Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ANALISIS BATUAN

Resume dari Petrogenesis of Metamorphic Rocks

Mira Widyariestha
270110140163
Kelas A

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Definisi Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan mineralogi,
komposisi kimia, dan struktur dari suatu batuan. Metamorfisme sangat dipengaruhi oleh
temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga terjadi pada batuan di kerak bumi dan mantel.
Proses-proses tersebut dipengaruhi oleh perubahan kondisi fisika atau kimia sebagai respon dari
dinamika geologi berskala besar.
Metamorfisme berasosiasi dengan reaksi kimia pada batuan namun proses-proses berkaitan
dengan perubahan kimia di permukaan seperti pelapukan, sementasi dan diagenesis tidak
termasuk ke dalam metamorfisme. Karena terjadi pada suhu sangat tinggi partial melting juga
dapat terjadi di metamorfisme. Metamorfisme berbeda dengan metasomatisme, di mana pada
metasomatisme terjadi perubahan komposisi batuan karena interaksi dengan fluida yang
melaluinya. Metamorfisme umumnya disebabkan oleh proses geologi berskala besar seperti
pergerakan lempeng, subduksi kerak samudera, kolisi antara kerak kontinen, pemekaran lantai
samudra dan proses-proses lain di mana terjadi pergerakan massa batuan dan transpor kalor.

Jenis-Jenis Metamorfisme
Berdasarkan geological setting dalam keterjadiannya, metamorfisme di bagi menjadi
metamorfisme lokal dan regional:
Regional Lokal
Metamorfisme orogenik Metamorfisme kontak
Metamorfisme subduksi Metamorfisme kataklastik
Metamorfisme kolisi Metamorfisme hidrotermal
Metamorfisme lantai samudra Metamorfisme impact
Metamorfisme burial Metamorfisme sambaran petir
Metamorfisme pembakaran (combustion)
Meskipun terbagi seperti demikian, umumnya metamorfisme yang terjadi berupa katagori
transisi atau terdapat pengaruh dari metamorfisme regional dan juga kontak.
- Metamorfisme Orogenik
Metamorfisme orogenik disebabkan oleh proses terbentuknya pegunungan atau disebut juga
proses orogenik (Miyashiro, 1973). Metamorfisme ini mempengaruhi daerah dengan dimensi dan
volume yang besar selama proses keterbentukan pegunungan. Metamorfisme orogenik
dikarakteristik oleh dua jenis metamorfisme regional, yaitu tipe metamorfisme dengan suhu
rendah namun tekanan tinggi seperti pada proses subduksi dan pada tekanan dan temperatur
menengah hingga tinggi seperti pada kolisi continental.

- Metamorfisme Lantai Samudra


Menurut Miyashiro, tipe metamorfisme ini terjadi pada kerak samudra di sekitar
punggungan tengah samudra (mid oceanic ridge). Batuan metamorf yang terjadi kemudian
bergerak secara lateral karena pemekaran dasar samudra sehingga tersebar di wilayah luas di
kerak samudra. Batuan metamorf tipe ini umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa dan non-
skistosa. Metamorfisme ini menyerupai burial metamorfisme namun dengan gradien temperatur
lebih tinggi dapat mencapai 100o C per km. Pada metamorfisme lantai samudra juga terbentuk
banyak vein dan terjadi metasomatisme karena berinteraksi dengan air laut yang terpanaskan di
sekitar punggungan tengah samudra.

- Metamorfisme Burial
Metamorfisme burial terjadi pada batuan sedimen dan vulkanik dalam geosinklin tanpa
pengaruh orogenik atau pun intrusi magmatik dan terjadi pada skala regional namun temperature
rendah (Coombs, 1994). Hasil dari metamorfisme ini tidak memiliki skistositas dengan kata lain
masih memiliki jejak dari kemas dan struktur batuan asalnya. Perubahan mineraloginya juga
tidak terubah sepenuhnya sehingga mineral yang baru terbentuk masih berasosiasi dengan kristal
mineral asal.

- Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak terjadi pada batuan induk yang berada di sekitar batuan beku plutonik
atau di sekitar batuan beku ekstrusif. Metamorfisme terjadi karena kalor yang dilepaskan oleh
tubuh batuan beku yang mendingin, juga karena gas dan fluida yang dilepaskan ketika terjadinya
kristalisasi magma. Zona-zona dalam metamorfisme kontak disebut aureola kontak. Lebar
aureola beragam, dari beberapa meter sampai kilometer.

