Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA BATUAN BEKU

Disusun oleh:
Ajeng Ria Tifany
1806136662
Geofisika/2018

Asisten Acara :
Aditya Bayu Pratama
Rifika Ayu

Shift Praktium: Jumat 10.00-11.40

Departemen Geosains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu pembentuk kulit bumi adalah batuan. Batuan yang menyusun lapisan kulit
bumi diantaranya berbeda satu sama lain dan berbeda-beda pula proses pembentukannya
serta materi penyusunnya.
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi, petrologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu “petra” yang artinya batuan dan “logos” yang artinya ilmu. Ilmu petrologi mempelajari
tentang batuan seperti proses pembentukannya, evolusi dan komposisi batuan.
Batuan dibagi menjadi tiga (Tarbuck dan Lutgens, 1976) yaitu:
1. Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil
pembekuan daripada magma yang mendingin.
2. Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi sebuah endapan.
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan yang
berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi
mineral pada perubahan tekanan dan temperatur.
Mahasiswa geofisika perlu mempelajari tentang batuan beku secara langsung, tidak
hanya dengan teori saja. Agar saat terjun dilapangan dapat membedakan macam-macam
batuan beku yang ada dilapangan secara langsung.

1.2 Tujuan Praktikum

- Mahasiswa mampu mendeskripsikan batuan beku, dari segi warna, tekstur, komposisi
mineral pembentuknya, struktur batuan, bentuk tubuh yang menggambarkan keterbentukan
- Mahasiswa mampu memberi nama batuan beku berdasarkan klasifikasi yang ada
BAB 2
LANDASAN TEORI

Batuan adalah material penyusun kerak bumi yang terdiri dari satu jenis
mineral atau lebih yang merupakan padatan yang terdiri dari agregat mineral yang terjadi
secara alami (Grotzinger et al, 2007). Batuan terdiri dari 3 jenis yaitu beku, metamorf dan
sedimen.
2.1 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena pendinginan dan
pengerasan magma yang berasal dari kerak bumi bagian bawah dan mantel bagian atas
(Grotzinger et al, 2007). Proses pembekuan magma akan berpengaruh terhadap struktur dan
tekstur batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dapat dibedakan menjadi
2 yaitu :
- Batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif atau disebut juga vulkanik yang terbentuk diatas permukaan
bumi akibat keluarnya magma melalui rekahan atau lubang gunung api sebagai erupsi.
Kristal-kristal pada batuan beku ekstrusif biasanya berukuran kecil, hal tersebut dikarenakan
waktu pendinginan magma terjadi relative cepat dibandingkan batuan beku intrusive.
(Tarbuck dan Lutgens, 1976)

- Batuan beku intrusif


Batuan beku intrusive atau plutonik adalah batuan yang terbentuk dibawah
permukaan bumi, pendinginan magma yang terjadi sangat lambat dapat mencapai jutaan
tahun, biasanya kristal-kristal pada batuan beku intrusive berbentuk sempurna dan
mempunyai ukuran kristal yang besar dan lebih sedikit. (Tarbuck dan Lutgens, 1976).
Batuan beku tersusun oleh mineral silikat. Mineral ini terbentuk oleh silikon
dan oksigen atau disebut sebagai silika (Si𝑂2 ). Selain itu terdapat ion Aluminium (Al),
Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg) dan Besi (Fe) yang merupakan
penyusun sebagian besar magma. Ketika magma mendingin akan membentuk dua kelompok
utama mineral silikat yaitu silikat gelap yang rendah akan kandungan silika (Si𝑂2 ) dan silikat
terang yang kaya akan silika (Si𝑂2 ) (Tarbuck dan Lutgens, 1976).

2.2 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan tekstur dan
komposisi mineralnya.

