Anda di halaman 1dari 27

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

BAB 6
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
6.1 DASAR TEORI
6.1.1 Batuan Sedimen
Endapan sedimen memiliki karakteristik yang sangat beragam sesuai
dengan proses geomorfologi yang bekerja. Keragaman proses geomorfologi
dapat menghasilkan lingkungan pengendapan yang berbeda. Karakteristik
sedimen dapat dilihat melalui pengamatan fisik sedimen berdasarkan
karakteristik struktur dan tekstur sedimen untuk menunjukkan proses dan
mekanisme yang terjadi pada material sedimen di suatu lingkungan
pengendapan (Arif, S., Adibrata, P. F., & Dzakiya, N. 2020)
Batuan sedimen terbentuk oleh material material sedimen yang
terkompaksi, mengeras, dan mengalami litifikasi. Material sedimen sendiri
berasal dari lapukan batuan yang lebih dahulu terbentuk yang mengalami
erosi, dan lapukan ini diangkut oleh air maupun udara yang kemudian
diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan endapan. dan batuan
sedimen ini kemudian dapat berubah bentuk karena menerima perbuhan
temperatur dan mendapat tekanan dalam waktu yang sangat lama, dan
akhirnya membentuk batuan metamorf. (Sultoni, M. I., Hidayat, B., &
Subandrio, A. S. 2019).
6.1.2 Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil
penghancuran batuan lain, kemudian mengalami proses transportasi dan
pengendapan. Batuan sedimen klastik didasarkan pada ukuran butir, mengacu
pada skala Wentworth. Batuan sedimen klastik terdiri dari fragmen dan
matriks, fragmen adalah butir itu sendiri sedangkan matriks adalah yang
mengikat semua fragmen yang terdapat pada batuan. Contoh batuan sedimen
klastik yaitu batu pasir, batu lempung, batu serpih, breksi dan konglomerat.
A. Batu pasir (sandstones), batu yang terdiri dari partikel pasir berukuran
mineral, batu maupun bahan organik, mempunyai matriks dan semen
yang mengikat butiran pasir. Batu pasir merupakan batuan sedimen
yang ada di semua cekungan sedimen di seluruh dunia.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 1


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

B. Batu lempung, batu yang terangkai oleh mineral silikat dari hasil
peleburan ataupun pelapukan batuan silika.
C. Batu serpih, batuan sedimen yang berbutir halus yang terbentuk dari
kompaksi lumpur, mempunyai ciri khas yaitu berlaminasi.
D. Breksi, batuan sedimen klastik yang mempunyai fragmen besar
bersudut, ruang antar fragmen diisi oleh matriks yang berukuran kecil
atau semen yang saling mengikat.
E. Konglomerat, batuan yang mempunyai fragmen besar membundar.
Batuan sedimen klastik adalah akumulasi material sedimen seperti
batu pasir, batu lempung, dan batu apung basal, kerikil, pasir, lanau, lumpur,
endapan sungai. Akumulasi batuan sedimen klastik dengan bahan induk dan
ketinggian yang beragam kemungkinan menghasilkan tanah dengan tingkat
perkembangan berbeda. (Sadzali, N. A. 2019).
6.1.3 Proses Sedimen Klastik
Proses sedimentasi pada batuan sedimen kalstik terdiri dari 2 proses
yaitu proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-
butir sedimen transportasi hingga di endapkan di suatu tempat yang
bisa di sebut sebagai cekungan pengendapan.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi
fluida menenbus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga
berhubungan juga dengan reaksi mineral pada batuan tersebut
terhadap cairan yang masuk tersebut (mustaghfirin, 2013).
Dalam proses pengendapan, batuan sedimen akan mengalami
diagenesa. Disebut diagenesa karena proses- proses yang akan terjadi pada
meterial endapan berlangsung pada suhu yang rendah, baik selama litifikasi
maupun sesudahnya. Diagenesa ini bertujuan untuk membuat material
endapan menjadi batuan yang keras. Tahapan dari diagenesa meliputi :

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 2


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1. Kompaksi sedimen Pada tahap diagenesa yang pertama ini, material


