Anda di halaman 1dari 39

1.

KLASIFIKASI DAN PEMBENTUKAN ENDAPAN BAHAN GALIAN

1.1 PERKEMBANGAN KONSEP GENESA ENDAPAN


Sejarah konsep genesa endapan bahan galian dapat dikategorikan menjadi
beberapa konsep diantaranya;
 Georgius Agricola, (1556)
 Charpentier, (1778-1799)
 Gerhard, (1781)
Konsep Georgius Agricola, (1556)
Konsep dasar dimulai pada abad ke-16 oleh Georg Bauer (dengan nama latin
Georgius Agricola) pada buku De re Metallica (1556). Menurut Agricola, mineral bijih
dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terbentuknya, yaitu INSITU dan ALLUVIAL.
Endapan insitu terdiri dari fissure veins, bedded, impregnations, stringers, seams, dan
stockworks.
Endapan alluvial merupakan endapan-endapan yang berasal dari
perombakan endapan insitu. Menurut Hoover & Hoover (penerjemah De re Metallica),
Agricola mendasarkan pengelompokan pada dua prinsip dasar, yaitu :
a. Endapan yang terbentuk secara sekunder, sehingga lebih muda daripada batuan
induknya
b. Endapan yang terbentuk akibat sirkulasi larutan dalam channels.
Konsep Charpentier, (1778-1799)
Menurut konsep ini, vein-vein terbentuk akibat alterasi pada batuan samping -->
keberadaan vein yang bergradasi dengan batuan samping.
Konsep Gerhard, (1781)
Konsep ini menyatakan vein-vein terbentuk pada suatu bukaan (open fissures
filled) oleh mineral-mineral yang terlindikan (leached) dari batuan samping.
Berdasarkan Charpentier dan Gerhard tsb, maka muncul teori “lateral secretion”,
yaitu : kandungan suatu endapan mineral sehingga menjadi suatu endapan bijih yang
berasal dari batuan-batuan samping yang berdekatan akibat dari air (tidak harus air
meteorik). Teori ini menjadi referensi utama selama lebih dari 100 tahun.
Disamping beberapa konsep genesa bahan galian yang disebutkan diatas, terdapat
pula beberapa konsep lainnya, diantaranya:
 Hutton (1788 & 1795) ; batuan beku dan mineral bijih berasal dari magma dan
ditempatkan dalam kondisi cair (liquid) untuk menjadi kondisi sekarang.
 Pendapat-pendapat bahwa endapan bijih berasal dari magma juga didukung oleh
Joseph Brunner (1801) dan Scipione Breislak (1811)  teori magma differentiation
and magma segregation.

1
 Spurr (1933) menyempurnakan teori tersebut bahwa jenis mineral yang terbentuk
tergantung pada jenis batuan asalnya.
 Teori-teori tsb terus berkembang, hingga Waldemar Lindgren (1907, 1913 dan
1922) menghasilkan suatu klasifikasi endapan berdasarkan proses genetik-nya.
1.2 KLASIFIKASI ENDAPAN BAHAN GALIAN
Beberapa hal yang berkaitan dengan klasifikasi endapan bahan galian:
a. Berdasarkan kesamaan karakteristik dan deskripsi.
b. Persamaan proses genesa dan letak endapan.
c. Kesesuaian teori-teori dan lingkungan pengendapan.
d. Dibuat se-sederhana mungkin sehingga mudah dalam penerapan serta fleksibel.
Sampai saat ini, hanya endapan sedimenter dan endapan yang berasosiasi dengan
batuan beku yang dapat dibedakan dengan jelas.
Klasifikasi Niggli (1929)
a. Mengelompokkan endapan epigenetik menjadi volcanic (untuk dekat permukaan)
dan plutonic (untuk yang jauh di bawah permukaan).
b. Berdasarkan sumber/asal endapan berupa liquids atau gases atau yang ter-
kristalisasi langsung dari magma, maka endapan plutonik dikelompokkan lagi
menjadi :
 hydrothermal,
 pegmatitic-pneumatolytic, dan
 orthomagmatic.
c. Pengelompokan yang lebih kecil didasarkan pada komposisi kimia mineral dan
mineral-mineral assosiasi.
Klasifikasi Schneiderhorn (1941)
a. Dikelompokkan berdasarkan :
 Asal dari fluida pembawa bijih,
 Assosiasi mineral (mineral associations),
 Letak/posisi lingkungan pengendapan (terendapkan dekat permukaan dan
terendapkan jauh di bawah permukaan),
 Tipe endapan, host rock, dan gangue mineral.
b. Kategori pengelompokan utama adalah berdasarkan assosiasi mineral.
c. Dalam klasifikasi ini, telah dikategorikan kelompok endapan berdasarkan mineral
bijih (ore), batuan induk (host rock) dan mineral gangue (gangue minerals).
Klasifikasi Lindgren (1933)
a. Sampai saat ini merupakan klasifikasi terbaik yang dapat digunakan (Park and
MacDiarmid, 1975).
b. Modifikasi oleh Graton (1933), Buddington (1935) dan Ridge (1968).
c. Klasifikasi ini sebagian besar didasarkan pada tekanan dan temperatur.
d. Skema temperatur dan tekanan merupakan parameter yang terus diteliti untuk
disempurnakan.
e. Klasifikasi ini digunakan sebagai klasifikasi standart di USA.

2
f. Klasifikasi secara genetik ini berhubungan erat dengan zoning dan paragenesis,
dimana secara teoritis zona-zona P-T berhubungan erat dengan zona-zona mineral-
mineral tertentu.
1.3 PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN
Merupakan rangkaian urutan-urutan kejadian dari magma hingga proses
dipermukaan bumi akan menghasilkan type-type endapan tertentu.
Berdasarkan urutan proses magmatik :
a. Aktivitas magma (endapan magmatik cair)
b. Injeksi larutan sisa magma pada dekat pemukaan (endapan hidrothermal).
Berdasarkan proses eksternal :
a. Endapan lateritik dan
b. Endapan sedimenter.
Magma dan Fluida Magmatik
a. Magma adalah suatu “rock melt” atau suatu larutan dengan temperatur tinggi
yang berupa cairan (liquid) dan kristal-kristal.
b. Umumnya memiliki komposisi yang tidak homogen; setempat dapat kaya akan
ferromagnesian, silika, sodium dan potassium; mengandung volatiles, xenoliths
(inclusions atau un-melted fragment), dll.
c. Bersifat tidak statik atau bukan dalam suatu sistem yang tertutup, dapat bergerak
secara konvektif.
d. Pada saat pendinginan, dapat mengalami kristalisasi dan terpisahterpisah menjadi
fraksi-fraksi tertentu melalui proses “fractional crystallization” atau “magma
differentiation”.
e. Unsur-unsur logam dapat terkonsentrasi melalui mekanisme pembentukan batuan
dalam komposisi yang bervariasi sesuai dengan kandungan logam-nya.

Gambar 1.1 Skema proses magmatik awal dan lingkungan pengendapannya.

3
Konsentrasi unsur pada proses differensiasi magma
a. Pada magma mafic (ferromagnesian rock forming silicates - SiO4 )  chromium,
nickel, platinum, dll.
b. Pada magma silicic (kaya akan silica - SiO2 )  timah, zirconium, thorium, dll.
c. Titanium dan Iron dapat terbentuk dalam range komposisi magma yang lebar.
d. Proses-proses kristalisasi seperti differentiation and crystal settling, secara gradual
meningkatkan konsentrasi volatile pada larutan-larutan sisa magma.

Gambar 1.2 Skematik proses differensiasi magma


Skematik proses differensiasi magma :
1. Vesiculation, magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2 O),
karbon dioksida (CO2 ), sulfur dioksida (SO2 ), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat
magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas,
seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta
unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan potasium.
2. Diffusion, pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material
dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat
lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi
magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi sama
efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi
dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan
mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.

