Disusun oleh:
Ajeng Ria Tifany
1806136662
Geofisika/2018
Asisten Acara :
Aditya Bayu Pratama
Rifika Ayu
Departemen Geosains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
- Mahasiswa mampu mendeskripsikan batuan beku, dari segi warna, tekstur, komposisi
mineral pembentuknya, struktur batuan, bentuk tubuh yang menggambarkan keterbentukan
- Mahasiswa mampu memberi nama batuan beku berdasarkan klasifikasi yang ada
BAB 2
LANDASAN TEORI
Batuan adalah material penyusun kerak bumi yang terdiri dari satu jenis
mineral atau lebih yang merupakan padatan yang terdiri dari agregat mineral yang terjadi
secara alami (Grotzinger et al, 2007). Batuan terdiri dari 3 jenis yaitu beku, metamorf dan
sedimen.
2.1 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena pendinginan dan
pengerasan magma yang berasal dari kerak bumi bagian bawah dan mantel bagian atas
(Grotzinger et al, 2007). Proses pembekuan magma akan berpengaruh terhadap struktur dan
tekstur batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dapat dibedakan menjadi
2 yaitu :
- Batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif atau disebut juga vulkanik yang terbentuk diatas permukaan
bumi akibat keluarnya magma melalui rekahan atau lubang gunung api sebagai erupsi.
Kristal-kristal pada batuan beku ekstrusif biasanya berukuran kecil, hal tersebut dikarenakan
waktu pendinginan magma terjadi relative cepat dibandingkan batuan beku intrusive.
(Tarbuck dan Lutgens, 1976)
Batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan tekstur dan
komposisi mineralnya.
Klasifikasi berdasarkan tekstur atau ukuran butirnya dibagi menajdi 3 yaitu plutonik,
hypabyssal dan vulkanik (Frost, 1976). Ukuran butir dipengaruhi oleh tempat pendinginan
batuan tersebut. Plutonik memiliki butir yang kasar dikarenakan pembekuan yang terjadi jauh
di dalam kerak bumi. Sedangkan hypabyssal dan vulkanik memiliki ukuran butir yang lebih
halus dibandingkan plutonik dikarenakan pembekuan magma terjadi diluar permukaan bumi.
Klasifikasi berdasarkan komposisi mineralnya dihasilkan dari penyusun kimia magma
tersebut (Tarbuck dan Lutgens, 1976). Klasifikasi ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
3. Tekstur
Tekstur pada deskripsi batuan beku terbagi 3, yaitu :
- Ukuran kristal
Ukuran kristal terbagi menjadi tiga (Tarbuck dan Lutgens, 1976):
a. Faneritik, memiliki ukuran butir yang relative besar dan kristal pembentuknya dapat dilihat
dengan mata telanjang
b. Porifitik memiliki ukuran kristal yang sangat besar. Pada porifitik material penyusunnya
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fenokris dan massa dasar.
c. Afanitik memiliki ukuran kristal yang sangat kecil dan halus sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang.
- Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi menunjukkan kecepatan pendinginan magma pada batuan(Blatt
dan Tracy, 1996). Derajat kistalisasi dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Holokristalin batuan yang hanya tersusun oleh massa kristal yang dapat dilihat dengan mata
telanjang
b. Hipokristalin batuan yang tersusun oleh kristal dan gelas namun lebih dominan kristal
daripada gelas
c. Hipohyalin batuan yang tersusun oleh kristal dan gelas namun lebih dominan gelas daripada
kristal
d. Holohyaline batuan yang hanya tersusun oleh massa gelas
5. Struktur batuan
Struktur batuan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skala besar, yang dibagi menjadi 3:
- Massif, yaitu tidak terdapat fragmen batuan lain
- Pillow lava, yaitu berbentuk seperti bantal yang merupakan akibat dari lava yang mendingin
dibawah tekanan air
- Joint, yaitu terdapat kekar-kekar pada batuan yang tegak lurus searah aliran
b. Skala hand sample, dibagi menjadi 5:
- Vesikuler, yaitu terdapat lubang-lubang pada batuan akibat pelepasan gas saat pembekuan
- Scoria, yaitu struktur yang terdapat sangat banyak lubang melebihi vesikuler
- Amygdaloidal, yaitu struktur dengan lubang-lubang yang diisi oleh mineral sekunder
- Xenolith, yaitu struktur dimana terdapat fragmen batuan yang masuk kedalam batuan
tersebut
- Autobreccia , yaitu struktur yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava
6. Keterbentukan batuan (Tarbuck dan Lutgens, 1976)
Keterbentukan batuan yaitu tempat dimana terjadi pembekuan magma yang akan menjadi
batuan beku. Tempat keterbentukan batuan beku dibagi 3, yaitu :
a. Plutonik, yaitu terbentuk dibawah permuakan bumi
b. Hypabyssal, yaitu terbentuk diantara tempat plutonik dan vulkanik terbentuk
c. Vulkanik/esktrusi , yaitu erbentuk diatas permukaan bumi
7. Nama batuan
Penamaan batuan beku dapat menggunakan table Fenton dan Bowen dengan
parameter pendeskripsian batuan beku yang sudah dijelaskan diatas.
BAB 3
DESKRIPSI BATUAN BEKU
Alat peraga batuan beku nomor B6 menurut penamaan pada aturan bowen
merupakan batuan beku basalt. Batuan ini merupakan batuan mafic. Warna lapuk pada
batuan ini adalah hitam dan warna segar pada batuan ini adalah abu tua kehitaman. Batuan
tersebut memiliki komponen fenokrisnya adalah olivine dan plagioklas sedangkan massa
dasarnya terusun atas mineral mafic atau mineral gelap yaitu pyroxene. Basalt mempunyai
ukuran butir sebesar 0,1mm yang merupakan porfiritik. Basalt merupakan batuan beku yang
seluruhnya tersusun oleh kristal dan gelas namun didominasi oleh gelas dikarenakan proses
pendinginan atau pembekuan menengan namun cenderung cepat sehingga disebut
hipohyalin.. Basalt mempunyai keseragaman yang inequigranular yaitu mempunyai ukuran
butir yang relative berbeda-beda. Bentuk kristalnya adalah anhedral. Mineral utama yang
terkandung pada porfiritik basalt adalah plagioklas yang melimpah dan olivine yang kurang
melimpah dan terdapat juga leucite, nepheline dan augite yang merupakan mineral minor.
Sedangkan massa dasarnya adalah pyroxene. Struktur pada basal adalah massive.
Tempat keterbentukan basalt adalah vulkanik atau ekstrusif terbentuk diatas
permukaan bumi akibat keluarnya magma yang miskin akan silika melalui rekahan atau
lubang gunung api sebagai erupsi. (Bonewitz, 2012)
3.3 Diorite
Alat peraga nomor B7 menurut aturan penamaan Fenton pada 1940 merupakan
batuan beku diorite. Batuan ini merupakan variasi fine-grained diorite. Batuan diorite
merupakan batuan intermediate dengan kandungan silika. Warna pada diorite terbagi
menjadi dua yaitu warna lapuknya berupa hitam dengan corak putih kecoklatan, sedangkan
warna segarnya adalah hitam kehijauan dengan corak putih keabuan. Diorite memiliki
fenokris berupa olivine, dan hornblende serta terdapat massa dasar pada diorite yaitu
plagioklas. Diorite merupakan batuan intrusive sehingga memiliki ukuran kristal sebesar 2-
5mm yang merupakan faneritik. Pada diorite ukuran kristal yang terdapat didalamnya tidak
seragam satu sama lain sehingga disebut inequigranular. Diorite merupakan batuan
holokristalin yaitu masanya tersusun seluruhnya oleh kristal yang dikarenakan proses
pembekuan magma yang relative lama dengan bentuk kristalnya yang subhedral-anhedral.
Pada diorite tersusun atas komposisi mineral utama yaitu plagioklas yang sangat melimpah
sebesar dua pertiganya, hornblende yang melimpah, dan olivine yang kurang melimpah, juga
biotite yang kurang melimpah. Struktur dari diorite adalah massif.
Keterbentukan diorite adalah plutonik/intrusive. Genesa diorite merupakan terbentuk
akibat pengkristalan magma dengan silika intermediate di dibawah permukaan bumi,
tepatnya pada subduction zone. Diorite dapat terjadi sebagai intrusi atau sebagai dykes dan
sills yang kecil. (Bonewitz, 2012)
3.4 Diorite