Anda di halaman 1dari 41

BAB II

BATUAN BEKU

2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku

A. Mineral Penyusun Batuan Beku

Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu :

1. Mineral Asam (felsic minerals)

Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah karena tersusun atas silika dan

alumni, seperti : kuarsa, ortoklas, plagioklas, muskovit.

2. Mineral Basa (mafic minerals)

Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap karena tersusun atas unsur-unsur

besi, magnesium, kalsium, seperti : olivin, piroksen, hornblende, biotit.

Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari seri Bowen.

Secara garis besar mineral pembentuk batuan dibagi dalam tiga kelompok

(W.T. Huang, 1962), yaitu :

 Mineral utama

 Mineral sekunder

 Mineral tambahan

B. Mineral Utama

Mineral–mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk

batuan, terutama mineral golongan silikat. Golongan mineral yang berwarna

tua disebut mineral mafik karena kaya magnesium atau besi. Sedangkan yang

berwarna muda disebut mineral felsik yang miskin akan unsur besi atau

1
magnesium. Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai, ialah olivin, augit,

hornblende dan biotit. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah

plagioklas, ortoklas, moskovit, kuarsa dan leusit. Mineral–mineral mafik

berwarna gelap hitam, misalnya olivin, piroksin ampibol, biotit. Sedangkan

mineral-mineral felsik berwarna cerah misalnya plagioklas, k-feldspar,

muskovit, kuarsa, feldspatoid.

C. Mineral Sekunder

Mineral sekunder adalah mineral–mineral yang dibentuk kemudian dari

mineral–mineral utama oleh proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan

metamorfosa. Suatu contoh yang baik ialah mineral klorit yang biasanya

terbentuk dari mineral biotit oleh proses pelapukan. Mineral ini terdapat pada

batuan–batuan yang telah lapuk dan batuan sedimen juga batuan metamorf.

D. Mineral Tambahan

Mineral tambahan dalah mineral–mineral yang terbentuk oleh kristalisasi

magma, terdapat dalam jumlah sedikit sekali, umumnya kurang dari 5 %,

kehadirannya atau ketidak hadirannya tidak menentukan sifat atau nama dari

batuan. Suatu contoh adalah mineral magnetit (Fe3O4), sebuah oksida besi yang

berwarna hitam mempunyai sifat magnetit kuat dan terdapat dalam jumlah

sedikit pada batuan beku.

Mineral–mineral tambahan dari batuan beku, yaitu :

- Zirkon - Korundum

- Sphen - Garnet

- Magnetit - Rutil

- Ilmenit - Apatit

Petrografi Batuan Beku II - 2


- Hematit - Pirit

Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal, mineral-

mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan mineral felsik. Secara sederhana dapat dilihat pada bowen

reaction series.

Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan

mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur

rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk

pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah

biotit.

Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena

kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada

suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownite), sedangkan pada suhu rendah

terbentuk alcalic plagioclase (oligoclase). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri

bertemu dalam bentuk potasium feldsfar kemudian menerus ke muskovit dan

berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang paling stabil.

2.2. Proses Keterbentukan Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma.

Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi

padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer

ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap

tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat

dipengaruhi oleh sifat magma sel.

Petrografi Batuan Beku II - 3


Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke

padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan

terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi

pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila

pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan

magma membeku menjadi gelas.

Proses pembekuan magma dapat dijelaskan dengan mengamati tabel seri

reaksi bowen seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bowen’s series

Bowen’s reaction series merupakan urut-urutan pendinginan batuan beku,

sedangkan batuan beku atau igneous rock itu sendiri adalah batuan yang terbentuk

dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan

lava di permukaan bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen

(1960), F. F. Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan

silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara

Petrografi Batuan Beku II - 4


1.500 – 2.500ºC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak

bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile

(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan

penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan

pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma

mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-

mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.

Temperatur tertentu magma dapat menghasilkan olivin, tetapi jika magma

yang sama mengalami pendinginan lebih lanjut, olivin akan bereaksi dengan

magma yang terbentuk terakhir, dan mengubah mineral selanjutnya pada seri

tersebut dalam hal ini (pyroxene). Pendinginan lebih lanjut dan pyroxene berubah

ke amphibole dan kemudian ke biotit.

Dari diagram di atas, sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dan yang

pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (1200ºC)

dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk

komposisi (Fe2Mg).2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen

yang terbentuk pertama kali, dengan perbandingan antara besi-magnesium dengan

silikon adalah 1:1 membentuk komposisi (MgFe)SiO3 pada temperatur yang lebih

rendah.

Olivin dan piroksen merupakan pasangan incongruent melting, dimana

setelah pembentukan, olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk

piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai

dengan temperaturnya, mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit, karena

Petrografi Batuan Beku II - 5


terjadi demikian maka reaksi ini disebut dengan reaksi diskontinyu atau reaksi

tidak menerus.

Seri berikutnya yang ada disebelah kanan mewakili kelompok plagioklas

karena didominasi atau hanya terdapat mineral plagioklas. Pada temperatur yang

sangat tinggi (1200ºC) yang mengkristal adalah plagioklas-Ca, dimana

komposisinya didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silikon dan aluminium.

Pengkristalan selanjutnya yang berlangsung secara menerus, komposisi Ca akan

semakin berkurang dan kandungan Na (sodium) akan semakin meningkat,

sehingga pengkristalan terakhir adalah plagioklas-Na. Reaksi pada seri ini disebut

seri continue karena berlangsung secara terus menerus. Mineral mafik dan

plagioklas bertemu pada mineral potasium feldspar dan menerus ke mineral yang

stabil, yang tidak mudah terubah menjadi mineral lain pada temperatur sekitar

600ºC.

2.3. Tekstur Batuan Beku

2.3.1. Tekstur Umum Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan

temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma

ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat

pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur

yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan

tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama

maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem

kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar.

Petrografi Batuan Beku II - 6


Pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang

rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem

kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem

kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan

hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

a. Derajat Kristalisasi

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu

terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk

menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk

kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.

Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.

Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus,

akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya

berbentuk amorf.

Dalam pembentukannya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.

Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin

yang telah membeku di dekat permukaan.

 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan

sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau

sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

Petrografi Batuan Beku II - 7


b. Ukuran Butir (granularitas)

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada

umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1) Fanerik atau fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa, kristal-kristal

jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

2) Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan

mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur

afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya, dalam analisa

mikroskopis dapat dibedakan:

 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan

bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk

diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara

0,01 – 0,002 mm.

 Amorf/glassy, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

c. Fabrik

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan

antara Kristal dan mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.

Secara dua dimensi bentuk butir mineral dibagi atas :

Petrografi Batuan Beku II - 8


 Euhedral, apabila mineral dibatasi oleh bidang atau bentuk kristal yang

sempurna.

 Subhedral, apabila mineral dibatasi oleh sebagian bidang atau bentuk

kristalnya.

 Anhedral, apabila mineral tidak dibatasi oleh bidang atau bentuk kristalnya.

Secara tiga dimensi dikenal :

 Equidimensional, apabila bentuk kristal dimensinya sama panjang.

 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi

lain.

 Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

Kemas (fabric) atau hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam

suatu batuan dari segi ukuran adalah :

 Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran mineral yang ralatif seragam,

dibadakan atas:

 Panidiamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral berbentuk

euhedral dan ukuran butir relatif seragam. Bentuk butir subhedral merupakan

perinci mineral yang berbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengigat

ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut

sempat membentuk kristal secara sempurna.

 Hipidiamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk

subhedral dan ukuran butir relatif seragam. Bentuk butiran penyusun subhedral

atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral

terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk

dapat membentuk kristal secara sempurna.

Petrografi Batuan Beku II - 9


 Allotriamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk

anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada

saja, sehingga dapatlah ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut

terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.

 Inequigranular, apabila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang

relatif tidak seragam seperti :

o Porfiritik, apabila kristal dengan mineral yang berukuran besar (fenokris)

tertanam dalam masa dasar (matrix) kristal-kristal yang berukuran lebih

halus.

o Vitroverik, seperti tekstur porfiritik, tetapi masa dasarnya berupa gelas.

o Porfiro afanitik, apabila fenokris tertanam dalam massa afanitik.

o Felsoferik, apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa

pertumbuhan bersama antara feldspar dengan kuarsa.

Kemas terutama di pengaruhi oleh kinetik pengintian, pertumbuhan kristal dan

kronologis pengkristalan. Rusen busch mengelompokkan tiga keadaan tentang

orde kristalisasi yaitu :

a) Bila suatu butir mineral mengingklusi butir mineral lain, maka mineral yang

diinklusi adalah terbentuk lebih dahulu.

b) Dua macam kristal yang berbeda dalam ukurannya yang terkecil adalah

terbentuk kemudian.

c) Kristal yang terbentuk terlebih dahulu, cenderung euhedral, sedangkan yang

terbentuk kemudian cendrung subhedral atau anhedral.

Petrografi Batuan Beku II - 10


2.3.2. Tekstur Khusus Batuan Beku

Selain tekstur umum,dalam pengamatan secara mikroskopis akan dapat

dengan mudah diamati adanya tekstur-tekstur khusus dalam batuan beku, seperti

tekstur tumbuh bersama antara dua mineral (intergrowth), tekstur aliran maupun

tekstur khusus lainnya.

2.3.2.1. Tekstur Intergrowth (Tekstur Tumbuh Bersama)

 Ofitik, yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang

tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar

2.2.). Tumbuh bersama antara plagioklas dengan piroksin, dimana plagioklas

terbentuk lebih dahulu, kemudian tumbuh bersama dengan piroksin (kristal

piroksin lebih besar dari plagioklas). Tekstur ofitik memiliki kenampakan

eperti yang ditunjukkan gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tekstur ofitik pada doleritik (basalt); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino

 Sub-ofitik, tekstur ofitik, dimana plagioklas dan piroksin berukuran sama besar.

Tekstur sub-ofitik dapat dilihat pada gambar 2.3.

Petrografi Batuan Beku II - 11


Gambar 2.3. Tekstur sub-ofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik

 Diabasik, tekstur ofitik, dimana piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas

membentuk radier terhadap piroksin.

 Hialoofitik, tekstur ofitik dalam massa dasar gelas.

 Intergranular, tekstur dimana butiran mineral – mineral mafik (olivin,

piroksin) berada diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang dengan

arah yang tidak teratur (random)

 Intersental, seperti tekstur intergranular, tetapi bagian-bagian (ruang) antar

mineral-mineral plagioklas ditempati oleh mineral gelas atau oleh mineral-

mineral sekunder, seperti klorit, serpentin, kalsit, dll. tekstur intersental

memiliki kenampakan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.4.

Gambar 2.4. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar kanan
posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
 Grafik, tumbuh bersama antara mineral kuarsa dengan K-Feldspar pada titik

eutektik dimana kuarsa berbentuk runcing (angular) dengan letak tidak teratur.

Petrografi Batuan Beku II - 12


 Granofitik, tumbuh bersama antara kuarsa dan K-feldspar tidak pada titik

eutektik tetapi pada proses replacement. Kuarsa terbentuk anhedral dan tidak

teratur memperlihatkan kontinuitas warna (bias rangkap), misalnya

memperlihatkan BF kuning keseluruhan.

 Mirmekitik, tekstur tumbuh bersama antara kuarsa dengan plagioklas asam,

dimana kuarsa membentuk menjari atau seperti jaring yang membentuk radial

terhadap palgioklas asam (kuarsa seperti inklusi di dalam plagioklas asam).

Ciri lain pemadaman kuarsa akan serentak pada saat meja diputar.

 Antipertit, seperti tekstur pertit, namun plagioklas asam tumbuh lebih besar.