4
3. Flotation, kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung
untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan
unsur-unsur sodium dan potasium.
4. Gravitational Settling, mineral-mineral berat yang mengandung kalsium,
magnesium dan besi, cenderung memperkaya reservoir magma yang terletak
disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin
menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah
diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat
dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, selama emplacement magma, batu yang jatuh dari
dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan
magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi
magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium, potasium dan silikon, magma akan
berubah menjadi komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan kalsium,
magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi
magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian
sebelah dalam membeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana
mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dari mineral silikat yang
lebih ringan.
Proses pembentukan endapan:
1. Proses internal
 Kristalisasi dan segregrasi magma.
 Hydrothermal.
 Lateral secretion.
 Metamorphic Processes.
2. Proses eksternal
 Mechanical Accumulation.
 Sedimentary precipitates.
 Residual processes.
 Secondary or supergene enrichment.
 Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative).

Kristalisasi and segregasi magma :


 Pengendapan mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dalam batuan
beku.
 Kristalisasi magma merupakan proses utama dari pembentukan batuan vulkanik
dan plutonik.
 Terminologi endapan segregasi magma atau orthomagmatic-deposit dapat
digunakan untuk endapanendapan yang terbentuk (mengkristal) secara langsung
dari magma
 FRACTIONAL CRYSTALLIZATION ; proses-proses yang terjadi sepanjang
differensiasi magma

5
 LIQUATION ; Terpisah dari magma berupa sulfide, sulfide-oxide atau larutan
oxide yang kemudian terakumulasi dibawah larutan silikat.

Gambar 1.3 Proses Pembentukan Endapan ( Internal )

Hydrothermal Processes :
 Hot aqueous solutions (hydrothermal solutions)  larutan 3 fase (liquid + gas +
solid).
 Penting pada pembentukan beberapa type endapan (stockwork, vein, volcanic-
exhalative, dll).
 Range pembentukan endapan berada diperkirakan pada temperatur 50 – 650 0C
(sinter – porfiri/mesothermal).
 Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih utama
yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.
 Larutan berasal dari larutan sisa magma dengan temperatur yang lebih rendah
sebagai sisa dari kristalisasi pada fase pegmatit  mengandung base metals dan
elemen-elemen lain yang tidak ikut ter-kristal-kan pada pendinginan magma (W, U,
Mo, Cs, Rb, Li, Be, B dan P).
 Larutan sisa magma ini diasumsikan ter-injeksi-kan sepanjang fractures atau media
(channel) lain ke tempat yang lebih dingin di dekat permukaan dimana tipe-tipe
endapan hidrothermal terdapat.
 Kandungan volatile : H2 S, HCl, HF, CO2 , SO2 dan H2 .
 White (1955) menyatakan bahwa sistim geothermal kemungkinan merupakan
pembentuk utamaendapan-endapan epigenetic  dibuktikan lebih lanjut oleh
peneliti lain  endapan umumnya berhubungan dengan (terdapat pada) ancient
geothermal system.

6
a

Gambar 1.4 ( a & b ) Proses Hydrothermal

Proses Lateral Secretation :


 Merupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada batuan
metamorf.

7
 Terjadi pengisian zona regangan atau fractures oleh silika yang migrasi dari batuan
sekitarnya, termasuk komponen-komponen sulfida dan sulfur dari batuan samping.
 Mineral utama ; kuarsa, karbonat, serisit, pirit, arsenopirit, stibnite, kalkopirit,
sphalerit, sulphosalts, galena dan emas.
 Ada 2 kemungkinan proses.
 Silika berasal dari larutan magma dan difusi pada batuan samping,
 Silika berasal dari batuan membentuk vein.
Proses Metamorfik :
 Umumnya merupakan hasil dari contact dan regional metamorphism.
 Proses pembentukan umumnya mirip dengan lateral secretion.
 Dalam proses metamorfik, perubahan-perubahan secara metamorfik akibat dari
rekristalisasi dan redistribusi material melalui proses diffuse (umumnya material
yang mobile).
Proses eksternal
 Mechanical Accumulation.
Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer (placer deposit)
 Sedimentary precipitates.
Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan tertentu, dengan atau tanpa
bantuan organisme biologi.
 Residual processes.
Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan meninggalkan
konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
 Secondary or supergene enrichment.
Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan
mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi.
 Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative).
Exhalations dari larutan hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi
bawah permukaan air laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk
stratiform.

2. ENDAPAN MAGMATIK CAIR

8
2.1 PENDAHULUAN
Proses-proses dan gambaran tentang endapan yang berhubungan dengan batuan
beku ultramafik-mafik :
a. Terbentuk sepanjang proses fractional crystallization of magmas.
b. Endapan segregrasi magma : semua endapan yang terbentuk melalui kristalisasi
langsung dari magma.
c. Biasanya terbentuk langsung pada dapur magma atau berupa tubuh intrusi yang
dalam dan mungkin juga extrusive flows.
d. Mineral bijih dapat terkonsentrasi melalui proses gravity settling, liquid
immiscibility atau melalui tekanan (filter pressing).
e. Logam yang umum ditemukan pada batuan ultramafik : chromite, ilmenite, apatite,
diamond, nickel, copper dan PGE.
f. Logam yang berasosiasi dengan batuan beku intermediate antara lain magnetit,
hematite, dan beberapa mineral aksesories antara lain zircon, monazite, uraninite
dan cassiterite.
Secara umum, tipe endapan ini berada pada 2 (dua) lingkungan utama, yaitu ;
1. Pada massa cratonic (atau pada kerak benua),
a. Layered Mafic Intrusions
 Tipe Sudbury (Canada) ; Nikel sulfide
 Tipe Bushveld (Afsel) ; Nikel, PGE, Copper, Chromite.
 Tipe Great Dyke (Zimbabwe) ; Chromite.
b. Anorthosites-Titanium
c. Kimberlites-Diamond
2. Pada kerak samudera (komplek ophiolite).
a. Podiform (Alpine-type) Chromite.
2.2 PADA MASA CRATONIC
2.2.1 Layered Mafic Intrusions
Endapan Nikel Sulfida – Tipe Sudbury
 Merupakan kompleks intrusi yang besar (60 x 27 km).
 Terdiri dari augite-norite (lower zone), quartz-gabbro (middle zone) dan
granophyre (felsic hypabissal; upper zone).
 Bijih Nikel Sulfida terendapkan sebagai produk dari immiscible silicate-sulfida.
Tubuh bijih bergradasi menuju massive ke arah bawah.
 Mineral bijih utama; pyrrothite (Fe1-xS), petlandite (Fe,Ni)9S8, dan chalcopyrite
(CuFeS2).
 Mineral magnetite (Fe3O4) umumnya muncul intergrown dengan mineral-mineral
sulfida.
Bushveld Complexs
 Merupakan 98% dari total sumberdaya chromite dunia.
 Rumus umum : (Mg,Fe2+ )(Cr,Al,Fe3+ )2 O4 dan mengandung 15 s/d 60 wt% Cr2 O3
dengan kandungan kecil nikel, titanium, seng, cobalt dan manganese.

9
 Merupakan chromite stratiform (sebagai lapisan tipis dengan ketebalan beberapa
cm s/d 2 meter).
 Total lapisan yang mengandung chromite adalah 29 lapisan. Di atas lapisan ini
terdapat lapisan pembawa pembawa platinum. Di dekat permukaan terendapkan
lapisan magnetite.
 Bijih nikel memiliki kadar yang lebih rendah daripada Sudburry type, tetapi menjadi
ekonomis karena berasosiasi dengan Cu + PGE.
Tipe Great Dyke (Zimbabwe)
 Merupakan dyke-like intrusions.
 Tubuh intrusi ; 480 km (panjang) dan lebar sekitar 5,8 km.
 Intrusi dyke (yang merupakan sekuen dari batuan ultramafik) menerobos batuan
samping berupa granit.
 Komoditi utama adalah chromite.
 Layer-layer yang mengandung chromite terdapat di sepanjang intrusi dengan
individual layer muncul dengan ketebalan berkisar dari 5 cm s/d 1 meter.

