PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Gambar 2.1. Model alterasi endapan porfiri tembaga (Lowell dan Guilbert, 1970).
2.1.2 Tipe Endapan Hidrotermal
Selain alterasi atau ubahan yang terbentuk dalam suatu sistem hidroterrmal,
Lindgreen (1933; dalam Bateman dan Jensen, 1991) membagi endapan hidrotermal
menjadi 3 tipe endapan berbeda berdasarkan hubungan temperatur, tekanan, dan kondisi
geologi yang tercermin dari mineral-mineral yang terbentuk. Tipe endapan tersebut,
adalah sebagai berikut :
1. Endapan hipotermal, terbentuk pada daerah dekat dengan intrusi pada
temperatur berkisar antara 500-600oC dan tekanan sangat tinggi.
2. Endapan mesotermal, terbentuk pada jarak tertentu dari intrusi pada
temperatur berkisar antara 200-500oC dan tekanan tinggi.
3. Endapan epitermal, terbentuk jauh dari intrusi pada temperatur berkisar
antara 50-200oC dan tekanan sedang atau medium.
Tabel 2.3. Himpunan mineral alterasi dalam sistem hidrotermal berdasarkan temperatur
dan pH larutan hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996).
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu material.
Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih untuk aplikasi di
lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada penggunaannya, XRF dapat
dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber eksitasi primer yang lain seperti
partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan energi yang tinggi (Viklund, 2008).
2.2.1 Prinsip kerja XRF
Prinsip yang digunakan adalah penentuan komposisi unsur berdasarkan interaksi sinar
X dengan materi. XRF banyak digunakan untuk mengkarakterisasi unsur secara cepat di
laboratorium ataupun lapangan.
Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray atau sumber
radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi atau dihamburkan oleh material. Proses
dimana sinar-X diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer energinya pada elektron yang
terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-X
primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari kulit yang di dalam menimbulkan
kekosongan. Kekosongan ini menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom
kembali pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan
proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua energi ikatan
pada kulit tersebut. Emisi sinar-X dihasilkan dari proses yang disebut X Ray Fluorescence
(XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada umumnya kulit K
dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering terdapat istilah Kα dan Kβ serta Lα dan Lβ
pada XRF. Jenis spektrum X ray dari sampel yang diradiasi akan menggambarkan puncak-
puncak pada intensitas yang berbeda (Viklund,2008).
2.2.2 Jenis XRF
Terdapat 2 jenis XRF yaitu, WDXRF (Wave Length Dispersive XRF atau dispersi
energi) dan EDXRF (Energy Dispersive XRF atau dispersi panjang gelombang). Unsur yang
dapat dideteksi berkisar dari Mg sampai Uranium. Pada XRF, terdapat suatu limit deteksi
dalam menganalisa kandungan unsur dalam sampel. Secara umum perbedaan kedua alat ini
adalah :
WDXRF :
Lebih besar, lebih kompleks, mengggunakan waterchiller (Pendingin Xray tube)
Analisa B-U(92), lebih sensitive, lebih akurat, menggunakan vacuum pump
Menggunakan gas p10 (Argon-Methane), He (optimal untuk analisa cairan)
EDXRF :
Lebih kecil, lebih sederhana, tidak menggunakan water chiller
Analisa Na-U(92), vacum pump optional
Analisa unsur berat (K-U) hasil hampir sama dengan WDXRF
Mengggunakan He(optional, untuk unsur ringan Na-Cl)
2.2.3 Kelebihan dan kekurangan XRF
Setiap teknik analisa memiliki kelebihan serta kekurangan, beberapa kelebihan dari
XRF :
Cukup mudah, murah dan analisanya cepat
Jangkauan elemen Hasil analisa akurat
Membutuhan sedikit sampel pada tahap preparasinya (untuk Trace elemen)
Dapat digunakan untuk analisa elemen mayor (Si, Ti, Al, Fe, Mn, Mg, Ca, Na, K, P)
maupun tace elemen (>1 ppm; Ba, Ce, Co, Cr, Cu, Ga, La, Nb, Ni, Rb, Sc, Sr, Rh,
U, V, Y, Zr, Zn)
2.2.4 Beberapa kekurangan dari XRF
Beberapa kekurangan dari XRF adalah sebagai berikut :
Tidak cocok untuk analisa element yang ringan seperti H dan He
Analisa sampel cair membutuhkan Volume gas helium yang cukup besar
Preparasi sampel biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama dan
memebutuhkan perlakuan yang banyak
Mineral logam dasar lainnya yang ditemukan adalah tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), dan
Alumunium (Al). Akumulasi logam-logam tersebut terbentuk melalui proses hidrotemal. Selain itu
juga ditemukan unsur-unsur P, S, Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, As, Ag, dan Pb. Dengan ditemukan unsur-unsur
tersebut menyatakan bahwa faktor yang mengontrol proses mineralisasi pada daerah penelitian adalah
oleh aliran gas pada proses pengkayaan magma (Lindgren, 1933).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Larutan hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan
umumnya terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona lemah.
Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya (wall rocks) akan
menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder (alteration minerals).
Proses terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder akibat interaksi batuan dengan
larutan hidrotermal disebut dengan proses alterasi hidrotermal.
XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia beserta
konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample dengan menggunakan metode
spektrometri. XRF umumnya digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan.
Analisis unsur di lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
untuk menganalisi jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan analisis kuantitatif
dilakukan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam bahan.
Contoh kasus pada metoda analisis dengan menggunakan X-Ray Flourescence (XFR)
yaitu Studi Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi Batuan di Sekitar Mata Air Panas Garara
Bukit Kili, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Analisis menggunakan XRF menghasilkan
komposisi mineral utama pada sampel, seperti SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Fe2O3, K2O, P2O5.
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/46248130-Bab-iv-alterasi-hidrotermal.html
http://reinesin.blogspot.com/2012/04/geology-week-hydrothermal-alterasion.html
https://indbongolz.wordpress.com/2011/02/20/x-ray-fluoroscence/
https://docplayer.info/45996610-Makalah-xrf-x-ray-fluorescence-spectrometry.html
http://docplayer.info/48124847-Bab-iv-alterasi-hidrotermal-4-1-teori-dasar.html
http://docplayer.info/67148468-Bab-iii-karakteristik-alterasi-hidrotermal.html
http://docplayer.info/32506136-Bab-iii-landasan-teori.html
https://docplayer.info/62937324-I-alterasi-hidrotermal.html
https://www.tambang.id/olympus-xrf-detektor.html
https://www.caesarvery.com/2018/01/langkah-pengukuran-dan-analisa-dengan x.html?m=0