sedimen akan dimampatkan satu dengan yang lain. Pemampatan
tersebut terjadi akibat adanya tekanan berupa beban berat yang berasal
dari atas material sedimen. Setelah dimampatkan, volume material
sedimen akan menurun, sedangkan kerapatan antar butiran menjadi
semakin tinggi.
2. Sementasi – Dalam tahap kedua yang disebut dengan sementasi,
material yang berada di antara rongga butir sedimen akan mengendap
dan mengikat butiran sedimen yang lain.
3. Rekristalisasi – Tahap ini merupakan proses pengkristalan ulang
suatu mineral. Mineral tersebut diperoleh dari proses pelarutan
material sedimen sebelum maupun sesudah diagenesa.
4. Autogenesis – Pada tahap autigenesis akan dibentuk mineral yang
merupakan partikel baru pada suatu sedimen. Mineral tersebut berupa
silika, karbonat, gypsum, klorita dan lain sebagaimya.
5. Metasomatisme – Tahap yang terakhir adalah metasomatisme, yakni
bergantinya material sedimen tanpa disertai penurunan volume
material asalnya.
6.1.4 Tekstur
Tekstur mencakup ukuran, bentuk, dan keteraturan komponen
penysun batuan. Tekstur pada dasarnya merupakan mikro-geometri batuan
istilah berbutir kasar, menyudut dan terimbrikasi merupakan ungkapan yang
di gunakan untuk menyatukan menyatakan tekstur. Beberapa aspek tekstur
bersifat komplek bergantung pada aspek aspek lain yang lebih mendasar.
Tekstur sebaiknya di pelajari dalam aspek genggam (hand spacimen) atau
sayatan tipis struktur di lain pihak sebaiknya di pelajari pada singkapan,
meskipuna ada juga struktur yang terlihat pada sampel ganggam. Tekstur
batuan sedimen meliputi ukuran butir, derajat pembundaran, derajat
pemilahan dan kemas.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 3


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1.4.1 Ukuran Butir


Fosil dan mineral dalm batuan sedimen dianggap sebagai butiran.
Pemberian ukuran butir yang di dasarkan pada skala wentworth, 1922 sebagai
berikut :
Table 4.1 Skala Wentworth
Nama Butir Besar Butir
Bongkah (boulder) > 256
Brangkal (couble) 64-256
Krakal (pebble) 4-64
Krikil (Granule) 2-4
Pasir Sanggat Kasar (very course sand) 1-2
Pasir Kasar (coarse sand) 0,5-1
Pasir Sdang (medium sand) 0,25-0,5
Pasir Halus (fine sand) 0,125-0,25
Pasir Sangat Halus (very fend sand) 0,06-0,125
Lanau (silt) 0,004-0,06
Lempung (clay) <0,004
(Sumber : Suharwanto, 2023)
6.1.4.2 Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun
batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya
maka pemilahan semakin baik (Suharwanto, 2023). Terdapat tiga kategori
pemilahan yaitu :
1. Pemilihan baik (well sorted)
2. Sangat baik (very well sorted)
3. Pemilihan sedang (moderated sorted)
4. Pemilihan buruk (poorly sorted)
5. Pemilahan sangat buruk (poorly sorted)
6.1.4.3 Kebundaran
Bentuk membulat atau meruncing dari sebuah batuan, tetapi hal ini
hanya bisa dilihat pada batuan sedimen klastik kasar. Terdapat beberapa
variasi kebundaran seperti :

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 4


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Tabel 6.1.4 Kebundaran Batuan Sedimen.


No Tingkat kebundaran Bentuk
(Roundness)
1. Well round Semua permukaan konveks, hampir
equidimensional, speroidal.
2. Rounded Permukaan pada mineral berbentuk
bundar termasuk ujung dan tepi pada
mineral atau batuan.
3. Sub rounded Permukaan ujung batuan berbentuk
datar.
4. Sub angular Permukaan ujung batuan berbentuk
runcing tajam.
5. Angular Permukaan konkaf berbentuk tajam
(Sumber : Suharwanto, 2023).
6.1.4.4 Kemas
Kemas (fabric) merupakan hubungan antara masa dasar dan fragmen
batuan sedimen. Kemas pada batuan sedimen terdapat dua macam, yaitu
kemas terbuka dan tertutup. kemas 19 terbuka, yaitu hubungan antara masa
dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran
mengambang diatas masa dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar
fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga menyebabkan masa dasar
tidak terlihat
(Roman, M. 2018).
Kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan
(packing), hubungan antar butir / fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen
dan matriks. Suatu bidang yang terbentuk jika terdapat suatu periode singkat
dimana proses deposisi (pengendapan) menjadi sedikit sekali. Dikatakan
singat karena jika terlalu lama, apalagi sampai terbentuk bidang erosi, ini
sudah menjadi ketidakselarasan atau unconformity. Bidang perlapisan ini juga
bisa terbentuk kalau ada perubahan lingkungan pengendapan.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 5


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1.5 Komposisi Batuan Sedimen Klastik


Greywacke adalah batuan sedimen klastik yang terdiri atas kuarsa,
feldspar, muskovit, klorit, dan mineral lempung, umumnya mengandung
fragmen batuan dengan matriks 15-75 % mm. Batu lempung merupakan
batuan sedimen dengan ukuran 0,002 mm dan serpih merupakan batuan
sedimen dengan diameter 1/16 mm yang dapat diendapkan di berbagai
lingkungan pengendapan. Batuan basaltik dan andesitik merupakan batuan
beku mafik yang dapat berupa aliran lava, lava bantal, perlapisan tuf, sill dan
dike (Winkler, 1979 dalam Hasria, H., Idrus, A., & Warmada, I. W. 2022).
Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik Komposisi mineral dari
batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butir yang ukurannya paling besar dan dapat
berupa pecah-pecahan batuan , mineral dan cangkang – cangkang
fosil atau zat organic lainnya.
2. Matrik / Masa Dasar
Matrik adalah bagian batuan yang berukuran lebih kecil dibandingkan
fragmen dan terletak diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat
berupa pecahan batuan, mineral atau fosil
3. Semen
Semen adalah material pengisis rongga serta pengikat antar butir
sedimen, dapat berbentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan semen
yang lazim adalah : Semen karbonat (kalsit,dolomit) Semen silika
(kalsedon, kuarsit) Semen oksidasi besi (limonit, hematit dan siderit)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya
tidak hadir karena sudah tidak ada rongga di antara butiran.
6.1.6.1 Gambar Struktur Batuan Sedimen
Batuan sedimen biasanya menunjukkan layering (berlapis) dan struktur
lainnya yang terbentuk karena sedimen dipindahkan, disortir, dan diendapkan
oleh arus. Fitur ini disebut struktur sedimen primer. Struktur sedimen yang
paling penting adalah

