Anda di halaman 1dari 12

QUIZ GEOKIMIA MINYAK DAN GAS

Nama : Nurus Shofia Irmana

Npm : 12.2018.1.00370

1. Jelaskan peran Geokimia dalam Eksplorasi Minyak & Gas Bumi

Pengetahuan geokimia dimanfaatkan oleh ahli perminyakan, tidak hanya digunakan untuk
prediksi kandungan minyak dan gas tetapi segi pemanfaatan produk itu lebih luas. Dengan
menggunakan ilmu ini, akan dapat diketahui secara pasti komposisi dan berbagai faktor yang
mengontrol pembentukan, proses kematangan, biodegradasi, akumulasi minyak bumi, serta
volume hidrokarbon yang telah digenerasikan, termigrasi dan terakumulasi pada suatu
cekungan. Pada eksplorasi minyak bumi, analisis geokimia minyak bumi bertujuan untuk:

 Mengidentifikasi batuan induk dan menentukan jumlah, tipe, dan tingkat kematangan
material organik.
 Mengevaluasi perkiraan kapan migrasi minyak dan gas bumi dari batuan induk.
 Memprediksi jalur migrasi.
 Korelasi komposisi minyak dan gas bumi yang berada di dalam reservoir, rembesan
(seeps) untuk mengetahui keberadaannya.
Geokimia petroleum (minyak dan gas bumi) adalah penerapan prinsip-prinsip kimia yang
mempelajari tentang asal, migrasi, akumulasi dan alterasi dari petroleum, selain itu
menerapkan konsep-konsepnya dalam rangka eksplorasi petroleum yang lebih efektif.
Dengan kemajuan teknologi, akhirnya pengetahuan geokimia mampu menyelidiki dan
prediksi kimia bagian lapisan bumi yang tidak dapat diakses, sampai saat ini ilmu ini lebih
banyak dipergunakan dibanding dengan metode geofisika.

2. Jelaskan sejarah perkembangan Geokimia dan Geologi

Pengetahuan “geologi” menceritakan segala fosil-fosil sejak purbakala yang mendiami bumi,
fosil-fosil itu merupakan sedimen yang terendap dalam waktu lama jutaan tahun silam,
sehingga membentuk lapisan-lapisan keras sampai bisa terbentuknya pebatuan/kerak.
Sedimen tersebut dapat berasal dari bahan mineral yang ada di atmosfir jatuh ke bumi dan
ada juga makhluk hidup (flora dan fauna) yang mati dan mengendap sejak ribuan tahun
silam. Sehingga dalam geologi dikenal lapisan strata menurut waktu pengendapan (periode).
Seperti Prakambrium dan Kambrium. Istilah “Kambrium” menunjukan batuan-batuan yang
tertua yang mengandung fosil berlimpah. Periode prakambriun di asumsikan hanya satu
lapisan batu tertua yang biasanya berada di bawah lapisan batuan yang berfosil (Katili dan
Marks, 1959). Bertolak teori geologi pelbagai jenis pebatuan yang ada menurut stratifikasi,
pembentukan lapisan itu tidak lepas dari suatu reaksi kimia alam yang berlangsung lama.
Karena pembentukan pebantuan, nodul (bongkahan) dan gas-gas yang ada di bumi akibat
interaksi kimia satu dengan yang lain membentuk senyawa baru yang berfaedah bagi
kehidupan, itulah pengetahuan geokimia. Oleh karenanya akar ilmu geokimia (geochemistry)
adalah geologi dan kimia, kemudian dikembangkan oleh praktisi ilmuan, seperti Georg
Bauer, Nicolas Steno dan beberapa ahli geologi. Mereka mempelajari sifat elemen kimia dan
mengembangkan daya nalarnya untuk mengetahui proses reaksinya yang terjadi secara
alamiah di bumi. Akhir abad ke 18 pengetahuan geologi dan kimia moderen tumbuh secara
cepat, seorang ilmuan bernama Antoine Lavoisier menulis hasil risetnya dalam sebuah buku
yang menceritakan keberadaan kimia yang masuk ke laut, atmosfir, tanah dan dipebatuan,
dan terjadi modifikasi menjadi unsur kimia tertentu. Dasar temuan itu ilmu geokimia
dikembangkan oleh ilmuan kimia moderen, antara lain: Humphry Davy dan John Dalton.
Walaupun terjadi perdebatan serius oleh para ilmuan geologi, akhirnya mereka coba
mempelajari sifat dan struktur kimia kristal serta timah dalam mineralogy. Awal
memperkenalkan terminologi Geokimia adalah kimiawan Swiss CF Schonbein di tahun 1838,
ilmu ini merupakan disiplin ilmu tersendiri yang dapat dipakai untuk pelbagai bidang, kini
pengetahuan geokimia dipakai dimanamana dan telah menjadi cabang ilmu yang berfaedah
pada pengetahuan ilmu alam. Data-data hasil survey mereka membuka khazanah riset dan
dipakai oleh ahli geologi untuk memperkirakan komposisi rata-rata kerak lapisan bumi. Abad
kedua puluh , jalannya geokimia telah dipandu oleh beberapa kemajuan teknologi .

3. Jelaskan factor apa saja yang mempengaruhi Geokimia pada Minyak & Gas bumi

Tiga faktor penting yang memungkinkan fosil mengalami tekanan dalam jumlah besar dan
mendapatkan suhu tinggi kemudian berubah menjadi migas, yaitu:

1. Faktor “bebatuan asal” (source rock), karena minyak mentah berada pada bebatuan
tersebut, biasanya batuan ini disebut juga sebagai batuan induk.
2. Terjadi perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan
reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone dan limestone yang berpori-pori
(porous) pada reservoir memiliki ukuran yang cukup untuk menampung minyak
bumi.
3. Terjadi jebakan (entrapment) geologi sebagai akibat dari pergerakan dari dalam bumi,
pergerakan ini bisa berupa gempa bumi atau erupsi gunung merapi. Jebakan geologi
juga bisa terjadi karena erosi oleh air dan angin secara terus menerus sehingga
menciptakan suatu “ruangan” di bawah yang akan menjadi jebakan
hidrokarbon.Apabil jebakan/ruangan tersebut dilapisi impermeable, maka hidrokarbon
akan tetap diam di tempat dan tidak bisa bergerak ke mana-mana lagi.

Ketiga faktor di atas memiliki peranan penting agar fosil mendapatkan suhu tinggi dan
tekanan yang besar disekelilingnya sehingga menjadi migas. Dari pembahasan ini dapat kita
simpulkan bahwa terbentuknya migas sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Apabila
suhu dan tekanan rendah maka tidak akan menghasilkan migas, sebaliknya bila suhu dan
tekanan disekitarnya tinggi maka memungkinkan terbentuknya migas.

4. Jelaskan Genesa pada pembentukan Material Organik


Perubahan material organik menjadi hidrokarbon dalam skala geologis tidak dapat dilihat
sebagai proses yang berdiri sendiri (terisolasi). Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting yaitu aktivitas biologis pada tahapan awal serta temperatur dan tekanan pada
tahap berikutnya. Ketika material organik semakin dalam terendapkan, ia akan mengalami
lingkungan dengan temperatur dan tekanan yang semakin besar. Karena itu, pada tingkat
molekuler, material organik akan cenderung mengalami penyusunan molekul menjadi lebih
teratur. Struktur dengan hambatan sterik yang tinggi akan tereliminasi. Sebagai contoh,
struktur-struktur siklis atau rantai non- planar mempunyai hambatan sterik yang tinggi.
Sebaliknya, struktur aromatis yang planar akan lebih dominan. Penyesuaian struktur material
organik ini akan terus berlangsung seiring bertambahnya temperatur dan tekanan lingkungan
sehingga gugus fungsi yang terdapat dalam material organik akan tereliminasi. Berbagai jenis
senyawa dengan berat molekul menengah hingga rendah dapat terbentuk seperti hidrokarbon,
CO2, air, H2S dan sebagainya. Dengan demikian, pembentukan minyak bumi (petroleum)
merupakan konsekuensi pembebanan material organik oleh tekanan dan temperatur tinggi
dari lingkungannya yang memaksa material organik tersebut mencapai keteraturan struktur.
Proses perubahan material organik menjadi kerogen dan kemudian minyak dan gas bumi
terbagi dalam tiga tahapan yaitu: diagenesis, katagenesis dan metagenesis.
 Diagenesis

Proses diagenesis material organik yang diakibatkan oleh proses biologis lebih
dominan terjadi dalam sedimen yang baru terendapkan (recently deposited) dan
biasa terjadi pada kedalaman hingga 2 km serta temperatur maksimal 75oC. Bahkan,
proses mikrobiologis ini juga terjadi sebelum material organik terendapkan. Dalam
proses ini, material organik akan mengalami beberapa proses sebagai berikut:
 Eliminasi gugus fungsi seperti gugus karboksil dan hidroksil dari molekul
utama, umumnya dalam bentuk CO2 dan H2O, sehingga penurunan rasio
O/C lebih besar dibandingkan penurunan rasio H/C.Proses diagenesis ini
mengubah material organik menjadi kerogen, yaitu material organik yang
memiliki sifat tidak larut dalam air, larutan basa dan asam (non-oksidator)
dan berbagai pelarut organik (benzena, metanol, toluen).
 Berkurangnya senyawa tak jenuh dibandingkan senyawa jenuh ekivalennya
karena proses hidrogenasi ikatan rangkap.
 Kelimpahan senyawa alifatik lebih banyak dibandingkan senyawa aromatik.
 Molekul dengan rantai pendek berkurang kelimpahannya dibandingkan
molekul rantai panjang.
 Hidrolisis molekul kompleks menghasilkan fragmen molekul turunan yang
dapat bergabung dengan molekul lain menghasilkan molekul baru yang
tidak terdapat dalam biota asli. Sebagai contoh, phytol yang merupakan
produk degradasi klorofil-a, dan fenol yang merupakan produk degradasi
dari berbagai senyawa aromatik terkondensasi membentuk senyawaan
fenol-phytol.
 Dalam lingkungan dengan kandungan sulfur yang tinggi, adisi H2S hasil
bakteri pereduksi dapat membentuk gugus tiol pada beberapa senyawa
seperti isoprenoid.
 Kondensasi berbagai molekul membentuk makromolekul yang kompleks.

 Katagenesis

Pada proses diagenesis, yang terjadi adalah proses kondesasi pembentukan


makromolekul yang kompleks (kerogen) dari bahan pembentuknya yang lebih
sederhana. Sebaliknya pada proses katagenesis ini makromolekul yang kompleks
terurai menjadi molekul yang lebih sederhana
yang lebih kaya akan hidrogen. Fasa yang kaya akan hidrogen ini bersifat
mobile dan dapat bermigrasi keluar dari batuan sumber. Perbedaan lain dengan
diagenesis adalah proses katagenesis ini merupakan proses fisik yang dipengaruhi
oleh tekanan dan temperatur. Katagenesis terjadi pada rentang kedalaman 3-4 km
dengan kisaran temperatur sekitar 50-150oC dan tekanan sebesar 300 sampai 1500
bar. Pada pengaruh lingkungan ini, kerogen akan semakin terkompaksi (memadat)
dan molekulnya mengatur ulang menjadi lebih rapat dan teratur. Pada proses ini
atom-atom O, N dan S dalam bentuk gugus fungsi karbonil, karboksil, ester dan
amina juga tereliminasi dari molekul kerogen. Secara keseluruhan, kerogen
mengalami penurunan rasio H/C yang lebih besar dibanding penurunan rasio O/C
akibat pembebasan hidrokarbon, sebagaimana terlihat pada diagram van Krevelen.

Diagram van Krevelen. Tanda panah menunjukkan arah evolusi komposisi


material organik selama proses diagenesis dan pematangan termal
(katagenesis dan metagenesis)

Gambar berikut memperlihatkan proses pembentukan minyak dan gas sebagai


fungsi terhadap temperatur. Selama proses katagenesis ikatan yang pertama kali
putus adalah ikatan heteroatom karena umumnya ikatan heteroatom lebih lemah
daripada ikatan C-C. Hasil pemutusan ikatan tersebut membentuk molekul
dengan rantai karbon berkisar antara C15 – C33 dan dalam beragam struktur: n-
alkana, aromatis dan sikloalkana (gambar 2). Molekul yang telah kehilangan gugus
fungsinya disebut fosil geokimia atau biomarker. Pada akhir proses katagenesis
(transisi ke metagenesis), yaitu pada temperatur sekitar 150-180oC proses
pemutusan berjalan lebih lanjut menghasilkan hidrokarbon dengan rantai yang lebih
pendek (£ C5) yang dapat berupa gas dan sedikit hidrokarbon dengan rantai > C5
yang disebut kondensat sehingga sering juga disebut sebagai zona gas basah (wet
gas).

Gambar Pembentukan hidrokarbon sebagai fungsi terhadap kedalaman dan


temperatur. Komposisi hidrokarbon yang terbentuk terlihat pada grafik di
sebelah kanan.

Perubahan struktur kerogen tersebut juga dikonfirmasi oleh analisis spektroskopi


inframerah. Spektra inframerah menunjukkan perubahan penting pada frekuensi:
(a) 2700 – 3100 cm-1 yang merupakan pita vibrasi C-H alifatik (jenuh) semakin
berkurang intensitasnya dengan bertambahnya kedalaman kerogen (dari diagenesis
menuju katagenesis dan metagenesis), (b) 1750 cm-1 yang merupakan vibrasi C=O
juga berkurang intensitasnya dengan bertambahnya kedalaman, (c) 700 – 930 cm-1
yang merupakan pita vibrasi C-H aromatis semakin bertambah intensitasnya dengan
bertambahnya kedalaman.
 Metagenesis

Pada temperatur yang lebih tinggi proses pembentukan minyak telah berhenti dan
ikatan C-C terputus dalam proses yang disebut cracking. Pada proses ini, molekul
yang terbentuk dari pemutusan hidrokarbon tersebut adalah CH4 (metana) atau gas
kering (dry gas) dan residual kerogen (C, grafit) seperti terlihat pada gambar di
bawah. Proses ini terjadi pada temperatur di atas 150oC.

Gambar proses pematangan kerogen hingga pembentukan metana dan residual


kerogen

5. Jelaskan prinsip2 dasar pembentukan Geokimia Minyak & Gas bumi


 keberadaan dari sebuah perangkap (struktur, reservoir, penutup), dengan adanya
perangkap tersebut memungkinkan terjadi pembentukan minyak dan gas bumi
 akumulasi dari minyak bumi ( sumber, kematangan, migrasi ke dalam jebakan, dan
waktu), Setelah minyak terperangkap makan akan terjadi akumulasi pada sumber ,
dalam beberapa waktu tertentu akan mengalami pematangan setelah itu akan
berpindah atau bermigrasi ke tempat jebakannya
 keawetan dari jebakan ( sejarah pemanasan, air meteorik). Peluang darisuksesnya
pencarian minyak bumi dihasilkan dari peluang dari ketiga factor ini. Keawetan pada
jebakan akan menyebabkan pemanasan dan menimbulkan adanya air meteoric

6. Jelaskan proses diagenesa material organic menjadi hidrokarbon


Secara umum bahan organik akan masuk kedalam proses diagenesis awal
membentuk“karogen” dalam wujud amorphous (amorf)yang mengandung konsentrasi
hidrokarbondengan berat molekul tinggi dan sangatkental. Semua bahan organik akan
terkuburdi sedimen laut dalam (>1 km) biasanyaproses itu melibatkan reaksi kimiawi,
jikasuhu naik akan mengalami proses peleburan. Untuk proses diagenesis, katagenesis
danmetagenesis,
 Diagenesis awal di sedimen laut prinsipnya melaluisuatu seri penggunaan oksidan
untuk keperluan peleburan karboorganik seperti berikut:Oksigen,nitrat, MgO2 besi
oksida sulfat Dari uraian diatas terlihat bahwa konsumsi oksigen di lautmerupakan
indikator siklus biogeokimia secara global. Olehkarenanya unsur oksigen punya arti
penting dalam prosesbiogeokimia di laut. Halmana oksigen bisa didapatkan lewat
prosesfotosintesis dari tumbuhan termasuk fitoplankton dan difusi langsung dari
atmosfer Dalam proses denitrifikasi membutuhkan oksigen yancukup, dimana
beberapa peneliti menggemukakan bahwa di lautlebih-kurang 60% hilang karena
digunakan padadenitrifikasi dan aktifitas biologi lainnya, dan yang tertinggal di
badanair hanya 30% (oksigen kurang) sedang ada di dalam bahan organic yang
terkubur sebanyak 10%.
 Proses diagenetik melalui oksidan akanberjalan sempurna, karena oksigen factor
utama penggerak lajunyadiagenesis.
 Banyak bahan organik masukmengikut pelbagai aliran, secarailustrasi dilukiskan pada
gambar dimana karbon organik sebelumterendap di laut umumnya akanmelewati
daerah kontinen dan delta.Pemasukan bahan organik bersumberdari atmosfer (lewat
hujan).

7. Jelaskan tipe-tipe kerogen dan lingkungan pengendapannya


 Tipe I
Kerogen tipe ini dikarakterisasikan dengan rasio H/C (hydrocarbon/carbon) yang
tinggi >1.5 dan rasio O/C (oxygen/carbon) rendah <0.1. Kerogen tipe I ini memiliki
index hidrogen >300 dan index oksigen <50.
Kerogen tipe ini juga disebut alginite, mengandung konsentrasi tinggi alkanes dan
asam lemak serta merupakan sumber terbaik untuk maturasi oil-prone. Sumber
utamanya berasal dari sedimen alga seperti endapan lacustrin. Terjadinya kerogen tipe
I ini relatif jarang jika dibandingkan dengan tipe lainnya.
 Tipe II
Kerogen tipe ini dikarakterisasikan dengan rasio H/C relatif tinggi (1.0 – 1.4) dan
rasio O/C relatif rendah (0.09 – 1.5). Memiliki index hidrogen antara 200 dan 300,
sedangkan index oksigen antara 50 dan 100. Kerogen tipe II ini juga
disebut exinite berada pada lingkungan marine dan umumnya berasosiasi dengan
calcareous atau sedimen dolomitic. Tipe II sangat sering dijumpai pada lapangan
minyak dan gas. Contoh dari kerogen tipe ini adalah group Devonian dan Colorado
berumur Cretaceous di Kanada Barat, berumur Paleozoic di Afrika Utara,
beberapa source beds berumur Cretaceous dan Tertiary di Afrika Barat, berumur
Jurassic di Eropa Barat dan Arab Saudi dsb
 Tipe III
Kerogen tipe ini dikarakterisasikan dengan rasio H/C relatif rendah (<01.0) rasio O/C
relatif rendah (0.2 – 0.3). Index hidrogen di bawah 300 dan index oksigen di atas 100.
Tipe kerogen ini juga disebut vitrinite. Sumber utamanya berupa tanaman darat yang
ditemukan pada sedimentasi detrital tebal sepanjang continental margin. Tipe
hidrokarbon yang dihasilkan utamanya adalah gas. Contoh kerogen tipe III ini dapat
ditemukan di negara kita Indonesia tepatnya di delta Mahakam. Upper Cretaceous
pada cekungan Douala (Kamerun) dan di lower Mannville shale di Alberta juga
merupakan contoh dari kerogen tipe III ini.
 Tipe IV
Ada juga tipe IV yang dikenal sebagai inertinite. Tipe ini biasanya berasosiasi dengan
batubara atau materi organik yang mengalami proses oksidasi parah serta tidak
mempunyai potensial untuk menghasilkan minyak dan gas.
Ke semua tipe kerogen di atas, dengan meningkatnya tingkat kematangan akibat dari
suhu yang semakin meningkat, komposisi unsur nya akan mengalami perubahan
dengan bertambahnya unsur C, tapi kehilangan unsur H dan O karena mengeluarkan
senyawa H2O dan CH4. Akibatnya, akan ada masa di mana tipe-tipe kerogen di atas
akan bertemu.
Tipe I (alginite) =>light oil
Tipe II (exinite) => waxy oil dan some gas
Tipe III (vitrinite) => gas
Tipe IV (inertinite) => no potential