2.2.2 Anorthosites-Titanium
Merupakan produk dari segregrasi magma berupa titanium-bearing magnetite and
hematite, yang terdiri dari ilmenite (FeTiO 3) atau rutile (TiO2). Assosiasi mineral pembawa
titanium dengan konsentrasi yang significant terdapat pada magmatic anorthosites
(plagioklas An90-100). Magmatic anorthosites ini dapat berupa 2 jenis, yaitu :
1. Pada bagian atas suatu lapisan batuan mafic (Layered Mafic Intrusions),
 Terbentuk setelah mineral-mineral mafik terkristalkan dan mengendap,
 Terbentuk akibat mengapungnya kristal-kristal plagioklas pada dapur magma.
2. Pada batuan anorthite massif, yang terdapat dalam bentuk pluton yang
mengandung plagioklas andesine atau labradorite (An35-65 ).

2.2.3 Kimberlites-Diamond
Intan merupakan mineral terkeras (skala mosh = 10). Terbentuk akibat dari
Kristalisasi Magma. Pada awalnya, seluruh potensi (endapan) intan diyakini berasosiasi
dengan kimberlite saja. Endapan intan juga berasosiasi dengan lamproitedi Arkansas dan
Western Australia. Berbentuk pipe-like diatreme. Tidak semua kimberlites pipe
mengandung intan. Hampir 90% produksi intan dunia berasal dari endapan placer yang
merupakan hasil pelapukan kimberlite.
Kimberlites :
 Host rock: Potassic Ultrabasic.
 Mengandung megacrysts olivine, enstatite, Cr-rich diopsite, phlogopyte, pyrope-
almandine dan Mg-rich ilmenite dalam suatu matrik halus.
 Mineral utama olivine, phlogopite, calcite, serpentenite, diopsite, monticellite,
apatite, spinel, dan ilmenit.
 Mineral petunjuk (indikator); redbrown pyrope, purple-red chromium pyrope, Mg-
rich ilmenite, chromium diopside.

10
Lamproite :
 Host rock: Potash- dan Magnesiarich lamprophyric vulkanik atau hypabissal.
 Mengandung phenocryst dan/atau masa dasar berupa leucite, Ti-rich phlogopite,
clinopyroxene, amphibole (Ti-rich, potassic), olivine dan sanidine.
 Mineral aksesoris: patite, nepheline, spinel, dan ilmenit.
 Intan biasanya muncul sebagai mineral aksesoris pada xenolith dan xenocrysts
termasuk olivin, pyroxene, garnet dan spinel.

Gambar 2.1 Sketsa Pipe-Like Diatreme


Pipe-Like Diatreme
 Suatu morfologi (bentuk) seperti kawah yang terisi oleh sedimen,
 Kedalaman endapan sedimen kurang lebih 300 meter.
 Sedimen pengisi umumnya berupa aglomerat, yaitu fragmen berbentuk bundar
dengan matrik halus.

11
 Di bawah kawah ini terdapat suatu bentuk pipa atau wortel (~ carrot-shape) yang
relatif vertikal (dip > 800 ) dengan kedalaman dapat mencapai lebih dari 2 km.
 Badan magmatik kimberlite kadang-kadang masih terlihat dengan bentuk seperti
akar pada pipa; berupa aglomerat atau sill atau dyke.
Proses Terbentuknya Intan ?
 Pada P dan T yang tinggi (1000 0K dan 3.5 Gpa) ~ equivalen dengan luasan area 60
km2 dengan kedalaman 117 km.
 Ada 2 kemungkinan proses pembentukan (masih dalam perdebatan), yaitu;
a. Langsung terkristalkan dari magma (phenocrysts)
b. Terbentuk sebagai ”exotic fragments” yang berasal dari daerah yang stabil
pada mantel yang lebih atas (xenocrysts).
 Intan tumbuh dengan stabil di mantel atas pada eklogit (batuan yang tersusun dari
garnet dan piroksen) dan batuan ultramafic,
 Kimberlite pipe terbentuk akibat adanya proses explosive material deep mantle
yang berasal dari asthenosphere (mungkin lebih dari 200 km dibawah permukaan
bumi) dan kemungkinan adanya degassing CO-CO 2-H2 -H2O, terjadi di bawah
tekanan 50 – 70 kbar dan > 1500 °C.
2.3 PADA KERAK SAMUDERA (KOMPLEK OPHIOLITE)
2.3.1 Endapan Chromite Podiform (Alpine Type)
Secara tektonik, endapan tipe podiform ini berasosiasi dengan lingkungan
(komplek) ophiolite. Berbeda dengan endapan pada tipe stratiform yang terbentuk pada
zona (lingkungan) tektonik yang stabil, endapan tipe podiform ini umumnya terbentuk
pada active belt (mobile belt) seperti pada mid-oceanic atau back arc spreading.
Podiform chromitites terbentuk di sepanjang busur kepulauan dan pada sabuk
pergunungan yang selalu bergerak pada umur Palaeozoic atau lebih muda. Tetapi, hampir
semua endapan chromite yang bernilai ekonomis tinggi terdapat pada bentuk stratiform
chromite, berumur Precambrian dan pada lingkungan yang stabil.
2.3.2 Ophiolite
 Ophiolite bukanlah sebuah nama batuan, tetapi merupakan suatu assemblage.
 Ophiolite adalah suatu kumpulan tertentu (distinctive assemblage) yang terdiri dari
batuan mafik-ultramafik dengan minor batuan beku sodium-rich dan berasosiasi
dengan batuan-batuan sedimen laut pelagic. Pelagic oceanic sedimentary rock =
batuan sedimen laut dalam yang berukuran halus dimana tidak ada indikasi
keberadaan vegetasi.
 Komplek ophiolite umumnya berasosiasi dengan facies-facies pada laut dalam
seperti rijang (chert), shale dan micritic limestones. Micritic limestones = batu
gamping yang didominasi oleh ukuran butir yang sangat halus yang berasal dari
presipitasi kalsit secara kimiawi.
 Podiform chromitite terdapat pada batuan dunite.

12
Gambar 2.2 Pembentukan Ophiolite Dan Assosiasi Endapan
2.3.3 Kompleks Ophiolite
Dari bawah ke atas ( lihat gambar 2.3 );
1. Kompleks batuan ultramafik, yang terdiri dari ;
 Harzburgite (batuan peridotit yang didominasi oleh olivin dan piroksen),
 Dunite (suatu batuan ultrabasik yang memperlihatkan kandungan
magnesium-rich olivine dengan kandungan kromit),
 Fabric metamorfik tektonik, serta serpentinite dengan jumlah yang
bervariasi.
2. Kompleks gabbroic, biasanya berlapis berupa akumulasi kristal-kristal akibat gravity
settling yang mengandung peridotite dan piroksen.
3. Kompleks mafic sheeted-dyke, yang terdiri dari kumpulan dyke-dyke diabas
membentuk zona-zona terpisah antara gabbro-plagiogranite dan ditutupi oleh
pillow lava (exstrusive).