Bagian Klasifikasi Batuan Beku


(sumber : Earth Science)

Klasifikasi berdasarkan tekstur atau ukuran butirnya dibagi menajdi 3 yaitu plutonik,
hypabyssal dan vulkanik (Frost, 1976). Ukuran butir dipengaruhi oleh tempat pendinginan
batuan tersebut. Plutonik memiliki butir yang kasar dikarenakan pembekuan yang terjadi jauh
di dalam kerak bumi. Sedangkan hypabyssal dan vulkanik memiliki ukuran butir yang lebih
halus dibandingkan plutonik dikarenakan pembekuan magma terjadi diluar permukaan bumi.
Klasifikasi berdasarkan komposisi mineralnya dihasilkan dari penyusun kimia magma
tersebut (Tarbuck dan Lutgens, 1976). Klasifikasi ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

- Batuan Granit (Felsik)


Batuan granit (Felsik) adalah batuan yang tersusun hampir sepenuhnya oleh feldspar
dan silika yang merupakan mineral berwarna terang. Selain itu, sebagian besar batuan granit
tersusun oleh 10 persen silikat gelap seperti mika biotit dan amfibol (Tarbuck dan Lutgens,
1976)
- Batuan Andesit (Intermediate)
Batuan andesit memilii komposisi antara batuan granit dan basalt. Batuan andesit
mengandung setidaknya 25 persen mineral silikat gelap terutama amfibol, piroksen, dan mika
biotite (Tarbuck dan Lutgens, 1976).
- Batuan Basaltik (Mafik)
Batuan basaltic mengandung 45 persen mineral silikat gelap dan banyak mengandung
besi. Kandungan besi yang erdapat pada batuan basaltic ini membuat batuan ini berwarna
lebih gelap dan lebih padat dari batuan granit (Tarbuck dan Lutgens, 1976).

2.3 Parameter Deskripsi Batuan Beku


1. Warna (Frost, 1976)
Warna terbagi menjadi dua, yaitu :
- Warna segar
Warna asli batuan yang belum terjadi perubahan warna akibat factor-faktor alam.
- Warna lapuk
Warna lapuk adalah warna luar batuan yang telah terjadi perubahan akibat faktor-
faktor alam seperti oksidasi, pelapukan dan erosi pada batuan tersebut.

2. Komponen (Frost, 1976)


Komponen pada deskripsi bagian beku dibagi menjadi dua, yaitu :
- Fenokris
Fenokris adalah mineral penyusun batuan yang relative besar.
- Massa dasar
Massa dasar berbentuk butir yang halus dimana massa dasar merupakan
tempat fenokris berada.

3. Tekstur
Tekstur pada deskripsi batuan beku terbagi 3, yaitu :
- Ukuran kristal
Ukuran kristal terbagi menjadi tiga (Tarbuck dan Lutgens, 1976):
a. Faneritik, memiliki ukuran butir yang relative besar dan kristal pembentuknya dapat dilihat
dengan mata telanjang
b. Porifitik memiliki ukuran kristal yang sangat besar. Pada porifitik material penyusunnya
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fenokris dan massa dasar.
c. Afanitik memiliki ukuran kristal yang sangat kecil dan halus sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang.

- Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi menunjukkan kecepatan pendinginan magma pada batuan(Blatt
dan Tracy, 1996). Derajat kistalisasi dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Holokristalin batuan yang hanya tersusun oleh massa kristal yang dapat dilihat dengan mata
telanjang
b. Hipokristalin batuan yang tersusun oleh kristal dan gelas namun lebih dominan kristal
daripada gelas
c. Hipohyalin batuan yang tersusun oleh kristal dan gelas namun lebih dominan gelas daripada
kristal
d. Holohyaline batuan yang hanya tersusun oleh massa gelas

- Keseragaman (Blatt dan Tracy, 1996)


Keseragaman atau disebut juga granulitas merupakan keseragaman bentuk mineral
yang ada pada batuan beku. Keseragaman dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Equigranular yaitu butir-butir mineral pada batuan beku memiliki bentuk yang sama. Hal
tersebut dikarenakan saat proses kristalisasi batuan memiliki tekanan dan temperature yang
sama.
b. Inequigranular yaitu butir-butir mineral pada batuan beku memiliki bentuk yang berbeda-
beda.

