Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

STUDI PETROLOGI DAERAH BARRU DAN SEKITARNYA


KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN

OLEH:
DWI RANDI MURHUM
D061201058

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari asal-usul atau

orgin, penyebaran, struktur, serta evolusi dari batuan yang menyusun kerak bumi,

baik kerak samudera maupun kerak benua. Dalam petrologi di bahas pula

mengenai sejarah atau proses pembentukan batuan tersebut. Batuan di artikan

sebagai bahan padatan yang terbentuk secara alami yang disusun oleh satu atau

lebih kumpulan mineral tertentu. Oleh karena batuan disusun atas mineral-

mineral, maka penguasaan tentang dasar-dasar mineral sangat diperlukan dalam

mempelajari petrologi (Maulana, Adi. 2019)

Batuan adalah benda yang penting dan banyak tersebar di permukaan

bumi. Batuan dapat dijumpai di hampir semua tempat dimuka bumi ini. Bagi

orang awam, mempelajari batuan sepintas lalu terlihat tidak menarik, tetapi bagi

orang-orang yang mempelajari ilmu kebumian, batuan banyak menyimpan

informasi yang sangat menarik.

Dengan mengetahui ilmu batuan, kita dapat mengetahui sumber daya alam

baik sumber daya mineral maupun lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi segala kebutuhan manusia dari zaman purba hingga saat ini. Selain itu,

dengan mengetahui jenis litologi suatu daerah, kita dapat mengetahui sejarah

suatu daerah serta kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau.

Dengan keanekaragaman manfaat dari mempelajari tentang ilmu petrologi

atau ilmu batuan tersebut, dilakukan fieldtrip ini agar mahasiswa dapat
mengetahui dan melihat secara langsung jenis litologi yang ada pada daerah

penelitian.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari dilaksanakannya fieldtrip ini adalah agar dapat

mengetahui jenis litologi pada daerah penelitian.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya fieldtrip ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui jenis batuan yang ditemukan di daerah penelitian.

2. Dapat menjelaskan genesa dari batuan yang di temukan di daerah

penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang diangkat pada fieldtrip petrologi ini adalah

mengenai pendeskripsian dan genesa dari batua yang di temukan pada lokasi

penelitian.

1.4 Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah

Fieldtrip petrologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tepatnya pada

tanggal 4 – 5 Desember 2021. Secara administrasi daerah penelitian berada di

daerah , Kec. , Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara astronomis

daerah penelitian berada pada koordinat 119º43’06.37” E dan 4º29’23.65”S.

Daerah penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan bus selama 3 jam dari

Kampus Teknik Universitas Hasanuddin dengan jarak sekitar 127 km.

1.5 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada fieldtrip petrologi ini adalah

sebagai berikut.
1. ATK

2. Kertas HVS

3. Komparator Batuan Beku

4. Komparator Batuan Sedimen

5. Palu Geologi

6. Kompas Geologi

7. GPS

8. Loupe

9. Pensil Warna

10. Papan clipboard

11. Busur 180º dan 360º

12. Penggaris 30 cm

13. Kantong Sampel A3

14. Peta

15. Buku lapangan

1.6 Peneliti Terdahulu

1. Sarasin (1901), melakukan penelitian geografi dan geologi di pulau

Sulawesi.

2. Djuri dan Sujatmiko (1974), meneliti geologi lembar Pangkajene dan

Watampone bagian barat lembar Palopo Sulawesi Sleatan dengan skala

1:250.000
3. Rab Sukamto, (1975) mengadakan penelitian tentang perkembangan

tektonik Sulawesi dan sekitarnya, yang merupakan sintesis yang

berdasarkan tektonik lempeng.

4. Rab Sukamto (1982), membuat peta geologi regional lembar Pangkajene

dan Watampone bagian barat, provinsi Sulawesi Selatan.


BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Kondisi Geologi

Geologi regional merupakan informasi tentang tatanan geologi suatu

daerah dengan cakupan dan skala yang relatif luas. Geologi regional perlu

dipelajari untuk memberikan gambaran umum kondisi geologi di daerah

penelitian dan menjadi dasar untuk dilakukannya interpretasi awal faktor-faktor

geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah penelitian.

Daerah yang dijadikan lokasi penelitian adalah daerah Anabanua,

Kecamatan Daccipong, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Geologi

Regional yang dimiliki daerah tersebut adalah Geologi Regional Lembar

Pangkajene dan Watampone Bagian Barat.

Gambar 1 Peta geologi secara umum


Lengan Selatan Sulawesi terdiri dari tumpukan tebal batuan sedimen

Kenozoikum dan produk busur vulkanik di atas kompleks basement pra-

Kenozoikum (Gambar 1). Sistem tektonik wilayah saat ini didominasi oleh dua
sesar mendatar berarah barat laut-SSE: Sesar Walanae Barat (WWF) dan Sesar

Walanae Timur (EWF). Pergerakan pada kontak tektonik ini terutama bersifat

sinistral (Berry dan Grady, 1987), tetapi komponen ekstensional mengakibatkan

pembukaan Graben Walanae Plio-Pleistosen di antara mereka (van Leeuwen,

1981). Batuan basement Pra-Cenozoikum tersingkap dalam tiga jendela kecil,

yaitu Blok Bantimala, Barru dan Biru (mis.van Leeuwen, 1981; Jaya dkk., 2017).

Blok Barru terletak di bagian tengah-barat dari Lengan Selatan Sulawesi (Gambar

1). Geologi lokal digambarkan dalam gambar 2 dan dijelaskan di bawah ini.

Gambar 2 Peta geologi blok Barru

2.2 Sedimen kapur atas dan batuan beku

Batuan sedimen Kapur Atas Formasi Balangbaru menutupi kompleks

basement secara tidak selaras. Mereka terdiri dari batupasir interbedded dan serpih

berlanau, dengan konglomerat bawahan, batupasir berkerikil dan breksi

konglomerat (Sukamto, 1982). Satuan yang lebih kasar menampilkan struktur


sedimen yang menunjukkan kekeruhan (Hasan, 1991). Litologi dan fauna

Balangbaru dan Formasi Marada sezaman di sebelah timur (van Leeuwen, 1981;

Sukamto, 1982) menyiratkan lingkungan laut terbuka, neritik dalam hingga

bathyal ( Sukamto dan Supriatna, 1982; van Leeuwen, 1981, Hasan, 1991).

Foraminifera planktonik dan bukti nannofosil menunjukkan endapan turbidit

terbentuk selama Kapur terakhir (van Leeuwen dkk., 2010, dan referensi di

dalamnya). Dasit porfiritik dari Blok Barru menghasilkan zirkon U-Pb berumur

87,9 ± 0,9 Ma (Jaya dkk., 2017), yang sangat sesuai dengan umur aktivitas

magmatik di Kompleks Meratus, Kalimantan Selatan (Yuwono dkk., 1998).

Vulkanik Kapur Akhir dan Paleogen lainnya, mungkin setara dalam usia dan asal

batuan dasit di Blok Barru, tersebar luas di tempat lain di Lengan Selatan

Sulawesi, yaitu: vulkanik Bua/Alla (mis.Sukamto, 1982; van Leeuwen, 1981) dan

batuan volkanik Langi dan granitoid di Kompleks Biru (van Leeuwen, 1981;

Elburg dkk., 2002). Batuan ini dicirikan oleh komposisi curah kalium yang relatif

rendah, tidak seperti batuan magmatik Kenozoikum Akhir yang hampir

seluruhnya mengandung kalium hingga bersifat ultrapotassic (Yuwono dkk.,

1998; Bergman dkk., 1996; Polve dkk., 1996).

2.3 Sedimen batuan vulkanik berumur eosen hingga Miosen

Batuan sedimen berumur Eosen sampai Miosen Blok Barru termasuk

dalam formasi Malawa, Tonasa dan Camba. Formasi Malawa terdiri dari batupasir

arkosik, batulanau, batulempung, napal dan konglomerat, diselingi oleh lapisan

dan lensa batu bara dan batugamping. Suksesi ini secara tidak selaras menutupi

Formasi Balangbaru. Umur Paleogen Formasi Malawa disimpulkan dari


palynomorph (Khan dan Tschudy, dalamSukamto, 1982), sedangkan ostracoda

membatasi usia lebih ketat seperti Eosen (Hazel, in Sukamto, 1982). Formasi

Malawa diduga telah diendapkan pada lingkungan laut terestrial/marjinal yang

bergerak ke atas menuju lingkungan laut dangkal (Wilson dan Bosence, 1996).

Formasi Tonasa (ketebalan sampai dengan 3000 m) menutupi Formasi Malawa

secara selaras dan diperkirakan berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van

Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson dan Bosence, 1996). Formasi ini

tersingkap secara luas di bagian timur Sungai Dengenge dan sebagian besar terdiri

dari sekuens karbonat ( Wilson dan Bosence, 1996). Formasi Camba terdiri dari

batupasir tufaan, interbedded dengan tufa, batupasir batulempung, konglomerat

dan breksi vulkanik, napal, batugamping dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto

dan Supriatna, 1982).

Sedimen berumur Eosen hingga Miosen terintrusi oleh sills, dyke dan

stock batuan beku dengan komposisi berkisar dari basaltik, trachytic hingga

dioritic (Sukamto, 1982). Di Blok Barru, intrusi Kenozoikum ini berupa batuan

andesit hingga basaltik-andesit.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan pada pembuatan laporan ini

diawali dengan tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan dan

analisis data dan yang terakhir adalah tahap penyusunan laporan.

2.1.1 Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal dari dimulainya fieldtrip petrologi ini

yang mencakup pemilihan panitia kepengurusan fieldtrip, asistensi lapangan,

pembuatan tugas pendahuluan, pengumpulan alat dan bahan yang dibutuhkan saat

di lapangan maupun pengerjaan laporan sementara serta pengurusan persuratan

kepada daerah yang di tuju.

2.1.2 Tahap Pengambilan Data

Adapun data yang diambil di lapangan adalah berupa sampel batuan yang

di dapatkan di masing-masing stasiun yang telah ditentukan sebelumnya oleh

asisten laboratorium yang diambil dengan menggunakan teknik sampling batuan

yang dibantu dengan palu geologi serta data stike/dip dan data-data lainnya yang

ditemukan di lapangan.
2.1.3 Tahap Pengolahan Data dan Analisis

Setelah mengambil data, hasil sampling-an ataupun data-data lainnya di

bawa ke kampus lapangan untuk di deskripsi secara seksama dan melakukan

analisis yang tepat dengan memberikan nama pada batuan tersebut.

2.1.4 Tahap Pengerjaan Laporan

Pada tahap ini, praktikan membuat laporan yang sesuai dengan sistematika

dan format yang telah diberikan asisten yang kemudian akan di asistensikan

kepada masing-masing asisten pendamping lapangan.

Tabel 3.1 Flowchart tahapan praktikum

Tahap Persiapan

Tahap
Pengambilan
data

Tahap Pengolahan

dan analisis data

Tahap Pengerjaan
Laporan

Anda mungkin juga menyukai