Anda di halaman 1dari 14

Analisis Cekungan

Pembentukan Cekungan
Rifting
Kelompok 4 (Rifting)

Kelompok 4
1. Muhamad Hidayat 6. Dafield Rhamadani
2. M.Wildan Arifin 7. Didik Wahyudi
3. Area Wismanandar 8. Beqi Irawan
4. M.Tegar Prakoso 9. Candra Firmansyah
5. Romy Abdul hanif
Apa itu Rifting ?
Proses dimana kerak benua mengalami pemekeran atau extention dan
menipis, membentuk cekungan sedimen.
Sesuai dengan konsep Pemekaran dasar samudera yang muncul pada akhir tahun 60-
an, maka akibat untuk geologi muncul secara bertahap. Yang pertama kali menyadari
bagaimana lempeng tektonik dapat diaplikasikan dalam rekaman geologi ialah J. Tuza
Wilson. Jika lempeng benua mengelami keretakan untuk membentuk Ocean Basin,
maka lempeng samudera lainnya harus tertutup. Hal ini dapat terulang beberapa kali
dalam sejarah bumi. Contohnya ialah di Lapetus laut antara Inggris dan Skotlandia di
bawah Paleozoik tertutup pada Calcedonia dan kemudian mengalami pembukaan
Atlantik hampir pada tempat yang sama. Siklus ini dikenal sebagai Wilson Cycle :
1. Rifting Benua oleh Mantel Diaprism
2. Continental Drift, Penyebaran dan Pembentukan dasar laut samudera.
3. Continental Collision dan penutupan terakhir ocean basin.
Bagaimana pembentukan aktif rifting ?

a) Aktif rifting
Rifting aktif tidak disebabkan gaya langsung
ke litosfer, melainkan terjadi karena erosi
termal pada lower litosfer karena upwelling
bahan mantel akibat plume atau arus
konveksi. Erosi litosfer menciptakan
potensial gravitasi yang lebih tinggi untuk
material di atasnya. Hal ini menyebabkan
material runtuh akibat gaya gravitasi dan
terjadi pemekaran, sehingga rifting terjadi.
Hubungan antara Passive Margin menjadi
Aulacogen
Bagaimana pembentukan rifted passive margin
berdasarkan tektonik ?
Empat tahapan yang ada dalam pembentukan tektonik khas Rifted Passive
Margin :
1. Youthful
Tahapan ini dikarakteristikan oleh regional subsidence yang cepat dari
outer shelf dan slope, namun beberapa pembentukan Graben dapat
bertahan. Contoh : Laut Merah.
2. Rift Valley
Tahapan ini melibatkan pembentukan Graben awal sebelum benua terpecahkan.
Tahapan ini dapat berasosiasi dengan pengangkatan Domal yang disebabkan oleh
peningkatan material hot upper mantle. Contohnya adalah African Rift Valley.

3. Mature
Tahapan ini berlangsung selama daerah tersebut terjadi pengendapan.
contohnya ialah kebanyakan dari Continental Atlantic Margin.