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 6


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

A. Cross Bedding
Cross Bedding adalah jenis struktur yang mana lapisannya
membentuk kemiringan terhadap lapisan atas ataupun lapisan
dibawahnya. Cross Bedding ini dibentuk ketika arus (air ataupun
angin) mentransportasikan butiran sedimen dan menemui sebuah
rintangan seperti batu besar, kemudian menngendapkan sedimen
tersebut di sebelah halangan tersebut. Kemudian sedimen berikutnya
di endapkan di lapisan berikutnya. Ini berlanjut hingga terbentuk
lapisan struktur sedimen Cross Bedding.

Gambar 6.1 Cross Bedding


(Sumber : shutterstock)
B. Ripple Mark

Gambar 6.2 Ripple Mark


(Sumber :geologypage)
Ripple Mark terbentuk dari angin atau air yang bergerak bolak
balik yang membawa sedimen yang halus. Gesekan dari angin atau air
menarik butiran sedimen pada jarak yang dekat sebelum sedimen
tersebut diendapkan satu sama lainnya yang tegak lurus terhadap arah
aliran arus tersebut. Struktur Ripple Mark ini mengindikasikan bahwa
aliran arus pada masa pengendapannya adalah bolak balik. Ini terjadi
seperti pada aliran arus air laut di pinggiran pantai.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 7


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

C. Graded Bedding
Graded Bedding adalah struktur sedimen yang berbentuk
perlapisan batuan yang butirannya semakin kebawah semakin
berbutiran besar. Struktur ini terjadi ketika terjadi longsoran dalam
danau ataupun dalam laut. Ketika terjadi longsor, batuan berbutir
kasar terendapkan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh lapisan yang
lebih kecil butirannya. Akhirnya butiran yang sangat halus
diendapkan terakhir pada posisi atas.

Gambar 6.3 Graded Bedding


(Sumber : fossilsaustralia)

6.1.6.2 Mekanisme Transportasi Batuan Sedimen


Transpor sedimen diklasifikasikan berdasarkan sumber asalnya dan
mekanisme transpornya. Transpor material dasar adalah transor (pergerakan)
material yang ditemukan di dasar sungai
A. Bed load
Sedimen dasar adalah transpor dari butiran sedimen secara
menggelinding, menggeser dan melompat yang terjadi di dasar
saluran. Secara umum konfigurasi dari pergerakan sedimen
membentuk konfigurasi dasar seperti dunes, ripple,etc. Banyak
formulasi yang telah dikembangkan untuk mendiskripsikan
mekanisme dari sedimen dasar yang dilakukan dengan eksperimen di
laboratorium atau pun dengan memodelkan fenomena tersebut.
B. Suspended load
Sedimen layang (suspensi) adalah transpor butiran dasar yang
tersuspensi oleh gaya gravitasi yang diimbangi gaya angkat yang

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 8


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

terjadi pada turbulensi aliran. Itu berarti butiran dasar terangkat ke


atas lebih besar atau kecil tapi  pada akhirnya akan mengendap dan
kembali ke dasar sungai. Banyak  persamaan sedimen suspensi
yangtelah dikembangkan seperti persamaan Engelund dan Hansen
namun persamaan ini tidak memberikan informasi yang cukup terkait
distribusi konsentrasi dari butiran pada arah vertikal, besarnya
konsentrasi (C) ditentukan secara teoritik Dalam banyak kasus
pengukuran sedimen supensi dilakukan di lapangan agar diketahui
distribusi konsentrasi arah vertikal untuk berbagai jenis transport
sedimen.
C. Wash load
Wash load adalah transpor butiran sedimen yang berukuran kecil dan
halus dibanding dengan sedimen dasar juga sangat jarang ditemukan
didasar sungai. Besarnya Wash load banyak ditentukan oleh
karakteristik klimatologi dan erosi dari daerah tangkapan (catchment
area). Dalam perhitungan gerusan lokal (local scouring) Wash load
tidak begitu penting sehingga diabaikan namun untuk perhitungan
sedimentasi di daerah dengan kecepatan aliran yang rendah seperti:
waduk, pelabuhan, cabangan sungai Wash load diperhitungkan.
6.1.6.3 Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen
Menurut islami (2017) dalam geologi, lingkungan pengendapan atau
lingkungan sedimen menggambarkan kombinasi proses fisik, kimia dan
biologi yang terkait dengan pengendapan jenis endapan tertentu dan oleh
karena itu tipe batuan yang akan terbentuk setelah lithifikasi. Dengan
demikian batuan yang ada pada lingkungan tertentu akan menjadi alat
perekam bagaimana lingkungan saat batuan tersebut terbentuk dulu. Dalam
kebanyakan kasus, lingkungan yang terkait dengan jenis batuan atau asosiasi
jenis batuan tertentu dapat disesuaikan dengan analog yang ada. Namun,
lebih jauh ke belakang pada sedimen yang di bentuk dengan skala waktu
geologi. Secara umum terdapat 3 lingkungan pengendapan batuan sedimen,
yaitu lingkungan kontinen (darat), pantai dan laut. Lingkungan pengendapan

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 9


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

dapat diperkirakan dengan bantuan, struktur primer batuan sedimen, tekstur


batuan sedimen, fosil yang dikandung, dan interpretasi log.
Pada gambar 6.4 lingkungan kontinen diberi warna coklat, lingkungan
pantai warna coklat muda dan lingkungan laut diberi warna biru. Batuan
sediment yang diendapkan pada setiap lingkungan pengendapan memiliki ciri
husus baik, dari segi ukuran partikel, warna, maupun komponen lainnya yang
menyertai pengendapan tersebut.

Gambar 6.4 Lingkungan Pengendpan Batuan Sedimen


(Sumber :Islami, 2017)

Semakin dekat dari sumber sedimen, butiran akan semakin kasar, dan
semakin jauh dari sumber sedimen butiran semakin halus. Sedimen akan
disertai dengan mineral mineral tambahan lainnya bergantung pada lokasi
dimana sedimen tersebut diendapkan.
6.1.7 Tipe Tipe Ketidakselarasan Batuan
Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang
memisahkan lapisan yang lebih muda dari yang lebih tua dan
menggambarkan suatu rumpang waktu yang signifikan. Ketidakselarasan
digolongkan berdasarkan hubungan struktur antar batuan yang ditumpangi
dan yang menumpangi.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Gambar 6.5 Tipe-tipe ketidakselarasan


Sumber : ensiklopediseismik
A. Ketidakselarasan menyudut (angular unconformity)
Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan
yang berbeda (umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan
yang lebih muda. Hubungan ini merupakan tanda yang paling jelas
dari sebuah rumpang, karena ia mengimplikasikan lapisan yang lebih
tua terdeformasi dan terpancung oleh erosi sebelum lapisan yang lebih
muda diendapkan.
B. Disconformity
Ketidakselarasan dimana lapisan yang berada di bagian atas dan
bawah sejajar, namun terdapat bidang erosi yang memisahkan
keduanya (umumnya berbentuk tidak rata dan tidak teratur).
C. Paraconformity
Lapisan yang berada di atas dan di bawah bidang ketidakselarasan
berhubungan secara sejajar/paralel dimana tidak terdapat bukti
permukaan erosi, namun hanya bisa diketahui berdasarkan rumpang
waktu batuan.
D. Nonconformity
Ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen menumpang di
atas batuan kristalin (batuan metamof atau batuan beku).
6.1.8 Mekanisme Pengendapan
Batuan sedimen terbentuk dari proses panjang pengendapan batuan asal
dalam untuk membentuk batuan sedimen. Proses pengendapan terjadi akibat

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 11


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

adanya gaya atau energi kepada batuan asal energi pada batuan asal dapat
berupa proses weathering oleh angin dan hujan, serta faktor lainnya
6.1.9 Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen Klastik
Dalam kebanyakan kasus, lingkungan yang terkait dengan jenis
batuan atau asosiasi jenis batuan tertentu dapat disesuaikan dengan analog
yang ada. Namun, lebih jauh ke belakang pada sedimen yang di bentuk
dengan skala waktu geologi. Secara umum terdapat 3 lingkungan
pengendapan batuan sedimen, yaitu lingkungan kontinen (darat), pantai dan
laut. lingkungan kontinen diberi warna coklat, lingkungan pantai warna
coklat muda dan lingkungan laut diberi warna biru. Batuan sediment yang
diendapkan pada setiap lingkungan pengendapan memiliki ciri husus baik,
dari segi ukuran partikel, warna, maupun komponen lainnya yang menyertai
pengendapan tersebut. Semakin dekat dari sumber sedimen, butiran akan
semakin kasar, dan semakin jauh dari sumber sedimen butiran semakin halus.
Sedimen akan disertai dengan mineral mineral tambahan lainnya bergantung
pada lokasi dimana sedimen tersebut diendapkan.

Gambar 6.13 Lingkungan Pengendapan


(Sumber: Islami,2017)
A. Lingkungan Pengendapan Kontinen (Darat)
Batuan sedimen yang terbentuk di daratan dikenal dengan
lingkungan pengendapan daratan (benua). Contoh dari lingkungan
pengendapan benua adalah laguna, danau, dataran banjir, dan kipas
aluvial sungai. Pada air yang tenang didaerah rawa, danau, dan laguna
endapan sedimen umumnya berbutir halus, sedimen di daratan dapat
diangkut oleh angin atau glasial. Sedimen yang diangkut oleh angin

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 12


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

umumnya pemilahannya baik sedangkan yang diangkut oleh es


dicirikan oleh pemilahan yang buruk.
B. Lingkungan Pengendapan Laut
Batuan sedimen tang terbentuk di dalam laut dikenal dengan
lingkungan pengendapan benua. Lingkungan pengendapan laut dapat
dibedakan menjadi pengendapan laut dangkal dan pengendapan laut
dalam. Biasanya lingkungan pengendapan laut dalam berada pada
kedalaman diatas 200 meter dibawah muka air laut, sedanghkan
lingkungan pengendapan laut dangkal berada pada garis pantai dan
berlanjut hingga ke batas tepi benua. Pada lingkungan ini biasanya air
berada dalam kondisi energi yang lebih besar dibandingkan dengan
lingkungan laut dalam, karena aktifitas gelombang. Oleh karena
energi yang besar maka partikel partikel sedimen yang kasar dapat
diangkut sehingga endapan sedimennya dapat lebih kasar
dibandingkan yang berada di lingkungan laut dalam.
C. Lingkungan Pengendapan Transisi
Lingkugan pengendapan transisi adalah lingkungan
pengendapan yang berada diantara lingkugnan pengendapan darat dan
laut. Lingkungan pengendapan transisi terletak pada zona peralihan
darat dan laut adapun contoh dari lingkungan pengendapan transisi
seperti delta, pantai, laguna, estuarin dan tidal flat
6.1.10 Porositas Dan Permeabilitas
Porositas (Zuhdi, 2019) adalah perbandingan antara volume rongga
rongga pori terhadap volume total suatu batuan. Dalam porositas dikenal juga
istilah porositas efektif, yaitu apabila rongga rongga di batuan berhubungan,
sehingga porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori
total. Porositas berkaitan dengan ukuran dan bentuk butir dari suatu batuan
maupun tanah. Batuan dengan butir halus dan pemilahan yang baik
cenderung memiliki porositas yang relatif rendah. Porositas ini biasanya
berbentuk persentase.
Tabel 6.2 Klasifikasi nilai porositas

Porositas (%) Klasifikasi

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 13


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

0-5 Dapat diabaikan (negliegibel)


5-10 Buruk (poor)
10-15 Cukup (fair)
15-20 Baik (good)
20-25 Sangat baik (very good )
<75 Istimewa (excellent)
(Sumber : Koesoemadinata, 1978)
Sedangkan, permeabilitas merupakan keadaan yang menunjukan kemampuan
dalam meloloskan air. Semua yang memiliki struktur poros bersifat lolos air
(permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong
(poripori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Secara kuantitatif nilai
permeabilitas dinyatakan dengan koefisisien permeabilitas.
Table 6.3 Klasifikasi nilai permeabilitas

Nilai Permeabilitas (mDarey) Kualitas


<1 Sangat buruk
1-50 Buruk
50-200 Sedang
200-500 Baik
>500 Sangat baik
(Sumber : Koesoemadinata, 1978)
6.1.11 Akuifer, Akuitar, Akuiklud, Dan Akuifug

Gambar 6.6Akuifer
(Sumber : Meinzer 1942, De West, 1996)

Dalam Zuhdi (2019), air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Air tanah juga

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 14


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar
atau regolith termasuk aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah
melalui pancaran atau rembesan. Berdasarkan perlakuannya terhadap air
tanah, maka lapisan-lapisan batuan dapat dibedakan menjadi:
A. Akuifer
Formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara
signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Contoh
lapisan pembawa air adalah: pasir, kerikil, batupasir dan batugamping.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lapisan yang dapat
menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Berdasarkan litologi
ataupun keadaan tanahnya, akuifer dapat dibedakan menjadi 5
macam, yaitu :
1) Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam
akuifer tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang
mempunyai muka air tanah atau akuifer jenuh air
(satured).Contoh: Permukaan air tanah di sumur yang sumur
umumnya antara 1 – 25meter
2) Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di
bawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan
lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air mengalir pada lapisan
pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang
jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya. Contohnya
yaitu pada sumur artesis
3) Akuifer bocor (Leakage Aquifer)
Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah
terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga
akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang.
4) Akuifer melayang (Perched Aquifer)

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 15


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerasi


terbentuk sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan
impermeable.
5) Akuifer artesis
Akuifer artesis adalah sebuah akuifer terbatas berisi air tanah yang
akan mengalir ke atas melalui sebuah sumur yang disebut sumur
artesis tanpa perlu dipompa. Air dapat mencapai permukaan tanah
apabila tekanan alaminya cukup tinggi, dalam hal ini sumur itu
disebut sumur artesis mengalir.
B. Akuitar
Formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi
dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer.
Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu
membawa sejumlah besar air dari akuifer yang satu menuju akuifer
lainnya.
C. Akuiklud
Formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi
alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan praktis,
akuiklud dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung,
serpih.
D. Akuifug
Formasi kedap air yangtidak mengandung dan tidak mampu
mengalirkan air. Contoh akuifug adalah batuan kristalin, metamorf
kompak dan lempung pasiran.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 16


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1 Pembahasan
6.1.1 Batulempung

Gambar 6.6 Batulempung


(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)
Batu ini termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik dengan struktur
masif dan berwarna putih. Tekstur dari batuan ini di antaranya adalah ukuran
butir lempung, pemilahan baik, kemas tertutup, dan kebundarannya
membundar. Komposisi batu ini berupa matrik feldspar (95%) dan semen
silika (5%). Batu ini tidak bereaksi dengan HCl. Batu ini disebut dengan
batulempung.
Batu lempung merupakan jenis batuan yang terbentuk dari proses
pelapukan batuan, baik dari batuan metamorf maupun batuan endapan. Batu
lempung memiliki sifat yang liat atau plastis. Batuan jenis ini umumnya
memiliki struktur yang padat karena tersusun atas mineral yang banyak
mengandung silika (Musriadi dkk, 2019). Lempung juga disebut batuan
sedimen karena pada umumnya setelah terbentuk dari batuan keras, lempung
akan diangkut oleh air dan angin kemudian diendapkan pada tempat yang
lebih rendah (Hartono, 1993 dalam Gonggo dkk, 2013).
Batulempung bersifat impermeable (kedap air), sehingga air yang sampai
dipermukaan batulempung tidak akan diteruskan lagi ke lapisan di bawahnya.
Akibatnya aturan yang berada di atasnya akan mudah jenuh, sehingga terjadi

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 17


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

gerakan tanah longsor (Santoso, 2002 dalam Masdari dkk, 2022). Caprock
merupakan lapisan batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
rendah. Lapisan batuan ini berfungsi sebagai penutup reservoir untuk
mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi. Caprock umumnya
tersusun oleh lapisan batuan yang terdiri dari mineral lempung sekunder hasil
ubahan akibat interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya (Syafitri,
2018).
Lempung mempunyai sifat plastis bila basah dan sangat keras bila dibakar
pada suhu tinggi (Gonggo, 2001; Garinas, 2009; Indiani & Umiati, 2009
dalam Gonggo dkk, 2013) menyebabkan lempung dapat digunakan dalam
berbagai kehidupan manusia khususnya dalam bidang keramik. Penggunaan
lempung yang sudah umum adalah sebagai bahan keramik seperti bata merah,
genteng, gerabah, dll. Saat ini lempung juga banyak digunakan sebagai
adsorben (Bahri dkk, 2010 dalam Gonggo dkk, 2013), penyangga katalis
(Lubis, 2009 dalam Gonggo dkk, 2013), penukar ion (Khairi dkk, 2004 dalam
Gonggo dkk, 2013) yang bergantung pada sifat fisik lempung tersebut.
Indonesia kaya akan sumber daya alam salah satunya di Sulawesi Tengah
yang memiliki lahan lempung sekitar 60% (Gonggo dkk, 2013)

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 18


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1.2 Batupasir

Gambar 6.7 Batupasir


(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Batu ini termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik dengan


struktur laminasi dan berwarna abu-abu kecokelatan. Tekstur dari batuan ini
di antaranya adalah ukuran butir pasir halus, pemilahan baik, kemas tertutup,
dan kebundarannya membundar. Komposisi batu ini berupa matrix feldspar
(60%), matrix silika (35%), dan matrix opak (5%). Batu ini tidak bereaksi
dengan HCl. Batu ini disebut dengan batupasir.
Batu pasir atau sandstone merupakan jenis batuan yang terbentuk dari
pelapukan atau pecahan batuan-batuan lainnya yang terdiri dari mineral
berukuran pasir. Batu pasir pada umumnya terbentuk dari pelapukan atau
pengangkutan material batuan lain yang berukuran pasir yang kemudian
mengalami pengendapan dan pengerasan. Jika batuan pasir yang terbentuk
dekat dengan batuan induknya, maka batu pasir tersebut akan memiliki
komposisi yang mirip dengan batuan induknya (Musriadi dkk, 2019).
Menurut Koesoemadinata dalam Nurwidyanto dkk (2005) porositas
yang terdapat pada batupasir bersifat intergranuler. Pori-pori yang terdapat
diantara butir-butir dan khususnya terjadi secara primer, jadi rongga-rongga
terjadi pada waktu pengendapan. Jika bentuk butiran mendekati bentuk bola

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 19


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

maka permeabilitas dan porositasnya akan lebih meningkat. Segala bentuk


yang menyudut biasanya memperkecil rongga, karena masing-masing
sudutnya akan mengisi rongga yang ada, dan karenanya akan memberikan
kemas yang lebih ketat.
Salah satu daerah di Indonesia yang tersusun dari batu pasir adalah di
Dusun Gunung Gajah, Desa Gemaharjo, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pasir mempunyai banyak kegunaan dalam
industri konstruksi. Batu pasir adalah jenis yang paling umum dari batuan
sedimen yang sering ditambang untuk digunakan sebagai akuifer air tanah
dan sebagai reservoir minyak dan gas alam, reservoir adalah tempat
terakumulasinya minyak dan gas bumi (Pangestu, 2019)

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 20


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1.3 Batu Breksi Tuff

Gambar 6.1 Batu Breksi Tuff


(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Batu ini termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik dengan


struktur masif dan berwarna putih keabuan. Tekstur dari batuan ini di
antaranya adalah ukuran butir pasir kasar-krikil, pemilahan buruk, kemas
terbuka, dan kebundarannya menyudut. Komposisi batu ini berupa fragmen
tuff (40%), matrix feldspar (50%), plagioklas (5%), dan semen karbonat
(5%). Batu ini bereaksi dengan HCl. Batu ini disebut dengan batu breksi tuff.
Breksi berbeda dengan klaster di konglomerat, klaster di breksi adalah
sudut, yang menunjukkan bahwa mereka belum melakukan perjalanan jauh
dari sumbernya. Breksi dapat terbentuk dalam sistem vulkanik dan kesalahan.
Namun, breksi sedimen terbentuk dari screes di pegunungan dan di sepanjang
pantai, atau di gurun karena untuk flash banjir. Sekrup yang baik
dikembangkan di tebing selatan Maroko, seperti itu mungkin merupakan
sumber clasts di breksi (Price, 2005).
Breksi sifatnya sangat permeabilitas karena ukuran butir pada breksi
berupa krakal yang mana fragmen dan matrik penyusunnya tidak saling
bersentuhan sehingga menyebabkan breksi dapat meloloskan air dengan
mudah. Sedangkan untuk porositas pada breksi dapat dikisarkan antara 5 –
10% yaitu termasuk buruk, karena pengaruh dari ukuran butir yang berupa

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 21


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

krakal sehingga volume rongga pori pada batuan menjadi besar. Batu breksi
memiliki fragmen tuff di dalamnya karena berasal dari pecahan batu tuff.
Satuan breksi tersusun atas 2 jenis batuan, yaitu breksi tuf matrix supported
dan breksi tuf grain supported. Proporsi batuan akuifer yang tersusun atas tuf
halus dan tuf kasar (Suryana dkk, 2022).
Breksi Napalan yang terdapat di Dusun Wonosari, Desa Jurangjero,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, DIY merupakan salah satu
bukti keterdapatan batu breksi di Indonesia. Breksi di daerah Gunung Kidul
ini dimanfaatkan warga setempat sebagai tempat wisata batu breksi.
Pemanfaatan dan pengolahan dari breksi napalan ini dapat digunakan sebagai
hiasan taman. Batu Breksi juga dapat dimanfaatkan sebagai ornamen dinding
dan patung-patung (Lesmana, 2013)

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 22


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

6.1.4 Batu Konglomerat

Gambar 6.1 Konglomerat


(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Batu ini termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik dengan


struktur masif dan berwarna cokelat tua. Tekstur dari batuan ini di antaranya
adalah ukuran butir pasir kasar-krakal, pemilahan buruk, kemas terbuka, dan
kebundarannya membundar baik. Komposisi batu ini berupa semen karbonat
(45%), fragmen batu kuarsa (30%), dan matrix kuarsa (25%). Batu ini
bereaksi dengan HCl. Batu ini disebut dengan batu konglomerat.
Batu konglomerat adalah batuan yang terakumulasi dari fragmen-
fragmen yang cukup besar dan mengalami pelapukan serta tertransport lalu
terendapkan di lingkungan tertentu (Andini, 2020). Batu ini dalam
transportasinya membutuhkan air yang kuat untuk mengangkut partikel
fragmen sebesar ini. Lingkungan pengendapannya mungkin ada disepanjang
aliran yang mengalir cepat. Konglomerat termasuk ke dalam batuan yang
permeabilitasnya tinggi dikarenakan rongga pori yang berada diantara butiran
berukuran besar dan saling terhubung. Sedangkan porositas konglomerat
termasuk kedalam kategori buruk. Bentuk bulat dari fragmen
mengindikasikan bahwa terjadi proses perubahan bentuk fragmen (sortasi)
oleh kecepatan aliran air selama proses transportasi berlangsung
Batu konglomerat dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Batu
konglomerat juga dapat digunakan sebagai dekorasi dan hiasan rumah. Batu

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 23


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

konglomerat ini dapat ditemukan di Desa Tanjung Kurung, Ogan Komering


Ulu Selatan (Akbar, 2020).

