1. Segmen Busur Sumatera yang terdiri atas sub segmen Seulawah, Toba,
Kerinci dan Dempo.
2. Segmen busur Sunda terdiri dari sub segmen Panggrango, Papandayan,
Slamet, Semeru, Rinjani dan Kelimutu.
3. Segmen Busur Banda yang hanya terdiri dari satu segmen.
4. Segmen Talaud terdiri dari sub segmen Dukono dan Gamalama.
5. Segmen Busur Sulawesi yang terdiri atas sub segmen Soputan dan
Karangetang, serta gunungapi Colo yang terpisah.
1
Gambar 1. Peta persebaran Gunungapi aktif di Indonesia (sumber:
https://magma.vsi.esdm.go.id/ , diakses pada 25 Oktober 2019)
Dari banyaknya gunungapi di Indonesia, salah satu gunungapi yang popular di dunia
adalah gunungapi Tambora, hal ini tentu berkaitan dengan sejarah meletusnya gunung
Tambora.
2
B. Gunungapi Tambora
3
Gambar.3 penampakan Gunungapi Tambora (sumber: Volcanological Study
of the Great Tambora Eruption 1815)
Secara umum gunungapi Tambora terletak di Sumbawa yang berada dalam busur
Sunda aktif- system aktif laut Banda. Sekitar 340 km utara dari system Palung
Jawa dan dalam 180-190 km diatas zona subduksi arah utara.
4
2. Deskripsi Umum Gunungapi Tambora
Gunung Tambora merupakan salah satu gunung api jenis strato yang aktif
dengan ketinggian saat ini mencapai 2851 mdpl. Gunung Tambora dikatakan
sebagai gunung api jenis strato karena pengklasifikasian nya didasarkan oleh
proses pembentukannya. Gunung api jenis strato terbentuk akibat adanya erupsi
yang terjadi secara terus menerus sehingga menyebabkan adanya lapisan-lapisan
(strato). Selain itu, secara umum gunung api strato terbentuk akibat adanya erupsi
eksplosif dan efulsif. Gunung api jenis strato juga sering disebut sebagai gunung
api jenis campuran.
Gunung Tambora terletak di atas zona subduksi pada 180-190 km dan 340 km
di sebelah utara system Palung Jawa. Gunung Tambora juga terletak baik di sisi
utara dan selatan kerak oseanik (kerak samudera adalah bagian dari lithosfer bumi
memilikiki permukaan di cekungan samudera. Kerak samudera disusun oleh
batuan (mafic atau sima). Gunung Tambora memiliki kelajuan konvergensi
sebesar 7.8 cm per tahun. Keberadaannya diperkirakan sejak 57.000 BP
(penanggalan radioakarbon standar).Berdasarkan penyelidikan Geologi, kerucut
vulkanik yang tinggi bahkan sudah terbentuk sebelum letusan pada tahun 1815
dengan karakteristik yang sama dengan bentuk stratovolcano, dengan diameter
mencapai 60km.
Gunungapi Tambora memiliki kawah yang berada didalam kaldera yang
dikenal dengan nama Doro Api Toi dan kalderanya bernama Tambora. Gunungapi
Tambora juga memiliki beberapa kerucut parasit yaitu Mbete Doro Tabeh/
Kembar, Donggo Tabbenar, Nangamira, Gabu Panda dan Satonda.
Morfologi Gunungapi Tambora terbagi menjadi dua yaitu vulkanik tua yang
terdapat disekitar gunung Labumbum. Morfologi ini dicirikan dengan tingkat
erosi sedang-kuat, batuan pembentuknya berupa lava dan endapan aliran endapan
piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Sedangkan morfologi
perbukitan sedimen terdapat di sebelah gunung Tambora, dicirikan dengan pola
aliran sungai relatif parallel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup
berupa batugamping; Morfologi gunungapi Tambora menempati bagian tengah
5
daerah penelitin, memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Morfologi kerucut
luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir disekeliling tubuh
gunung Tambora, umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian
puncaknya dengan tingkat erosi rendah-sedang. Batuan pembentuk berupa lava,
endapan jatuhan piroklastik (preatik dan preatomagmatik).
6
5. Erupsi Gunungapi Tambora
7
Gunung Tambora menjadi semakin aktif pada tahun 1812 setelah beratus
tahun tidak aktif hingga dijuluki sebagai gunung tidur. Hingga April pada tahun
1815 terjadilah puncak letusan , yang membuat gunung Tambora masuk ke dalam
skala tujuh Volcanic Explosivity Indeks (VEI) dengan jumlah semburan tefrit
(tefra; material yang diproduksi oleh letusan gunung api) sebesar 1.6 × 10 11 m3.
Letusan pada tahun 1815 ini setidaknya telah mempengaruhi perubahan iklim
global dalam waktu yang lama. Setelah letusan pada tahun 1815, gunung Tambora
juga pernah mengalami letusan pada skala dalam kaldera saja pada tahun 1819
yang dianggap sebagai bagian dari rangkaian letusan lanjutan pada tahun 1815.
Letusan ini juga masuk ke dalam skala kedua pada skala VEI. Kemudian pada
tahun 1880 ± 30 tahun, Gunung Tambora kembali meletus, meski hanya dalam
kaldera. Letusan ini setidaknya telah membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah
lava, yang kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi. Terakhir,
letusan Gunung Tambora tercatat pada tahun 1967 masuk dalam skala 0 VEI yang
mengisyaratkan bahwa letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan meski diiringi
oleh gempa.
Secara garis besar kronologi erupsi gunungapi tambora adalah sebagai
berikut:
8
kuat masih terdengar, gempa bumi dan
dampak bara api dirasakan.
1847-1913 Terjadi Erupsi di bagian dalam kaldera
yang menghasilkan lelehan lava dan
terbentuknya kawah Doro Api Toi.
1913-sekarang Kegiatan Gunungapi Tambora terbatas
pada kepulan asap fumarole dan
solfatara di sekitar dinding kaldera
dengan intensitas sedang-lemah.
Sehingga aktivitas Gunung Tambora
saat ini diklasifikasikan dalam aktivitas
aktif normal.
Tabel.2. Analisis komposisi (element) dalam batuan baru yang terbentuk setelah
erupsi tahun 1815. (sumber: Vulcanology of the Great Tambora Eruption of 1815.
Departmen of Geology, Universitas Texas.)
9
Kemudian secara umum aliran lava gunungapi Tambora diklasifikasikan
kedalam dua kelompok yaitu aliran lava dengan komposisi basaltic sebagai
produk pembentuk perisai gunungapi Tambora. Sedangkan kelompok lava kedua
dengan komposisi andesit-basaltik yang merupakan produk pembentuk kerucut
gunungapi Tambora.
10
Gambar.7. aliran piroklastok di lokasi Semenanjung Sanggar
Gambar 7 menjelaskan bagaimana aliran piroklastik gunungapi Tambora,
sebagai catatan dituliskan dalam jurnal self (1984) dijelaskan bahwa tidak semua
bagian (lapisan batuan yang sama) berada diskala yang sama.
11
8. Mitigasi Bencana Gunungapi Tambora
12
bukti sejarah lainnya. Terkuburnya peninggalan kerajaan ini menjadi bukti betapa
dahsyatnya erupsi gunungapi Tambora pada rangkaian erupsi tahun 1815. Selain
itu erupsi gunungapi Tambora pada tahun 1815 juga menyebabkan terjadinya
perubahan iklim dunia, bahkan akibat perubahan iklim ini Amerika dan Eropa
tidak mengalami musim panas. Terlebih dari akibat tersebut, korban jiwa dari
erupsi gunungapi Tambora diperkirakan peneliti mencapai 71.000 jiwa dengan
rincian 11.000 sampai 12.000 diantaranya merupakan korban langsung dari erupsi
tersebut. Banyaknya korban jiwa dipengaruhi oleh pengetahuan kebencanaan.
13
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tambora (sumber: PVMBG)
14
Dari peta diatas diketahui bahwa zona III yang ditandai dengan warna merah
adalah zona yang paling berpotensi terkena awan panas, aliran lava dan gas
beracun,. Sedangkan zona II yang ditandai dengan warna merah muda berpotensi
terkena lemparan batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar,
gas beracun dan air dengan tingkat ph asam tinggi. Selanjutnya adalah zona I yang
berpotensi terkena hujan abu dan dilanda lemparan batu (pijar).
15
Daftar Pustaka
Amri, Mohd. Robi. dkk. 2016. Resiko Bencana Indonesia (RBI). Jakarta:
BNPB.
Direktorat Panas Bumi, Ditjen EBTKE Pusat Sumber Daya Mineral Batubara,
dan Panas Bumi, Badan Geologi. 2017. Potensi Panas Bumi
Indonesia Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Foden,J. 1986. The Petrology of Tambora Volcano, Indonesia: a Model for the
1815 Eruption. Jurnal of Volcanology and Geothermal
Research. Amsterdam: Elsevier Science Publishers B.V. (pp.1-
41).
16