4. Fracture
Tahapan ini terjadi ketika sejarah continental margin mulai dan berakhir.
Akibat dari rifting ini dapat terbentuk
a. Terestrial Rift Basin
Peregangan bertahap pada litosfer umumnya menyebabkan perpanjangan dua sampai empat kali panjang
semula sebelum pemisahan terjadi.
b. Gempa Bumi
Sifat litosfer tidak ductil, sehingga ketika peregangan terjadi membentuk serangkaian sesar normal asimetris.
Seperti pada kebanyakan sistem fault, gaya dari regangan yang terbentuk dan terakumulasi ketika dirilis
dapat mengakibatkan gempa bumi yang menghancurkan. Gempa ini juga terjadi akibat dari aktivitas
vulkanisme. Sehingga, gempa bumi sering terjadi di zona rift.
c. Vulkanisme
Penipisan litosfer oleh rifting mengurangi tekanan lithostatic pada astenosfer. Astenosfer yang sangat panas
dan pengurangan tekanan menyebabkan melting dari batuan ultramafik membuat magma dengan komposisi
mafik.
Akibat dari rifting ini dapat terbentuk
d. Ocean Basin
Jika pembentukan rifting "sukses", perpanjangan litosfer terjadi sampai akhirnya terjadi perpisahan sampai
tepi laut. Pada saat ini, cekungan yang terbentuk cukup dalam untuk diisi oleh laut dan merupakan bagian
dari kontinen shelf. Jika dasar laut menyebar terus, hasilnya akan pembentukan cekungan laut baru.
e. Reservoar
Jauh sebelum pembentukan cekungan laut, depresi yang terbentuk oleh rifting sebagian di-diisi oleh erosi
sekitarnya. Jika subsiden terus terjadi, danau akan terbentuk sepanjang sumbu cekungan dan lumpur berbutir
halus diendapkan diatas debris klastik dari pengendapan awal. Ketika subsiden terjadi kebali, basin berada di
bawah permukaan laut, sehingga terbentuk shallow sea. Laut dangkal memiliki laju evapouration tinggi dan
sehingga deposit evapourite dari garam karang dan gipsum. Urutan sedimen kasar, lapisan batulempung dan
salt cap, dikombinasikan dengan melimpahnya bahan organik yang simpan di lingkungan perairan dangkal,
sehingga pada rift dapat terbentuk reservoir minyak bumi.
Cekungan Passive Margin
Menurut Lentini Dan Darman 1996,Cekungan
Tarakan termasuk daerah delta pada cekungan
tipe passive margin dengankontrol tektonik
minor geser lateral. Dari anomali magnetik,
cekungan ini diindikasikanterjadi pemekaran
lantai samudera dengan asosiasi patahan-
patahan geser berarah ke baratlaut.
Cekungan ini dibatasi oleh Punggungan Sekatak
Berau di sebelah barat, PunggunganSuikerbrood
dan Mangkalihat Peninsula di bagian selatan,
Punggungan SempurnaPeninsula di utara, dan
Laut Sulawesi di sebelah timur. Untuk sub-
Cekungan Tarakan yangmenjadi lokasi penelitian
terletak di bagian tengah dari muara Sungai
Sajau
Cekungan Passive Margin

Tektonostratigrafi di Sub-Cekungan Tarakan terbagi dalam tiga fase; pre-rift, syn-rift danpost-
rift. Pada fase post-Rift, Sub-Cekungan Tarakan menjadi passive margin yang terbagidalam fase
transgresi dan regresi (Ellen, dkk., 2008).
Pada tahap pre-rift, stratigrafi wilayah ini dialasi batuan dasar Formasi Danau yangmerupakan
batuan metamorf. Konfigurasi struktur diawali oleh proses rifting selama EosenAwal, kemudian
terjadinya uplift di bagian barat selama Eosen Tengah mengakibatkanerosi di puncak tinggian
Sekatak sehingga tahap ini menjadi awal pengendapan siklus-1dan berlanjut ke siklus-2 (Biantoro,
dkk., 1996). Patahan-patahan normal selama rifting iniberarah relatif barat daya timur laut.
Untuk tahap syn-rift, sedimentasi berlangsung selama Eosen dari Formasi Sembakung danSujau.
Secara tidak selaras di atasnya pada tahap post-rift 1 dan post-rift 2 selama Oligosensampai Miosen
Awal terendapkan sedimen yang terdiri dari Formasi Seilor, Mankabua,Tempilan, Tabalar, Mesaloi
dan Naintupo. Kedua tahap post-rift tersebut berlangsung padafase transgresi
Stratigrafi Sub-Cekungan Tarakan (Ellen, dkk.,
2008)
Petroleum System Sub Cekungan Tarakan (Biantoro dkk, 1996)

Pada aspek migrasi hidrokarbon, umumnya terjadi dari arah timur yang posisi batuan induk di lapisan lebih
dalam. Untuk kasus sistem patahan tumbuh yang disebabkan proses inversi, Lapangan Sesanip di Pulau
Tarakan menjadi salah satu contoh pola migrasi vertikal melalui zona sesar maupun secara lateral (Gambar 3).
Kesimpulan
1. Cekungan rifting dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Aktif Margin
b. Passive Margin
2. Akibat dari rifting dapat terbentuk terrestrial rift basin,
gempabumi, vukanisme, ocean basin serta reservoir.
3. Keterdapatan rifting passive yang terisikan oleh reservoir pada
saat pre-deposit, membuat cebakan ini baik sebagai reservoir
minyak dan gas bumi
Sekian Dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai