SEMESTER GANJIL
2021/2022
Oleh
1. Landasan Teori
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang membeku
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Magma merupakan zat cair/pijar yang merupakan
senyawa silikat dan biasanya berada dibawah kondisi tekanan dan suhu
yang tinggi di dalam bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi karena
adanya proses kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi.
a. Asam
Batuan beku asam adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara
ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah permukaan dimana proses pembekuan
berada di daerah vulkanik (di permukaan bumi), proses pembekuan sangat cepat
dengan temperature yang tinggi sehingga umumnya butiran pada batuan beku
basa lebih halus dan berwarna terang (felsik) dengan indeks color <20%. Batuan
beku asam memiliki kandungan silica >65%. Contoh yang digunakan pada batuan
beku asam adalah granite dan granodiorite. Keduanya merupakan batuan beku
intrusif. Tekstur pada kedua batuan tersebut adalah coarse-grained. Mineral
penyusunnya adalah kuarsa, potassium feldspar, plagioclase feldspar, sodium,
biotite, muscovite, dan amphibole. Warna batuan ini tidak begitu gelap,
cenderung terang dengan presentase 0-25%. Berat jenis granit 2,67 dan berat jenis
granodiorite 2,72.
b. Basa
Batuan beku basa adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma
dimana proses pembekuan berada di daerah plutonik (di bawah permukaan
bumi ), proses pembekuan sangat lambat dengan temperature yang rendah
sehingga umumnya butiran pada batuan bekubasa lebih kasar, jarang
memperlihatkan struktur visikular (lubang-lubang gas) dan berwarna gelap
(mafik). Batuan beku basa memiliki kandungansilica 45-52%. Batuan beku basa
biasanya berwarna gelap karena ia memiliki kandungan mineral ferromagnesium.
Memiliki berat jenis sekitar 2,9-3,2 (Blyth & Freitas,1984). Mineral yang
menyusunnya ialah pyroxene, plagioclas feldspar, kalsium, dan olivine (Lutgens
& Tarbuck, 2012). Tekstur batuan tergantung pada proses pembentukan
batuannya. Contoh batuan beku basa adalah gabro, basalt, dan dolerite.
c. Intermediet
Batuan beku intermediet vulkanik adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
magmasecara ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah permukaan dimana proses
pembekuan berada di daerah vulkanik (di permukaan bumi ), proses pembekuan
sangat cepat dengan temperature yang tinggi sehingga umumnya butiran pada
batuan ini lebih halus dan berwarna Medium gray or medium green
(Intermediate) dengan indeks color 20% – 40%. Komposisi mineralnya antara
lain yaitu : Amphibole, Plagioclase, Feldspar, Pyroxene(mineral khusus). Batuan
intermediet yang biasa kita kenal adalah andesit dan diorite. Andesit adalah
batuan vulkanik menengah dalam komposisi antara basal dan granit. Hal ini
umumnya abu-abu atau hijau dan terdiri dari plagioklas dan mineral gelap
(biasanya biotit, amphibole, atau piroksen).
2. Berdasarkan Proses Terbentuknya
Berdasarkan proses terbentuknya dibagia menjadi dua jenis, antara lain:
a. Ekstrusif
Batuan ekstrusi terdiri atas semua material yang dikeluarkan dari dalam bumi
kepermukaan baik di daratan maupun di bawah permukaan laut. Batuan akan
mendingin dengan proses sangat cepat, sebagian berbentuk padat, debu atau
suatu larutan yang kental dan panas, dikenal dengan sebutan lava. Batuan
ekstrusi selalu berkaitan dengan jalur gunungapi yang masih aktif maupun
sudah mati.
b. Intrusif
Batuan intrusi adalah batuan yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi
yang berasal dari cairan magma dengan proses pembekuannya berjalan lambat
dan perlahan sehingga menghasilkan butiran kristal berukuran kasar. Bentuk
dari intrusi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain tubuh pluton
memiliki bentuk intrusi yang tidak beraturan berukuran sangat besar sampai
puluhan kolimeter dengan ukuran kristal sangat kasar sampai mega kristal.
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu dike
(retas) memotong arah lapisan batuan sedang sill searah lapisan batuan.
A. Derajat Kristalisasi = Proporsi massa kristal dengan massa gelas dalam batuan.
1. Holokristalin : Batuan beku dimana semua susunannya teridiri dari kristal.
2. Hipokristalin : Batuan beku yang terdiri dari massa gelas dan massa kristal.
3. Holohialin : Batuan beku dimana semua susunannya teridiri dari massa gelas.
b. Relasi merupakan hubungan antara kristal satu dengan lainnya dalam suatu
batuan dari segi ukuran
1. Equigranular: Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama
besar.
2. Inequigranular: Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran tidak
sama besar
E. Komposisi Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang bersifat padat dan merupakan elemen
penyusun batuan. Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, dapat
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Berdasarkan warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amfibol dan olivin.
Olivine
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg). Mineral olivine memiliki warna hijau dengan kilap
gelas dan terbentuk pada lingkungan temperatur yang tinggi. Mineral ini
pada umumnya dijumpai pada batu basalt dan ultrabasa. Batuan yang seluruh
mineral pembentuknya adalah olivine adalah Dunite.
Amphibole
Biotite
Mica
Kuarsa
Kuarsa adalah satu dari mineral yang umum banyak dijumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun atas Silika dan Oksida, memiliki warna putih,
kilap kaca dan belahan tidak teratur.
Feldspar
Piroksen
F. WARNA
Perbedaan warna yang terjadi pada batuan beku pada umumnya dipengaruhi oleh
komposisi mineral penyusun batuan tersebut dan sifat asam basanya. Batuan yang
mengandung banyak mineral warna gelap disebut ultramafik, contoh batuan
peridotit yang membentuk selubung bumi. Batuan biasa yang berwarna gelap
disebut mafik, contoh: batuan basalt dan gabro. Batuan yang berwarna muda
disebut felsik,contoh:granit.
G. Tujuan Praktikum
a) Mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
b) Mahasiswa mampu menentukan dan mendeskripsikan batuan sedimen
c) Mahasiswa mampu mengetahui proses sedimentasi sebagai proses
pembentukan batuan sedimen
H. Prosedur praktikum
a. Ambil 3 sampel batuan beku
b. Dicatat nomor sampel batuan
c. Diamati jenis batuan lalu dicatat dalam tabel deskripsi
d. Diamati dan dicatat tekstur pada sampel batuan
e. Diamati komposisi mineral batuan
f. Diamati warna
g. Tentukan nama batuan yang diamati
h. Hasil pengamatan dicatat di lembar kerja pada lampiran
I. LEMBAR KERJA
1. Landasan teori
Batuan Sedimen merupakan batuan endapan yang berasal dari bahan rombakan batuan
asal atau material-material lepas dari proses-proses secara fisis, biologi, ataupun secara
kimia. Material urai ini tertransport oleh air, angin, dan gaya gravitasi ketempat yang
lebih rendah (cekungan), dan diendapkan sebagai endapan. Sedimen yang terakumulasi
tersebut mengalami proses litifikasi atau proses pembentukan batuan. Proses yang
berlangsung adalah kompaksasi dan sementasi yang mengubah sedimen menjadi batuan
sedimen. Setelah menjadi batuan sifatnya berubah menjadi keras dan kompak.
1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada
dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau
biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan
tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik.
Pelapukan di bagi menjadi 3 yaitu
a. Pelapukan fisika adalah disintegrasi atau pecahnya batuan/material penyusun
bumi tanpa merubah komposisi mineral nya.
b. Pelapukan kimiawi adalah dekomposisi mineral akibat reaksi dengan air (the
universal solvent) yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur internal
mineral karena adanya unsur yang hilang atau bertambah.
c. Pelapukan biologi adalah aksi organisme yang merupakan kombinasi proses
pelapukan fisika dan kimiawi.
2. Erosi dan Transportasi
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya
tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi
melalui beberapa cara:
a. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bias langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
b. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
c. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan
yang ada
3. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga
glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan
terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih
ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada
batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
4. Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang
kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang
menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut
sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi
daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses
metamorfisme.
5. Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan
yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat
pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan lapisan batuan akan tertekan
sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi.
6. Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai
bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikel- partikel
yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang lebih keras.
Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi
pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti
menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu
lempung, dan batu gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya
perlapisan, butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga
adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses
erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan Bersama sama.
2) Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan
menjadi, Batupasir halus, sedang dan kasar. Jenis-jenis batupasir
ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ; “Greywacke” yaitu
batupasir yang banyak mengandung material volkanik. “Arkose”, yaitu
batupasir yang banyak mengandung felspar dan kwarsa.
Kadang-kadang komposisi utama dipakai untuk penamaannya misalnya;
Batupasir kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir keseluruhannya terdiri dari
butiran gamping.
3) Batupasir
Merupakan batuan endapan yang terutama terdiri dari mineral atau butiran
batuan berukuran pasir (1/16 mm -2 mm). Sebagian besar batu pasir
terbentuk oleh kuasa atau felspar Karang mineral mineral tersebut paling
banyak terdapat di kulit bumi dimana batu pasir tersebut dapat
dikelompokkan menjadi batu pasir halus sedang maupun kasar.
4) Batulanau
Berukuran butir antara 1/256 – 1/16 mm ,perbedaan dengan batupasir atau
batu lempung hanya perbedaan besar butirnya.
5) Batulempung
Berukuran butir sangat luas,lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri
dari mineral-mineral lempung. Perbedaan kompisisinya dapat dicirikan
dari warnanya.
b. Golongan karbonat
Batuan sedimen klastik karbonat adalah batuan sedimen klastik yang
merupakan hasil rombakan dari batugamping klasik maupun non klastik yang
sudah ada sebelumnya seperti pada batuan sedimen klastik lainnya meskipun
komposisi mineral penyusunnya keseluruhannya berupa mineral karbonat
maka penamaannya juga didasarkan pada ukuran butiran material
penyusunnya.yaitu:
Kalsilutit
Pakan buatan gampai klastik yang ukuran butirnya kurang dari 1 per 16
mm atau identic dengan batulanau maupun batulempung.
Kalkarenit
Merupakan batuan Gamping klasik yang ukuran butiran material
penyusunnya lebih dari 1 per 16 mm atau bisa dikatakan identik dengan
batupasir.
Kalsirudit
Kalsirudit merupakan batugamping klastik yang ukuran butir material
penyusunnya lebih dari 2 mm atau identik dengan kolongmerat ataupun
breksi.
- Anhidrit
- Gypsum
- Halit
c. Golongan silika
Terdiri dari batuan yang diendapkan pada lingkungan laut dalam yang bersifat
kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya
radiolaria dan Diatomea. Contoh batuan ini adalah: Rijang, Radiolarit, Tanah
Diatomea
d. Batubara
Termasuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan
pemanasan. Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi
komposisi Carbon dan Hidrogen :
c. Kebundaran (roundness)
Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilah-
istilah yang dipakai adalah
- membundar baik (well rounded)
- membundar (rounded)
- membundar tanggung (sub rounded)
- menyudut tanggung (sub angular)
- menyudut (angular)
Gambar 2.4. Perbandingan kebundaran
d. Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau
diantara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah “kemas terbuka”
digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup”
untuk butiran yang saling bersentuhan
e. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume
keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah
kualitatif yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas
ini dapat diuji dengan meneteskan cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah
Porositas sangat baik” (very good), “baik” (good) “sedang” (fair) “buruk”
(poor)
Selain hal yang dapat diamati, terdapat pula struktur yang terdapat pada sedimen
klastik dan non klastik yaitu:
a. Macam-macam struktur sedimen klastik
- Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.
- Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
- Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari
suspensi tanpa energi mekanis.
- Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah
vertikal.
- Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas
atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas
arus yang berubah-ubah.
- Gelembur gelombang,
terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin
- Rekah kerut ,
rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses penguapan
- Cetak suling ,
cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar
- Cetak beban ,
cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.
- Bekas jejak organisme ,
bekas rayapan, rangka, ataupun tempat berhenti binatang
b. Macam-macam struktur batuan sedimen Non klastik:
- Fossiliferous
struktur yang menunjukkan adanya fosil
- Oolitik
struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentrisdengan diameter kurang dari 2 mm.
- Pisolitik
sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
- Konkresi
sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
- Cone in cone
struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per kerucut.
- Bioherm
tersusun oleh organisme murni insitu.
- Biostorm
seperti bioherm namun bersifat klastik.
- Septaria
sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya adalah
adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
- Goode
Terdapat pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh Kristal
yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit
maupun kuarsa.
- Styolit
kenampakan bergerigi pada batu gamping sebagai hasil pelarutan.
F. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen
2. Mahasiswa mampu menentukan dan mendeskripsikan batuan sedimen
3. Mahasiswa mampu mengetahui proses sedimentasi sebagai proses pembentukan
batuan sedimen
G. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Diambil sampel batuan yang akan dideskripsi
2. Dicatat nomor sampel batuan
3. Diamati jenis batuan lalu dicatat dalam tabel deskripsi
4. Diamati dan dicatat tekstur pada sampel batuan
5. Diamati ukuran butir pada batuan dengan menggunakan pembanding pada komparator
6. Diamati sortasi pada batuan dengan menggunakan bantuan loop
7. Diamati roundness pada batuan dengan menggunakan loop
8. Diamati kemas pada batuan dengan menetesi batuan dengan cairan
9. Diamati dan dicatat komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan
10. Dituliskan nama batuan yang telah dideskripsi
11. Difoto sampel batuan
LAPORAN SEMENTARA
IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN
Asisten, Praktikan,
III. BATUAN METAMORF
A. TEORI DASAR
2. Jenis Metamorfisme
a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma,
proses yang berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan
“zona tunjaman” dsb.
6. Klasifikasi
Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang
dipakai adalah strukturnya (foliasi atau tak berfoliasi), dan
kandungan mineral utamanya atau mineral khas metamorf (lihat
tabel 3.1).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi nama batuan metamorf.
2. Mahasiswa dapat memahami serta mengetahui proses terbentuknya batuan
metamorf.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi mineral utama dan batuan asal.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ambillah beberapa sampel batuan dan amatilah batuan tersebut!
2. Pengamatan meliputi warna, tekstur, komposisi mineral dan lain-lain.
3. Isilah lembar kerja sesuai dengan pengamatan!
IV. WAKTU GEOLOGI
A. TEORI DASAR
Skala waktu geologi adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk
menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang
sejarah bumi. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan
ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang
terjadi sepanjang sejarah Bumi.
Pada awal era pembentukan bumi terdapat empat era yaitu era prakambrium,
kemudian era paleozoikum yang terdiri dari zaman kambrium, zaman silur,
zaman devon, zaman karbon dan zaman prem. Kemudian berlanjut ke era
mesozoikum yang terdiri dari zaman trias, zaman jura dan zaman kapur.
Kemudian era berikutnya yaitu era kenozoikum atau era neozoikum yang
terdiri dari zaman tersier dan zaman kwarter. Pada masa sekarang ini bumi
berada pada masa holosen muda. Diperkirakan manusia muncul 2 juta tahun
yang lalu. Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun
yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen.
Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah
laut.
B. SKALA WAKTU
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur
Bumi. Pertama adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang
ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi
kehidupan organisme dimasa yang lalu. Kedua, Skala Waktu Absolut
(Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut)
berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang
diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam
bidang geologi.
1. Kurun (Eon)
a. Hadean, berasal dari bahasa Yunani yang berarti dibawah bumi,
merupakan sejarah bumi paling awal dimana tidak ada atau belum
ditemukan rekaman batuan untuk umur ini. Namun bagaimanapun
ada juga batuan dari kurun ini di planet lain, yang batuan keraknya
hanya mengalami sedikit gangguan sejak terbentuknya.
b. Archean, dari bahasa Yunani, artinya purba (ancient). Batuan dari
umur ini masih ada yang dijumpai, merupakan batuan tertua yang
dikenal di bumi, mengandung bentuk kehidupan mikro bersifat
bakteri.
c. Proterozoic, yang berarti awal kehidupan, pada batuan di umur ini
terdapat tanda- tanda bagian yang keras dari organisme bersel banyak
yang tidak tersimpan dengan baik. Data dari kurun Archeandan
Proterozoic tidak sebaik dari umur yang lebih muda, karena
batuannya telah mengalami deformasi, metamorfosisme dan erosi
yang intensif.
d. Phanerozoic, yang dapat diartikan terlihat kehidupan, batuannya
penuh dengan bukti kehidupan berupa bagian yang keras dan
tersimpan dengan baik.
2. Masa (Era)
Kurun Archean dan Proterozoic tidak diketahui sebaik Phanerozoic, yang
dibagi menjadi Paleozoikum (Paleozoic), Mesozoikum (Mesozoic) dan
Kenozoikum (Cenozoic). Nama tersebut mencerminkan tingkat kehidupan.
a. Paleozoic, pada masa ini berkembang dari invertebrate laut sampai
ikan, ampibi dan reptile. Pada masa akhir ini mamalia mulai
berkembang.
b. Mesozoic, saat jayanya dinosaurus, menjadi vertebrata dominan di
darat. Pada akhir masa ini mamalia dan tumbuhan berbunga mulai
berkembang.
c. Cenozoic, mamalia dominan di darat dan tumbuh rerumputan yang
penting bagi makanan mamalia.
3. Zaman (Period)
Masa Phanerozoic dibagi dalam beberapa zaman dengan interval sekitar
100 tahun. Penamaan zaman geologi tidak konsisten. Kebanyakan
berdasarkan geografi dimana lapisan batuannya ditemukan pertama kali,
seperti Jerman, Inggris, Rusia, dan Amerika. Tetapi ada beberapa yang
berdasarkan karakteristik lapisan di tempat dimana studinya pertama kali
dilakukan.
4. Kala (Epoch)
Kala dari zaman Tersier dijabarkan secara bertahap. Charles Lyell
mempelajari lapiasan sedimen laut di cekungan Perancis dan Italia dan
membagi umur lapisan batuan berdasarkan persentase dari fosil-fosil yang
spesiesnya sekarang masih ada.
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat membaca serta mengerti skala waktu geologi.
2. Praktikan dapat memperkirakan umur suatu perlapisan berdasarkan skala
waktu geologi.
E. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mempelajari pembaan skala waktu geologi
3. Menentukan umur perlapisan berdasarkan skala waktu geologi
V. PETA GEOLOGI
A. TEORI DASAR
Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu
wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk‐
bentuk struktur dari masing‐ masing satuan batuan tersebut.
Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis‐jenis
batuan, ketebalan, kedudukan satuan batuan (jurus dan
kemiringan), susunan (urutan) satuan batuan, struktur sesar,
perlipatan dan kekar serta proses‐proses yang pernah terjadi di
daerahini.
Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus
pada ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta
(proyeksi pada bidang horizontal), dengan sendirinya garis‐garis jurus
merupakan garis‐garis yang sejajar dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan
batuan yang mempunyai ketebalan tertentu dapat dibatasi adanya jurus lapisan
bagian atas (top) dan jurus lapisan bagian bawah (bottom) pada ketinggian
yang sama. Dari sini dapat ditentukan ketebalan tiap satuan, apabila
penyebaran atau jurus top dan bottomnya dapat diketahui (Gambar. 5.3).
F
E B G
M
t' t
I
D
Penampang ketebalan
A
(t) satuan batuan C Satu satuan
batuan
E F
B
t
I
a
top
E
A B
bottom
It
F C Proyeksi jurus
top dan bottom, dan
B penentuan ketebalan
satuan
Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan dipermukaan dengan
mencari titik‐titik tersebut, apabila jurus‐jurus untuk beberapa ketinggian dapat ditentukan.
Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan kedudukan lapisan
dengan mencari jurus‐ jurusnya. Sehubungan dengan ini terdapat suatu keteraturan antara
bentuk topografi, penyebaran singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk torehan
lembah, keteraturan ini mengikuti Hukum V (Gambar. 5.5).
a b c
d e f
Gambar 5.5 Pola singkapan menurut hukum V
a. Lapisan horizontal
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran
c. Lapisan vertikal
d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran
e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran
f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran
Suatu lapisan mempunyai kemiringan berarah Selatan Barat, dituliskan sebagai berikut :
- Skala azimuth N 1200 E/45 SW atau
- Skala kwadran S 600 E/45 SW (Gambar. 5.6)
Gambar 5.6 Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan Kwadran
Batupasir Kuning
Napal (marl) Biru muda
Lempung Hijau
Batubara Hitam
+++++
+++++ Batuan beku Merah
+++
v v v
v v Tuff Coklat / ungu
v v v
Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka
kemiringan lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan
lapisan sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur
pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan
lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi
terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.
J. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
2. Tempelkan plastik transparan diatas peta geologi yang akan di salin gambarnya
menggunakan selotip.
3. Salinlah kenampakan yang ada pada peta geologi menggunakan OHP marker
diatas plastik transparan.
4. Salinlah kenampakan yang ada pada plastik transparan ke dalam kertas kalkir
dan berilah warna yang berbeda pada jenis batuan yang berbeda.
5. Identifikasi hasil objek yang telah tergambar.
VI. STRATIGRAFI
A. TEORI DASAR
Stratigrafi berasal dari kata Strata (stratum): lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan
batuan sedimen. Grafi (graphic): pemerian / gambaran / urut-urutan lapisan. Stratigrafi adalah
studi mengenai sejarah komposisi dan umur relative serta distribusi perlapisan batuan dan
interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan
atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai
litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relative maupun
absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi perlu dipelajari untuk mengetahui luas penyebaran
lapisan batuan.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai agar praktikan dapat menentukan jenis-
jenis perlapisan dan proses terjadinya perlapisan.
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh
pengendapan sedimen yang lain.
Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).
Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan
fosil, dll).
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang
memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi.
Kontak/hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak
tidak selaras.
-Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang
sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis
kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
-Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang
ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan,
Contoh struktur yang jelas terdapat pada Formasi Brejeira di Pantai Telheiro, Portugal
yang memperlihatkan ketidakselrasan antara batuan schists dan metagreywackes.
ii. Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas
bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.
Gambar 6.3. Disconformity
iii. Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukan suatu lapisan di
atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat
tandatanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk
menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai
kisaran umur fosil).
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini antara lain sebagai berikut.
Mahasiswa dapat memahami pelapukan dan proses pelapukan.
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab pelapukan.
Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis pelapukan yang ada.
B. Dasar Teori
Pelapukan adalah proses terlepasnya partikel-partikel batuan dari batuan induknya
akibat proses fisika, biologi, dan kimiawi. Proses pelapukan membutuhkan waktu
yang lama yang umumnya didominasi oleh cuaca.
Berikut faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan.
Keadaan struktur batuan
Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat
fisik batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-
unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang
menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang
mudah lapuk misalnya batu lempung (batuan sedimen), sedangkan batuan yang
susah lapuk misalnya batuan beku.
Keadaan topografi
Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukan
batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan mudah
melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada
lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah
terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada
lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan,
sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
Cuaca dan Iklim
Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara,
curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yang memiliki
iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan.
Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dingin akan
semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan daerah yang
memiliki iklim dingin.
Keadaan Vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan,
sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan. Apabila
akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula
dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan
membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuan mengandung
zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.
Pembekuan air dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini
menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah
pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan
hebat.
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu
bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan
dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran
yang terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidak penting.
Berdasarkan pada proses yang dominan inilah pelapukan batuan dapat dibagi
menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis.
1. Pelapukan Fisik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan
manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing
tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-
lubang yang dibuat oleh binatang.Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh
tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik
yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat
merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam
yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam
makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah
diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
2. Pelapukan Kimia
Pelapukan fisika adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan
mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan
fragment/kristal kecil sampai blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupu
ukurannya. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus.
Adapun penyebab terjadinya pelapukan biologis antara lain
a. Stress release
b. Frost action atau Hydri-fracturing
c. Salt Weathering
d. Insolation Weathering
e. Alternate Weathering and Drying
3. Pelapukan Biologis
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan
udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan.
Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat
membentuk kristal mineral baru.
Adapun penyebab terjadinya pelapukan kimia, antara lain:
a. Hidrolisis, adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan
membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit
dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini.
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
b. Hidrasi, adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru.
c. Oksidasi dan Reduksi, berlangsung pada besi atau mangan yang pada
umumnya terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen
lain yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya
pada pirit (Fe2S).
D. Prosedur Praktikum
Prosedur dalam praktikum ini antara lain sebagai berikut.
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Mempelajari proses pelapukan.
3. Menentukan jenis pelapukan berdasarkan sifat fisisnya.
VIII. GERAK TANAH
A. TEORI DASAR
Gerak tanah atau mass wasting adalah peristiwa bergeraknya tanah akibat kelebihan
beban yang bekerja pada tanah tersebut. Dalam bahasa sehari hari, kita menyebutnya
dengan longsor.
Ft
Fg
Fs Fn
Gambar 8.1. Prinsip gerakan tanah
Keterangan :
Fs : gaya gesek antar bidang (mg tan α)
Fg : gaya luncur bidang (mg sin α)
Ft : gaya tahan bidang (mg cos α)
Fn : gaya normal bidang (mg)
Fn adalah gaya normal yang bekerja pada tanah tersebut. Ft (Shear Stress) merupakan
gaya yang menarik turun lereng, sedangkan Fp (Fg-Fs /Shear Strength) merupakan gaya
gesekan dan kohesi antar butir dalam tubuh batuan atau regolith itu sendiri. Fg
merupakan gaya luncur bidang. Fs adalah gaya gesek antara lapisan dengan bidang
lincur. Selama Shear Strength lebih besar dbanding Shear Stress (Fp ≥Ft) maka batuan
atau reruntuhan (debris) tidak akan bergerak dari lereng. Hubungan antara shear strength
dan shear stress dinyatakan sebagai berikut :
Beberapa jenis gerakan tanah menurut Cruden dan Varnes dalam Haridyatmo (2006)
karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu :
1. Jatuhan (falls)
Jatuhan merupakan ggerakan tanah lempung yang rerjadi bila air hujan mengisi
retakan di puncak sebuah lereng terjal. Jatuhan yang disebabkan oleh retakan dalam
umumnya runtuh miring ke belakang. Sedangkan untuk retakan yang dangkal
runtuhnya kedepan. Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan
umumnya terjadi karena pelapukan, perubahan teperatur, tekanan air atau penggalian
bagian bawah lereng. Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina,
avalance) batu, bahan rombakan maupun tanah.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab gerak tanah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor kestabilan tanah.
3. Mahasiswa dapat mencari solusi dar masalah pergerakan tanah.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengukur kemiringan tertenu yang menyebabkan longsor.
2. Mahasiswa mengukur dan melihat secara nyata pergerakan tanah pada
kemiringan 30odan 45o.
3. Mahasiswa memberikan air 500 mL dan lihat pengaruhnya pada setiap
kemiringan.
4. Catat setiap hasil percobaan dan beri keterangna apakah tanah bergerak atau
tidak.
IX. EROSI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum pada praktikum kali ini adalah.
1. Mahasiswa dapat memahami erosi dan membedakan jenis erosi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor penyebab besarnya erosi.
3. Mahasiswa dapat lebih memahami proses erosi tanah terkait dengan media- nya,
dengan melakukan simulasi.
B. TEORI DASAR
Erosi merupakan peristiwa terkikisnya bagian tanah atau oleh berbagai macam tenaga
tertentu, seperti: angin dan air. Proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor
hidrologi terutama intensitas hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup
lahan, dan tata guna lahan. Sejarah erosi berhubungan dengan terjadinya alam dan
keberadaan manusia dimuka bumi ini. Erosi alam terjadi melalui pembentukan tanah
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alamiah. Erosi karena kegiatan
manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara
bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah- kaidah konservasi tanah atau
kegiatan pembangunan konstruksi yang bersifat merusak keadaan fisik tanah.
Proses erosi merupakan kombinasi dua sub proses yaitu:
1. Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk
butir-butir hujan yang menimpa tanah, perendaman oleh air yang tergenang
(proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh
percikan hujan.
2. Penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah oleh air
yang mengalir di permukaan tanah. Besar erosi tergantung dari banyaknya
aliran permukaan maka dengan meningkatnya aliran permukaan erosi
meningkat.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Siapkan mika, lubangi sisi samping pada mika. Buat 2 lubang dengan jarak sekitar
1 cm. Lubangi mika dengan korek batang, sehingga ukuran lubangnya se-pucuk
korek.
2. Siapkan tanah liat, tanah liat berumput, tanah pasir, tanah pasir berumput. Taruh
tanah tersebut dalam mika satu per satu.
3. Tuangkan air seukuran gelas aqua yang telah disiapkan sebelumnya.
4. Tunggu hingga air menetes dari tiap-tiap tanah.
5. Setelah semua selesai, ukur air tetesan tersebut dengan penggaris.
6. Lakukan analisis dalam tabel yang berisi tinggi air, warna, endapan, dan
dokumentasi.
7. Percobaan selesai dilakukan.