13
Gambar 2.3 Mekanisme Generasi Dan Kristalisasi Magma Pada Pembentukan Oceanic
Lithosphere

2.3.4 Podiform Chromite


 Podiform chromites = Alpine-type chromite,
 Podiform chromitites terbentuk di sepanjang busur kepulauan atau pada sabuk
pergunungan yang mobile (Palaeozoic atau lebih muda).
 Umumnya ditemukan pada ophiolite dunite (batuan ultrabasik magnesium-rich
olivine) atau pada tubuh batuan harzburgite (peridotit yang didominasi olivin dan
piroksen).
 Harzburgite atau batuan dunite yang mengandung chromite merupakan produk
dari partial melting pada kerak samudera atau pada marginal basin ridges atau
berhubungan dengan aktivitas hot spot pada kerak samudera.
 Tubuh bijih yang terbentuk pada umumnya tabular, pencilshaped, irregular.
 Rumus umum : (Mg,Fe2+ )(Cr,Al,Fe3+ )2 O4 .

14
Gambar 2.4 Podiform Chromite

Gambar 2.5 Podiform Chromite Pada Kompleks Ophiolite

15
3. ENDAPAN PEGMATITIK DAN KONTAK METASOMATISME

3.1 ENDAPAN PEGMATITIK


Apa yang dimaksud dengan Pegmatitik ?
 Adalah suatu batuan beku yang memiliki ukuran kristal yang (sangat) kasar,
 Terbentuk selama kristalisasi magma (pada dapur magma ~ magma chamber).
 Pada kondisi larutan yang memiliki kandungan air cukup tinggi,
 Pertumbuhan kristal yang relatif cepat.
 Yang terbentuk berupa massa di dalam dike atau urat-urat pada daerah
batas/kontak batholith.
Beberapa jenis pegmatit :
 Granitic pegmatite ; keterdapatan suatu mineral dalam batuan granit dengan
ukuran kristal yang abnormal (relatif sangat kasar),
 Gabbroic pegmatite ; keterdapatan kristal-kristal mineral yang kasar pada batuan
gabbro.
 Pegmatite muncul pada tahapan akhir kristalisasi magma dan kadang-kadang
mengandung pengkayaan beberapa mineral jarang yang mengandung unsur-unsur
seperti Boron, Lithium, Uranium dan REE.
 Terbentuk pada bagian atas suatu komplek struktur dan biasanya berasosiasi
(berhubungan) secara spasial dengan intrusi plutonik dengan komposisi granitik.
Genesis of Pegmatites?
 Pada larutan sisa kristalisasi  kandungan silikat rendah  memungkinkan
meningkatnya keterdapatan air & volatile  menurunkan viskositas larutan dan
titik beku mineral-mineral  menyebabkan pegmatitik terbentuk (Bateman, 1981).
 Lebih jauh, mungkin saja terbentuk suatu zona transisi (Aqueo-igneous stage) 
pegmatitic quartz  lebih lanjut dapat menyebabkan terbentuknya hydrothermal
quartz vein carrying ore minerals.
Asal pegmatite : Metamorphic and Igneous activity.
1. Metamorphic : metamorfisme regional menyebabkan batuan menuju fase
granitization. Magma tidak terbentuk sehingga granite and pegmatite merupakan
produk akhir dari metamorfisme regional ini.
2. Igneous Activity : magma terbentuk, sehingga terjadi differensiasi, kandungan
volatil tinggi dan terinjeksikan pada batuan sekitarsehingga terbentuk pegmatite.
 Material yang dinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga
terbentuk simple pegmatite.
 Ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi replacement
membentuk complex pegmatite.

16
Simple pegmatites ; mengandung albite, quartz, microcline and possible minor
muscovite. Complex pegmatites ; membawa mineral-mineral jarang (rare minerals) seperti
columbite, beryl, zircon, monazite, polycrase and uraninite. Umumnya, pegmatites
memiliki komposisi granitic, muncul berupa dikes, lenses or veins. Kebanyakan kristal-
kristal mineral-mineral yang terbentuk memiliki diameter > 1 cm, tetapi individual crystals
dapat mencapai ukuran 10 m.
Hubungan Pegmatite dengan sistem hydrothermal
 Lutton (1959) memperlihatkan keberadaan granite pegmatite quartz molybdenite
veinlet di sekitar endapan porphyry molybdenum system.
 Silitoe (1973) menggunakan kehadiran pegmatites pada porphyry copper
mineralization untuk menjelaskan indikasi bahwa pembentukannya dapat terjadi
pada deep epizonal system.
 Hal ini membuktikan bahwa kehadiran pegmatite dapat digunakan sebagai
penjelasan adanya wilayah transisi dari kondisi magmatik menuju kondisi
lingkungan hydrothermal.
Mineralization Zoning
Simple pegmatit memiliki mineralogi yang sederhana, internal zoning tidak
berkembang dengan baik. Komplek pegmatit dicirikan dengan adanya komplek mineralogi
berupa mineral-mineral jarang, dan ditandai dengan adanya susunan mineral-mineral yang
merefleksikan tahapan (zonal zoning) yang bergerak/berkembang dari kontak ke arah
dalam. Derajat dari internal zoning juga meningkat dengan meningkatnya rare metal
(logam jarang) dan volatiles.
Menurut Jahns & Burnham (1969) menyatakan bahwa evolusi internal pada
mineralisasi zoning dari granit pegmatit dihasilkan oleh (dari) kristalisasi leburan (melt)
jenuh air yang kemudian menghasilkan suatu sistem yang memisahkan leburan dengan
fluida aqueous. Thomas et al. (1988) membuktikan teori Jahns & Burnham ini melalui studi
inklusi fluida, dimana intrusi awal dari pegmatit menunjukkan temperatur ~ 720 0 C pada
campuran aluminasilikat + H2 O dan CO2 terlarut menuju suatu zona kuarsa dengan
temperatur ~ 262 0C.
Zones of Pegmatite
Berdasarkan mineralogi dan tekstur.
 Border zone : tipis-absent, feldspar (berbutir halus), kuarsa, muskovit, aksesoris
(garnet, tourmalin, beryl), metalik mineral absent.
 Wall zone : umum muncul, mineral hampir sama dengan border zone tetapi lebih
intensif dan kasar, metalik mineral mungkin muncul.
 Intermediate zone : dapat mengandung metalik mineral yang ekonomis (Be, Nb, Ta,
Sn, Li, U), variasi mineral cukup banyak (berylniobite-tantalite-perthite-
cassiteriteuraninite-gems), ukuran butir kasar.
 Core zone, didominasi oleh kuarsa.

17
Gambar 3.1 Zones of Pegmatite
Mengapa Pegmatit diperlukan ?
 Granitic pegmatites adalah sumber penting untuk rareelements, seperti beryllium,
niobium, tantalum, tin, lithium, rubidium, cesium and gallium;
 Dari mineral-mineral rare-elements dapat dilakukan ekstraksi untuk bahan baku
teknologi tinggi seperti :
 lightweight alloys, nuclear engineering and electronics (beryllium);
 ceramics, pharmaceutical products, lubricants, smelting of aluminum ore
and lithium-batteries (lithium);
 electronic capacitors, jet engines and prosthetic devices (tantalum);
 magneto-hydrodynamic electric generators, biological and medical research
(cesium); and
 integrated circuits and light-emitting laser diodes (gallium).
 Granitic pegmatites adalah sumber penting untuk rare-elements, Sebagai bahan
galian industri : feldspar and quartz untuk glass and ceramic industries.
 Beberapa varieties of beryl (aquamarine, golden, morganite), spodumene (kunzite,
hiddenite) and tourmaline (pink, green and multi-colored elbaite), as well as garnet
and topaz  gemstone.
3.2 ENDAPAN GREISEN
Greisen didefinisikan sebagai suatu agregat granoblastik kuarsa dan muscovit (atau
lepidolit) dengan mineral aksesoris antara lain topaz, tourmalin dan flourite yang dibentuk
oleh post-magmatik alterasi metasomatik dari granit (Best, 1982; Stemprok, 1987).
Endapan greisen merupakan salah satu tipe endapan yang penting untuk Timah (Sn) dan
Tungsten (W).

18
Genesa Endapan Greisen
 Terbentuk pada kontak bagian atas antara intrusi granit, kadang-kadang muncul
berupa stockwork.
 Mineralisasi muncul secara irregular (tidak beraturan) yang terkonsentrasi pada
sekitar zona kontak.
 Host rock menunjukkan komposisi granitik dan berkembang sampai kedalaman 10-
100 m sebelum bergradasi menuju zona alterasi feldspatik (albitization-
microclinization) dan batuan granit (fresh granite).
 Fluida pegmatitik sering migrasi pada bagian atas intrusi dan kadang-kadang
mengisi sebagai intrusi-intrusi (stock ?) di sepanjang batas tubuh greisen.
 Endapan timah greisen kemungkinan terbentuk pada bagian atas suatu pluton
granit yang kontak dengan batuan yang impermeable sehingga terakumulasi
mineral-mineral sebagai produk dari kristalisasi awal.

Gambar 3.2 Genesa dan Letak Endapan Greisen

19
Model Genetik Endapan Greissen Sn-W
 Endapan vein terdiri dari komplek “fissure filling” atau replacement urat-urat
kuarsa.
 Dapat berupa urat tunggal, sistem urat dan stockwork.
 Ore Mineral utama : Huebnerite-Ferberite series (FeMnWO4) dan Cassiterite
(SnO2).
Contoh Model Genetik Endapan Greissen Sn-W
 Mineral assosiasi : Scheelite (CaWO4 ), molybdenit (MoS2 ), bismuthinite (Bi2 S3 ),
native bismuth (Bi), sulfide base metal, tetrahedrite (Cu,Fe,Zn,Ag)12 Sb4 S13 ,
pyrite (FeS2 ), stannite (Cu2 (Fe,Zn)SnS4 ), fluorite (CaF2 ), muscovite, biotite,
feldspar, beryl, tourmalin, toupaz, dan chlorite.
 Uranium, thorium, REE, dan mineral-mineral fosfat dapat hadir dalam jumlah yang
sedikit.
3.3 ENDAPAN SKARN
Skarn adalah sebuah terminology pada dunia pertambangan untuk
mengidentifikasikan suatu lapisan seperti seam yang berwarna gelap (kehitaman) akibat
dari adanya intrusi (terobosan) oleh fluida pembawa bijih.
Endapan skarn juga dikenal dengan beberapa terminology lain, yaitu :
hydrothermal metamorphic, igneous metamorphic, dan contact metamorphic. Umumnya
terbentuk (namun tidak selalu) pada kontak antara intrusi plutonik dengan batuan induk
(country rock) karbonat. Pada saat kontak dengan batuan karbonat, maka batuan samping
tersebut terubah (altered) menjadi marbel, calc-silicate hornfelses, dan/atau skarn akibat
dari kontak metamorfik ini. Temperatur pembentukan endapan skarn ini berkisar sekitar
650-440 °C. Beberapa mineral bijih (oksida ataupun sulfide) dan fluorite biasanya muncul
(terbentuk) pada lingkungan skarn ini. Umumnya dijumpai fluorite (CaF2 ) mendukung
pendapat bahwa silika dan beberapa logam bereaksi dengan batuan gamping.
Mineralisasi Endapan Skarn
 Mineral-mineral penting yang terbentuk (terdapat) pada skarn antara lain:
 Andradite (Ca3 Fe2 Si3 O12 )-garnet,
 Hedenbergite (CaFeSi2 O6)-diopside (CaMgSi2 O6 ),
 Iron-rich hornblende, dan
 Actionalite (Ca2 (Mg,Fe)5 Si8 O22 (OH)2 )-tremolite (Ca2 Mg5 Si8 O22 (OH)2 ).
 Pada umumnya mineral-mineral di atas merupakan mineral-mineral yang umum
terbentuk pada lingkungan metamorfik.
 Sebagai contoh, berikut bagaimana andradite dan flourite terbentuk
2FeF3 + 2SiO2 + 6CaCO3  Ca3 Fe2 Si3 O12 + 3CaF2 + 6CO2
 Bijih-bijih oksida sangat umum dijumpai pada skarn. Contohnya adalah
pembentukan hematite.
2FeF3 + 3CaCO3  Fe2 O3 + 3CaF2 + 3CO2

20
Klasifikasi Endapan Skarn
 Skarn dapat dikelompokkan sesuai dengan batuan yang digantikannya.
 Ada 2 (dua) terminologi pembagian utama, yaitu : EXOSKARN dan ENDOSKARN.
 Exoskarn : digunakan jika replacement yang terjadi pada batuan karbonat
metasedimen (mumnya berupa marble).
 Endoskarn : digunakan jika replacement terhadap batuan intrusi. Beberapa
ahli mengembangkannya untuk jenis batuan lain, termasuk shales, vulkanik,
dll.
 Tetapi kebanyakan endapan-endapan skarn yang ada di dunia terdapat dalam
“calcic exoskarns”.

Table 3.1 Beberapa Type Endapan Skarn

Genesa Endapan Skarn


Initial isochemical metamorphism (stage 1) :
 Tahapan ini mengakibatkan rekristalisasi dari batuan samping akibat adanya intrusi.
Batugamping  marbel; shale  hornfles; serta Batupasir  kwarsit.
 Reaksi-reaksi terbentuknya skarn dapat terjadi di sepanjang kontak batuan.
 Secara prinsip, proses-proses ini membentuk adanya isokimia metamorfisme
akibat dari difusi unsur-unsur akibat pergerakan fluida, dan merupakan bagian dari
pergerakan air metamorfik.
 Batuan akan menjadi lebih brittle dan menjadi media yang lebih baik untuk
infiltrasi fluida-fluida pada tahapan selanjutnya (stage 2).

21
Gambar 3.3 Genesa Endapan Skarn (Initial isochemical metamorphism (stage 1) )

Multiple stages of metasomatism (stage 2) :


 Adanya infiltrasi antara fluida hidrothermal-metamorfik mengakibatkan
terubahnya yang sebelumnya sudah terbentuk pada tahapan pertama menjadi
skarn.
 Proses ini terjadi pada temperatur 800-400 °C, mineral bijih akan mulai
terendapkan pada saat pluton mulai mengalami pendinginan.
 Mineral-mineral yang terbentuk pada tahapan ini relatif bersifat anhydrous.
 Pengendapan mineral-mineral oksida (magnetite dan kasiterit) dan disusul oleh
sulfida-sulfida mulai terbentuk pada tahapan akhir di stage ini.

Gambar 3.4 Genesa Endapan Skarn (Multiple stages of metasomatism (stage 2) )

22
Retrograde alteration (stage 3) :
 Tahapan ini merupakan retrograde (perusakan) yang diikuti oleh pendinginan
pluton dan menyebabkan terjadinya alterasi hydrous akibat infiltrasi air meteorik.
 Kalsium akan terlindikan (leached) dan menghasilkan mineralmineral seperti
epidot (low-iron), klorit, aktinolit, dll.
 Penurunan temperatur akan menyebabkan terbentuknya mineral-mineral sulfida.
 Kontak reaksi dengan marbel akan mengakibatnya netralisasi larutan hidrothermal,
sehingga mengakibatkan terbentuk bijih sulfida dengan kadar yang tinggi.
 Proses retrograde yng akan menghasilkan alterasi ini akan lebih intensif
berlangsung pada kedalaman yang dangkal.