- Bentuk Kristal (Blatt dan Tracy, 1996)


Bentuk kristal dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Euhedral yaitu bentuk kristal dan mineral yang mempunyai bidang kristal yang sempurna
b. Subhedral yaitu bentuk kristal dan mineral yang mempunyai batas kristal yang kurang
sempurna atau sebagian sempurna
c. Anhedral yaitu bentuk kristal dan mineral yang mempunyai batas yang tidak sempurna dan
bentuknya yang tidak jelas

4. Komposisi Mineral (Frost, 1976)


Komposisi mineral pada batuan beku dibagi menjadi 2, yaitu:
- Mineral utama yaitu mineral yang terbentuk bersamaan proses pembentukan mineral
- Mineral sekunder yaitu mineral yang tumbuh diluar proses pembentukan mineral

5. Struktur batuan
Struktur batuan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skala besar, yang dibagi menjadi 3:
- Massif, yaitu tidak terdapat fragmen batuan lain
- Pillow lava, yaitu berbentuk seperti bantal yang merupakan akibat dari lava yang mendingin
dibawah tekanan air
- Joint, yaitu terdapat kekar-kekar pada batuan yang tegak lurus searah aliran
b. Skala hand sample, dibagi menjadi 5:
- Vesikuler, yaitu terdapat lubang-lubang pada batuan akibat pelepasan gas saat pembekuan
- Scoria, yaitu struktur yang terdapat sangat banyak lubang melebihi vesikuler
- Amygdaloidal, yaitu struktur dengan lubang-lubang yang diisi oleh mineral sekunder
- Xenolith, yaitu struktur dimana terdapat fragmen batuan yang masuk kedalam batuan
tersebut
- Autobreccia , yaitu struktur yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava
6. Keterbentukan batuan (Tarbuck dan Lutgens, 1976)
Keterbentukan batuan yaitu tempat dimana terjadi pembekuan magma yang akan menjadi
batuan beku. Tempat keterbentukan batuan beku dibagi 3, yaitu :
a. Plutonik, yaitu terbentuk dibawah permuakan bumi
b. Hypabyssal, yaitu terbentuk diantara tempat plutonik dan vulkanik terbentuk
c. Vulkanik/esktrusi , yaitu erbentuk diatas permukaan bumi
7. Nama batuan
Penamaan batuan beku dapat menggunakan table Fenton dan Bowen dengan
parameter pendeskripsian batuan beku yang sudah dijelaskan diatas.
BAB 3
DESKRIPSI BATUAN BEKU

3.1 Peridiotite Hornblende

(Sumber : dokumentasi Wisnu)


Alat peraga batuan beku nomor B5 merupakan batuan peridiotite menurut
penamaan dari Bowen. Batuan ini merupakan batuan ultramafic. Batuan peridiotite
hornblende memiliki warna lapuk yaitu hitam kehijauan sedangkan warna segarnya adalah
hijau gelap kehitaman. Warna tersebut dikarenakan peridotite memiliki fenokris yaitu
mineral olivine , plagioklas dan pyroxene dengan massa dasarnya yaitu amphibole.
Peridiotite merupakan batuan intrusive sehingga memiliki ukuran kristal sebesar 2-5mm
yang merupakan faneritik. Pada peridiotite ukuran kristal yang terdapat didalamnya adalah
relative seragam sehingga bisa disebut equigranular. Peridiotite merupakan batuan
holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal yang dikarenakan proses
pembekuan magma yang relative lama. Pada peridiotite butiran pyroxene memiliki belahan
yang dapat dilihat dengan jelas, sedangkan butiran olivine tidak dapat dilihat dengan jelas
sehingga peridiotite memiliki betuk kristal subhedral, yaitu bentuk kristal dari butiran
mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna. Komposisi mineral yang
terdapat pada peridiotite terbagi menjadi dua, yaitu mineral utama dan mineral sekunder.
Mineral utama pada peridiotite adalah olivine yang terkandung setidaknya 40%, pyroxene
yang melimpah, plagioklas yang kurang melimpah serta garnet dan chromite yang kurang
melimpah. Massa dasar tidak terdapat pada peridotite. Struktur dari peridiotite adalah massif.
Keterbentukan batuan peridiotite adalah plutonik/intrusive. Dimana peridiotite ini
terbentuk pada mantel bumi yang merupakan kristalisasi magma yang kurang akan silika,
kemudian terangkat dari magma basal akibat aktivitas tektonik. Peridiotite merupakan
sumber dari kronium dan nikel. (Bonewitz, 2012)
3.2 Basalt

