Anda di halaman 1dari 16

GUNUNG TAMBORA

THE GREATEST CRATER IN INDONESIA

A. Gunung Api di Indonesia

Indonesia menjadi Negara kepulauan yang memiliki busur gunung api


terpanjang di dunia. Saat ini Indonesia memiliki 127 gunung api aktif atau sekitar
13% dari jumlah gunung api yang ada di dunia. Seperempat gunung api di
Indonesia memanjang dari utara Pulau Sumatera ke arah Laut Banda berada di
utara Busur Sunda dengan keadaan tektonik yang rumit. Sedangkan beberapa
lempeng kecil mengarah ke selatan sampai utara sehingga menyebabkan adanya
persebaran gunung api di wilayah seperti Sulawesi Utara dan Halmahera. Di Laut
Banda gunungapi terjadi karena adanya zona subduksi Lempeng Pasifik di bawah
Lempeng Eurasia.

Pola persebaran gunung api di Indonesia terbagi kepada 5 segmen yaitu


sebagai berikut:

1. Segmen Busur Sumatera yang terdiri atas sub segmen Seulawah, Toba,
Kerinci dan Dempo.
2. Segmen busur Sunda terdiri dari sub segmen Panggrango, Papandayan,
Slamet, Semeru, Rinjani dan Kelimutu.
3. Segmen Busur Banda yang hanya terdiri dari satu segmen.
4. Segmen Talaud terdiri dari sub segmen Dukono dan Gamalama.
5. Segmen Busur Sulawesi yang terdiri atas sub segmen Soputan dan
Karangetang, serta gunungapi Colo yang terpisah.

1
Gambar 1. Peta persebaran Gunungapi aktif di Indonesia (sumber:
https://magma.vsi.esdm.go.id/ , diakses pada 25 Oktober 2019)

Gambar 2. Peta persebaran Gunungapi di Indonesia (sumber:


https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gunung_berapi_di_Indonesia , diakses pada
tanggal 25 Oktober 2015)

Dari banyaknya gunungapi di Indonesia, salah satu gunungapi yang popular di dunia
adalah gunungapi Tambora, hal ini tentu berkaitan dengan sejarah meletusnya gunung
Tambora.

2
B. Gunungapi Tambora

1. Lokasi Gunungapi Tambora


Gunungapi Tambora secara geografis terletak pada 088̊ 15,00’ Lintang Selatan
dan 1188̊ 00, 00 Bujur Timur. Sedangkan letak gunungapi Tambora secara
administrative yaitu berada di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Pulau
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunungapi Tambora di kabupaten
Dompu mencakup lereng lereng bagian barat dan selatan sedangkan di kabupaten
Bima mencakup lereng bagian timur serta utara.

3
Gambar.3 penampakan Gunungapi Tambora (sumber: Volcanological Study
of the Great Tambora Eruption 1815)
Secara umum gunungapi Tambora terletak di Sumbawa yang berada dalam busur
Sunda aktif- system aktif laut Banda. Sekitar 340 km utara dari system Palung
Jawa dan dalam 180-190 km diatas zona subduksi arah utara.

4
2. Deskripsi Umum Gunungapi Tambora
Gunung Tambora merupakan salah satu gunung api jenis strato yang aktif
dengan ketinggian saat ini mencapai 2851 mdpl. Gunung Tambora dikatakan
sebagai gunung api jenis strato karena pengklasifikasian nya didasarkan oleh
proses pembentukannya. Gunung api jenis strato terbentuk akibat adanya erupsi
yang terjadi secara terus menerus sehingga menyebabkan adanya lapisan-lapisan
(strato). Selain itu, secara umum gunung api strato terbentuk akibat adanya erupsi
eksplosif dan efulsif. Gunung api jenis strato juga sering disebut sebagai gunung
api jenis campuran.
Gunung Tambora terletak di atas zona subduksi pada 180-190 km dan 340 km
di sebelah utara system Palung Jawa. Gunung Tambora juga terletak baik di sisi
utara dan selatan kerak oseanik (kerak samudera adalah bagian dari lithosfer bumi
memilikiki permukaan di cekungan samudera. Kerak samudera disusun oleh
batuan (mafic atau sima). Gunung Tambora memiliki kelajuan konvergensi
sebesar 7.8 cm per tahun. Keberadaannya diperkirakan sejak 57.000 BP
(penanggalan radioakarbon standar).Berdasarkan penyelidikan Geologi, kerucut
vulkanik yang tinggi bahkan sudah terbentuk sebelum letusan pada tahun 1815
dengan karakteristik yang sama dengan bentuk stratovolcano, dengan diameter
mencapai 60km.
Gunungapi Tambora memiliki kawah yang berada didalam kaldera yang
dikenal dengan nama Doro Api Toi dan kalderanya bernama Tambora. Gunungapi
Tambora juga memiliki beberapa kerucut parasit yaitu Mbete Doro Tabeh/
Kembar, Donggo Tabbenar, Nangamira, Gabu Panda dan Satonda.