Gambar 3.5 Genesa Endapan Skarn (Retrograde alteration (stage 3) )

23
4. KONTRIBUSI MAGMA DALAM PEMBENTUKAN ENDAPAN PADA
LINGKUNGAN HIDROTHERMAL

4.1 PENDAHULUAN
Sistim hidrothermal yang dipicu oleh adanya intrusi jauh di bawah permukaan
menjadi proses utama yang menyebabkan adanya pergerakan fluida ke dekat permukaan.
Aliran fluida tersebut membawa logam-logam dan kemudian mengendap dan membentuk
endapanendapan yang dikelompokkan sebagai endapan hidrothermal.
Hampir 50% supplai logam Cu ± (Mo, Au) dunia berasal dari endapan porfiri.
Beberapa tipe endapan hidrothermal yang lain juga memiliki kontribusi yang signifikan
untuk supplai logam emas, perak, timbal, seng, timah dan tungsten.

Tabel 4.1 Beberapa Endapan Hidrothermal yang Berasosiasi Dengan Magmatisme yang
Berhubungan Dengan Subduksi (Zona Tumbukan)

Peranan Air Meteorik


 Air meteorik sangat dominan pada beberapa variasi endapan hidrothermal.
 Komponen fluida magmatik seringkali teramati muncul, tetapi bukti-bukti
keberadaannya sering tertutupi “overprinting” oleh air meteorik pada volume yang
besar (lebih besar 95%) yang terjadi di sepanjang proses pendinginan di dekat
permukaan.

24
 Dari bukti-bukti yang telah berhasil dikumpulkan untuk mengetahui kontribusi
magma, maka dapat diketahui suatu penyederhanaan, bahwa semakin jauh jarak
dari pusat intrusi, maka kontribusi air meteoric akan semakin dominan yang
dicirikan dengan penurunan salinitasdan tingkat keasaman fluida.

Gambar 4.1 Proses Hydrothermal

Assosiasi Antara Magma dan Endapan Bijih


 Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logam-
logam pada umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma.
 Berdasarkan pengukuran-pengukuran pada material hasil letusan gunung api
memperlihatkan bahwa gas-gas yang terlepas dari magma (degassing magma)
dapat membawa logam-logam.
 Berdasarkan studi terhadap beberapa tipe endapan, memperlihatkan adanya
hubungan antara jenis (komposisi) magma yang berasosiasi dengan kandungan
unsur-unsur logam tertentu, antara lain :
 Magma (batuan beku) dengan kandungan K2 O dan Na2 O yang tinggi dapat
menjadi host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan Lanthanides.
 Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik
berasosiasi dengan Sn, Mo, dan B.
 Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi
dengan “reduced magma” (dicirikan dengan absen-nya magnetite).
 Tembaga (Cu) dan Molibdenum (Mo) memperlihatkan kecenderungan
berasosiasi dengan “oxided magma” (dicirikan dengan kehadiran
magnetite).

25
 Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada
lingkungan hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik
(busur magmatik) dengan distrik (komplek) bijih.

4.2 SUMBER ( ASAL ) LOGAM PADA MAGMA


Secara umum, logam-logam dapat berada (terdapat) di dalam magma melalui
beberapa proses, antara lain :
 Peleburan selubung bumi  mantle melting,
 Perpindahan masa dari bidang/bagian tumbukan pada kerak bumi  subducting
slab, serta
 Peleburan pada kerak bumi  partial melting
Efek-efek dari fraksinasi Kristal :
 Kristalisasi adalah salah satu kontrol utama dalam pembentukan konsentrasi
komponen-komponen bijih logam di dalam magma.
 Pada umumnya, mineral-mineral yang dijumpai pada kebanyakan batuan beku
berupa silikat dan oksida.
 Namun, biarpun proses kristalisasi ini berlangsung dengan sangat intensif,
konsentrasi logam di dalam magma masih selalu lebih kecil dari kadar minimum
yang dijumpai pada endapan-endapan porfiri.
 Kenyataan ini memperlihatkan bahwa masih diperlukan proses-proses lain yang
dapat menyebabkan terkonsentrasinya endapan logam pada kadar yang ekonomis.

Fluida-fluida Di Dalam Magma


Pada umumnya magma mengandung fluida-fluida terlarut yang bergerak naik dari
bagian tengah ke bagian atas kerak bumi. Kelarutan silika relatif tinggi, sehingga
konsentrasi H2O relatif sangat kecil sekali di kedalaman. Sepanjang proses naiknya magma
menuju bagian yang lebih atas yang diikuti dengan penurunan temperatur, maka semakin
banyak H2O yang diserap oleh fluida. Pada kedalaman yang dangkal, komposisi kandungan
logam relatif akan lebih kompleks karena magma dapat mengandung lebih dari satu fase
non-silikat. Sebagai contoh, pada tekanan 1 kbar dan 800 ºC, pada sistem NaCl-H2 O
muncul 2 fase, yaitu suatu larutan dengan kandungan vapor yang rendah dan suatu
larutan yang hipersaline.
Adanya perbedaan densiti (berat jenis) yang besar antara larutan yang kaya dengan
vapor terhadap larutan yang hipersalin, akan menghasilkan 2 (dua) fase yang terpisah
pada dapur magma atau merambat naik sebagai sistem hidrothermal. Pada aqueous vapor
yang mengandung CO2 , SO2 , H2 S, HCl dan lain-lain, dapat merambat menuju
permukaan dan dapat muncul sebagai fumarol, atau dapat juga diserap (terserap) oleh
batuan pada kedalaman berupa larutan asam sehingga bisa melarutkan batuan.
Sedangkan larutan yang hipersaline masih tertinggal di kedalaman dan akan kaya dengan
Cu atau unsur-unsur chlorophile jika dibandingkan dengan larutan-larutan yang memiliki
salinitas rendah.

26
Mineralisasi pada Lingkungan Hydrothermal
1. Mineralisasi yang berasosiasi dengan intrusi
 Pada tahapan awal, mineralisasi Porfiri Cu didominasi oleh fluida magmatik.
 Peranan air meteorik pada tahapan lanjut dapat memperkaya konsentrasi
logam menuju kadar yang lebih tinggi menjadi bijih.
 Endapan yang terbentuk umumnya berupa disseminated dan secara lokal
berupa veinlets atau stockwork.
2. Mineralisasi yang relatif jauh dari intrusi
 Terminologi Epithermal berhubungan dengan suatu tipe endapan yang
terbentuk pada temperatur yang relatif rendah dan kedalaman yang relatif
dangkal.
 Endapan epithermal ini berdasarkan keterdapatan mineralisasi dan alterasi-
nya dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
 High Sulfidasi
 Low Sulfidasi

Gambar 4.2 Model Konseptual Mineralisasi Endapan Porfiri dan Epithermal pada
Magmatic Arc. (Corbett, 2002)

5. SISTEM ENDAPAN PORFIRI

27
5.1 PENDAHULUAN
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif
besar dengan kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur
geologi, Secara spasial dan genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik sampai
dengan intermediet.
Sub-type Endapan Porfiri :
 Endapan Porfiri Cu (± Au, Mo, Ag, Re, PGE)
 Endapan Porfiri Cu-Mo (± Au, Ag)
 Endapan Porfiri Cu-Mo-Au (± Ag)
 Endapan Porfiri Cu-Au (± Ag, Mo)
 Endapan Porfiri Mo (± W, Sn)
 Endapan Porfiri Sn (± W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)
5.2 TATANAN TEKTONIK
Sebaran endapan porfiri di duia terdiri dari :
 Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi
dengan sabuk (jalur) orogenik.
 Endapan tembaga porfiri : andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan
subduksi pada tatanan tektonik busur kepulauan dan busur benua.
 Endapan molibdenum porfiri : an-orogenic batuan granit yang terbentuk pada
kerak benua, khususnya pada zona regangan.
 Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada kerak
benua yang sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.
Kontrol Mineralisasi Endapan porfiri :
 Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal
dan mesozonal.
 Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti
comb-quartz.
 Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal
dicirikan dengan keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan breksi
hydrothermal.
5.3 KARAKTERISTIK MINERALISASI
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins,
vein sets, stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya
berasosiasi dengan struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang
memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized
veins and fractures. Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan semakin besar dengan
bertambahnya permeabilitas batuan induk (host rock) sepanjang berlangsungnya proses
mineralisasi.