(Sumber : dokumentasi Wisnu)

Alat peraga batuan beku nomor B6 menurut penamaan pada aturan bowen
merupakan batuan beku basalt. Batuan ini merupakan batuan mafic. Warna lapuk pada
batuan ini adalah hitam dan warna segar pada batuan ini adalah abu tua kehitaman. Batuan
tersebut memiliki komponen fenokrisnya adalah olivine dan plagioklas sedangkan massa
dasarnya terusun atas mineral mafic atau mineral gelap yaitu pyroxene. Basalt mempunyai
ukuran butir sebesar 0,1mm yang merupakan porfiritik. Basalt merupakan batuan beku yang
seluruhnya tersusun oleh kristal dan gelas namun didominasi oleh gelas dikarenakan proses
pendinginan atau pembekuan menengan namun cenderung cepat sehingga disebut
hipohyalin.. Basalt mempunyai keseragaman yang inequigranular yaitu mempunyai ukuran
butir yang relative berbeda-beda. Bentuk kristalnya adalah anhedral. Mineral utama yang
terkandung pada porfiritik basalt adalah plagioklas yang melimpah dan olivine yang kurang
melimpah dan terdapat juga leucite, nepheline dan augite yang merupakan mineral minor.
Sedangkan massa dasarnya adalah pyroxene. Struktur pada basal adalah massive.
Tempat keterbentukan basalt adalah vulkanik atau ekstrusif terbentuk diatas
permukaan bumi akibat keluarnya magma yang miskin akan silika melalui rekahan atau
lubang gunung api sebagai erupsi. (Bonewitz, 2012)
3.3 Diorite

(sumber : dokumentasi Wisnu)

Alat peraga nomor B7 menurut aturan penamaan Fenton pada 1940 merupakan
batuan beku diorite. Batuan ini merupakan variasi fine-grained diorite. Batuan diorite
merupakan batuan intermediate dengan kandungan silika. Warna pada diorite terbagi
menjadi dua yaitu warna lapuknya berupa hitam dengan corak putih kecoklatan, sedangkan
warna segarnya adalah hitam kehijauan dengan corak putih keabuan. Diorite memiliki
fenokris berupa olivine, dan hornblende serta terdapat massa dasar pada diorite yaitu
plagioklas. Diorite merupakan batuan intrusive sehingga memiliki ukuran kristal sebesar 2-
5mm yang merupakan faneritik. Pada diorite ukuran kristal yang terdapat didalamnya tidak
seragam satu sama lain sehingga disebut inequigranular. Diorite merupakan batuan
holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal yang dikarenakan proses
pembekuan magma yang relative lama dengan bentuk kristalnya yang subhedral-anhedral.
Pada diorite tersusun atas komposisi mineral utama yaitu plagioklas yang sangat melimpah
sebesar dua pertiganya, hornblende yang melimpah, dan olivine yang kurang melimpah, juga
biotite yang kurang melimpah. Struktur dari diorite adalah massif.
Keterbentukan diorite adalah plutonik/intrusive. Genesa diorite merupakan terbentuk
akibat pengkristalan magma dengan silika intermediate di dibawah permukaan bumi,
tepatnya pada subduction zone. Diorite dapat terjadi sebagai intrusi atau sebagai dykes dan
sills yang kecil. (Bonewitz, 2012)
3.4 Diorite