 Pertit, tekstur tumbuh bersama antara K-feldspar (mikroklin & ortoklas)

dengan plagioklas asam oleh proses inmixing/exolution (pemisahan terjadi

karena penurunan teperatur). K-feldspar tumbuh lebih besar dan plagioklas

asam biasa tumbuh teratur pada bidang belah K-feldspar. Tekstur pertit

memiliki kenampakan seperti yang diunjukan oleh gambar 2.5.

Gambar 2.5. Tekstur pertit dalam nephelin syenit

Petrografi Batuan Beku II - 13


2.3.2.2. Tekstur Aliran

 Pilotaksitik, fenokris dan massa dasar plagioklas menunjukkan pensejajaran

akibat pengaliran.

 Hialopilitik, mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan arah

tidak teratur dalam massa dasar gelas.

 Trakitik, tekstur menunjukkan kesan aliran, dimana fenokris ataupun mikrolit-

mikrolit sanidin (K-feldspar) bersama plagioklas menunjukkan pola

kesejajaran. Tekstur trakitik memiliki kenampakan seperti yang ditunjukan

oleh gambar 2.6.

Gambar 2.6. Tekstur trakitik dalam sebuah phonolite lava, Puy Griou, Cantal, France.

2.3.2.3. Tekstur Khusus Lain

 Felted texture, tekstur dimana massa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang

tidak beraturan.

 Felsoferik, tektur dimana massa dasar terdiri dari intergrowth antara kuarsa

dengan feldspar.

 Corona atau reaction rim atau kelfitik rim, tekstur dimana mineral asal

(pertama terbentuk) dikelilingi atau dilingkupi oleh mineral yang terbentuk

Petrografi Batuan Beku II - 14


berikutnya. Terjadi pada proses magmatik atau oleh proses metamorfosa

derajat rendah.

 Ravakivi, tektur dimana K-Feldspar dilingkupi oleh plagioklas asam

(oligoklas).

 Poikilitik, tekstur dimana terdapat inklusi-inklusi mineral secara random dalam

satu mineral besar. Gambar 2.7 berikut menunjukan kenampakan tekstur

poikilitik pada mineral olivin dan plagioklas.

Gambar 2.7. Tekstur Poikilitik yang ditunjukan oleh mineral olivin dan plagioklas

 Glameroporfiritik, tekstur ditunjukkan oleh adanya fenokris - fenokris

sejenis yang mengumpul dan tertanam dalam massa dasar. Kenampakan

tekstur Glameroporfiritik ditunjukan oleh gambar 2.8.

Gambar 2.8. Fenokris olivin pada tekstur glameroporfiritik

Petrografi Batuan Beku II - 15


 Kumolo porfiritik, tekstur yang ditunjukkan oleh mengumpulnya fenokris-

fenokris yang tidak sejenis. Tekstur kumolo forfiritik memiliki kenampakan

seperti yang ditunjukan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan
glomerocryst olivine (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar
plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan:
basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin
(ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen
granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)

2.4. Klasifikasi Batuan Beku

Banyak para ahli mengklasifikasikan batuan beku, ada yang

mengklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya (Rosen Busch) yang

dibedakan menjadi :

 Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang membeku dipermukaan

 Batuan beku kerok atau hipobisal, yaitu batuan beku yang membeku diantara

batuan beku efusif dan batuan beku plutonik.

 Batuan beku plutonik, yaitu batuan beku yang membeku di bawah

permukaan.

Klasifikasi batuan beku secara umum dibedakan secara kimiawi dan

mineralogi, penggolongan batuan beku berdasarkan hal tersebut telah banyak

dikemukakan oleh para penulis-penulis terdahulu. Sebagai contoh, dalam

Petrografi Batuan Beku II - 16


praktikum petrologi secara umum batuan beku dipisahkan berdasarkan komposisi

kimianya (kandungan SiO2) yang dibedakan atas batuan beku ultrabasa, batuan

beku basa, batuan beku intermedier, dan batuan beku asam.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan kesamaan komposisi mineralogi dan

kimia dikemukakan oleh Weels dan Daly yang dikenal dengan nama “clan

concept”, klasifikasi ini tidak mempersoalkan apakah mereka terbentuk pada

permukaan atau pada kedalaman bumi, juga tanpa mempersoalkan apa teksturnya

dan apakah berasal dari proses magmatik atau metasomatik. Suatu clan dari

batuan-batuan dibatasi oleh persamaan komposisinya, dalam perbedaan setiap

clan akan ditentukan berdasarkan tekstur antara komposisi-komposisi batuan yang

berbutir halus dan kelompok batuan yang berbutir kasar. Sebagian besar batuan-

batuan yang membentuk kelompok (family) yang demikian adalah batuan

vulkanik dan batuan plutonik. Berdasarkan klan yang dimilikinya setiap batuan

yang berbutir kasar akan diberi klan yang sama.

Didasarkan pada kesamaan komposisi mineral dan tekstur, batuan beku

dibagi atas lima kerabat (clan), yaitu : kerabat batuan ultramafik dan lamprofir,

kerabat batuan gabro kalk alkali, kerabat batuan gabro alkali, kerabat batuan diorit

monzonit syenit, kerabat batuan granodiorit adamelit dan granit, seperti yang

ditampilkan tabel 2.1.

Petrografi Batuan Beku II - 17


Tabel 2.1. Ciri – ciri umum kerabat batuan beku

Ultramafik Diorit Granodiorit


Kerabat Gabro Kalk
dan Gabro Alkali Mozonit Adamelit
Alkali
Lamprofir Syenit Granit
Parameter

Indeks warna >70 40 – 70 40 – 70 10 – 40 10

Kwarsa - - - < 10 % > 10 %

Plagioklas An > 70 An 50 – 70 An 50 – 70 An 30–50 < An 30

Olv, Px,
Olv, Px, Hrb, Olv, Px, Hrb, Bt, Kw, Mus,
Olv, Px, Hrb, Hrb, Bt,
Mineralogi Plag. basa, Plag. basa, Plag. Asam,
Plag. basa Kw, KF <
KF < 10 % KF > 10 % KF >>
10 %

Grafik,

Ofitik, Subofitik, Poiklitik, Corona, Kellipitik Mirmekitik,


Tekstur Trakhitik,
rim, Intergranular, Intersertal, Afirik, Granofirik,
Khusus Pilotaks
Pilotaksitik Pertit, Anti

Pertit

2.4.1. Kerabat Batuan Ultramafic dan Lamprofir

Sebagian besar batuan ultramafik atau juga disebut ultrabasa mengandung

silika lebih kecil dari 45 %. Batuan ini mempunyai indeks warna yang lebih besar

dari 70. Batuan ini tidak mengandung feldspar atau kurang dari 10 %, batuan ini

banyak ditemukan pada bagian bawah dari sill tebal, aliran-aliran lapolik dimana

semakin keatas berangsur kebatuan basa. Kejadian pada posisi demikian

Petrografi Batuan Beku II - 18


merupakan gejala akhir dari pembentukan kristal sebelumnya. Batuan ultramafik

lainnya kemungkinan berasal dari diferensiasi kristal dan beberapa diantaranya

dihasilkan oleh alterasi metasomatik sebelumnya.

A. Variasi Batuan

1) Tipe Berbutir Halus

a. Picrite dan Ankaramit

Pada picrit ultramafik mengandung olivin antara setengah sampai tiga

perempat bagian dari seluruh volume batuan, persentase Ca-plagioklas berkisar

antara 10 – 25 %. Jenis piroksen yang terdapat pada picrite yang berasosiasi

dengan batuan kalk alkali basalt dan diabas adalah augit, pigeonit yang bercampur

dengan sedikit hornblende pada picrite yang berasosiasi dengan alkali basalt dan

diabas biasanya mengandung piroksen dari jenis titanugit dan paling banyak dari

jenis negirin augit. Amfibol yang terdapat adalah barkevit atau arvecson. Kadang

kala pada alkali picrite dijumpai variasi sedikit kalium feldspar. Sisa-sisa yang

dibentuk oleh olivin yang terbanyak berupa fenokris labradorit atau biotit, bijih

besi, apatit, karbonat deuterik dan kadang kala sedikit feldspar serta gelas.

Kenampakan picrite dan ankaramit diperlihatkan pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Picrite dan ankaramite

Petrografi Batuan Beku II - 19


b. Limburgit

Biasa berbentuk aliran, dike, sill, plug (sumbat lava) dan selalu berasosisasi

dengan batuan alkali basa terutama adalsit, basanit dan monchiquit, kebanyakan

berwarna gelap kaya akan gelas, felspar tetapi sedikit plagioklas atau nefelin atau

kedua-duanya. Limburgite memiliki kenampajan seperti yang ditunjukan pada

gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11. Limburgite

Tipe berbutir halus yang kaya akan Feldspatoid :

 Katungit

Katungit adalah kelilitit yang kaya akan melillitik dan miskin piroksin.

Kandungan silikanya rata-rata 35 % yang menjadikan batuan ini merupakan

salah satu lava yang sangat basa. Mengandung kalium lebih banyak dari pada

natrium. Fenokris melilit serta olivin secara bersamaan membentuk dua pertiga

dari masa batuan. Apatit, provskit dan magnetit titan besi melimpah sedangkan

biotit, kalliofilit, leusit dan nefelin berjumlah sedikit.

 Ugandit

Ugandit adalah leusitit olivin melanokratik tinggi namun kekurangan melilit.

Terdiri dari olivin dengan sejumlah augit, leusit, provskit mineral bijih dan

biotit didalam masa dasar gelas hitam.

Petrografi Batuan Beku II - 20


 Maduptit

Maduptit dari leucite hills, Hyoming juga merupakan leusitit yang kaya akan

gelas, hampir separuhnya merupakan diopsid sekitar seperlimanya phlogofit

dan sepersepuluhnya adalah provskit, apatit dan mineral bijih, leusit jarang atua

tidak hadir. Kaya akan K dan Ni.

 Mafurit

Berbentuk aliran serta bongkah, bersifat kurang asam dengan kandungan K

lebih tinggi daripada ugandit, kalsilit, mineral jarangnya adalah polimorf

KAlSiO4 yang menjadi penyusun utama dalam masa dasar gelas.

 Melilit dan Nefelinit

Batuan-batuan ini umumnya kekurangan plagioklas, dari sini nama asalnya

“basalt melillit” dan “basalt naphelin”, diantaranya ada yang mengandung

silika cukup banyak dan memiliki indeks warna cukup rendah sehingga

berubah menjadi kerabat alkali gabro. Nefelinit tersusun oleh nefelin dan augit

serta kekurangan mineral melilit, dengan masa dasar nefelin, olivin yang

terserpentinasikan dan biotit.

Kenampakan olivine melillit ditunjukan oleh gambar 2.12 berikut,

sedangkan pada gambar 2.13 menunjukan kenampakan Kristal nepheline

berasosiasi dengan sodic pyroxene (hijau), biotite dan perthite.

Petrografi Batuan Beku II - 21


Gambar 2.12. Olivine melilitite dari Bufumbira, Western Rift, Uganda (sayatan tipis; source
from B.G.J Upton)

Gambar 2.13. Kristal nepheline berasosiasi dengan sodic pyroxene (hijau), biotite (hijau dengan
belahan panjang opaques ) dan perthite (abu-abu ekstrim sebalah kanan).

2) Tipe Berbutir Kasar

a. Dunit

Batuan ini hampir seluruhnya terdiri dari olivin, pada umumnya berbentuk

sill tetapi ditemukan juga sebagai lensa-lensa paralel dan pipa-pipa menyilang

berpotongan. Kromit dan pikotit sangat utama dalam dunit. Selain itu dalam

dunit kaya akan magnetit, ilmenit, dan pyrkolit dan berbagai kumpulan platina

alam, spinel hijau, enstatit dan diallag sangat jarang dan sedikit. Kenampakan

dunite ditunjukan pada gambar 2.14.