28
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi.
Kehadiran pirit (FeS2 ) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan
porfiri Cu, Cu-Mo dan Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat
dalam endapan. Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan
kandungan sulfur dan mineral-mineral sulfida yang rendah, dimana kehadiran
mineralmineral oksida akan lebih dominan.
Morfologi Badan Bijih
Secara keseluruhan, suatu endapan porfiri memiliki variasi yang tinggi (atau
bahkan irregular), berbentuk seperti selinder atau seperti mangkuk terbalik. Pada suatu
endapan secara individual dalam 3D dapat berukuran ratusan sampai dengan ribuan
meter. Tubuh bijih dicirikan dengan keberadaan zona-zona (baik zona alterasi maupun
mineralisasi), dimana zona-zona tersebut terbentuk akibat dari posisi (letak) spasial
maupun perbedaan umur.
Model Kadar dan Tonnase
Endapan porfiri adalah sumber utama dan sangat penting untuk logam Cu, Mo dan
Re, Juga merupakan sumber utama logam Au, Ag and Sn, Secara significant dapat
menghasilkan produk samping berupa W, In, Pt, Pd and Se. Kontribusi endapan porfiri
sekitar 50-60 % untuk produksi tembaga dunia, serta hampir 99% untuk produksi Mo.

6. SISTEM ENDAPAN EPITHERMAL

29
6.1 PENDAHULUAN
Terbentuk pada kedalaman yang dangkal dari suatu sistem hidrothermal (~50 s/d
~1500 m) pada bentangan temperatur (~150° s/d ~300°). Logam ekonomis utama adalah
Emas (Au). Berdasarkan mineral-mineral alterasi dan mineral bijih-nya, terdapat 2 (dua)
sub-type,
 Epithermal low sulfidasi
 Epithermal high sulfidasi
6.2 TATANAN TEKTONIK
Penyebaran endapan Epithermal meliputi :
 Vulcano-plutonic arcs (busur kepulauan/benua) yang berasosiasi dengan zona
subduksi.
 Umumnya endapan epithermal di Western Pacific terbentuk pada Miocene Akhir-
Pliocene-Quarternary, sedangkan di Western America berumur relatif lebih tua
(Cretaceous Awal – Miocene Akhir).
 Endapan emas epithermal umumnya terjebak dalam batuan volkanik, setempat
pada batuan volcanogenic sedimentary rocks dan kadang-kadang pada basement.
 Pada beberapa lokasi, mineralisasi epithermal berasosiasi dengan porfiri Cu-Au.
Interaksi fluida
 Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-
hydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana
terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H 2 O, CO2 , HCl, H2 S,
and SO2 , dengan variable input dari air meteorik lokal.
 Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geothermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH near-neutral, dimana terdapat kontribusi
dominan dari sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO 2 , NaCl, and H2
S.
Magmatik dominan
 Fluida magmatik dominan dan interaksi dengan air meteoric di dekat permukaan.
Asosiasi logam :
 I-type :
 Cu-Au-Ag
 Zn-Pb-Ag
 S-type : Sn-Ag-(Zn-Pb)
 A-type : Au-Ag
 Alterasi :
 Pada I-type dan S-type sangat asam.
 Pada A-type : mendekati netral.

Magmatik-Meteorik :
 Kontribusi air meteorik dominan dengan salinitas tinggi di kedalaman.
 Asosiasi logam :

30
 Ag-Zn-Pb (Au)
 Ag-Zn-Pb (Cu-Sn)
 Alterasi : umumnya netral.
 Contoh : Cikotok.
Meteorik :
 Kontribusi air meteoric sangat dominan.
 Asosiasi logam :
 Au-Ag-Zn-Pb (Au)
 Alterasi : pada hipogen netral, dan gas yang terjebak relatif asam.
 Contoh : Pongkor.

Gambar 6.1 Interaksi Fluida

7. ENDAPAN SEDIMENTER DAN LATERIT

31
7.1 PENGERTIAN ENDAPAN SEKUNDER
Endapan sekunder (secara umum) adalah :
 Endapan yang terbentuk akibat konsentrasi mineral berharga (bijih),
 Yang berasal dari perombakan batuan asal,
 Mengalami pengendapan kembali melalui proses-proses :
 Pelapukan (kimia atau mekanis),
 Transportasi,
 Sorting (pelindian/leaching), dan
 Pengkonsentrasian (pengkayaan).
Kategori utama endapan sekunder :
 Endapan Sedimenter (Placer) ;
 Pelapukan mekanis,
 Memiliki perbedaan berat jenis,
 Transportasi mekanis (air, angin, laut),
 Konsentrasi gravitasi.
 Endapan Residual/Laterit
 Pelapukan mekanis dan kimiawi,
 Memiliki perbedaan mobilitas,
 Pengalami pelindian (leaching),
 Konsentrasi (residual maupun supergene enrichment)
7.2 ENDAPAN SEDIMENTER (PLACER)
Merupakan endapan-endapan yang terbentuk (terkonsentrasi) oleh proses-proses
mekanis, terutama yang terjadi pada mineral-mineral berat (heavy minerals) yang memiliki
ketahanan (resistensi) terhadap pelapukan. Sebagai contoh Kasiterit (SnO2 ), kromit (FeCr2
O4 ), intan, emas, ilmenit (FeTiO3 ), magnetit (Fe3 O4 ), monazite [(Ce,La,Nd,Th)PO4 ],
platinum, rutil (TiO2 ), xenotim [Y(PO4 )] dan zirkon (ZrSiO4 ), serta batu mulia (garnet,
ruby, sappire, dll).
Faktor pengontrol sedimentasi :
 Ketahanan terhadap pelapukan secara kimia  tidak mengalami penguraian
(deformasi) komposisi kimia,
 Ketahanan terhadap pelapukan secara mekanis (fisik)  tidak mengalami
kerusakan secara fisik,
 Konsentrasi gravitasi secara alamiah (perbedaan berat jenis)  memungkinkan
pengendapan kembali untuk mencapai konsentrasi yang ekonomis.
 Media transportasi (solid, air, dan gas/udara)  media utama,
 Perangkap atau lingkungan pengendapannya.

32
Tabel 7.1 Klasifikasi (tipe/sub-tipe) Endapan Sedimenter

Endapan Placer Residual :


 Endapan ini terbentuk di atas batuan asal.
 Akibat penguraian dan penghancuran secara mekanis  batuan asal mengalami
perombakan  ukuran butir yang lebih kecil atau halus.
 Fragmen yang relatif lebih ringan dan mudah larut akan tertransportasi
konsentrasi mineral berat.
 Morfologi atau topografi yang relatif datar.
 Pada topografi miring  terjadi perpindahan konsentrasi mineral berat (residual)
 endapan eluvial (collovial).
Stream atau Endapan Placer Alluvial
 Endapan placer aluvial merupakan tipe endapan yang sangat penting untuk emas
dan intan.
 Fraksi ukuran butir pada mineral-mineral berat relatif lebih halus daripada mineral-
mineral ringan.
 Mineral-mineral berat akan terkonsentrasi pada lokasi dimana terjadi suatu
gangguan pada aliran (irregular flow) atau pengurangan energi, seperti natural
riffle, lubang pada dasar sungai atau air terjun, pada tubrukan arus sungai (pay
streak), meander sungai, dll.
Endapan pantai (beach placer) dan Endapan Lepas Pantai (offshore placer)
 Pada endapan pantai, endapan yang ekonomis akan terkonsentrasi di sepanjang
garis pantai, atau pada muara sungai, atau reworking pada endapan yang lebih tua.
 Dalam hal ini, pergerakan muka air laut dan ombak memegang peranan penting.
 Sedangkan endapan lepas pantai (offshore placer) merupakan kemenerusan dari
endapanendapan pantai, dimana keberadaan arus bawah menjadi penentu utama.
 Contoh : endapan timah di Pulau Bangka.

