Anda di halaman 1dari 4

KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN

Alvito Heryas Pranagian


10020007
Tanri Abeng University, Jakarta Selatan
Teknik Perminyakan
Sedimentology and Stratigraphy

1. PENDAHULUAN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi suhu rendah dan
tekanan rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang terbentuk sebelumnya, mengalami pelapukan,
erosi, dan kemudian dilapukan oleh transportasi air, udara atau es, dan kemudian mengendap dan
menumpuk di cekungan sedimen untuk membentuk sedimen. Kemudian sedimen tersebut
dipadatkan, dikeraskan, dan terfragmentasi membentuk batuan sedimen.
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada yang mengalami pelapukan,
dorongan oleh air, pengikisan, diagnesa, transportasi dan litifikasi. Batuan ini mengendap pada
bagianbagian yang lebih rendah dibandingkan batuan asalnya. Batuan sedimen melalui berbagai
tahapan pembentukan, yaitu :
1. Perekatan (comentation). Materi SiO2, Fe2O3 atau CaCO3 berfungsi sebagai perekat/matriks.
2. pemadatan (compaction).
3. desikasi (desication), keluarnya air dari pori-pori dan
4. kristalisasi (crystalization).

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 TAHAPAN PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN
2.1.1 PELAPUKAN
Pelapukan adalah peristiwa yang menghancurkan batuan karena pengaruh cuaca, kimia atau
biologi. Batuan yang dihasilkan oleh peristiwa pelapukan dihancurkan menjadi partikel yang lebih
kecil. Oleh karena itu, hasil pelapukan yang larut dalam air akan menghasilkan zat yang disebut
sedimen.

2.1.2 EROSI
Erosi adalah peristiwa erosi batuan dan tanah yang disebabkan oleh pengaruh arus air, angin, es,
gravitasi dan organisme hidup. Erosi berbeda dengan pelapukan. Pelapukan adalah proses
penghancuran mineral batuan melalui proses kimiawi atau fisik, sedangkan erosi terjadi karena
pengaruh angin, air atau kekuatan gletser.

2.1.3 TRANSPORTASI
Transportasi adalah peristiwa pengangkutan sedimen dari satu tempat ke tempat lain melalui
media yang mengalir, dan zat berhenti mengendap di suatu tempat. Media fluida ini dapat melewati
gravitasi, air, es, dan udara.

2.1.4 SEDIMENTASI
Batuan sedimen pada mulanya merupakan batuan lunak, bukan batuan keras, namun karena
diagenesis batuan lunak menjadi keras.
Baik batuan sedimen yang terbentuk secara kimiawi maupun yang terbentuk secara organik
memiliki kesamaan, yaitu akumulasi larutan sedimen. Selain itu, terdapat beberapa jenis batuan
sedimen yang sebagian besar mengandung bahan yang tidak dapat larut, seperti sedimen klastik yang
terbentuk di lereng pegunungan akibat pelapukan akibat paparan sinar matahari atau erosi angin.

Batuan ini disebut bedengan aluvial, dan bila tersapu oleh air disebut bedengan aluvial. Sifat
utama batuan sedimen adalah berlapis-lapis. Lebih disukai, kebanyakan batuan sedimen diendapkan
secara horizontal sehingga batuan termuda berada di lapisan atas.

2.1.5 LITIFIKASI DAN DIAGNESIS


Pencairan atau goyang adalah proses mengubah bahan sedimen menjadi batuan sedimen yang
rapat. Misalnya pasir diubah menjadi batupasir setelah dilakukan perlakuan ringan. Pada saat yang
sama, diagenesis adalah proses utama diagenesis akhir, dan ciri utamanya adalah mengubah tekstur
dan mineralogi batuan.
Diagnosis terjadi pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi cuaca. Namun,
berbeda dengan proses metamorfisme batuan. Proses diagenesis dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
proses kimiawi, proses fisik dan proses biologis.
Proses diagenesis dimulai dengan pemadatan, rekristalisasi, pelarutan, sementasi, infiltrasi
sendiri, perpindahan dan gangguan biologis. Secara umum diagenesis adalah proses pemadatan atau
pemadatan material sedimen menjadi batuan keras (seperti larutan kapur).
Proses diagnostik berperan penting dalam menentukan karakteristik batuan sedimen. Proses
diagnostik akan menghasilkan perubahan sedimen. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik,
kimiawi, dan mineralogi.
Beberapa proses yang terjadi pada tahap diagnasis, yaitu:
 Kompaksi, tahap ini akan terjadi karena penambahan beban. Kompaksi terjadi jika adanya
tekanan penambahan beban. Baban itu akibat penumpukkan material sedimen yang berada
di atasnya.
 Anthigenesis, merupakan mineral baru pada batuan sedimen pada proses diagenesis.
Mineral autigenik biasanya ditemukan pada batuan karbonat, silika, klastika, illite, gipsum,
dan beberapa mineral lain.
 Metasomatisme, yaitu proses pergantian mineral sedimen tanpa pengurangan volume.
Contoh, proses perubahan mineral karbonat ataupun fosil menjadi dolomit.
 Rekristalisasi, yaitu pengkristalan kembali mineral dari pelarutan material endapan selama
diagnesis.
 Larutan (Solution), yaitu adanya larutan pada bagian dalam batuan sehingga menyebabkan
batuan sedimen berongga.

2.2 KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN


2.2.1 BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Komposisi kimiawi batuan ini sama dengan komposisi kimiawi sedimen yang membentuknya.
Proses pembentukan batuan telah mengalami kerusakan mekanis, namun tidak terjadi proses
perubahan kimiawi. Batu besar dihancurkan dan menjadi partikel yang lebih kecil. Fragmen batuan
ini diangkut oleh hujan, angin, tanah longsor atau sungai yang mengepul.
Air sungai dapat menghancurkan batu besar (bom) menjadi pasir, kerikil, dan lumpur, dan
menyimpannya di tempat lain. Contoh batuan klastik adalah konglomerat. Batuan yang terbentuk
oleh angin, air atau es disebut juga endapan mekanis.
Contoh jenis batuan sedimen klastik: batu gamping, batu pasir, batu lempung, batu breksi, batu
konglomerat, batu tilit, argillaceous (serpih lempung), batu lanau, arenaceous (batu pasir serpih),
arkosa (batu pasir feldspar), dan carbonaceous (serpih gamping).

Sumber gambar : jualo.com

2.2.2 BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK


Batuan sedimen non-klastik terbentuk selain melalui proses penghancuran mekanik, bisa
secara kimiawi ataupun sedimen organik.
Batuan sedimen kimiawi
Berbeda dengan jenis batuan sedimen klastik, batuan ini terbentuk melalui proses kimiawi.
Berbagai tahapan proses kimiawi meliputi pelarutan, penguapan, oksidasi, dehidrasi, dll. Oleh karena
itu, struktur kimia batuan sedimen berbeda dengan bahan sedimen aslinya.
Hasil pengendapan kimiawi misalnya; batu kapur. Air hujan yang mengandung karbon
monoksida muncul di pegunungan kapur, kemudian air hujan merembes ke dalam celah kecil
(CaCO3) batu kapur tersebut.
Batu kapur dan air hujan larut menjadi larutan air kapur (Ca (HCO3) 2), mencapai atap gua
kapur. Tetesan batu kapur ini akan membentuk stalaktit di bagian atas atap gua dan stalagmit di
bawah gua. Kedua bentuk batu kapur ini disebut batuan sedimen kimiawi.

Sumber gambar : ilmugeografi.com


Batuan sedimen organik
Batuan sedimen organik
Batuan sedimen organik berbeda dengan jenis batuan sedimen klastik. Batuan sedimen
organik terbentuk karena zat organik tertentu, seperti ranting, daun, bangkai hewan, atau deskripsi
pengurai terkubur di dasar laut.

Sumber gambar : https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-


files/kontenkm/km2016/KM201621/media/materi3_clip_image001.jpg

3. KESIMPULAN
Pada kesimpulan nya, batuan sedimen melalui banyak tahapan-tahapan dan memiliki banyak alur
yang harus dilewati. Batuan sedimen memiliki 2 klasifikasi, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan
sedimen non klastik.
Batuan sedimen non klastik melalui penghancuran mekanik, bisa dengan 2 cara yaitu organik dan
kimiawi. Batuan yang melalui tahapan penghancuran mekanik kimiawi memiliki senyawa yang
berbeda dengan yang aslinya di karenakan melalui proses kimiawi
Sedangkan organik, terbentuk karna zat organik tertentu, seperti ranting, daun dan lain lain.

4. DAFTAR PUSTAKA
1. Endarto, D. 2019. Berkenalan Dengan Batuan Sedimen. Graha Printama Selaras. Jakarta.
2. Syarifin. 2004. Petrologi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai