PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mineral atau suatu bahan galian yang terdapat pada kulit bumi, pada
umumnya terbentuk di alam secara bersamaan dengan batuan induknya serta
juga berasosiasi dengan mineral-mineral lain, sehingga membuat mineral-
mineral tersebut tidak dapat langsung dipakai dalam industri. Untuk itu
diperlukan suatu proses untuk pemisahan mineral-mineral yang diinginkan
(mineral berharga) yang bernilai ekonomi dari mineral lainnya agar kualitas
mineral tersebut dapat ditingkatkan dan memenuhi persyaratan sebagai bahan
baku industri. Dan pengolahan bahan galian merupakan salah satu cara atau
metoda yang dipakai untuk proses pemisahan mineral-mineral ini.
Tetapi dalam hal ini, bahan galian juga dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian, menurut pemanfaatannya bahan galian dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Bahan galian logam yaitu bahan galian yang bila diolah dengan
teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya,
seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas, perak, seng dll.
b. Bahan galian energi, yaitu bahan galian yang dimanfaatkan untuk
energi, misalnya batubara dan minyak bumi.
c. Bahan galian industri, yaitu bahan galian yang dimanfaatkan untuk
industri. Seperti asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit,
diatome, gipsum, halite, talk, kaolin, zeolit, tras dll.
Bentonit merupakan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia,
akan tetapi belum optimal pemanfaatannya. Salah satu aplikasi bentonit yang
saat ini banyak dikaji oleh institusi penelitian internasional dan nasional
adalah pemanfaatannya sebagai filler yang berukuran nano, yang lebih
dikenal dengan nanofiller. Nanofiller dapat diaplikasikan ke dalam material
polimer menghasilkan material nanocomposite dengan peningkatan beberapa
sifat dasar polimer, seperti sifat ketahanan termal, sifat mekanik, ketahanan
terhadap bahan kimia dan sifat bakar (flammability).
1
Dalam aplikasi kemasan nanocomposite juga diklaim telah
meningkatkan ketahanan material terhadap daya tembus uap air dan gas,
terutama gas oksigen (Syuhada, 2009).
Bentonit adalah sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan
mineral monmorilonite (Na. Ca). (Al.Mg) Si O (OH) n HO lebih
dari 85%, dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan
pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang
ditemukan pada formasi Benton Rock Creek Wyoming Amerika Serikat.
Nama lain dari bentonit adalah soap clay, Taylorit, Bleaching clay, Fullers
earth, Konfolensit, Saponit, Smegmatit.
Bentotnit memiliki kekerasan 1 skala mohs, berat jenis antara 1,7-2,7,
mudah pecah , terasa berlemak, mempunyai sifat mengembang apabila
terkena air.
Bentonit mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Apabila dilapangan berwarna abu-abu, coklat muda agak putih,
putih kekuningan
2. Bila kering membentuk rekah-rekah, bila basah membentuk masa
bubur.
3. Pertukaran ion, sifat ini menentukan jumlah air yg dapat diserap
bentonit.Hal ini dipengaruhi struktur kisi-kisi kristal mineral
montmorilonit, serta adanya ion + kation yg mudah tertukar
maupun menarik ai
4. Ion Na mempunyai daya serap air > Mg, Ca,K dan H. maka bila
dimasukkan kedalam air akan mengembang membentuk koloid.
Bila air menguap akan membentuk masa yg kuat, keras dan
impermiabel.
5. Daya serap. Adanya ruang pori antar ikatan mineral lempung, serta
tidak seimbangnya muatan listrik dalam ion-ionnya, maka bentonit
dapat digunakan sebagai penyerap.
6. Rheologi (tiksotropi). Bila bentonit dicampur air dan dikosok akan
membentuk masa agar-agar, namun bila didiamkan dan airnya
menguap akan mengeras seperti semen.
2
Dari latar belakang diatas, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Bentonit ?
2. Bagaimana proses terbentuknya Bentonit ?
3. Bagaimana sistem penambangan Bentonit ?
4. Bagaimana proses pengolahan Bentonit ?
5. Apa saja manfaat dari Bentonit ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Bentonit
2. Mengetahui proses terbentuknya Bentonit
3. Mengetahui sistem penambangan Bentonit
4. Mengetahui proses pengolahan Bentonit
5. Mengetahui manfaat dari Bentonit
BAB II
PEMBAHASAN
3
kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada
formasi Benton Rock Creek Wyoming Amerika Serikat. Nama lain dari
bentonit adalah soap clay, Taylorit, Bleaching clay, Fullers earth, Konfolensit,
Saponit, Smegmatit
Gambar 1. Bentonite
4
c. Berasal dari air itu sendiri
Menurut Wollast (1967), air sangat berpengaruh pada proses
pelapukan yaitu:
Bila laju aliran lebih cepat disbanding dengan pelarutan,
maka yang terjadi akan berbentuk gibsit
Bila laju aliran makin rendah disbanding dengan pelarutan,
maka yang terjadi akan terbentuk kaolinit
Bila laju alrian hamper terhenti, suatu reaksi yang akan
terjadi antara kation dengan Al(OH) dan silica membentuk
monmorilonit.
Mineral penting saat pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-
feldspar, biotit, muskovit, sedikit kandungan senyawa alumina dan ferro-
magnesia. Plagioklas sangat reaktif, berjumlah banyak dan sumber utama
dari kation dan silika dalam air tanah
2. Proses hydrotermal
Proses hydrothermal mempengaruhi alterasi yang sangat lemah
sehingga mineral-mineral yang kaya akan magnesium seperti hornblende
dan biotit cenderung membentuk chlorit. Pada alterasi lemah kehadiran
unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah, kecuali kalium, mineral-mineral
mika, ferromagnesia dan feldspar plagioklas umumnya akan membentuk
montmorilonit terutama disebabkan adanya magnesium.
Kehadiran kalium baik yang berasal dari feldspar ataupun mika primer
yang terbentuk karena alterasi hydrothermal membentuk zona-zona
lingkaran dengan susunan serisit, kaolinit, montmorilonit dan chlorit.
3. Proses transformasi/detrivikasi
Proses tranformasi (ubahan) dari abu vulkanis yang mempunyai
komposisi gelas akan menjadi mineral lempung (devitrivikasi) yang lebih
sempurna terutama pada daerah danau, lautan dan cekungan sedimentasi.
Tranformasi dari gunung berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu
gunung api diendapkan dalam cekungan seperti danau dan laut. Bentonit
yang terjadi akibat proses tranformasi umumnya bercampur dengan
sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan seperti batu pasir dan lanau.
4. Proses pengendapan kimia
Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat berbentuk tidak
saja dari tufa tetapi dapat berupa endapan sedimen dalam suasana basa
(alkali) yang sangat silikan (authigenic neoformation). Minera-mineral
5
yang terbentuk secara sedimentasi dan tidak berasosiasi dengan tufa adalah
attapulgit, sepeolit, dan monmorilonit, terbentuk pada cekungan sedimen
yang bersifat basa dimana unsur pembentukannya antara lain karbonat,
silika pipih, phospat laut dan unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur
alluminium dan magnesium.
Berdasarkan kenampakan di lapangan terutama pengamatan secara
megaskopis terhadap beberapa singkapan bentonit yang muncul pada
beberapa daerah diketahui bahwa endapan bentonit yang terbentuk pada
daerah Wonosari dan sekitarnya, terjadi karena adanya proses pelapukan
secara dominan yang dicirikan dengan adanya perubahan warna pada
beberapa daerah yang masih termasuk di dalam proses pembentukannya
dimana adanya cekungan dan daerah dataran sedang.