33
a

Gambar 7.1 ( a, b, & c ) Daerah-daerah Dimana Endapan Sedimenter Berada

34
Gambar 7.2 Endapan Pantai Dan Lepas Pantai

7.3 ENDAPAN LATERITIK


Terdiri dari :
a. Endapan Nikel Laterit
b. Endapan Bauksit
Endapan Nikel Laterit
Menyumbang 40% produksi tahunan nikel dunia. Merupakan hasil dari pelapukan
lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-silikat, pada daerah dengan iklim tropis s/d
subtropis. “Laterite” : bagian atas dari suatu horizon tanah yang kaya dengan oksida besi
dan miskin silika sebagai hasil dari pelapukan intensif pada regolith (Eggleton, 2001).
“Nickel laterite” : untuk menyatakan keberadaan suatu regolithyang mengandung
konsentrasi nikel dengan kadar yang ekonomis, tetapi tidak untuk menyatakan suatu
horizon atau unit lapisan tanah tertentu. Dalam kamus geologi dan mineralogi (McGraw
Hill, 1994): Regolith ; suatu lapisan yang berasal (sebagai hasil) dari pelapukan batuan yang
menyelimuti suatu batuan dasar.
a. Profile Endapan Nikel Laterit
Sedikitnya akan ditemukan 3 komponen (horizon) utama (dari bawah ke atas) :
- Protholith
- Saprolite
- Limonite
- Tudung (cuirasse, canga, ferricrete atau laterit residu).
Protholith
 Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal.
 Merupakan batuan asal yang berupa batuan ultramafik (harzburgite, peridotit atau
dunit).
 Nikel terdapat (muncul) bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari
magnesium-rich olivin atau sebagai hasil alterasi serpentinisasi).
 Olivin tidak stabil pada pelapukan kimiawi  “amorphous ferric hydroxides”, minor
amorphous silikat dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.

35
Saprolite
 Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada
umumnya sudah terubah.
 Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi.
 Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan
pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering)
 Dengan berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam protholith
umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa oleh air tanah.
Limonite
 Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan zona
saprolite (oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite)  horizon
limonit.
Tudung (cuirasse, canga, ferricrete atau laterit residu)
 Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang cukup tinggi, melindungi lapisan
endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.

Kontrol Pembentukan
1. Komposisi protholith
 Protholith utamanya merupakan batuan ultramafik yang relatif kaya dengan olivin
(Harzburgitic), dimana sebagian atau keseluruhannya dapat mengalami
serpentinisasi.
 Memiliki kandungan nikel (Ni) 0,2 s.d 0,4 %.
 Secara umum, batuan ini memiliki mineralogi dan komposisi kimia tertentu
(olivine, serpentine dan piroksen), sangat mudah terlapukkan pada iklim tropis 
mineral-mineral yang lebih stabil.
 Stabilitas dan mobilitas unsur-unsur penting dalam pembentukan endapan laterit.
2. Tectonic setting
 Nikel laterit umumnya terbentuk di bagian atas komplek ophiolit.
 Pada umumnya pada komplek ini memiliki sesar dan joint, dan pengangkatan
secara tektonik sehingga memiliki relief permukaan dan air tanah yang dalam.
 Hal ini menyebabkan tersedianya media untuk aliran air dan yang berpengaruh
pada intensitas pelapukan.
3. Geomorfologi dan Topografi
 Pada daerah ketinggian; zona pengkayaan  bagian atas lereng bukit, puncak,
plateu dan/atau undakan. Posisi dari muka air tanah biasanya rendah  pelindian
baik  horizon residual dan akumulasi sapropilit yang dalam.
 Pada daerah dengan relief yang rendah, drainase terhalang, muka air tanah
dangkal (tinggi), aliran air yang lambat  larutan-larutan hasil pelapukan
berpindah kembali  konsentrasi Ni lebih banyak pada zona-zona residual 
kecuali pada sesar memungkinkan berkembangnya pelindian  secara lokal dapat
terbentuk zona-zona yang kaya.

36
 Proses tektonik seperti pengangkatan  muka air tanah turun  zona yang kaya
dasar horizon saprolit.
4. Iklim
 Temperatur yang hangat (panas) dan tingginya curah hujan, dikombinasikan
dengan tingginya aktivitas biogenik, juga diikuti oleh pelapukan kimiawi yang
cepatdiperlukan untuk pembentukan endapan nikel laterit pada daerah dengan
relief yang tinggi, dimana laju erosi juga relatif tinggi.
 Endapan yang terdapat di Western Australia juga bisa eksis diakibatkan oleh
stabilitas, relief yang rendah dan erosi yang minim. Hal ini dijadikan model
pengendapan untuk daerah-daerah dengan iklim semi-arid.
Endapan Bauksit
Berasal dari material regolith yang secara ekonomi merupakan bijih aluminium.
Secara umum sebagai Gibsite, sebagian sebagai boehmit, diaspore dan semi-amorphous
phase. Merupakan endapan residual tetapi sebagian ada yang berupa endapan koluvial
dan alluvial.
Endapan Bauksit diklasifikasikan menjadi :
1. Karst bauksit deposit:
 Akumulasi oksida Al yang disebabkan oleh penguraian karbonat.
 Berasal dari pelapukan yang berasosisasi dengan Al silikat (interbedded
vulkanik).
2. Laterit bauksit deposit:
 Terbentuk melalui proses pelapukan batuan aluminosilikat, pada kondisi
subtropis hingga tropis. Jumlahnya mencapai 90% sumberdaya bauksit
dunia.
 Terdapat 3 tipe endapan :
 Orthobauxite
 Metabauxite
 Cryptobauxite

Gambar 7.3 Distribusi Endapan Bauksit Laterit

37
Kontrol Pembentukan
1. Litologi Bedrock:
 Bauksit dapat terbentuk dari berbagai macam batuan primer.
 Setengah cadangan bauksit laterit dunia terbentuk dari batuan yang bebas kuarsa
(49%), sebanyak (48%) terbentuk dari batuan dengan sedikit kuarsa, dan 3% dari
batuan dengan kuarsa tinggi.
 Kandungan Al kurang dari 15% dapat membentuk bauksit.
 Proses pengayaan Al terutama dikontrol oleh rasio Al/Si dan kecepatan pelapukan.
 Kandungan rendah Fe juga merupakan faktor penting, Fe yang tinggi  formasi
laterit ferruginous.
 Kandungan Al awal pada batuan induk bukan faktor utama.
 batuan sedimen kaolinit : 30-35 %
 batuan granit dan basal : 10-15%
 sangat kurang untuk beberapa batupasir
2. Geomorfologi:
 Bauksit laterit pada masa lampau terbentuk pada permukaan datar.
 Ditemukan sebagai bagian dari dataran tinggi pada masa kini.
 Dataran tinggi bauksit merupakan sisa dari permukaan datar pada masa lampau
yang memiliki kemiringan 1 – 5 derajat,
 Secara regional, paleosurface yang sama mungkin terjadi pada ketinggian yang
berbeda.
3. Kondisi iklim dan paleo-iklim (paleoclimate);
 Maksimum temperatur 22 derajat celcius.
 Curah hujan rata-rata 1200 mm/tahun.
Tardy (1997) menyatakan:
 Jika musim kering yang lama maka orthobauxite tidak akan terbentuk.
 Tetapi yang akan terbentuk adalah aluminoferruginous duricrust.

38
DAFTAR PUSTAKA

http://mining.itb.ac.id/esdb/pengajaran/pengajaran.php

39

Anda mungkin juga menyukai