8. Jelaskan factor apa saja yang mempengaruhi Geokimia pada Minyak & Gas bumi

Tiga faktor penting yang memungkinkan fosil mengalami tekanan dalam jumlah besar dan
mendapatkan suhu tinggi kemudian berubah menjadi migas, yaitu:
1. Faktor “bebatuan asal” (source rock), karena minyak mentah berada pada bebatuan
tersebut, biasanya batuan ini disebut juga sebagai batuan induk.
2. Terjadi perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan
reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone dan limestone yang berpori-pori
(porous) pada reservoir memiliki ukuran yang cukup untuk menampung minyak
bumi.
3. Terjadi jebakan (entrapment) geologi sebagai akibat dari pergerakan dari dalam bumi,
pergerakan ini bisa berupa gempa bumi atau erupsi gunung merapi. Jebakan geologi
juga bisa terjadi karena erosi oleh air dan angin secara terus menerus sehingga
menciptakan suatu “ruangan” di bawah yang akan menjadi jebakan
hidrokarbon.Apabil jebakan/ruangan tersebut dilapisi impermeable, maka hidrokarbon
akan tetap diam di tempat dan tidak bisa bergerak ke mana-mana lagi.

9. Jelaskan cara pengambilan sampel pada geokimia minyak bumi.

 Fraksinasi minyak mentah


Sampel minyak mentah ditimbang sebanyak 200 mg dilarutkan dengan 1ml
nheksana/DCM (3:1 v/v) murni, kemudian dimasukkan kedalam kolom dengan
panjang 20 cm dan diameter 1 cm yang didalamnya terdapat silika gel yang telah
diaktivasi dengan ukuran 60-200 mesh. Kolom yang telah berisi sampel dielusi
dengan 17 ml n-heksana/ DCM (3:1 v/v) murni. Kemudian eluat ditampung pada
botol vial dan pelarut diuapkan hingga terbentuknya minyak pada dinding vial.
Minyak yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan 2 ml n-heksana (homogen)
murni, hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam kolon panjang 20 cm dan
diameter 1 cm yang didalamnya terdapat silika gel yang telah diaktivasi dengan
ukuran 60-200 mesh. Kolom yang telah berisi sampel kemudian dielusi menggunakan
6 ml nheksana murni sehingga diperoleh fraksi saturat (fraksi saturat keluar terlebih
dahulu). Kolom kemudian dielusi kembali dengan 17 ml n-heksana/DCM (3:1 v/v)
murni, sehingga diperoleh fraksi aromat (eluat, yang diperoleh ditampung kedalam
vial), selama proses fraksinasi kran dibuka
 Analisis Kromatografi dan Kromatografi Spektroskopi masa Fraksi saturat dianalisis
menggunakan kromatografi gas (GC) Agilent Technologies 7890 A Series dilengkapi
dengan kolom kapiler Fused Silica dengan panjang kolom 0,32 mm, tebal fase diam
0,25 µm. gas helium digunakan sebagai gas pembawa dengan kecepatan alir 1
ml/menit. Sampel diinjeksi menggunakan column injector sebanyak 0,2 µL dengan
temperatur inlet 270oC, kemudian dideteksi oleh flame ionization detector (FID) pada
suhu konstan 350oC. Data isoprenoid dan n-alkana ditunjukkan pada Tabel 2. Fraksi
aromat dianalisis menggunakan kromatografi gas tipe B Model 7683 yang dilengkapi
dengan detektor MSD yang diaplikasikan dengan spektroskopi masa tipe Agilent
Technologies C 5975. Gas helium digunakan sebagai gas pembawa, sampel diinjeksi
mengunakan column injector sebanyak 0,2 µL. Identifikasi penentuan konsentrasi
phenantren dan metilphenantren berdasarkan puncak multiple fragmentogram ion m/z
178 dan m/z 192.

Anda mungkin juga menyukai