3. Literatur Geologi: Geomorfologi, dan Geostruktur


Gunungapi Tambora

Morfologi Gunungapi Tambora terbagi menjadi dua yaitu vulkanik tua yang
terdapat disekitar gunung Labumbum. Morfologi ini dicirikan dengan tingkat
erosi sedang-kuat, batuan pembentuknya berupa lava dan endapan aliran endapan
piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Sedangkan morfologi
perbukitan sedimen terdapat di sebelah gunung Tambora, dicirikan dengan pola
aliran sungai relatif parallel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup
berupa batugamping; Morfologi gunungapi Tambora menempati bagian tengah

5
daerah penelitin, memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Morfologi kerucut
luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir disekeliling tubuh
gunung Tambora, umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian
puncaknya dengan tingkat erosi rendah-sedang. Batuan pembentuk berupa lava,
endapan jatuhan piroklastik (preatik dan preatomagmatik).

4. Volkano Stratigrafi Gunungapi Tambora

Gambar.4. Penampakan Kawah Gunung Tambora

Produk vulkanik utama dipisahkan kedalam empat kelompok, kemudian


dipisahkan kembali menjadi 6 kelompok yaitu: Batuan sedimen tersier, produk
vulkanik tua Labumbum, produk kaldera Kawindana Toi, produk Tambora Tua,
produksi Tambora Muda dan endapan sekunder. Batuan sedimen tersier berupa
batu gamping terumbu yang dianggap sebagai batuan yang mendasari (basement
rock) tubuh gunungapi Tambora dan sekitarnya, tersingkap disekitar pesisir pantai
barat dab baratlaut gunung Tambora.

6
5. Erupsi Gunungapi Tambora

Gambar.5. Kronologi Erupsi Gunung Tambora pada Tahun 1815

Melalui teknik penanggalan radiocarbon (merupakan suatu metode penentuan


usia suatu objek yang mengandung materi organic dengan memanfaatkan sifat
radioakarbon, suatu isotope radioaktif dari karbon) dinyatakan bahwa gunung
Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan pada tahun 1815. Perkiraan tahun
letusan tersebuat adalah pada tahun 3910 SM ± 200 tahun, 3050 SM dan 740 ±
150 tahun. Ketiga letusan ini terjadi pada lubang utama dengan karakteristik sama
terkecuali letusan ketiga karena tidak terdapat lapisan piroklastik.

Berdasarkan data sejarah erupsinya, diketahui gunungapi Tambora sebelum


terjadinya erupsi pada tahun 1815 memiliki sebuah kerucut yang ketinggiannya
mencapai 1400 sampai 1500 mdpl diatas perisai lavanya. Oleh karenanya
ketinggian gunungapi Tambora sebelum terjadi erupsi mencapai 4300 meter, hal
inilah yang membuat gunungapi Tambora pernah tercatat sebagai puncak
gunungapi tertinggi di Indonesia. lebar kawah gunung Tambora mencapai 7
kilometer, dan kedalaman kawah dari puncak hingga dasarnya mencapai 800
meter, hal ini juga menjadikan gunung Tambora sebagai The Greatest Crater in
Indonesia (kawah terbesar di Indonesia). Selain itu, gunung Tambora juga dikenal
dengan The Largest Volcanic Eruption in History karena pernah mencatat sejarah
sebagai letusan terdahsyat di dunia yang diketahui juga ikut mempengaruhi
perubahanmusim panas belahan bumi utara sebesar -0,5 8̊C saat meletus pada tahun
1815.

7
Gunung Tambora menjadi semakin aktif pada tahun 1812 setelah beratus
tahun tidak aktif hingga dijuluki sebagai gunung tidur. Hingga April pada tahun
1815 terjadilah puncak letusan , yang membuat gunung Tambora masuk ke dalam
skala tujuh Volcanic Explosivity Indeks (VEI) dengan jumlah semburan tefrit
(tefra; material yang diproduksi oleh letusan gunung api) sebesar 1.6 × 10 11 m3.
Letusan pada tahun 1815 ini setidaknya telah mempengaruhi perubahan iklim
global dalam waktu yang lama. Setelah letusan pada tahun 1815, gunung Tambora
juga pernah mengalami letusan pada skala dalam kaldera saja pada tahun 1819
yang dianggap sebagai bagian dari rangkaian letusan lanjutan pada tahun 1815.
Letusan ini juga masuk ke dalam skala kedua pada skala VEI. Kemudian pada
tahun 1880 ± 30 tahun, Gunung Tambora kembali meletus, meski hanya dalam
kaldera. Letusan ini setidaknya telah membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah
lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi. Terakhir,
letusan Gunung Tambora tercatat pada tahun 1967 masuk dalam skala 0 VEI yang
mengisyaratkan bahwa letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan meski diiringi
oleh gempa.
Secara garis besar kronologi erupsi gunungapi tambora adalah sebagai
berikut:

Tahun Erupsi Kegiatan Erupsi


1812 Asap tebal dari bagian kawahnya.
1815 Diawali dengan asap yang makin
menebal berwarna hitam yangterjadi
beberapa minggu sebelum peristiwa
letusan paroksimal. Pada 5 April terjadi
suara gemuruh, terdengar sampai
Ternate dan Jakarta. Kemudian pada
10-11 April terjadi letusan paroksimal
dan berakhir pada tanggal 12 April.
Pada 15 Juli fasa kegiatan semakin
berkurang.
1819 Pada Agustus 1819 suara gemuruh yang

8
kuat masih terdengar, gempa bumi dan
dampak bara api dirasakan.
1847-1913 Terjadi Erupsi di bagian dalam kaldera
yang menghasilkan lelehan lava dan
terbentuknya kawah Doro Api Toi.
1913-sekarang Kegiatan Gunungapi Tambora terbatas
pada kepulan asap fumarole dan
solfatara di sekitar dinding kaldera
dengan intensitas sedang-lemah.
Sehingga aktivitas Gunung Tambora
saat ini diklasifikasikan dalam aktivitas
aktif normal.

6. Magma, Lava, dan Piroklastik Gunungapi Tambora

berdasarkan penelitian Setelah Erupsi pada 1815


Berdasarkan banyak penelitian terhadap hasil erupsi gunungapi Tambora yang
dilakukan, diketahui aliran lava sedikit hingga sedang kurang jenuh terhadap Ne
antara 2% sampai 11%. Setelah dianalisa komposisi lava gunungapi cukup
potasic. Dari penelitian yang dilakukan diketahui pula bahwa komposisi magma
dari erupsi gunungapi Tambora dalam rangkaian erupsinya dibagi menjadi dua
kelompok yaitu Trachybasalt dan trachyandesite. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis elemen utama seluruh batuan baru yang terbentuk setelah erupsi
gunungapi Tambora pada tahun 1815.

Tabel.2. Analisis komposisi (element) dalam batuan baru yang terbentuk setelah
erupsi tahun 1815. (sumber: Vulcanology of the Great Tambora Eruption of 1815.
Departmen of Geology, Universitas Texas.)

9
Kemudian secara umum aliran lava gunungapi Tambora diklasifikasikan
kedalam dua kelompok yaitu aliran lava dengan komposisi basaltic sebagai
produk pembentuk perisai gunungapi Tambora. Sedangkan kelompok lava kedua
dengan komposisi andesit-basaltik yang merupakan produk pembentuk kerucut
gunungapi Tambora.

Gambar.6 Aliran liquid gunungapi Tambora dengan Trachybasalt dan Tracyandesite.

10
Gambar.7. aliran piroklastok di lokasi Semenanjung Sanggar
Gambar 7 menjelaskan bagaimana aliran piroklastik gunungapi Tambora,
sebagai catatan dituliskan dalam jurnal self (1984) dijelaskan bahwa tidak semua
bagian (lapisan batuan yang sama) berada diskala yang sama.