6
abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses
pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
7
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri penyebaran mineral bentonit
cukup merata, bentonit tersebar juga dibeberapa kabupaten yang ada di
Nusa Tenggara Timur yaitu :
1. KABUPATEN ENDE
Penyebaran bentonit di kabupaten Ende terletak di Desa detusuko,
kecamatan detusuko, keterangan : putih keabu-abuan, lunak dalam
keadaan basah jenis Ca-bentonit, daya serap 30 cm 3/100 gr
8
3. KABUPATEN NAGEKEO
Penyebaran bentonit di kabupaten nagekeo tersebar di dua
kecematan yaitu:
a. Kecamatan aesesa yang terdiri dari dua desa yaitu:
Desa totomala, keterangan: hijau pucat berkilap sabun,
hasil XRD monmorilonit, kuarsa, kristobalit, dan illit
Desa aeramo, keterangan: putih lunak, hasil XRD
monmorilonit, plagioklas, kuarsa,kalsit, luas sebaran
sekitar 1,5 ha
b. Kecamatan nangaroro, desa aegela, keterangan: warna abu-
abu kotor, sebaran setempat-setempat
9
4. KABUPATEN TTU
Penyebaran bentonit di kabupaten TTU tersebar di kecamatan
insana, desa haumeni, keterangan: diorit, abu-abu, halus-kasar
10
2.2 SISTEM PENAMBANGAN BENTONIT
Metode Penambangan yang dapat diterapkan pada penambangan
bentonit adalah Tambang terbuka atau quari. Hal ini berdasarkan kondisi
geologi pada daerah potensial mengandung endapan bentonit yang
umumnya berada pada daerah perbukitan sedang dengan variasi daerah
daratan rendah. Metode penambangan terbuka yang diterapkan juga
didasarkan atas pertimbangan teknis dan ekonomis sesuai dengan daerah
setempat, serta tekstur bentonit yang lunak.
11
Pada tahap ini pekerjaan yang umumnya dilakukan adalah kelanjutan dari
pekerjan pembabatan. Dalam pekerjaan ini hal yang penting adalah
pembuatan dan perencanaan jalan masuk dan jalan keluar tambang.
Tujuannya adalah untuk memperlancar kegiatan penambangan terutama
kelancaran alat mekanis yang akan bekerja secara optimal.
3. Tahap Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
Pada tahap ini perkerjaan yang dilakukan adalah pengupasan lapisan
tanah penutup dan langsung memindahkan pada tempat yang telah
disediakan. Pekerjaan ini harus dilakukan secara optimal sehingga tidak
mengganggu aktifitas penambangan selanjutnya. Hasil pengupasan tanah
penutup ini jika diperlukan dapat dibuang pada daerah bekas
penambangan sebagai upaya menjaga lahan agar tetap seimbang demi
kelestarian lingkungan. Pada akhir penambangan nanti, dapat dilakukan
upaya reklamasi berupa penanaman pohon.
4. Tahap pembongkaran (Loosening)
Pada tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap kegiatan penambangan
dimana endapan bahan galian bentonit yang telah muncul ke permukaan
bumi digali oleh alat mekanis maupun alat tradisional. Jika diperlukan
produksi besar maka alat mekanis dapat dipertimbangkan pemakaiannya
sesuai dengan kebutuhan pasar
5. Selain mudah dan praktis pemakaiannya, pemakaian alat mekanis secara
ekonomis dapat memberikan keuntungan secara tepat. Peralatan mekanis
yang dapat dipakai untuk menunjang kegiatan penambangan bentonit
antara lain adalah Back Hoe, Power Shovel, Bulldozer dan Claim Shell.
Sedangkan pemakaian alat tradisional adalah sekop dan cangkul.
6. Tahap Pembuatan (Loading)
Pada tahap ini perkerjaan yang dilakukan adalah pemuatan hasil
penggalian yang telah dilakukan oleh peralatan mekanis dan tradisional.