6.3 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum Mineralogi
Petrologi dapat disimpulkan bahwa, batuan sedimen klastik merupakan jenis
batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus (pecahan batuan
asal) yang berasal dari batuan metamorf ataupun batuan sedimen itu sendiri
yang kemudian membentuk batuan berjenis klastik. Adapun contoh dari
batuan sedimen klastik yang diamati, yakni Batu Lempung, Batupasir, Breksi
Tuff, dan Konglomerat. Berdasarkan dari struktur batuan, hanya batupasir
saja yang memiliki struktur laminasi, tiga yang lainnya memiliki struktur
masif. Kemudian, terdapat batuan yang bereaksi ketika diteteskan HCI 0,1 N,
yakni Batu Lempung dan Konglomerat. Jika ditinjau dari faktor-faktor
pembentukannya, tiap-tiap batuan memiliki proses transportasi semasa
pembentukan, rasio fragmen, matriks, dan semen yang berbeda-beda, yang
kemudian dapat mempengaruhi keanekaragaman sifat fisik dan kimianya.
Porositas dan permeabilitas dari batuan sedimen klastik yang diamati
dipengaruhi oleh pemilahan (sortasi), ukuran butir, kemas, serta
kerenggangan atau kerapatan rongga yang terdapat dalam batuan-batuan
tersebut. Selain itu, masing-masing batuan sedimen klastik juga memiliki
nilai fungsi, nilai ekonomis, serta nilai estetika yang berbeda-beda pula dalam
penggunaannya di kehidupan sehari-hari.

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 24


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., & Harahap, N. I. P. 2020. Analisa Batuan Sedimen (Konglomerat) Desa
Tanjung Kurung Ogan Komering Ulu Selatan. Indralaya: Universitas
Sriwijaya
Andini, S. O. P., & Muflihani, A. 2020. Interpretasi Genesa Batuan Desa Tanjung
Kurung Berdasarkan Analisa Petrologi. Palembang: Universitas Sriwijaya
Arif, S., Adibrata, P. F., & Dzakiya, N. (2020). Karakteristik Endapan Sedimen:
Studi Kasus Pantai Parangkusumo Daerah Istimewa Yogyakarta. Newton-
Maxwell JournalPhysics,1(1),25-31.
Gonggo, S. T., Edyanti, F., & Suherman. 2013. Karakteristik Fisikokimia Mineral
Lempung Sebagai Bahan Dasar Industri Keramik di Desa Lembah Bomban
Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Akademika
Kim 2(2): 105-11
Hasria, H., Idrus, A., & Warmada, I. W. (2022). Protolit Batuan Metamorf di
Pegunungan Rumbia Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 23(1), 25-33.
Islami, Nur. 2017. Fisika Bumi. Pekanbaru : Universitas Riau
Lesmana, S. M. 2013. Analisis Potensi Breksi Napalan Dusun Wonosari Desa
Jurangjero Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Musriadi, Wahyuni. A., Zelviani, S., Trihendriansyah, & Lestari, U. 2019. Struktur
Batuan Penyusun Desa Pada ‘Elo Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros.
JFT 6(1): 80-85
Mustaghfirin. (2013). Geologi dasar. Jakarta: kementrian Pendidikan dan
kebudayaan Indonesia.
Pangestu A. A., & Wiloso, D. A. 2019. Petrografi Karakteristik Batupasir Formasi
Gamping Wungkal Implikasi untuk Provenan, Diagenesis, dan Proses
Pengendapan, Formasi Gamping Wungkal, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Technoscientia 12(1) 37-48

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 25


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Roman, M. (2018). Karakteristik Struktur Kristal Dan Kandungan Mineral Batuan


Sedimen Di Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung Kabupaten
Maros (Doctoral dissertation, Universitas ISlam Negeri Alauddin Makassar).
Sadzali, N. A. (2019). Pemetaan Jenis Tanah Yang Berkembang Dari Sedimen
Klastik Di Dusun Joho, Desa Gedawung, Kecamatan Kismantoro,
Kabupaten Wonogiri (Doctoral Dissertation, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta).
Sultoni, M. I., Hidayat, B., & Subandrio, A. S. (2019). Klasifikasi jenis batuan beku
melalui citra berwarna dengan menggunakan metode local binary pattern dan
k-nearest neighbor. TEKTRIKA-Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Telekomunikasi, Kendali, Komputer, Elektrik, dan Elektronika, 4(1), 10-15.
Suryana, D. R. H., Hendarmawan, & Waliyana, T. Y. 2022. Pemodelan Karakteristik
Aliran Airtanah Sistem Porous dengan Uji Permeabilitas, Porositas dan
Kompresibilitas Batuan pada Fasies Gunungapi Gede-Pangrango Bagian
Tenggara. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral 23(1): 35-51
Syafitri, & Putra, A. 2018. Penentuan Zona Caprock di Sekitar Gunung Talang
Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner. Jurnal Fisika Unand
7(3): 253-258
Zuhdi, Muhammad. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. In: Buku Ajar Pengantar
Geologi. Duta Pustaka Ilmu, Mataram

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 26


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

RADIF KHIYARUL KIRAM / 114220025 / PLUG 4 IV - 27

Anda mungkin juga menyukai