7. Potensi Geothermal Gunungapi Tambora

Gunungapi Tambora terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, berdasarkan


data yang diperoleh dari buku Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1 yang
diterbitkan oleh Direktorat Panas Bumi, Ditjen EBTKE, Pusat Sumber Daya
Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Badan Geologi di provinsi Nusa Tenggara
Barat terdapat beberapa potensi yaitu WKP Hu’u Daha, WKP Sembalun dan
Potensi Marongge. Namun penelitian geothermal maupun jurnal atau literature
lain hingga saat penulisan paper ini belum ditemukan sumber literature yang
mengungkapkan adanya potensi maupun manifestasi geothermal yang berkaitan
dengan gunungapi Tambora.

11
8. Mitigasi Bencana Gunungapi Tambora

Jumlah penduduk Tambora di bagian lereng mencapai angka yang cukup


tinggi. Daerah lereng gunungapi Tambora mencakup tiga desa yaitu di sector
timur desa Sanggar, Barat daya gunungapi Tambora desa Doro Peli dan
Pasanggrahan, bagian barat desa Calabai, sedangkan di bagian desa lain
pemukiman penduduk terhitung jarang. Mata pencaharian penduduk lereng
gunungapi Tambora pada umumnya adalah petani, pekebun, dan petani peladang
yang memanfaatkan lahan kering di lereng-lereng gunung atau bukit. Sedangkan
berdasarkan catatan sejarah terdapat 3 kerajaan yang menempati lereng guungapi
Tambora yaitu; kerajaan Tambora, kerajaan Pekat dan Kerajaan Sanggar.
Penemuan sejarah (arkeolog) ini sering disebut dengan Pompeii dari Timur (hal
ini dikarenakan kemiripannya dengan kota Pompeii di Italia).

Sejarah juga membuktikan keberadaan kerajaan ini, beberapa peninggalan


seperti atap bangunan, anyaman bamboo, buli-buli keramik, pemecah pinang dan

12
bukti sejarah lainnya. Terkuburnya peninggalan kerajaan ini menjadi bukti betapa
dahsyatnya erupsi gunungapi Tambora pada rangkaian erupsi tahun 1815. Selain
itu erupsi gunungapi Tambora pada tahun 1815 juga menyebabkan terjadinya
perubahan iklim dunia, bahkan akibat perubahan iklim ini Amerika dan Eropa
tidak mengalami musim panas. Terlebih dari akibat tersebut, korban jiwa dari
erupsi gunungapi Tambora diperkirakan peneliti mencapai 71.000 jiwa dengan
rincian 11.000 sampai 12.000 diantaranya merupakan korban langsung dari erupsi
tersebut. Banyaknya korban jiwa dipengaruhi oleh pengetahuan kebencanaan.

13
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tambora (sumber: PVMBG)

14
Dari peta diatas diketahui bahwa zona III yang ditandai dengan warna merah
adalah zona yang paling berpotensi terkena awan panas, aliran lava dan gas
beracun,. Sedangkan zona II yang ditandai dengan warna merah muda berpotensi
terkena lemparan batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar,
gas beracun dan air dengan tingkat ph asam tinggi. Selanjutnya adalah zona I yang
berpotensi terkena hujan abu dan dilanda lemparan batu (pijar).

15
Daftar Pustaka
Amri, Mohd. Robi. dkk. 2016. Resiko Bencana Indonesia (RBI). Jakarta:
BNPB.

Bronto,S. dkk. 2016. Volcano Stratigraphy for Suporting Geothermal


Exploration. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science: IOP Publishing.

Direktorat Panas Bumi, Ditjen EBTKE Pusat Sumber Daya Mineral Batubara,
dan Panas Bumi, Badan Geologi. 2017. Potensi Panas Bumi
Indonesia Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.

Foden,J. 1986. The Petrology of Tambora Volcano, Indonesia: a Model for the
1815 Eruption. Jurnal of Volcanology and Geothermal
Research. Amsterdam: Elsevier Science Publishers B.V. (pp.1-
41).

Heriwaseso,Anjar.2009. Model Prakiraan Penyebaran dan Ketebalan Abu


Vulkanik Akibat Letusan Gunung Api, (Studi Kasus di
Gunung Galunggung, Gunung Merapi, dan Gunung
Tambora). Bidang Evaluasi Potensi Bencana Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan
Geologi). Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi. Vol.4.
N.3. Hal.1-9.

Self, S. dkk. 1984. Volcanological Study of the Great Tambora Eruption of


1815. Geologi. Geological Society of America. Vol.12. (pp.
659-663).

16

Anda mungkin juga menyukai