(sumber : dokumentasi Wisnu)


Alat peraga nomor BM02 menurut aturan penamaan Fenton pada 1940
merupakan batuan beku diorite. Batuan diorite ini merupakan variasi light-colored diorite.
Batuan diorite merupakan batuan intermediate dengan kandungan silika. Warna pada diorite
terbagi menjadi dua yaitu warna lapuknya berupa hitam abu kecoklatan dengan corak hitam,
sedangkan warna segarnya adalah abu keputihan dengan corak hitam. Diorite memiliki
fenokris berupa olivine, dan hornblende serta terdapat massa dasar pada diorite yaitu
plagioklas Diorite merupakan batuan intrusive sehingga memiliki ukuran kristal sebesar 2-
5mm yang merupakan faneritik. Pada diorite ukuran kristal yang terdapat didalamnya tidak
seragam satu sama lain sehingga disebut inequigranular. Diorite merupakan batuan
holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal yang dikarenakan proses
pembekuan magma yang relative lama dengan bentuk kristalnya yang subhedral-anhedral.
Pada diorite tersusun atas komposisi mineral utama yaitu plagioklas yang sangat melimpah,
hornblende yang kurang melimpah dan lebih sedikit jika dibandingkan dengan fine-grained
diorite(kode peraga B7), dan olivine yang kurang melimpah, juga biotite yang kurang
melimpah.. Struktur dari diorite adalah massif.
Keterbentukan diorite adalah plutonik/intrusive. Genesa diorite merupakan
terbentuk akibat pengkristalan magma dengan silika intermediate di dibawah permukaan
bumi, tepatnya pada subduction zone. Diorite dapat terjadi sebagai intrusi atau sebagai dykes
dan sills yang kecil. (Bonewitz, 2012)
3.5 Granite

(sumber : dokumentasi Wisnu)


Kode peraga nomor 6 menurut aturan penamaan Fenton,1940 merupakan
batuan granite. Batuan granite memiliki warna lapuk coklat, hitam, dan putih, sedangkan
warna segar yang dimiliki granite adalah putih, abu muda, dan coklat kemerahan. Granite
merupakan batuan yang kaya akan silika. Komponen fenokris pada granite adalah plagioklas,
quartz, feldspar, hornblende, mica seperti biotite dan muskovit . Namun pada granite tidak
terdapat massa dasar didalamnya. Diorite merupakan batuan intrusive atau plutonik sehingga
memiliki ukuran kristal sebesar 2-5mm yang merupakan faneritik. Pada granite ukuran kristal
yang terdapat didalamnya tidak seragam satu sama lain sehingga disebut inequigranular.
Granite merupakan batuan holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal yang
dikarenakan proses pembekuan magma yang relative lama dengan bentuk kristalnya yang
subhedral. Komposisi mineral utama pada granite adalah alkali feldspar yang sangat
melimpah, kuarsa yang melimpah, plagioklas yang melimpah, biotite yang kurang melimpah
dan muscovite yang kurang melimpah terdapat juga mineral minor yang yaitu sodium
plagioklas dan hornblende yang ketiganya sangat kurang melimpah. Struktur pada batuan
granite adalah massif.
Granite merupakan batuan plutonik/intrusive yang merupakan batuan yang
mengalami pengkristalan di bawah permukaan bumi. Granite terbentuk karena pengkristalan
magma yang kaya akan silika yang terjadi di dalam intrusi. (Bonewitz, 2012)
3.6 Granodiorite

(sumber : dokumentasi Wisnu)


Alat peraga nomor TB 08 menurut penamaan Fenton,1940 adalah batuan
granodiorite. Batu granodiorite memiliki warna lapuk putih kecoklatan dengan corak hitam,
sedangkan warna segarnya adalah putih dengan corak hitam. Komponen fenokris pada
granodiorite adalah biotit dengan komponen massa dasarnya adalah plagioklas dan kuarsa.
Granodiorite merupakan batuan intrusive/plutonik sehingga memiliki ukuran kristal
faneritik. merupakan batuan holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal
yang dikarenakan proses pembekuan magma yang relative lama dengan bentuk kristalnya
yang subhedral. Keseragaman pada granodiorite adalah equigranular karena memiliki bentuk
kristal yang seragam satu sama lain. Komposisi mineral utama pada granodiorite adalah
plagioklas yang sangat melimpah, kuarsa yang sangat melimpah, alkali feldspar yang sangat
melimpah dan melimpah. Sedangkan hornblende dan augit yang terdapat pada granodiorite
kurang melimpah. Granodiorite tidak memiliki mineral sekunder. Struktur pada granodiorite
adalah massif. Keterbentukan granodiorite adalah plutonik atau intrusive. (Bonewitz, 2012)
Keterbentukan batuan granodiorite adalah pultonik yang terbentuk secara
intrusive. Granodiorite merupakan hasil dari lelehan sebagian bantalan hornblende di kerak
bumi (Winter, 1976)
3.7 Andesit

(sumber : dokumentasi Wisnu)


Alat peraga nomor 11 menurut penamaan Bowen adalah batuan andesit
dengan variasi porifiri andesit. Batuan ini mempunyai warna lapuk yaitu abu-abu tua dengan
corak hitam dan sedikit corak putih susu. Sedangkan warna segarnya adalah abu-abu dengan
corak hitam dan sedikit corak putih-susu. Batuan andesit merupakan batuan dengan
kandungan silika intermediate. Komponen fenokris pada andesit adalah hornblende dan
komponen massa dasarnya adalah plagioklas. Batuan andesit memiliki ukuran kristal sebesar
0.1mm sehingga ukuran kristalnya adalah porfiritik dengan keseragamannya equigranular..
Derajat kristalisasi andesit adalah holokristalin. Pada saat andesit terbentuk penurunan suhu
lava terjadi sangat cepat sehingga bentuk kristal andesit adalah kurang sempurna atau disebut
subhedral. Komposisi mineral utama pada andesit adalah plagioklas feldspar yang sangat
melimpah, sedangkan pyroxene, amphibole dan biotite yang melimpah. Pada andesit tidak
terdapat mineral sekunder. Struktur andesit adalah massif. (Bonewitz, 2012)
Keterbentukan andesit adalah vulkanik atau ekstrusi yang berarti andesite
terbentuk di atas permukaan bumi, biasanya andesit terbentuk dari magma stratovolcanoes
dengan kandungan silika intermediate yang mengalir (Winter, 1976)
Daftar Pustaka
Blatt, Harvey., et al. (1996). Petrology: Igneous, Sedimentary and
Metamorphic. New York: W.H Freeman.
Bonewitz, Ronald Louis. (2012). Nature Guide Rocks and Mineral. United
States : DK Publishing.
Frost, B Ronald., Frost, Carol D. (2014). Essentials of Igneous and
Metamorphic Petrology. Cambridge: Cambridge University Press,
Grotzinger, John., et al. (2007). Understanding Earth (5th ed.). New York:
W.H Freeman and Company.
Tarbuck, Edward J., Frederick K. Lutgens & Dennis Tasa. (1976). Earth
Science. New Jersey: Pearson Education Inc.
Winter, John D. (2014) Principles of Igneous and Metamorphic Petrology (2nd
ed.). United States : Pearson Education Limited.

Anda mungkin juga menyukai