Petrografi Batuan Beku II - 22


Gambar 2.14. Dunite

b. Peridotit

Penyusun utama adalah piroksin dan olivin, dimana olivin merupakan

penyusun lebih dominan ditambah dengan mineral mafik lainnya. Berdasarkan

dari kandungan mineral mafik (piroksen) peridotit dibedakan menjadi beberapa

variasi, yaitu :

 Wherklite, yang mengandung olivin dan dialage (px) dengan perbandingan 3 :

1, mineral tambahannya enstatite, hornblende, pikotite dan chromit dalam

jumlah kecil.

 Harzburgite, terdiri dari mineral olivin dan orthopyroxen (enstatite, bronzite

atau hiprestine), mineral tambahan chromite, besi, diopsid dan diallage.

Harzburgite berkenampakan seperti pada gambar 2.15.

Gambar 2.15. Harzburgite

Petrografi Batuan Beku II - 23


 Lherzolite, adalah pertengahan antara wherlit dan harzburgit mengandung

diallage dan orthopyroxen dijumpai dalam jumlah yang seimbang. Lherzolite

memiliki kenampakan seperti yang ditunjukan pada gambar 2.16.

Gambar 2.16. Lherzolite

Jenis peridotit yang lain adalah :

 Peridotit Hornblende, ciri – cirinya : hornblende hadir berukuran besar, hasil

ubahan deuritik piroksen dan olivin, tekstur poilitik (olivin dan pyroxene

menginklusi hornblende), Mineral lain yang hadir flogopit, magnetit, pirotit,

spinel, apatit dan plagioklas kalsik.

 Peridotit Mica (Kimberlit), sering berasosiasi dengan endapan intan, Kimberlite

hasil ubahan dari mineral melilit olivin dan alonit, shand kimberlit adalah

breksi yang kaya akan xenolit dalam masa dasar dalam campuran serpentin,

karbonat, olivin, piroksen, garnet, ilemenit, biotit, chromit.

c. Serpentinit

Sill yang sangat besar yang tersusun oleh serpentnit ditemukan dibeberapa

sabuk orogen, dimana batuan ini mengintrusi sedimen geosinklial dan beasosiasi

dengan aliran-aliran dan sill spilit. Dominan tersusun oleh mineral serpentinit

Petrografi Batuan Beku II - 24


hasil serpentinisasi oleh olivin dan piroksen. Umumnya hasil ubahan dari dunit

atau peridotit. Olivin terubah menjadi serpentinit membentuk tekstur mesh (jala),

dan piroksen (enstatit) terubah menjadi serpentinit membentuk tekstur bastit.

Kenampakan serpentinit ditunjukan pada gambar 2.17.

Gambar 2.17. Serpentinite

d. Piroksinit

Adalah batuan beku yang dominan disusun oleh piroksen (90 %), mineral lain

hornblende, biotite dan plagioklas (sedikit), umumnya bertekstur kasar,

allotriomorfik granullar, garnet, spinel, opak, apatit, olivin, mineral sulfida,

cromit, klinopiroksinit sangat jarang dijumpai dibandingkan ortopiroksen. Variasi

dari piroksin, yaitu :

 Piroksinit biotit, dimana biotit hadir (50 %) dengan asosiasi mineral lainnya

augit, aktinolit, opak, dan apatit.

 Piroksinit hornblende, dimana augit hadir 60 % dan hornblende 30 % dengan

mineral lainnya pirit, spinel, apatit dan anortit.

 Diopsidite, dominan disusun oleh piroksen jenis diopsit, kenampakan diopsit

ditunjukan pada gambar 2.18.

Petrografi Batuan Beku II - 25


Gambar 2.18. Diopsite

 Websterite, mineral ortopiroksin dan klinopiroksin hadir dalam jumlah yang

sama dan tumbuh bersama. Kenampakan websterite ditunjukan pada gambar

2.19.

Gambar 2.19. Websterite

 Piroksinit, yang kaya akan feldspartoid seperti unchompagrite turjait dan okait

(dominan foid yang hadir melilit), sedangkan melteigite, jacupiringte dan

missaurite (foid yang hadir adalah nefelin dan leucit). Kenampakan piroksinit

jenis tersebut ditunjukan pada gambar 2.20.

Petrografi Batuan Beku II - 26


Gambar 2.20. Piroksinit

2.4.2. Kerabat Batuan Gabro Kalk-Alkali

Batuan beku ini mempunyai komposisi terutama terdiri dari plagioklas yang

lebih basa Ab1An1 sehingga mempunyai indeks warna lebih besar dari 40.

mengandung mineral augit, hipersten, dan olivine yang merupakan mineral mafik

yang khas dalam batuan ini. Beberapa dari batuan ini mengandung kwarsa atau

alkali feldspar atau keduanya, tetapi tidak satupun yang mengandung lebih dari 10

% alkali feldspar.

A. Variasi Batuan

1) Berbutir halus

a. Basalt dan diabas

Umumnya basalt merupakan batuan yang berbutir halus dan diabas

merupakan batuan yang berbutir sedang. Tekstur holohialin sampai holokristalin.

Perubahan komposisi yang secara keseluruhan terdiri dari gelas terutama dijumpai

dibagian tepi intrusi-intrusi dangkal karena pendinginan secara cepat, dalam inti-

inti aliran lava dan dalam lava-lava yang mendingin secara cepat karena mengalir

kedalam air atau dibawah es. Tekstur-tekstur porfiritik tersebar luas baik dalam

Petrografi Batuan Beku II - 27


batuan basalt maupun diabas dan fenokris-fenokrisnya mungkin terdiri dari

olivine, piroksen atau feldspar. Kenampakan basalt ditunjukan pada gambar 2.21.

Gambar 2.21. Basalt

b. Olivin basalt dan olivin diabas

Olivin basalt, tekstur poforitik, fenokris berbentuk zoning, berupa olivin dan

plagioklas (An50 – An80). Masa dasar plagioklas (An50 – An80), olivin,

klinopiroksen (pigeonit – augit).

Olivin diabas, secara mineralogi dan teksturnya batuan ini tidak berbeda

dengan batuan olivin basalt, terdapat dalam sills dan dike yang tebal biasanya

berukuran butir lebih besar daripada yang terdapat di lava-lava. Adanya tekstur

ophitic dan poikilitik.

c. Thoelitic basalt dan thoelitic diabas

Thoelitic basalt, batuan ini tersusun oleh labradorit, klinopiroksen dan bijih

besi, umumnya terdapat diantara basalt diantara jalur orogenesa. Olivin biasanya

tidak dijumpai, biasanya terdapat dekat dengan dasar aliran lava.

Thoelitic diabas, umumnya merupakan batuan aluminous, saturated, sedikit

oversaturated dengan silica, tetapi dekat dengan dasar sill yang tebal, batuan ini

dapat meningkat menjadi batuan diabas yang kaya akan olivine. Mempunyai

Petrografi Batuan Beku II - 28


tekstur intergranular yang halus maupun intersal. Thoelit basalt memiliki

kenampakan seperti yang ditunjukan pada gambar 2.22.

Gambar 2.22. Thoelit Basalt

2) Berbutir Kasar

Pada sebagian besar batuan gabro, yang berbutir kasar dan yang berbutir

medium, mikro gabro, mineral utamanya adalah plagioklas yang lebih calsic dari

Ab1An1 mineral mafik yang hadir adalah augit, hipersten dan olivin. Jarang

mengandung hornblende dan biotit, mempunyai indeks warna yang berkisar dari

40 – 70, sedangkan sebagian besar batuan diorite mempunyai indeks warna

sekitar 10-40, untuk batuan yang mendekati indeks warna 40 komposisi dari

plagioklas dapat digunakan dalam penentuan nama batuan itu.

Normal gabro, bila komposisi terutama terdiri dari labradorit dan augit atau

diallage. Norite, batuan gabro dimana mineral hiperstennya lebih banyak dari

pada mineral klinopiroksinnya. Dalam suatu batuan, dimana terdapat kedua

macam mineral piroksen tetapi mineral plagioklasnya lebih kalsik dari labradorit

disebut eucrite. Dengan penambahan pada kandungan olivinnya, maka batuan ini

dapat meningkat menjadi olivin gabro, olivin norit, dan olivine eucrite. Perubahan

selanjutnya akan meningkat menjadi troctolite yang komposisinya hampir

semuanya terdiri dari olivin dan labradorit atau bitownite, dan akan meningkat

Petrografi Batuan Beku II - 29


menjadi allivalit, dipihak lain batuan piroksen gabro menjadi batuan anorthosite

dengan pengurangan indeks warnanya menjadi 10. Kenampakan gabro ditunjukan

pada gambar 2.23.

Gambar 2.23. Gabro

2.4.3. Kerabat Batuan Gabro Alkali

Batuan beku jenis ini kaya akan alkali dan miskin akan silica. Beberapa

batuan ini dengan penambahan indeks warna lebih dari 70 dapat menigkat

menjadi anggota kelompok batuan ultra mafic. Mempunyai tekstur porfiritik,

intergranular, ofitik, intersal, poiklitik, trakhitik, feldspar atau felspatoid hadir

lebih besar dari 10 %, mineral mafik yang terdapat pada batuan ini, yaitu :

olivine, piroksen (pigeonit – augit, hipersten – augit).

A. Variasi Batuan

1) Tekstur halus

a. Trachybasalt

Sebagian besar batuan tracybasalt berasosiasi erat dengan batuan trachite dan

phonolit atau dengan batuan olivine basalt dan oligoklas basalt. Mineral mafik

yang umum olivin dan augit yang lain hornblende dan biotit (kadang), felspar

Petrografi Batuan Beku II - 30


potasik >10% (ortho, sanidin), terdapat dalam masa dasar atau melingkupi

plagioklas.

b. Spilit

Intrusi-intrusi spilitic diabas dan aliran-aliran lava bantal spilitic basalt tersebar

luas dan tebal diantara batuan-batuan yang terbentuk dalam geosinklin-geosinklin

dan banyak yang disertai dengan sill-sill serpentin dan lava-lava karatofir. Batuan

ini mempunyai tekstur intergranular, porfiritik, basalt yang dicirikan oleh felsfar

sodium melimpah, umumnya banyak mengandung mineral sekunder hasil ubahan

yaitu klorit, kalsit, dan epidot, mineral mafik utama piroksen berubah menjadi

klorit dan aktinolit, olivin jarang. Adanya mineral klorit, calsic dan aktinolit

menunjukkan efek-efek penembusan dari larutan-larutan deuteric.

c. Basanit dan Tephrite

Mengandung mineral plagioklas, dimana mineral ini menempati lebih dari 10

% volumenya. Batuan tephrite baik yang mengandung olivin maupun sedikit

mineral olivin. Sedangkan basanit mengandung mineral olivin dalam jumlah yang

tertentu meskipun jarang tak dijumpai piroksen. Batuan-batuan dengan komposisi

yang sama, tetapi mengandung gelas yang kaya akan soda sebagai ganti mineral

feldspathoidnya, disebut “Basanitoids”.

d. Nephelinit dan Leucicates

Batuan ini merupakan lava-lava, intrusi-intrusi dangkal. Batuan ini cukup kaya

akan mineral-minerak gelap, mempunyai tekstur forfiritik, intergranular, bagian

dari tekstur halus klan gabro alkali dengan felsfarnya < 10 %, nefelinit : utama

nefelin, leusinit yang mengandung olivin. Pada batuan nepheline sebagian besar

Petrografi Batuan Beku II - 31


fenokris-fenokrisnya ialah nepheline, dan diopside atau titanoferous augite.

Kenampakan leucite ditunjukan pada gambar 2.24.

Gambar 2.24. Leucite

2) Tekstur Kasar

a. Sutallenit

Batuan ini mempunyai ukuran butir sama dengan batuan trachybasalt yaitu

sedang sampai kasar. Batuan ini dibedakan dari batuan monzonit dengan

banyaknya mineral olivin, indeks warna lebih dari 60 dan persentase silikonnya

lebih rendah.

b. Takanite

Batuan ini membentuk suatu kelompok yang heteronius yang khusus.

Mengandung cukup sedikit silica dan cukup kaya akan mineral mafik untuk

memasukkan kedalam kelompok alkali gabro. Mineralnya yang khas adalah

ortoklas atau sanidin.

c. Malignit

Batuan malignit dijumpai diantara batuan-batuan alkali. Dimana augit sebagai

mineral mafiknya yang paling dominan disertai dengan banyak sekali mineral

hastingsite yang kaya akan besi dan mineral mikroklin yang menggantikan

Petrografi Batuan Beku II - 32


mineral plagioklas, mempunyai tekstur forfiritik dan mineral yang khas adalah

aegerin – augit (50%).

d. Shonkinit

Plagioklas tidak hadir tetapi mineral orthoklas atau sanidin hadir (20-25 %),

mineral lain sedikit seperti nefelin, leucit, apatit.

e. Kentalinite

Mempunyai ukuran butir menengah sampai kasar, plagioklas & ortoklas hadir

relatif seimbang, mineral lain seperti opak dan apatit.

2.4.4. Kerabat Batuan Diorit, Monzonit, dan Syenit

Batuan ini digolongkan kedalam batuan intermedier sebab persentase

silikanya 52 sampai 66 %. mempunyai indeks warna 10 – 40, tidak mengandung

kwarsa atau kwarsa <10 %, secara umum dicirikan dengan melimpahnya

plagioklas An 30 – 50 (oligoklas, andesin), mineral mafik yang ada pada batuan

ini: hornblende, piroksin, biotit, mineral penyerta : apatit, zirkon, dicirikan dengan

hadirnya feldspatoid, variasi kerabatnya atau jenis batuannya dipisahkan

berdsasarkan kehadiran Feldspatoid dan rasio atau perbandingan antara K –

feldspar dengan total feldspar, mempunyai tekstur khusus trakhitik, pilotaksitik,

seperti yang ditunjukan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi kerabat Diorit Monzonit Syenit berdasarkan rasio KF dengan TF.

Tekstur KF < 1/3 FT 1/3 FT < KF < 2/3 FT KF > 2/3 FT

Halus Andesit Traciandesit (latit) Trakhit

Kasar Diorit Monzonit Syenit

Petrografi Batuan Beku II - 33


A. Variasi Batuan

1) Tekstur halus

a. Andesit

Kebanyakan andesit adalah batuan porfiritik dengan masa dasar pilotaxitic atau

bylopitic, walaupun banyak yang vitrophyritic, intergranular, intersal dan tekstur

ophytic. Mineral mafic yang dominan adalah olivin, hypersten, augit, hornblende

dan biotit andesit. Mineral felsik yang dominan adalah plagioklas An40. banyak

andesit mempunyai komposisi campuran antara kwarsa dan alkali feldspar.

Andesit ini dapat dibedakan menjadi andesit mengandung olivine, pyroxene

andesit, hornblende andesit dan andesit biotit. Gambar 2.25 berikut menunjukan

kenampakan dari andesite.

Gambar 2.25. Andesite

b. Trachiandesit (latit)

Batuan ini adalah batuan vclcanik berukuran halus hipobisal. Mempunyai

penyebaran yang luas dan komposisi kwarsa lebih besar dari 10 %, komposisi

meneralnya hampir sama dengan andesit. Mineral mafik yang hadir umumnya

hornblende hadir > pirokssen.

Petrografi Batuan Beku II - 34


c. Trakhit

Secara kimia dapat kelewat jenuh (hadir kwarsa) dan tidak jenuh silika (hadir

feldspatoid). Pada trakhit potash soda albit atau anorthoklas lebih banyak dan

kebanyakan mineral mafic yang kaya akan soda. Semua trachy adalah porfiritik,

dengan fenokris feldspar dan sedikit fenokris mafik pada matriks komposisi utama

sub paralel mikrolit feldspar. Variasi trakhit lain berdasarkan kehadiran mineral

mafiknya. Seperti trakhit olivine, trakhit hornblende, trakhit biotit. Trakhit

feldspatoid bila kandungan feldpatoidnya lebih besar dari 10 % dan trakhit kwarsa

bila kandungan kwarsanya lebih dari 10 %.

d. Fonolit

Ini merupakan trakhit undersaturated dengan feldpatoid yang dikandung lebih

besar dari 10 %. Yang dapat dipisahkan dalam bentuk umum atau soda. Phonolit

dan subordinat potash atau leuciet, phonolites.

2) Tekstur Kasar

a. Diorite

Diorit merupakan batuan yang berbutir sedang dan batuan yang berbutir kasar

yang mengandung oligoklas atau andesine, dala felspar dasar dan hornblende dan

biotit merupakan mineral mafik yang utama. Mempunyai tekstur equigranular dan

terkadang porfiritik. Diorit ini mempunyai variasi yaitu bila kwarsa hadir lebih

besar dari 10 % maka disebut diorit kwarsa dan bila mineral oligoklas, biotit dan

kwarsa yang dominan, maka disebut trandjenit tetapi K-F tidak hadir.

Petrografi Batuan Beku II - 35


Kenampakan dari diorit ditunjukan pada gambar 2.26.

Gambar 2.26. Diorite

b. Monzonit

Monzonit berada pada posisi intermediate antara syenit dan diorit, karena itu

kadang-kadang menunjukkan seperti syenodiorit. Kwarsa hadir dalam jumlah

yang sedikit (lebih kecil dari 10 %), mempunyai indeks warna 30 – 40 bila kwarsa

bertambah maka monzonit akan berubah menjadi adamelit, bila mineral mafiknya

berubah atau meningkat maka monzonit berubah menjadi kentallinit. Mempunyai

tekstur equigranular dengan tekstur khusus pikilitik, pertit, antipertit, mirmiketik.

c. Syenit

Berbutir menengah sampai kasar, alkali feldspar lebih besar 2/3 total feldspar,

kwarsa hadir lebih kecil dari 10 %, indeks warna dibawah 40. Variasinya adalah

alkali syenit dan alkali lime syenit atau ortho syenit. Alkali syenit biasanya

berasosiasi dengan granit atau dengan batuan plutonik feldspatoid, alkali lime

syenit biasanya berkelompok dengan monzonit, seperti pada batas tepi facies

granit, kenampakan syenit ditunjukan pada gambar 2.27.

Petrografi Batuan Beku II - 36


Gambar 2.27. Syenite

d. Syenit Feldspatoid

Feldspatoid syenit kaya akan feldspatoid. Feldspatoid yang umumnya

melimpah adalah nepheline, analcite, sodalite, dan nocean, dan ditunjukkan oleh

hadirnya beberapa type dari albit, soda orthoklas, perthite, anorthoklas, dan juga

mineral mafik seperti aegerine aegite, aegerite, arfvedsonite dan berkevikite,

terdapatnya olivine tetapi piroksen tidak hadir.

2.4.5. Kerabat Batuan Granodiorit, Adamelit dan Granit

Klan ini termasuk kedalam batuan beku asam, walaupun ada sebagian ada

yang mempunyai komposisi intermediate keseluruhan persentase mineral kwarsa

yang terkandung didalamnya melebihi 10 %, dan kandungan dari alkali feldspar

sebanyak 1/8 lebih kecil dari jumlah 1/3 kandungan feldspar. Mempunyai indeks

warna lebih kecil dari 10, hadir plagioklas asam An < 30 atau An < 20. biasanya

hadir tekstur khusus grafik, mirmeketik, granofirik, pertit, antipertit. Seperti yang

ditampilkan pada tabel 2.3 yang menunjukkan klasifikasi kerabat granit

granodiorit adamelit berdasarkan rasio antara KF dan TF.

Petrografi Batuan Beku II - 37


Tabel 2.3. Klasifikasi kerabat Granit Granodiorit Adamelit berdasarkan rasio antara KF dan TF

Tekstur 1/8 FT < KF < 1/3 FT 1/3 FT < KF < 2/3 FT KF > 2/3 FT

Halus Dasite Riodasit Riolit

Kasar Granodiorit Adamelit Granit

A. Variasi Batuan

1) Tekstur halus

a. Dasit

Dasit adalah granodiorit yang mempunyai ukuran butir halus, meskipun batas

antara dasit dan andesit sedikit lebih tinggi kadar silikanya dari pada antara

granodiorit dan diorit. Kebanyakan dasit mengandung fenokris, plagioklas,

kwarsa, orthoklas atau sanidin, dan pada umumnya sedikit piroksen, hornblende

atau biotit, dengan masa dasar biasanya gelas. Kwarsa hadir lebih besar dari 10 %,

sering dijumpai tekstur embayment pada mineral kwarsa dan feldspar yaitu proses

korosi pada larutan sisa. Kenampakan dari dasit ditunjukan pada gambar 2.28.

Gambar 2.28. Dasit

Petrografi Batuan Beku II - 38


b. Rhyodacite

Pada hakekatnya rhyodacite disamakan dengan “quartza latite” adanya variasi

kandungan gelas tidak dapat untuk membedakan dengan ryolit. Atau kecuali

dengan dasit. Kandungan gelasnya dapat dibedakan secara analisa kimia atau

pengukuran secara refraksi kristal atau holokristalin dari ryodasit dapat dibedakan

dengan decipe sebab pada umumnya kandungan potash feldsparnya lebih banyak

dan fenokris dari plagioklasnya pada umumnya lebih sodik. Batuan ini dapat

dibedakan dari kandungan mineral mafiknya yang dominan hadir adalah

hornblende, biotit dan dapat juga piroksen.

c. Riolit

Riolit dapat dibagi menjadi tipe potas dan soda, pada mulanya mineral mafik

yang utama biasanya biotit dan akhirnya menjadi kaya akan soda amfibol atau

piroksen atau keduanya. Mengandung kwarsa lebih besar dari 10 %.

Kenampakan dari riolit ditunjukan pada gambar 2.29.

Gambar 2.29. Rhyolite

Petrografi Batuan Beku II - 39


2) Tekstur Kasar

a. Granodiorit

Granodiorit kebanyakan penyusun batholit, dimana kwarsa hadir lebih besar

dari 10 %, mineral mafik yang utama adalah piroksen dan hornblende, mungkin

augit bias hadir dalam jumlah banyak kristal plagioklas dalam granodiorit

umumnya berbentuk euhedral atau subhedral kecuali ortoklas sangat jarang.

Tekstur khusus yang biasa hadir inequigranullar, equigranullar atau pegmatite.

b. Adamelit

Komposisi kwarsa pada adamelit lebih besar dari 10 %, hadir plagioklas asam

yang umumnya oligoklas, mempunyai tekstur hipidiamorfik granular, sering

dijumpai tekstur khusus granofirik dan grafik, mineral mafik yang utama adalah

hornblende dan biotit.

c. Granit

Kebanyakan dari batuan granit bertekstur hipidiamorfik granular, mineral-

mineral mafik dan plagioklas condong membentuk euhedral, jenis plagioklas yang

hadir adalah albit-oligoklas, mineral penyerta yang hadir topaz, flourite,

tourmaline, tekstur khusus yang dijumpai granopirik dan grafik, tetapi ada

sebagian granit yang mempunyai tekstur nebular berbentuk seperti telur,

panjangnya sampai beberapa inci. Kebanyakan membentuk kulit yang konsentris

bergantian antara yang kaya akan mineral gelap dan terang, bila mineral

hornblende hadir lebih besar dari 10 % disebut hornblende granit. Gejala lain

dalam granit adalah basic segration, dimana magma asam kontak sehingga mafik

mineral mengumpul atau mengelompok (tidak merata) dalam grafik.

Petrografi Batuan Beku II - 40


Kenampakan granit ditunjukan pada gambar 2.30.

Gambar 2.30. Granit

Petrografi Batuan Beku II - 41

Anda mungkin juga menyukai