang biasa disebut “deret bowen”. Beliau mengemukakan bahwa
deret bowen menjelaskan bagaimana proses pembentukan mineral, khususnya mineral pada
batuan beku, yaitu mineral yang mengandung silikat yang kemudian mengkrsital langsung dari
magma berdasarkan penurunan temperatur. Riset ini dilakukan dengan cara mengambil
sampel magma cair dan memasukkannya kedalam suatu alat yang fungsinya memberti
tekanan dan suhu yang dianggap sama dengan keadaan di bumi. Dengan berjalannya waktu
serta dengan diturunkannya suhu dan tekanannya dengan analogi seperti penurunan magma
itu seperti magma yang sudah keluar ke permukaan bumi, maka didapat suatu hasil dari
eksperimen ini yaitu ternyata magma itu mulai membeku dan terus berubah membentuk
suatu urutan mineral. Sehingga dari riset ini dibuatlah deret bowen yang sampai sekarang
digunakan tabel untuk menjelaskan tentang ururtan pembekuaan magma. Mineral silikat
merupakan mineral utama pembentuk batuan atau juga disebut RFM (Rock Forming Mineral).
Unsur-unsur utamanya adalah O (oksigen), Si (silikat), Al(aluminium), Fe(besi), Ca (Kalsium),
Na (natrium), K (kalium), dan Mg (magnesium). Sehingga batuan beku adalah batuan yang
terbentuk langsung dari magma melalui proses pengkristan magma. Dalam proses
pengkristalan magma tersebut terbagi menjadi 2 proses, yaitu yang terbentuk secara
berurutan (kontinyu) dan tidak secara berurutan (diskontinyu) yang nanti akan dijelaskan pada
deret bowen.
3) 1. Batuan Bersifat Sangat Basa (Ultra Basic Rocks, dengan jumlah SiO2 < 45%)
Semua batuan ini mempunyai tekstur holokristalin. Mineral pembentuk utamanya terdiri dari
olivine dan piroksen. Secara praktis, batuan ini tersusun dari mineral silikat. contoh batuan ini
adalah:
a. Peridotit, yaitu batuan yang tersusun dari mineral olivin dan sejumlah kecil piroksen
b. Dumit, yaitu batuan yang tersusun dari atas mineral olivin dan sedikit kromit dan magnetit.
c. Piroksenit, yaitu batuan yang banyak mengandung mineral-mineral piroksen dan sejumlah
kecil olivin. Batuan peridotit dan piroksenit biasanya mengandung bijih besi, krom, dan nikel.
2. Batuan yang Bersifat Basa (Basic Rocks, dengan jumlah SiO2 antara 45% - 55%)
Piroksen dan plagioklas adalah mineral utama pembentuk batuan beku ini, dengan sejumlah
kecil hornblenda dan olivin. Contoh batuan ini adalah:

a. Gabro. Batuan beku dalam bertekstur holokristalin dengan mineral dasar piroksen gelap
(augfit) atau kristal-kristal hornblenda dan kristal plagioklas.

b. Basalt. Batuan hitam yang bertekstur mikrokristalin. Batuan ini terdiri dari kristal-kristal
halus dari augit, plagioklas, dan olivin

c. Diabas. Komposisi mineral dan teksturnya menyerupai basalt, tetapi mineral sekundernya
berupa hornblenda, serpentine, dan klorit.
Basalt dan diabas merupakan batuan beku luar terbentuk dari magma gabro.

3. Batuan Bersifat Menengah (Intermediate Rocks, dengan jumlah SiO2 antara 55% - 65%)
Batuan ini tersusun atas banyak mineral warna terang daripada mineral-mineral warna gelap.
Karena itu, jenis batuan ini umumnya berwarna lebih terang. Contoh batuan ini adalah:

a. Diorit. Diorit termasuk batuan beku dalam yang bertekstur holokristalin. Mineral utama
pembentukannya adalah plagioklas dan hornblenda. Biasanya batuan ini mengandung timah
hitam, seng, tembaga, besi. Batuan beku luar dari diorit disebut andesit, sedangkan bentuk
batuan beku gangnya disebut porfiri. Batuan diorit yang mengandung kuarsa disebut diorit
kuarsa. Batuan beku luar dari diorit kuarsa disebut dacit, sedangkan batuan beku gang dari
diorit kuarsa disebut porfiri kuarsa.
b. Andesit. Batuan ini bertekstur porfiri, massa dasarnya bersifat poros (sarang/banyak
mempunyai pori-pori) dan berwarna abu-abu atau coklat. Fenokrisnya terdiri atas kristal-
kristal plagioklas, hornblenda, atau augit.

c. Porfiri. Tekstur dan komposisi mineralnya menyerupai andesit, hanya massa dasarnya
berwarna lebih gelap.

4. Batuan yang Bersifat Asam (Acid Rocks, dengan jumlah SiO2 antara 65% - 75%)
Karakteristik dari batuan ini adalah kadar kuarsanya yang besar dan mengandung sejumlah
besar feldspar (orthoklas). Contoh dari batuan ini adalah:

a. Granit. Batuan granit tersusun dari banyak mineral, sehingga mengakibatkan warna umum
granit sukar diketahui. Namun demikian, kebanyakan batu granit berwarna merah, putih, abu-
abu kekuning-kuningan, dan hijau. Pada batuan ini sering didapati deposit timah, wolfram, dan
arsenik.
b. Obsidian. Bongkahan batuan beku obsidian di Newberry Caldera, Oregon Foto: Getty
Images/iStockphoto/mgdwn
Mempunyai komposisi mineral yang berbeda-beda. Obsidian terbentuk dari lava yang
mendingin secara cepat sehingga tidak sempat berbentuk kristal. Umumnya obsidian
berwarna gelap (hijau dan coklat).
c. Batuan Apung (Pumice). Batu Apung adalah. batuan yang poros dan tidak mengandung
kristal. Batu apung terbentuk selama erupsi gunung api yang kaya akan gas. Karena bertekstur
poros, batu ini terapung di atas air.

d. Tuff Vulkanik. Ketika terjadi erupsi vulkanik, tersembur pula batu-batuan piroklastis atau
material-material kecil lepas ke udara bersama-sama dengan uap air dan gas.
Partikel yang terkecil disebut abu atau debu, ukurannya lebih besar lagi disebut lapili (pasir
dan kerikil vulkanik) dan bom (batu-batu besar). Sedimentasi dari debu vulkanik dan batu-batu
pasir akan membentuk bantuan kompak yang disebut tuff vulkanik.
4) Deskripi batuan beku ini sifatnya fleksibel untuk setiap orang. Artikel ini membahas deskripsi
batuan beku yang selama ini saya lakukan saat dilapangan. Untuk macam batuan beku dapat
dilihat pada artikel Jenis dan Klasifikasi Batuan Beku. Saat kita menemukan singkapan batuan,
kita harus menentukan secara kasar apakah itu batuan beku, batuan sedimen, atau batuan
metamorf. Untuk mengetahui jenis batuan dapat dilihat ke artikel berikut mengenai
Perputaran Rantai Siklus Batuan. Setelah kita tahu singkapan batuan tersebut termasuk jenis
batuan apa, kita harus melihat batas-batas kontak dari singkapan tersebut. Kita lihat batas
kanan, kiri, atas, dan bawahnya. Kita harus melihat dari jauh untuk melakukan hal ini. Lalu
langkah selanjutnya adalah mencatat data-data pendukung seperti nama stasiun, koordinat
singkapan, cuaca, hari/tanggal/waktu, lokasi, panjang singkapan, dan kenampakan tubuh di
lapangan. Panjang singkapan dapat diukur dengan menggunakan pita ukur. Untuk
kenampakan tubuh di lapangan disini yang dimaksud adalah singakapan tersebut berupa
intrusi atau ekstrusi. Berikutnya kita mengambil foto jauh dan foto dekat singkapan dengan
menggunakan parameter yang ada.

Anda mungkin juga menyukai