- Metamorfisme Kataklastik
Metamorfisme kataklastik adalah metamorfisme yang disebabkan oleh gaya mekanik akibat
adanya pergerakan massa batuan seperti sesar. Metamorfisme kataklastik terjadi ketika strain dan
shear stress tinggi dengan temperature relatif rendah. Hasil metamorfismenya yaitu batuan non-
foliasi yang dikenal dengan istilah breksi sesar atau pseudotachylite. Pseudotachylite
mengandung massa dasar afanitik yang terlihat seperti gelas basaltic (tachylite). Kekeliruan
sering terjadi di mana mylonite dianggap sebagai batuan kataklastik, padahal pada mylonit
terjadi pertumbuhan kristal karena rekristalisasi syntektonik dan neoblastesis (Wise et al. 1984).

- Metamorfisme Hidrotermal
Metamorfisme hidrotermal adalah metamorfisme yang terjadi ketika gas atau larutan panas
melewati rekahan pada batuan sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan mineralogy dan
kimia pada matriks batuan (Coombs, 1961). Interaksi batuan dengan fluida serta proses-proses
hidrotermal sangat terkait dengan keterjadian deposit bijih (Burnham,1979), pelindian batuan,
alterasi, dan keterbentukan sistem vein. Selain itu proses hidrotermal juga terkait dengan
produksi energy geothermal.

- Metamorfisme Impact
Metamorfisme ini terjadi akibat efek gelombang kejut akibat tumbukan dengan kecepatan
sangat tinggi (hypervelocity) seperti tumbukan meteorit (Dietz, 1961). Durasi keterjadiannya
sangat pendek dan menyebabkan melelehnya dan vaporisasi batuan yang tertumbuk. Umumnya
tekanan maksimal dapat mencapai 100 milyar Pascal dan temperatur puluhan ribu derajat.
Karakteristik mineraloginya yaitu keberadaan kuarsa kejut dan neoformasi dari coesite dan
stishovite tekanan sangat tinggi serta keterbentukan intan. Batuan hasil metamorfisme ini yang
mengalami partial melting dan breksiasi disebut suevite.
- Metamorfisme Sambaran Petir
Metamorfisme Sambaran Petir (Lightning Metamorphism) terjadi pada wilayah yang sangat
kecil dan disebabkan oleh sambaran petir pada temperatur sangat tinggi dapat mencapai 2000o C.
Produk metamorfisme ini pada tanah dan batupasir berupa pipa gelas yang disebut fulgurite.

- Metamorfisme Pembakaran
Metamorfisme ini disebabkan oleh terbakar secara spontannya (combust) material organik
seperti batubara, minyak, atau gas di dekat permukaan. Pyrometamorfisme ini dapat
bertemperatur dari 1000-1500o C dan seiring bertambahnya suhu batuan terbakar dan paralava
terbentuk. Aureolanya biasanya berukuran kecil hanya sampai beberapa meter namun batuan
terbakar yang dihasilkannya dapat mencakup wilayah luas.

Protolith Metamorfisme
Batuan asal yang terubah melalui proses metamorfisme disebut protolith. Protolith akan
mempengaruhi atribut-atribut dari batuan metamorf yang terbentuk. Metamorfisme terjadi akibat
bertambahnya suhu dan material ke dalam volume tertentu kerak atau mantel akibat proses
tektonik maupun vulkanisme. Oleh karena itu metamorfisme dapat terjadi pada segala jenis
batuan sehingga batuan berjenis apa pun baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf dan
batuan maupun berkomposisi kimia apa pun dapat menjadi protolith. Umumnya metamorfisme
mengubah komposisi awal dari protolith. Bertambahnya suhu dapat menyebabkan lepasnya gas-
gas volatile yang terkandung dalam mineral hydrous seperti mika dan amfibol sehingga bereaksi
dengan protolith.
Berdasarkan komposisi kimia batuan protolithnya, batuan metamorf dapat dibagi menjadi
beberapa kelas. Kelas-kelas ini dibagi berdasarkan semakin kompleksnya komposisi kimianya.
Pembagian tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Batuan Ultramafik
Biasanya berasal dari mantel dan kaya akan unsur Mg, tipikal berkomposisi
peridotit. Metamorfisme pada batuan ultramafik menghasilkan mineral silikat kaya Mg
yang bersifat hidrous maupun non-hidrous.
2. Batuan Karbonat
Batuan sedimen karbonat yang dimaksud adalah yang didominasi oleh mineral
karbonat (kalsit, dolomite). Produk dari metamorfisme protolith ini yaitu marmer, batuan
calc-silikat, atau metakarbonat. Semuanya didominasi oleh kalsit dan mineral Ca-Mg
serta Ca-silikat.
3. Shale (Pelite)
Batuan pelitik adalah tipe batuan sedimen yang paling umum. Batulempung pelagic
(pelite sesungguhnya) berkomposisi miskin kalsium dibandingkan dengan shale dari
paparan benua. Batuan metamorf dari protolith pelite adalah metapelite (slate metapelite,
phyllite, schist, dan gneiss) serta dikarakteristik oleh formasi mineral silika kaya akan
unsur kalsium dan aluminium.
4. Marl
Marl adalah shale yang mengandung proporsi mineral karbonat (dapat berupa kalsit)
yang cukup signifikan. Hasil metamorfismenya didominasi oleh mineral silikat Ca-Al.
5. Batuan Mafik
Batuan metamorf berkomposisi mafik (greenstone, schist dan gneiss basa,
greenschist, dan amphibolite) berasal dari batuan beku mafik, berupa basalt dan
terkadang gabbro. Mineral yang ditemukan didominasi oleh mineral silikat Ca, Mg, Fe,
dan Al yang dapat menjadi petunjuk intensitas metamorfisme pada konsep fasies
metamorfisme.
6. Batuan Quartzo-Feldspatik
Kelas ini diperuntukan untuk batuan metamorf hasil dari protolith berupa batuan
sedimen tertentu (seperti arkose, sandstone, siltstone, greywacke) dan batuan beku
(granite, granodiorite, tonalite, dll) yang kaya akan kuarsa dan feldspar. Gneiss dari
batuan beku granitic umumnya disebut metagranite.
7. Batuan Lain
Protolith selain enam kelompok di atas termasuk ke kelompok ini. Yang termasuk ke
dalam kelas ini yaitu batuan sedimen kaya mangan, rijang, batuan sedimen vulkanogenik,
laterit, sedimen evaporit, dan batuan beku alkalin.
Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf dapat berupa struktur yang ditinggalkan oleh protolithnya. Seperti
tertinggalnya struktur sedimen misalnya cross bedding yang terjadi pada batuan metasedimen
berderajat rendah. Batuan metamorf umumnya memiliki struktur distinktif yang mencirikan
proses metamorfisme. Misalnya persejajaran butir-butir mineral. Struktur-struktur pada batuan
metamorf terbentuk dari hasil deformasi dan rekristalisasi selama proses metamorfisme.
Penamaan batuan metamorf beraneka ragam tergantung pada konsep yang dianut. Yang
umum digunakan adalah klasifikasi berdasarkan protolith dan strukturmnya. Batuan metamorf
biasanya dinamakan berdasarkan istilah strukturalnya. Yang paling umum, yaitu gneiss, schist,
phyllite, slate, dan granofels.

Derajat Metamorfisme
Intensitas metamorfisme dan seberapa besar transformasinya diekspresikan dengan istilah
derajat metamorfisme. Contohnya pada intrusi sehingga terjadi metamorfisme kontak batuan
yang semakin dekat di aureolanya akan berderajat lebih tinggi dibandingkan batuan yang
jaraknya lebih jauh dari intrusi tersebut.
Berdaasarkan Turner (1981), derajat metamorfisme berguna untuk mengklasifikasi kondisi
metamorfisme suatu batuan dan mengetahui hubungan tekanan dan kondisi temperatur di mana
batuan metamorf terbentuk. Karena saat itu nilai P-T yang cukup tepat belum ditemukan maka
derajat metamorfisme yang digunakan lebih berpatokan kepada temperature. Winkler (1979)
membagi derajat metamorfisme menjadi empat yaitu metamorfisme derajat sangat rendah,
rendah, sedang, dan sangat tinggi.
Zona mineral pada batuan metamorf pertama kali dipetakan oleh Barrow (1912) . Mineral-
mineral tersebut ditetapkan sebagai indeks mineral yang berguna pula untuk zonasi derajat
metamorfisme. Mineral tersebut antara lain chlorite, biotite, almandine-garnet, staurolite,
kyanite, dan silimanite.

Anda mungkin juga menyukai