Bentonit yang telah digali dan dimuat selanjutnya diangkut dengan Dump
Truck menuju ke tempat penampungan sementara (Stock Pile) maupun
langsung menuju gudang yang telah disediakan. Pekerjaan pemuatan dan
penggalian diusahakan sinkron untuk mencapai hasil yang optimal.
7. Peralatan mekanis yang umumnya dipakai adalah Bulldozer dengan
berbagai tipe dan kapasitas daya angkutnya. Pemilihan alat angkut
12
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan produksi yang akan dihasilkan
oleh perusahaan tambang.
8. Tahap Pengangkutan
Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkut bahan
galian ke tempat yang telah disediakan baik stock pile maupun gudang.
Peralatan mekanis yang lazim dipakai adalah Dump Truck dengan
berbagai variasi daya angkutnya
13
dengan ion H+. Secara bersamaan, asam juga mengekstrak alumina dari
struktur bentonit sehingga meningkatkan luas permukaan internal
bentonit. Tergantung dari dari tingkat aktivasinya, luas permukaan dapat
meningkat hingga 45 kali lipat. Natural bentonit yang terdapat di alam
secara umum memiliki luas permukaan berkisar antara 5070 m2/g,
sedangkan bentonit hasil aktivasi asam dapat memiliki luas permukaan
120320 m2/g tergantung dari tingkat aktivasinya.
Dengan meningkatnya luas permukaan, maka kapasitas adsorpsi pun
bertambah, sehingga bentonit jenis ini dapat digunakan sebagai bahan
pengadsorpsi (adsorben) yang mempunyai daya pemucat. Tanah pemucat
(dikenal dengan istilah Bleaching Earth) digunakan secara luas pada
proses pemurnian minyak tumbuhan untuk menyerap pengotor yang
terdapat didalam minyak mentah. Pengotor dapat berupa fosfolipid,
pigmen (karotena, klorofil), kandungan ion logam, dan senyawa organik
teroksidasi.
Kegunaan lain bentonit jenis ini yang berkaitan dengan adanya ion H+
hasil aktivasi asam adalah sebagai katalis pada proses pemurnian
senyawa aromatik (benzena, toluena, ksilena) dari olefin.
3. Pengecoran
Bentonit digunakan sebagai material pengikat pada persiapan cetakan
pasir yang digunakan untuk mencetak besi, baja, dan pengecoran non-
besi. Sifat khas dari Bentonit menghasilkan pasir cetak dengan
kemampuan mengalir dan memadat yang baik, serta stabil pada suhu
tinggi.
4. Proses pembuatan pelet bijih besi
Bentonit digunakan sebagai material pengikat dalam produksi bijih besi.
Melalui proses ini, biji besi yang halus diubah menjadi pelet bulat yang
cocok digunakan sebagai material dasar dalam tanur tinggi untuk
produksi besi kasar.
5. Konstruksi dan teknik sipil
Sifat tiksotropik lumpur Na-bentonit digunakan untuk menahan dinding
diafragma dan lubang pondasi agar tidak runtuh sebelum dimasukkan
campuran semen. Selain itu, bentonit digunakan juga pada pengeboran
yang arahnya horizontal dan pengeboran minyak bumi sebagai media
pembawa tanah hasil pengeboran keluar ke permukaan.
14
6. Bahan tambahan dalam detergen
Sifat bentonit yang membentuk lapisan nano pada kain digunakan
industri deterjen untuk memberi efek lembut pada serat kain
7. Proses pembuatan kertas
Bentonit digunakan untuk mengurangi kehilangan bubur kertas dalam
proses, mempermudah proses pengeringan bubur kertas pada mesin
penggiling kertas, dan mencegah penggumpalan getah/mikrolignin
sehingga gulungan kertas tidah mudah putus.
8. Pembuatan Urea Molasses Block (Makanan Tambahan Untuk Ternak)
bahan utama yang diperlukan antara lain mollasses (tetes tebu) sebagai
sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan bahan
pengisi berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil kelapa, bungkil biji
kapuk, sebagai bahan pengeras dipakai bentonit, tepung batugamping dan
sebagai bahan tambahan dipakai garam dapur dan mineral campuran.
Proses pengolahan adalah sebagai berikut :
a. Cara Dingin
Cara ini hanya digunakan dengan mencampur mollasses dan urea
dengan bahan lain sebagai bahan pengisi, pengeras dan bahan
tambahan lainnya sampai adonan menjadi merata kemudian
dipadatkan dengan cetakan. Cara ini digunakan apabila mollasses
yang diolah relatif sedikit.
b. Cara Hangat
Mula-mula mollasses dipanaskan sampai suhu antara 400 C dan 500
C. Setelah tercapai kondisi suhu tersebut maka dicampur dengan urea,
bahan pengisi pengeras dan bahan tambahan lainnya. Setelah adonan
menjadi rata kemudian dicetak dan dipadatkan sesuai dengan ukuran
yang telah ditentukan.
c. Cara Panas
Pembuatan makanan ternak dengan cara panas dilakukan apabila
jumlah mollasses (tetes tebu) dan bahan pengisi dipanaskan sampai
suhu 1000 C - 1200 C selama 10 menit. Setelah adonan didinginkan
sampai suhu 700 C maka adonan dicampur dengan urea dan bahan
pengeras lainnya kemudian dituangkan ketempat percetakannya dan
adonan tersebut diaduk terus agar tidak mengeras. Jumlah bentonit
yang dicampurkan ke dalam adonan adalah sebanyak 2 - 6 % dari
jumlah adonan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang mineral Bentonit,maka diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Bentonit adalah sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan
mineral monmorilonite (Na. Ca). (Al.Mg) Si O (OH) n HO lebih
dari 85%, dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan
pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang
ditemukan pada formasi Benton Rock Creek Wyoming Amerika Serikat.
Nama lain dari bentonit adalah soap clay, Taylorit, Bleaching clay, Fullers
earth, Konfolensit, Saponit, Smegmatit.
2. Berdasarkan proses terbentuknya atau genesa, Bentonit dibedakan menjadi
empat bagian yaitu: endapan hasil pelapukan,proses hidrotermal, Proses
transformasi/detrivikasi,proses pengendapan kimia.
3. Metode Penambangan yang dapat diterapkan pada penambangan bentonit
adalah Tambang terbuka atau quari. Hal ini berdasarkan kondisi geologi
pada daerah potensial mengandung endapan bentonit yang umumnya
16
berada pada daerah perbukitan sedang dengan variasi daerah daratan
rendah. Metode penambangan terbuka yang diterapkan juga didasarkan
atas pertimbangan teknis dan ekonomis sesuai dengan daerah setempat,
serta tekstur bentonit yang lunak,sehingga proses penambangannya
menggunakan alat-alat yang sederhana.
4. Hasil bentonit dari tambang yang berupa bongkahan diangkut dengan truk
menuju pabrik pengolahan dengan melalui beberapa proses yaitu
penghancuran, pemanasan, penggilingan dan pengayakan. Untuk
pengecilan ukuran, digunakan temperatur 480 F. tujuan pengeringan
adalah mengurangi kadar air rata-rata 30% menjadi kadar air rata-rata
sebesaar 8%. sedangkan penggerusan dan pengemasan, umumnya bentonit
digerus sampai 200 mesh dengan micro grider dan untuk mendapatkan -
200 mesh digunakan classifier.
9. Kegunaan dari bentonit adalah : Sebagai lumpur pemboran minyak
bumi/gas/panas bumi, Pembuatan Urea Molasses Block (Makanan
Tambahan Untuk Ternak), Proses pembuatan kertas,Kontruksi dan teknil
sipil, Proses pembuatan pelet bijih besi,Pengecoran, Bahan tambahan
dalam detergen
17