Anda di halaman 1dari 24

ENDAPAN MINERAL

KAITAN PETROLOGI DENGAN ENDAPAN MINERAL

Oleh :
Putu Deva Ananta Adistanaya
072001800041
TG A

Program Studi Teknik Geologi


Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kaitan Petrologi
dengan Endapan Mineral ”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Endapan Mineral yang
telah membantu saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan
makalah saya. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua.

Jakarta, 8 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.............................................................................................................3
2.1 Definisi Endapan Mineral....................................................................................3
2.2 Klasifikasi Endapan Mineral...............................................................................3
2.3 Genesa Endapan Mineral..................................................................................12
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
ABSTRAK

Mineral adalah zat anorganik padat yang terbentuk oleh


proses geologi. Ada sekitar 3.000 yang diketahui, dan penemuan-
penemuan baru sering terjadi. Semua memiliki struktur atom,
komposisi kimia, dan sifat fisik tertentu. Mineral berkisar dari
unsur murni, ke garam, sampai silikat yang dapat mengambil
ribuan bentuk yang berbeda. Setiap mineral termasuk dalam
kelompok kimia yang merupakan afiliasi mereka dengan unsur-
unsur atau senyawa tertentu. Mereka juga termasuk kelompok
struktur kristal, dan memiliki sifat lain, seperti kekerasan, warna,
kilau, berat jenis, keuletan, dan kebiasaan kristal yang terkait
dengan mereka.
Sedangkan, Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan
yang mengandung satu atau lebih mineral logam (metallic mineral)
yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore
Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih
sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan
dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral
dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gauge)
yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraki tersebut
menghasilkan timbunan limbah (tailing)
Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian
proses yang mengubah kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan
dengan kandungan mineral bijih yang disebut proses ubahan
(alteration). Proses tersebut akan menghasilkan mineral logam
(metalic mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur
serta tekstur batuan yang berubah karenanya.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endapan mineral (bahan tambang )merupakan salah


satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam perekonomian
nasional. Oleh karenai tu upaya untuk mengetahui kuantitas
dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu diusahakan
dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan
tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi,
semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan
kualitas sumberdaya mineral dan cadangan.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan


kekayaan alamnya, baik yang bias diperbaharui maupun tidak
diperbaharui. Indonesia dipengaruhi kontrol tektonik yang
bermacam-macam sehingga disetiap daerahnya memiliki
keanekaragaman mineralisasi yang banyak. Dari Sabang
sampai Meurake memiliki masing-masing mineralisasi yang
berbeda-beda setiap daerahnya. Seiring berjalannya waktu
bermunculan disetiap daerahnya perusahaanperusahaan yang
bergerak di bidang bijih, baik itu mencariemas, tembaga,

2
perak, galena, dan lain-lain. Dari mineral-mineral bijih
tersebut cara keterdapatannya, pembentukanya,
pengontrolnya, dan lain sebagainya berbeda-beda tergantung
dari penciri dari masing-masing mineral tersebut. Disinilah
diperlukannya orang geologi yang sangat berpengaruh
didalam kesuksesan suatu pertambangan khususnya dalam
ekplorasi cebakan mineral.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Endapan Mineral

Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih
mineral logam (metallic mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang
dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya
dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi,
suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gauge) yang tidak memiliki
nilai ekonomis. Proses ekstraki tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing)

2.2 Klasifikasi Endapan Mineral

Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi

3
endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga
klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan
batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif
berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli
geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya
tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian
ini mungkin dirasa kurang ilmiah.

Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya


berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya.
Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya “ Economic Mineral Deposit”
mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang
terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain
sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang
tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan
munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan
keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.

Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan


mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar
membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu

a). endapan oleh proses mekanik


b). endapan oleh proses kimiawi
Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air
magmatik, dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah:
Endapan hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal. Endapan
hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada temperature yang
relative panas, endapan epitermal merupakan endapan yang terbentuk di dekat
permukaan, dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan endapan
Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan temperature diantara endapan
Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah
hidrotermal, tetapi hanya disebut dengan istilah “ karena naiknya air, berhubungan

4
dengan aktivitas batuan beku”.

