Oleh :
Putu Deva Ananta Adistanaya
072001800041
TG A
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kaitan Petrologi
dengan Endapan Mineral ”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Endapan Mineral yang
telah membantu saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan
makalah saya. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.............................................................................................................3
2.1 Definisi Endapan Mineral....................................................................................3
2.2 Klasifikasi Endapan Mineral...............................................................................3
2.3 Genesa Endapan Mineral..................................................................................12
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
ii
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
perak, galena, dan lain-lain. Dari mineral-mineral bijih
tersebut cara keterdapatannya, pembentukanya,
pengontrolnya, dan lain sebagainya berbeda-beda tergantung
dari penciri dari masing-masing mineral tersebut. Disinilah
diperlukannya orang geologi yang sangat berpengaruh
didalam kesuksesan suatu pertambangan khususnya dalam
ekplorasi cebakan mineral.
BAB II
DASAR TEORI
Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih
mineral logam (metallic mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang
dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya
dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi,
suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gauge) yang tidak memiliki
nilai ekonomis. Proses ekstraki tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing)
3
endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga
klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan
batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif
berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli
geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya
tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian
ini mungkin dirasa kurang ilmiah.
4
dengan aktivitas batuan beku”.
5
Tabel Klasifikasi Lindgren (1911)
6
Tabel Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)
Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin berasosiasi dengan
rekahan tektonik regional. Umum pada sesar normal maupun sesar naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling. Batas tubuh bijih
bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding- surface. Strike
dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat halus, lensa yang
besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides
Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit,
(gangue) barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit
7
Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral,
menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya.
Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan
plutonik,yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic
dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-
tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-
fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti
hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam
(Tabel 2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di
banyak tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas
yang didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi
kurang relevan lagi.
8
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada
daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan
Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah
dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini
disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan.
Tabel Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)
9
Tabel Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)
10
Tabel Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985
Anortosit, gabro
11
Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa
warsa 60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton,
dan Buddington, Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan
magmatic makin bervariasi,. Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih
digunakan, walaupun pengertiannya sudah mengalami modifikasi dari
konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren (1911). Istilah mesotermal,
kadang masih digunakan, terutama untuk kategori endapan epitermal, tetapi
menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi, sedangkan istilah
hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi. stilah-
istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah
klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya,
seperti endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan
sebagainya.
12
2.3 Genesa Endapan Mineral
13
b. Proses hidrotermal
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai
menjadi beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au, Cu,
Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
14
Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan mineralisasi bijih
logam
15
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk
membatasi ciri- ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem
hidrotermal lainnya. Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik
mineralogi maupun teksturnya merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan
endapan hidrotermal lain.
C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa
kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun
sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk
pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida
terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn
16
adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya
sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
D. Proses-proses di permukaan
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk di
dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di permukaan.
17
Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan
placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan placer
aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering digunakan
istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan
sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi
yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer,
beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering
diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada
daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan
terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi penting yang terbentuk
sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan Timah (Sn).
Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material
yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali
material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan residual.
Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama untuk
daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut
sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang
mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium
(Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit
umumnya mengandung material ini.
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit
(0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi
18
kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1- 2%
Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona laterit)
Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di
dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun
oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam
(Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang
bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi
tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah
muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk
sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh
proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang
paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)
19
BAB III
KESIMPULAN
Mineral adalah zat anorganik padat yang terbentuk oleh proses geologi dan memiliki
struktur atom, komposisi kimia, dan sifat fisik tertentu. Sedangkan, Endapan mineral (Ore
Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam (metallic mineral)
yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore Mineral atau mineral
bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga
pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai
bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan
limbah (gauge) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraki tersebut menghasilkan
timbunan limbah (tailing)
Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah
kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut
proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan menghasilkan mineral logam (metalic
mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah
karenanya.
Lindgren (1911) secara garis besar membagi endapan mineral menjadi dua macam
yaitu endapan oleh proses mekanik dan endapan oleh proses kimiawi. Genesa mineral
secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu proses magmatik, proses
hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn (Hutchison, 1983, Evans 1993)
19
DAFTAR PUSTAKA
20