5
Tabel Klasifikasi Lindgren (1911)

I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK


I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI
Oleh reaksi 0-70 C P menengah-tinggi
A Evaporasi
1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI
a. Oleh pelapukan 0-100 C P menengah
b. Oleh air tanah 0-100 C P menengah
c. Oleh metamorfosa 0-400 C P tinggi
2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR
a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100 C p menengah
b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU
B
1) KARENA NAIKNYA AIR
Hypothermal 500-600 C P tinggi
Mesothermal 150-300 C P tinggi
Epitermal 50-150 C P menengah
2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU
Pyrometasomatic 500-800 C P tinggi
Sublimates 100-600 C P rendah-menengah
Endapan magmatik 700-1500 C P tinggi
C Pegmatik 575 C P tinggi

A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik

Tabel Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933)

Kedalaman 3000- 15000 m


Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada batuan
prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan pada sesar naik

Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak


beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated pada batuan
samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit, bornit,
kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
(gangue) kloorit-fe, karbonat
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual, Au telurida
kadang hadir sebagai bonanza.

6
Tabel Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)

Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin berasosiasi dengan
rekahan tektonik regional. Umum pada sesar normal maupun sesar naik

Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling. Batas tubuh bijih
bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding- surface. Strike
dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat halus, lensa yang
besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman

Tabel Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933)

Kedalaman Permukaan hingga 1500 m


Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan
intrusiv dekat permukaan atau ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar
dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-
kantong bijih, juga seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement
(penggantian)

Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides

Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit,
(gangue) barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,


dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding, cockade, vugs,
urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat bervariasi

Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya


sangat kecil.

7
Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral,
menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya.
Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan
plutonik,yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic
dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-
tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-
fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti
hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam
(Tabel 2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di
banyak tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas
yang didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi
kurang relevan lagi.

Tabel Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929)


I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV
A. Orthomagmatic
1. Intan, platinum-kromium
2. Titanium-besi-nikel-tembaga
B. Pneumatolytic sampai pegmatitic
1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium
2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten
3Tormalin-asosiasi kuarsa
C. Hydrothermal
1. Besi-tembaga-emas-arsenik
2. Lead-Zinc-silver
3. Nikel-kobal-arsenik-perak
4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida
I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV
A. Tin-perak-bismut
B. Logam-logam berat
C. Emas-peral
D. Antimoni-merkuri
E. Tembaga murni (native)
F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical

8
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada
daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan
Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah
dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini
disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan.

Tabel Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi , injeksi, ) 700-1500 C P sangat tinggi
Pegmatik
A T sedang-tinggi P sangat tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan volcanic 100-600 C P atmosfer-menengah


piles
Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600 C P atmosfer

Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuan 500-800 C P sangat tinggi


beku
KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK

Hypothermal, sangat dalam 300-500 C P sangat tinggi

Mesothermal, kedalaman sedang 200-300 C P tinggi

Epitermal, dangkal 50-200 C P menengah


B
Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah

Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer


KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH
T 100 C P menengah

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 400 C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100 C P menengah

Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 0-100 C P menengah-atmosfer


permukaan
Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah

C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70 C P menengah


b. Reaksi organik
Evaporasi zat terlarut

II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di


MEKANIK permukaan

A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan


C. Di dalam tubuh air

9
Tabel Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)

Kedalaman Dekat permukaan


Temperatur 100
Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang tidak ditemukan
batuan plutonik
Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan
replacement.
Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge
Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd), markasit, pirit, Cinabar
Mineral penyerta Kalsir, dolomite miskin Fe, dll
(gangue)
Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification
Tekstur dan struktur Seperti epitermal
Zonasi -

Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi


batuan sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf.
Pengelompokkan tersebut meliputi:
1. Bijih pada batuan beku
 Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
 Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
 Konsentrasi bijih besi
 Konsentrasi bijih mangan
 Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf

Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan pada


lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson
(1981), yang membagi endapan bijih menjadi:
1. Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens
2. Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins
3. Endapan pada lingkungan Oceanic
4. Endapan pada lingkungan subduksi
5. Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision
6. Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental

10
Tabel Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis

Karbonatit, kimberlit 700-1500 C P sangat tinggi

Anortosit, gabro

Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang

Pegmatik T sedang- P tinggi


tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan 100-1200 C P atmosfer-menengah


volcanic piles
Sublimasi, fumarola 100-600 C P atmosfer

KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL

Logam dasar porfir 200-800 C P menengah

Urat Cordilleran dangkal-menengah

Batuan metamorfik 300-800 C P rendah-menengah

Epitermal 50-300 C P rendah,


dangkal-menengah
KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK

Mississipi Valley 25-200 C P rendah


Western state uranium 25-75 C P rendah
KARENA SIRKULASI AIR LAUT

Endapan-endapan kerak 25-350 C P rendah


samodra,smokers, red Sea
Volcanic exhalites in part

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 25-600 C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh: 0-150 C P menengah


Athabasca uranium
Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 25-50 C P atmosfer
permukaan
Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan kerak 25-350 C P hydrospheric
samodra. a. Massive sulfide-Cyprus
b. Manganese-nickel-copper nodules
Volcanogenic asosiasi sedimen 25-75 C P hydrospheric
a. Black shale hosted?
Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70 C P menengah
b. Reaksi organik
Evaporasi 25-75 C P atmosfir

Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasar 25-75 C P rendah


b. Fosfat
II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di permukaan
MEKANIK
III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT

11
Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa
warsa 60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton,
dan Buddington, Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan
magmatic makin bervariasi,. Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih
digunakan, walaupun pengertiannya sudah mengalami modifikasi dari
konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren (1911). Istilah mesotermal,
kadang masih digunakan, terutama untuk kategori endapan epitermal, tetapi
menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi, sedangkan istilah
hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi. stilah-
istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah
klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya,
seperti endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan
sebagainya.

12
2.3 Genesa Endapan Mineral

Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan


oleh proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses-
proses dipermukaan. Endapan magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan
proses gravitational settling, liquid immisvibility, maupun pegmatik. Endapan
hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit), endapan greisen, massive
sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation) dll.
Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan
endapan-endapan permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan
residual laterit, endapan supergen, maupun endapan volkanik-exhalative. Proses
pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu
proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn
(disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993)
a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada
fase awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral
olivine, piroksen, Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase
ini disebut sebagai endapan magmatik. Beberapa proses pada fase
magmatisme diantaranya meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit
(Cr), magnetit (Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn

Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses


magmatik, sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang
signifikan. Konsentrasi bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh
proses pelapukan, baik kimiawi maupun fisik, membentuk endapan residusal
atau placer.

13
b. Proses hidrotermal

Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50


sampai >500 ‘C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung
dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida
hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi
tidak stabil, dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan
membentuk himpunan mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang
dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal
terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching),
menstranport, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon
terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi
antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding),
akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral
ubahan (alteration minerals.

Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai
menjadi beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku

1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau

2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex

3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka

4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au, Cu,
Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro

5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar

b. Tidak berhubungan dengan batuan beku

1. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn

14
Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan mineralisasi bijih
logam

Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau


lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit
yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok
1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah
dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut
umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai
oleh pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak
beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar
10-100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan
mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian
besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan
epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah

15
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk
membatasi ciri- ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem
hidrotermal lainnya. Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik
mineralogi maupun teksturnya merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan
endapan hidrotermal lain.

Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai


semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.

C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa
kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun
sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk
pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida
terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn
mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn
adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn
16
adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya
sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.

Tabel Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam

D. Proses-proses di permukaan

Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di


permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal
secara luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton
(allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan
endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan), sedangkan
endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu

Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk di
dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di permukaan.

17
Endapan Placer

Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan
placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan placer
aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering digunakan
istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan
sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi
yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer,
beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering
diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada
daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan
terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi penting yang terbentuk
sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan Timah (Sn).

Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material
yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali
material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan residual.
Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama untuk
daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut
sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang
mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium
(Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit
umumnya mengandung material ini.

Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai


bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite
mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen
(sedimentary bauxites).

Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit
(0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi

18
kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1- 2%
Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona laterit)

Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di
dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun
oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam
(Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang
bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi
tidak berlangsung.

Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah
muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk
sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh
proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang
paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)

19
BAB III
KESIMPULAN

Mineral adalah zat anorganik padat yang terbentuk oleh proses geologi dan memiliki
struktur atom, komposisi kimia, dan sifat fisik tertentu. Sedangkan, Endapan mineral (Ore
Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam (metallic mineral)
yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore Mineral atau mineral
bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga
pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai
bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan
limbah (gauge) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraki tersebut menghasilkan
timbunan limbah (tailing)

Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah
kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut
proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan menghasilkan mineral logam (metalic
mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah
karenanya.

Lindgren (1911) secara garis besar membagi endapan mineral menjadi dua macam
yaitu endapan oleh proses mekanik dan endapan oleh proses kimiawi. Genesa mineral
secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu proses magmatik, proses
hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn (Hutchison, 1983, Evans 1993)

19
DAFTAR PUSTAKA

Hartosuwarno, Sutarto, 2004, Endapan Mineral, Panduan Kuliah dan Praktikum,


Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi Universitas
Pemabngunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai