Anda di halaman 1dari 57

HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat dan karunia yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Identifikasi
Potensi Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi
Wenner-Schlumberger”. Pelaksanaan Prakti Kerja Lapangan (PKL) ini
dilaksanakan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas
Bumi (PPSDM MIGAS) Cepu pada tanggal 1-31 Desember 2021.

Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan
dalam penyusunan dan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL), baik
secara langsung maupun tidak langsung pada semua pihak yang sudah terlibat
dalam penyusunan laporan ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan dan karunia-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan
sebaik-baiknya.
2. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudari kami yang selalu memberikan
dukungan baik secara morel maupun materi.
3. Bapak Waskito Tunggul Nusanto, S.Kom., M.T. selaku kepala Pusat
Pengambangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas (PPSDM MIGAS)
Cepu.
4. Bapak Dr. Yoeswono, S.Si selaku Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas (PPSDM
MIGAS) Cepu.
5. Bapak Abdul Wakid, S.S.T. dan Bapak Gunawan

DAFTAR ISI
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii

DAFTAR GRAFIK...........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Ruang Lingkup Masalah.................................................................................

1.3 Batasan Masalah..............................................................................................

1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................................

BAB II GAMBARAN UMUM PPSDM MIGAS................................................

2.1 Penjelasan Umum............................................................................................

2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi PPSDM MIGAS..........................................

2.1.2 Sejarah Singkat PPSDM MIGAS.........................................................

2.1.3 Stuktur Organisasi dan Kepegawaian.................................................

2.1.4 Lokasi PPSDM MIGAS.........................................................................

2.2 Orientasi Perusahaan......................................................................................

2.2.1 Unit Keselamatan Kerja dan Pemadam Kebakaran..........................

2.2.2 Unit Boiler...............................................................................................

2.2.3 Unit Perpustakaan.................................................................................

2.2.4 Laboratorium Dasar..............................................................................


PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB III METODOLOGI ..................................................................................


3.1 Metode Penelitian............................................................................................

3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................

3.3 Prosedur............................................................................................................

3.4 Skema Kerja.....................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................

BAB V PENUTUP.................................................................................................

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................

5.2 Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

DAFTAR GAMBAR
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

DAFTAR
TABEL
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

DAFTAR
GRAFIK
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Ruang Lingkup Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB II
GAMBARAN UMUM PPSDM MIGAS

2.1 Penjelasan Umum


Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM MIGAS) adalah Instansi Pemerintah Pusat yang berada di bawah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam melaksanakan
tugas, PPSDM MIGAS Cepu bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Badan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral (Surat Keputusan No.150
tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001) yang telah diperbaharui dengan peraturan
Menteri ESDM no. 13 tahun 2016 tanggal 20 Juli 2016, dimana PPSDM
MIGAS mempunyai tugas pengembangan sumber daya manusia di bidang
minyak dan gas bumi.

Gambar 2.1 Logo Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Berikut ini merupakan profil singkat dari Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Minyak dan Gas Bumi:

Nama Perusahaan : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Minyak dan Gas Bumi

Alamat Perusahaan : Jalan Sorogo Nomor 1, Cepu 58315 Kabupaten


Blora Jawa Tengah. Telp. (0296) 421888.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Email : informasi@pusdiklatmigas.com

Website : http://www.pusdiklatmigas.esdm.go.id/

Tanggal berdiri : 4 Januari 1966, berdasarkan SK Menteri Urusan


Minyak dan Gas Bumi No.05M/Migas/1966.

Fasilitas : Fire Safety, Laboratorium dasar yang meliputi:


Lab. Kimia, Lab. Minyak Bumi, Lab. Simulator
Pemboran, Lab. Simulator Produksi, Boiler, Kilang,
Gedung Sertifikasi, Power Plant, Water Treatment,
Wisma dan Sarana Olahraga.

2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi PPSDM MIGAS


Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016
memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :

Tugas Pokok :

Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak


dan gas bumi

Fungsi :

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangan sumber daya


manusia di bidang minyak dan gas bumi.

2. Penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi serta


pengelolaan informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang
minyak dan gas bumi.

3. Penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber


daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.

4. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi


pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.

5. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi


pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

6. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang


pengembangan sumber daya manusia Minyak dan Gas Bumi.

7. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Minyak dan Gas Bumi.

2.1.2 Sejarah Singkat PPSDM MIGAS


Cepu adalah sentral pengeboran sumur minyak pertama yang ada
di Indonesia. Peresmian tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Versteegh, ia
tidak mengusahakan sendiri sumber minyak tersebut tetapi mengontrakan
kepala perusahaan yang kuat pada masa itu, yaitu perusahaan DPM
(Dordoche Petroleum Maatschapij) di Surabaya yang secara sah baru
dimulai pada tahun 1889. Pada usianya yang tengah 100 tahun lebih pada
tahun ini, perjalanan sejarah perminyakan di Cepu dapat diuraikan
menjadi empat periode. PPSDM Migas di awal bernama Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) pada tahun 1886 – 1942 dan Cepu
adalah kota penghasil Migas Pertama di Indonesia yang terus
bertransformasi untuk memberikan yang terbaik kepada negara. Dengan
terus berkembangnya PPSDM Migas sehingga berkeinginan untuk
berkontribusi kepada masyarakat lebih luas dengan memanfaatkan aset
yang ada dan kurang optimal dengan buah inovasi dari manajemen untuk
membuat suatu kawasan yang mengkolaborasikan unsur edukasi,
sosialisasi, rekreasi, budaya daerah, olahraga dan kesejahteraan, maka
dikolaborasikanlah unsur-unsur tersebut dari kekhasan lokal, dengan
dikembangkanya MCE dengan memanfaatkan aset-aset Perusahaan
Migas Swasta Nasional agar bermanfaat memberikan pendidikan kepada
Pelajar dan Masyarakat Luas. Perjalanan panjang PPSDM MIGAS Cepu
dari Jaman Hindia Belanda hingga sekarang seringkali mengalami
pergantian nama, namun PPSDM MIGAS Cepu tetap dikhususkan
sebagai lembaga pendidikan pelatihan dan sertifikasi MIGAS satu-
satunya di Indonesia sebagai penyedia jasa keahlian dan jasa teknologi
akuntabel. Serta pantas bekerja sama dengan lembaga pemerintah
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

maupun swasta terkemuka pula. Adapun perjalanan panjang PPSDM


MIGAS Cepu adalah sebagai berikut :

1. 1886-1942 (Pendudukan Belanda) Dortsche Petroleum


Maatschappij (DPM) dilanjutkan Bataavsche Petroleum
Maatschappij (BPM)
Zaman ini telah ditemukan rembesan minyak didaerah
pulau Jawa yaitu Kuwu, Merapen, Watudakon, Mojokerto serta
penemuan minyak dan gas di Sumatera. Eksplorasi minyak bumi di
Indonesia dimulai pada tahun 1870 oleh seorang Insinyur dari
Belanda bernama P. Vandijk, di daerah Purwodadi Semarang
dengan mulai pengamatan rembesan-rembesan minyak di
permukaan. Kecamatan Cepu, Provinsi Jawa Tengah, terdapat
konsesi minyak, dalam kota kecil di tepi Bengawan Solo,
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang bernama Panolan,
diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB. Versteegh.
Kemudian beliau mengontrakkannya ke perusahaan DPM
(Dordtsche Petroleum Maarschappij) di Surabaya dengan
membayar ganti rugi sebesar F. 10000 dan F. 0.1 untuk tiap peti
(37,5liter minyak tanah dari hasil pengilangan). Penemuan sumur
minyak bumi bermula di desa Ledok oleh Mr. Adrian Stoop.
Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan rakit dari
Ngawi menuju Ngareng Cepu dan akhirnya memilih Ngareng
sebagai tempat pabrik penyulingan minyak dan sumurnya dibor
pada Juli 1893. Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama
Kilang Cepu. Selanjutnya, berdasarkan akta No. 56 tanggal 17
Maret 1923 DPM diambil alih oleh BPM (Bataafsche Petroleum
Maarschappij) yaitu perusahaan minyak milik Belanda.

2. 1942-1945 (Pendudukan Jepang) Shokko Gokku


PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Periode zaman Jepang, dilukiskan tentang peristiwa


penyerbuan tentara Jepang ke Indonesia pada perang Asia Timur
yaitu keinginan Jepang untuk menguasai daerah-daerah yang kaya
akan sumber minyak, untuk keperluan perang dan kebutuhan
minyak dalam negeri Jepang. Terjadi perebutan kekuasaan Jepang
terhadap Belanda, para pegawai perusahaan minyak Belanda
ditugaskan untuk menangani taktik bumi hangus instalasi penting,
terutama kilang minyak yang ditujukan untuk menghambat laju
serangan Jepang. Namun akhirnya, Jepang menyadari bahwa
pemboman atas daerah minyak akan merugikan pemerintah Jepang
sendiri. Sumber-sumber minyak segera dibangun bersama oleh
tenaga sipil Jepang, tukang-tukang bor sumur tawanan perang dan
tenaga rakyat Indonesia yang berpengalaman dan ahli dalam
bidang perminyakan, serta tenaga kasar diambil dari penduduk
Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah besar. Lapangan minyak
Cepu masih dapat beroperasi secara maksimal seperti biasa dan
pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran baru di
lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.
3. 1945-1950 Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN)
Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di
Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan sehingga Kilang minyak Cepu
diambil alih oleh Indonesia. Pemerintah kemudian mendirikan
Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN) berdasarkan
Maklumat Menteri Kemakmuran No. 05. Desember 1949 dan
menjelang 1950 setelah adanya penyerahan kedaulatan, kilang
minyak Cepu dan lapangan Kawengan diserahkan dan diusahakan
kembali oleh BPM perusahaan milik Belanda.
4. 1950-1951 Administrasi Sumber Minyak (ASM)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Selepas kegiatn PTMN dibekukan pada akhir tahun 1949,


pengelolaan lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi yang pada
saat itu dikenal sebagai Cepu Barat berpindah tangan kepada ASM
(Administrasi Sumber Minyak) yang dikuasai oleh Komando
Rayon Militer Blora. (Administrasi Sumber Minyak) yang dikuasai
oleh Komando Rayon Militer Blora.
5. 1951-1957 Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia
(PTMRI)
Pada tahun 1951 perusahaan minyak lapangan Ledok, Nglobo,
Semanggi oleh ASM diserahkan kepada pemerintah sipil. Untuk
kepentingan tersebut dibentuk panitia kerja yaitu Badan
Penyelenggaraan Perusahaan Negara di bulan Januari 1951, yang
kemudian melahirkan Perusahaan Tambang Minyak Republik
Indonesia (PTMRI).
6. 1957-1961Tambang Minyak Nglobo, CA
Pada tahun 1957, PTMRI diganti menjadi Tambang
Minyak Nglobo, CA. Tahun 1961, Tambang Minyak Nglobo CA
diganti PN PERMIGAN (Perusahaan Minyak dan Gas Nasional)
dan pemurnian minyak di lapangan minyak Ledok dan Nglobo
dihentikan. Pada tahun 1962, Kilang Cepu dan lapangan minyak
Kawengan dibeli oleh pemerintah RI dari Shell dan diserahkan ke
PN PERMIGAN.
7. 1961-1966 PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional
(PERMIGAN)
Tahun 1961, Tambang Minyak Nglobo CA diganti PN
PERMIGAN (Perusahaan Minyak dan Gas Nasional) dan
pemurnian minyak di lapangan minyak Ledok dan Nglobo
dihentikan. Pada tahun 1962, Kilang Cepu dan lapangan minyak
Kawengan dibeli oleh pemerintah RI dari Shell dan diserahkan ke
PN PERMIGAN.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU
8.
1966-1978 Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan
Perindustrian Minyak dan Gas (PUSDIKLAP MIGAS) berdiri
tgl 4 Januari 1966 di bawah LEMIGAS
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan
Gas Bumi No. 5/M/Migas/1966 tanggal 04 Januari 1966, yang
menerangkan bahwa seluruh fasilitas/instalasi PN Permigan
Daerah Administrasi Cepu dialihkan menjadi Pusat Pendidikan dan
Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi
(PUSDIKLAP MIGAS). Yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Jakarta.
Kemudian pada tanggal 07 Februari 1967 diresmikan Akademi
Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) Cepu Angkatan I (Pertama).
9. 1978-1984 Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi (PPTMGB LEMIGAS)
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 646
tanggal 26 Desember 1977 PUSDIKLAP MIGAS yang merupakan
bagian dari LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) diubah
menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Lembaga Minyak dan Gas Bumi (PPTMGB LEMIGAS) dan
berdasarkan SK Presiden No. 15 tanggal 15 Maret 1984 pasal 107,
LEMIGAS Cepu ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah dengan
nama Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi
(PPT MIGAS).
10. 1984-2001 Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan
Gas Bumi (PPT MIGAS)
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No.
0177/1987 tanggal 05 Desember 1987, dimana wilayah PPT Migas
yang dimanfaatkan Diklat Operasional/Laboratorium Lapangan
Produksi diserahkan ke PERTAMINA EP ASSET 4 Field Cepu,
sehingga kilang Cepu mengoperasikan pengolahan crude oil milik
PERTAMINA. Kedudukan PPT Migas dibawah Direktorat Jendral
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Minyak dan Gas Bumi, Departemen Pertambangan dan Energi


yang merupakan pelaksana teknis migas di bidang pengembangan
tenaga perminyakan dan gas bumi. Keberadaan PPT Migas
ditetapkan berdasarkan Kepres No. 15/1984 tanggal 18 Maret
1984, dan struktur organisasinya ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1092 tanggal 05
November 1984.
11. 2001-2016-Sekarang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak
dan Gas Bumi (PUSDIKLAT MIGAS)
Tahun 2001 PPT Migas diubah menjadi Pusdiklat Migas
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi) sesuai SK
Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) nomor 150
Tahun 2001 dan telah diubah Peraturan Menteri ESDM nomor 30
Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005. Kemudian diperbarui Peraturan
Menteri No. 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010. Sesuai
Peraturan Menteri No. 13 tahun 2016 tentang organisasi dan tata
kerja kementrian energi dan sumber daya mineral, Pusdiklat Migas
Cepu berubah nama menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Minyak Dan Gas Bumi (PPSDM MIGAS).

2.1.3 Visi dan Misi PPSDM MIGAS


Adapun Visi dan Misi dari PPSDM MIGAS Cepu adalah sebagai berikut:

Visi : Menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia di subsektor


minyak dan gas bumi yang unggul, berkarakter, dan diakui internasional

Misi : Dalam usaha mewujudkan visi tersebut disusun misi yang harus
dilaksanakan, yaitu:

1. Menyiapkan sumber daya manusia di subsektor minyak dan gas


bumi yang terampil, ahli, profesional, bermartabat tinggi,
berkarakter dan mampu bersaing di pasar global di subsektor
minyak dan gas bum.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2. Menyelenggarakan dan mengembangkan program pelatihan


dengan metode pembelajaran serta sarana dan prasarana yang
berkualitas.

3. Menyelenggarakan pelayanan dan mengembangkan uji


sertifikasi kompetensi.

4. Mengembangkan jejaring untuk dapat bersinergi dengan


lembaga pendidikan, industri, masyarakat, dan pemerintah dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

2.1.4 Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Gambar 2.2 Struktur Organisasi dan Kepegawaian


PPSDM MIGAS Cepu
Struktur organisasi yang ada di PPSDM MIGAS terdiri dari
pimpinan tertinggi sebagai kepala PPSDM MIGAS. Pimpinan tertinggi
membawahi kepala bagian dan kepala bidang yang bertugas memimpin
unit-unit di PPSDM MIGAS. Kepala bagian dan kepala bidang
membawahi sub. bagian dan sub. Bidang dari unit-unit yang terkait. Di
setiap unit terdapat pengawas unit dan pengelola unit yang dipimpin oleh
sub bagian masing-masing unit. Selain itu, dalam kegiatan operasional
PPSDM MIGAS setiap unit memiliki masing-masing karyawan atau
bawahan yang handal dalam setiap masing-masing bidang yang
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

dijalankan. Adapun struktur organisasi dan kepegawaian di PPSDM


MIGAS Cepu adalah sebagai berikut:

2.1.5 Lokasi PPSDM MIGAS


PPSDM MIGAS berlokasi di Jalan Sorogo No. 1, Kecamatan
Cepu, Kabupaten Blora, Desa Karangboyo, Provinsi Jawa Tengah dan
menempati area ±1.410.304m2. PPSDM MIGAS terletak dikawasan hutan
jati, berjarak ± 34km dari kota Blora Barat, dan ±35km dari kota
Bojonegoro di Timur. Dengan kota-kota besar di Jawa berjarak 160km
(Semarang), 125km (Surabaya), 125km (Solo), dan 750km (Jakarta).
Adapun peta lokasi PPSDM dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Peta Lokasi PPSDM MIGAS

2.2 Orientasi Perusahaan


Setiap peserta PKL diwajibkan untuk mengikuti orientasi umum di PPSDM
MIGAS Cepu. Orientasi umum bertujuan agar setiap peserta PKL mengetahui
profil serta bagian setiap unit yang ada di PPSDM MIGAS Cepu. Orientasi umum
dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2021. Adapun unit-unit yang ada di
PPSDM adalah sebagai berikut:
2.2.1 Unit Keselamatan Kerja dan Pemadam Kebakaran
Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan) dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

segala sesuatu yang menyebabkan kecelakaan kerja yang mempengaruhi


terhadap proses produksi, sehingga sumber-sumber produksi dapat
digunakan secara efisien dan produksi dapat berjalan lancar tanpa adanya
hambatan yang berarti.

2.2.2 Unit Boiler


Boiler Plant adalah unit yang bertugas untuk memproduksi steam
dan pembakaran bahan bakar. Pada boiler plant memiliki beberapa tugas
sebagai berikut:

1. Penyedia Steam (uap bertekanan)

Proses penyediaan steam dilakukan dengan mengunakan air umpan


masuk yang di masukkan ke dalam boiler melalui drum diameter fire tube
dan keluar dari boiler sudah berubah menjadi steam (uap bertekanan) yang
ada pada keadaan superheated steam dan mempunyai tekanan ±6 kg/cm².

2. Penyedia Udara Bertekanan

Untuk mendapatkan udara bertekanan yang berfungsi sebagai tenaga


pneumatic untuk instrumentasi, udara dilewatkan ke filter kemudian
dimasukkan ke dalam kompresor. Keluar dari kompresor udara dilewatkan
pada Heat Exchanger untuk didinginkan dengan media pendingin air
sehingga suhunya berubah. Setelah itu masuk ke separator untuk
membuang kondesatnya yang selanjutnya dimasukkan ke dalam air dryer
untuk mengeringkan udara.

3. Penyedia Air Lunak

Air lunak digunakan untuk umpan boiler dan air pendingin mesin. Air
industri yang berasal dari unit pengolahan air dimasukkan kedalam
softener sehingga kesadahan air menurun. Air yang digunakan untuk
umpan boiler harus memenuhi persyaratan yaitu dengan kesadahan
mendekati nol dan pH air sekitar 8,5-9,5. Hal ini berguna untuk mencegah
cepatnya terbentuk kerak dan korosi pada boiler sehingga menurunkan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

efisiensi boiler karena perpindahan panas ke boiler berkurang dan


kerusakan pipa-pipa boiler.

2.2.3 Unit Perpustakaan


Orientasi ke bagian kilang dilakukan pada awal-awal masuk PKL.
Perpustakaan PPSDM MIGAS mempunyai sistem pelayanan terbuka
yaitu: Pelayanan Reguler (Mahasiswa, Pegawai, dan Dosen) Pelayanan
non reguler (peserta kursus, praktikan). Koleksi perpustakaan antara lain:
buku-buku diklat, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja Praktik dan
bahan audio visual. Adapun tugas-tugas perpustakaan PPSDM MIGAS
yaitu:

1. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi, yang mencakup


buku, majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja praktik,
diklat/hand out serta bahan audio visual.
2. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigrasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filing.
3. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa untuk mahasiswa
Akamigas, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-lain.
4. Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah untuk
mahasiswa Akamigas, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan
lain-lain.
5. Layanan kerjasama antara perpustakaan dan jaringan informasi
nasional.
2.2.4 Laboratium Dasar
Laborator ium merupakan sarana yang sangat penting dalam
sebuah industri termasuk juga industri perminyakan. Begitu pula
dengan laboratorium yang ada di PPSDM MIGAS. Laboratorium ini
bertugas untuk memeriksa kualitas produk dari minyak bumi agar
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh Dirjen Migas. PPSDM
MIGAS memiliki laboratorium dasar atau yang biasa disebut dengan
laboratorium pengujian. Laboratorium yang tersedia diantaranya:
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

 Laboratorium Kimia Minyak Bumi


 Laboratorium Migas
 Laboratorium Sipil
 Laboratorium Geologi
 Laboratorium Lindungan Lingkungan

2.3 Tinjauan Pustaka

2.3.1 Air Tanah


Menurut para ahli, definisi air tanah diantaranya sebagai berikut:
 Menurut Bouwer pada 1978, Air tanah merupakan sejumlah
air di bawah permukaan bumi yang kemudian dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan, atau sistem
drainase dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang
secara alami akan mengalir ke permukaan tanah melalui
rembesan atau suatu pancaran.
 Menurut Fetter pada 1994, Air tanah merupakan air yang
tersimpan pada lajur jenuh hingga kemudian bergerak ke
berbagai lapisan dan batuan tanah di bumi sampai air tersebut
keluar sebagai mata air, atau terkumpul dalam satu danau,
kolam, sungai, dan laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh
air disebut dengan muka air tanah (water table).
 Menurut Soemarto, 1989 Air tanah merupakan air yang
menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Lapisan
tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan juga
sebagai lajur jenuh (saturated zone), dengan lajur tidak jenuh
yang berada di atas lajur jenuh sampai ke permukaan tanah,
dengan rongga-rongganya yang berisi udara dan air.

Menurut Kodatie pada tahun 2002 mengungkapkan air dengan


kandungan unsur kimia sesuai dengan sistem aliran air tanahnya.
Sistem aliran air tanah ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga, yakni
sistem lokal, sistem antara dan sistem regional. Unsur kimia yang
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

mendominasi sistem lokal diantaranya HCO3, Ca, dan Mg. Kemudian


pada sistem antara sebagian besar terdiri dari HCO3, Ca, dan Mg.
Sedangkan air tanah sistem regional mengandung Na, Cl, serta
hilangnya unsur Co2 dan O2. Air hujan kemudian meresap ke bawah
permukaan tanah dalam bentuk peresapan dan penelusan, ia membawa
berbagai unsur-unsur kimia. Air hujan yang melimpah ini juga bisa
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pelajari
caranya pada buku Memanen Air Hujan: Sumber baru air minum.
Komposisi zat yang terlarut dalam air tanah sendiri kemudian dapat
dikelompokkan lagi menjadi 4 kelompok (Hadipurwo, 2006)
diantaranya:

 Unsur utama air tanah (major constituents) yang memiliki


kandungan 1,0 – 1000 mg/l, yaitu diantaranya terdapat pada
kalsium, natrium, magnesium, sulfat, klorida, silika, dan
bikarbonat
 Unsur sekunder air tanah (secondary constituents) yang
memiliki kandungan 0,01-10 mg/l, yaitu diantaranya terdapat
pada besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, boron, dan
florida
 Unsur minor air tanah (minor constituents) yang memiliki
kandungan kandungan 0,0001-0,1 mg/l, yaitu diantaranya
terdapat pada aluminium, atimon, arsen, barium, cadmium,
krom, brom, kobalt, tembaga, titanium, vanadium, germanium,
jodium, fosfat, rubidium, selenium timbal, litium,
molibdiunum, nikel, mangan,, uranium, dan seng
 Unsur langka air tanah (trace constituents) yang memiliki
kandungan kurang dari 0,001 mg/l, yaitu diantaranya terdapat
pada berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas, indium,
lanthanum, niobium, platina, radium, ruthenium, scandium,
perak, thalium, tharium, timah, tungsten, yttrium, zirkon
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Keberadaan air bawah permukaan dikontrol oleh karakter


Cekungan Air Tanah (CAT) dan berkaitan dengan volume air,
kecepatan aliran air, dan sebaran air (Hadihardaja, 1997). Cekungan
air tanah tersebut umumnya dibatasi oleh batasan yang dikendalikan
oleh kondisi hidrogeologi dan geologi atau kondisi hidraulik air tanah,
dan umumnya tidak sama dengan batas wilayah pemerintahan
(Zeffitni, 2011). Daerah yang memiliki potensi air tanah atau daerah
CAT pada umumnya merupakan daerah endapan yang tidak
termampatkan, bersifat meloloskan air dan berumur kuarter (Riastika,
2012). Pemanfaatan air tanah melalui sumur-sumur akan
mengakibatkan lengkung penurunan muka air tanah (depression
cone). Makin besar laju pengambilan air tanah, makin curam lengkung
permukaan air tanah yang terjadi di sekitar sumur sampai tercapai
keseimbangan baru jika terjadi pengisian dari daerah resapan.
Keseimbangan air tanah yang baru ini dapat terjadi hanya jika laju
pengambilan air tanah lebih kecil dari pengisian oleh air hujan pada
daerah resapan. Laju pengambilan air tanah dari sejumlah sumur
apabila jauh lebih besar dari pengisiannya maka lengkung-lengkung
penurunan muka air tanah antara sumur satu dengan lainnya akan
menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah secara permanen
(Ashriyati, 2011).
Arsyad (1989), menyebutkan bahwa pengambilan air tanah harus
melaksanakan prinsip efisiensi dalam pemanfaatan/ penggunaannya.
Agar ketersediaan air tanah dapat berkelanjutan, upaya yang perlu
dilakukan adalah memanfaatkan dan melestarikan air permukaan dan
air tanah secara terpadu. Menurut Sujatmiko (2009), penggunaan air
permukaan dan air tanah sebagai satu sistem penyediaan air
diharapkan memberi manfaat optimal baik teknis maupun ekonomis
dengan mengacu pada prinsip pemanfaatan air permukaan dan air
tanah sebagai bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan sumber daya
air. Air tanah tersimpan dalam lapisan pembawa air yang disebut
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

akuifer dan akuifer ini menjadi salah satu faktor penting untuk
mengatasi kebutuhan air makhluk hidup (Sulu et al., 2015).
Pemanfaatan air tanah oleh penduduk biasanya pada air tanah yang
cenderung dangkal karena lebih mudah dalam eksploitasinya. Menurut
Jone (2018), perkembangan suatu wilayah dan pembangunan di
berbagai sektor juga turut mempengaruhi keberadaan air tanah dan
siklus air tanah itu sendiri. Penggunaan air yang tidak sesuai
kebutuhan dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan
mengakibatkan potensi air tanah semakin berkurang dan berpengaruh
pada sebaran daerah sulit air. Menurut Prayogo (2014), ketersediaan
air tanah dipengaruhi oleh kondisi geologi pada masing-masing
daerah, yakni litologi, struktur, dan porositas batuan (sistem bukaan).
Hasil analisis geologi menunjukkan karakteristik cekungan air tanah
atau non-cekungan. Karakeristik tersebut sangat mempengaruhi besar
nilai porositas dan permeabilitas batuan penyusun akuifer air tanah.
Eksplorasi air tanah pada kegiatan ini merupakan pemetaan geologi
dan penyelidikan geolistrik. Kegiatan ini merupakan tahap paling awal
dalam investigasi kondisi air tanah untuk perencanaan pengembangan
potensi air tanah. Dalam kegiatan ini interpretasi keterdapatan air
tanah didasarkan pada variasi nilai tahanan jenis dengan jenis batuan
penyusun daerah rencana pengembangan irigasi. Rekomendasi dari
hasil analisis data-data yang diperoleh dalam kegiatan ini menjadi
acuan pada perencanaan kegiatan selanjutnya, yaitu pemboran pilot
hole (M Ramli, dkk, 2018).
Air tanah permukaan sebagai air yang berada di atas lapisan tanah
atau batuan. Air tanah dengan ciri- ciri mulai dari bagian atas dan
bawah lapisannya yang memiliki kandungan air yang dibatasi oleh
lapisan kedap, Lapisan yang mengandung air kemudian terletak di
daerah siklinal dari suatu formasi yang berada di daerah lipatan Air
tanah, ia dapat memancar jika mendapatkan tekanan pada daerah
siklinal yang cukup kuat, dan jika tekanan yang ada tidak cukup kuat
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

maka air dapat mengalir naik. Air tanah permukaan sendiri


mengandung banyak manfaat dan sering dimanfaatkan oleh manusia
dalam berbagai hal, seperti pertanian dan pengairan. Air tanah
kemudian dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu air tanah yang
berdasarkan kepada letaknya di permukaan tanah dan berdasarkan
kepada darimana ia berasal. Air tanah berdasarkan letaknya sendiri
kemudian dibagi kembali menjadi 2 jenis, yaitu Air Tanah Freatik dan
Air Tanah Dalam (Artesis).

 Air Tanah Freatik sebagai air tanah pada permukaan yang


dangkal dimana letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan
berada diatas lapisan kedap air contohnya ada pada air sumur.
 Air Tanah Dalam atau disebut juga sebagai Artesis merupakan
air tanah yang terletak di antara lapisan akuifer dan batuan
kedap air, contohnya ada pada pada sumur artesis. Air Artesis
juga disebut dengan air tanah dalam, karena dapat ditemukan
pada kedalaman 30 -80 meter dari permukaan tanah. Air tanah
ini juga dapat diminum atau dikonsumsi secara langsung
karena sudah mengalami penyaringan secara sempurna dan
terbebas dari kuman ataupun bakteri. Biasanya jenis air tanah
artesis sering digunakan untuk mengatasi kekeringan meskipun
pada musim kemarau panjang. Hal ini dikarenakan air tanah
artesis sebagai kandungan dari beragam air tanah dengan debit
air yang stabil, meskipun dalam membangun sumur artesis ini
juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit sebab diperlukan
suatu pompa air khusus berkapasitas besar, bahkan air tanah
ini juga memiliki kemampuan untuk keluar sendiri jika
tekanan airnya cukup besar, dan membentuk sumur artesis.

Sementara air tanah berdasarkan asalnya kemudian dibagi menjadi 3


jenis, yaitu Air Tanah Meteorit (Vados), Air Tanah Baru (Juvenil),
dan Air Konat.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

 Air Tanah Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal


dari proses presipitasi (hujan) awan yang tercampur dengan
debu meteorit dan kemudian mengalami kondensasi.
 Air Tanah Baru (Juvenil) merupakan air tanah yang berasal
dari dalam bumi karena tekanan intrusi magma, contohnya
adalah pada geyser atau sumber air panas.
 Air Konat merupakan air tanah yang terkurung pada lapisan
batuan purba.
2.3.2 Distribusi Vertikal Air Tanah
Untuk usaha-usaha pengisian kembali airtanah melaui peningkatan
proses infiltrasi tanah serta usaha-usaha reklamasi air airtanah, maka
kedudukan akuifer dapat dipandang dari dua sisi yang berbeda:

1. Zona akuifer tidak jenuh: adalah suatu zona penampung air di


dalam tanah yang terletak di atas permukaan airtanah water table baik
dalam keadaan alamiah permanen atau sesaat setelah berlangsungnya
periode pengambilan airtanah.

2. Zona akuifer jenuh: adalah suatu zona penampung airtanah yang


terletak di bawah permukaan airtanah kecuali zona penampung
airtanah yang sementara jenuh dan berada di bawah daerah yang
sedang mengalami pengisian airtanah.
Zona akuifer tidak jenuh merupakan zona penyimpan airtanah yang
paling berperan dalam mengurangi kadar pencemaran airtanah. Oleh
karena itu, zona ini sangat penting untuk usaha-usaha reklamasi dan
sekaligus pengisian kembali airtanah. Sedang kan zona akuifer jenuh
seperti telah diuraikan di muka lebih berfungsi sebagai pemasok
airtanah yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan zona akuifer
tidak jenuh. Dalam hal akuifer yang pertama tersebut mampu
memasok airtanah dalam jumlah yang lebih besar serta mempunyai
kualitas air yang lebih baik. Akuifer ini dibedakan menjadi akuifer
bebas unconfined akuifer dan akuifer tertekan confined akuifer.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Akuifer bebas terbentuk ketika tinggi permukaan airtanah water table


menjadi batas antara zona tanah jenuh. Tinggi permukaan air tanah
berfluktuasi tergantung pada jumlah dan kecepatan air hujan masuk ke
dalam tanah, pengambilan airtanah, dan permeabilitas tanah. Akuifer
tertekan juga dikenal sebagai artesis, terbentuk ketika airtanah dalam
dibatasi oleh lapisan kedap air sehingga tekanan di bawah lapisan
kedap air tersebut lebih besar daripada tekanan atmosfer. Penyebaran
airtanah dapat dibedakan berdasarkan daerah penyebarannya menjadi
zona aerasi zona akuifer tidak jenuh dan zona jenuh zona akuifer
jenuh. Pada zona akuifer jenuh, semua pori-pori tanah terisi oleh air di
bawah tekanan hidrostatik. zona ini dikenal sebagai zona airtanah.
Zona aerasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian wilayah
penampung airtanah seperti tersebut di bawah ini Todd, 1995:
1. Zona airtanah soil water zone. zona airtanah bermula dari
permukaan tanah dan berkembang ke dalam tanah melalui akar
tanaman. Kedalaman yang dicapai airtanah ini bervariasi
tergantung pada tipe tanah dan vegetasi. zona airtanah ini dapat
diklasifikasikan menjadi: zona air higroskopis, yaitu air yang
diserap langsung dari udara di atas permukaan tanah; air kapiler;
dan air gravitasi, yaitu air yang bergerak ke dalam tanah karena
gaya gravitasi bumi.
2. Zona pertengahan intermediate zone. zona ini umumnya terletak
antara permukaan tanah dan permukaan airtanah dan merupakan
daerah infiltrasi.
3. Zona kapiler capilary zone. zona kapiler terbentang dari
permukaan airtanah ke atas sampai ketinggian yang dapat dicapai
oleh gerakan air kapiler.
4. Zona jenuh saturated zone. Pada zona jenuh ini semua pori-pori
tanah terisi oleh air.
2.3.3 Sifat Batuan Terhadap Air Tanah
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Berdasarkan perlakuan terhadap airtanah (Suharyadi, 1984),


terutama tergantung dari sifat fisik tekstur, batuan dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:
 Akuifer
Akuifer adalah suatu lapisan atau formasi geologi dimana
formasi tersebut mengandung air dan didalam kondisi yang
umum ditemui di lapangan memungkinkan air melalui formasi
tersebut. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang
berlubang-lubang dan lava yang retak-retak.
 Akuiklud
Akuiklud adalah suatu lapisan atau formasi geologi yang tidak
dapat dilalui air dalam jumlah yang berarti, walaupun formasi
tersebut mengandung air. Contoh : lempung, serpih, tuf halus,
lanau dan berbagai batuan yang berukuran lempung.

 Akuifug
Akuifug adalah suatu lapisan atau formasi geologi yang kedap
air dan tidak mengandung air. Contoh : granit, batuan-batuan
yang kompak, keras dan padat.
 Akuitar
Akuitar adalah suatu lapisan atau formasi geologi yang kurang
kedap air bila dibandingkan dengan akuiklud, tetapi masih
dapat mentransmisikan atau meluluskan air walaupun dalam
jumlah yang sedikit.
2.3.4 Porositas
Porositas batuan merupakan rasio volume rongga-rongga pori
terhadap volume total seluruh batuan yang dinyatakan dalam persen.
Porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori,
sementasi, riwayat diagenetik dan komposisinya. Suatu batuan
dikatakan memiliki porositas efektif apabila bagian rongga-rongga
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

dalam batuan saling berhubungan dan biasanya lebih kecil dari


rongga-rongga pori. Ada dua jenis porositas yang dikenal dalam
teknik reservoir, yaitu porositas absolut merupakan rasio volume pori-
pori total batuan terhadap volume total batuan dan porositas efektif
merupakan rasio volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap
volume total batuan. Porositas, ditunjukkan oleh simbol 𝑛, biasanya
dinyatakan sebagai rasio volume rongga V v , volume total VT , dari
tanah atau batuan, sedemikian rupa sehingga porositas
n=V v /VT
Porositas dapat ditentukan di laboratorium dari pengetahuan tentang
kepadatan massa, ρb , dan kepadatan massa partikel, ρ s, dari bahan
berpori menggunakan hubungan persamaan:
ρb
n=1−
ρs
Dalam batuan yang retak, porositas sekunder atau fraktur dapat
diperkirakan dengan metode garis pindai menggunakan hubungan
nf =Fa dimana 𝐹 adalah jumlah joint per satuan jarak yang memotong
garis pindaian lurus melintasi singkapan batu, dan 𝑎 adalah bukaan
rata-rata dari fraktur. Porositas terkait erat dengan rasio void, 𝑒, rasio
volume void dengan volume material padat, V s , sedemikian rupa
sehingga e=V v /V s. Hubungan antara porositas dan void ratio dapat
dinyatakan sebagai:

e
n=
1+ e
Atau

e
n=
1−e
Void Rasio menampilkan berbagai nilai. Dalam tanahdan batuan
dengan porositas total mulai dari 0,001 hingga 0,7, kisaran rasio void
yang berhubungan adalah dari 0,001 hingga 2 (Herman, 2019).
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan


dalam bentuk %. Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas
berkisar antara 25 % sampai 75 % sedangkan untuk batuan yang
terkonsolidasi (consolidated rock) berkisar antara 0 sampai 10 %.
Material dengan diameter kecil mempunyai porositas besar, hal ini
dapat dilihat dari diameter butiran material. Hal ini dapat dilihat
dengan besarnya porositas untuk jenis tanah di bawah ini:
Kerikil → porositas berkisar antara 25 – 40 %
Pasir → porositas berkisar antara 25 – 50 %
Lanau → porositas berkisar antara 35 – 50 %
Lempung → porositas berkisar antara 40 – 75 %
Tanah berbutir halus mempunyai porositas yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah berbutir kasar. Porositas pada material
seragam lebih besar dibandingkan material beragam (well graded
material).
Tabel 2.1 Porositas batuan

No Batuan Porositas (%)

1. Tanah 50 – 60
2. Lempung 45 – 55
3. Lumpur 40 – 50
4. Pasir kasar 35 – 40
5. Pasir sedang 30 – 40
6. Pasir halus dan sedang 30 – 35
7. Kerikil 30 – 40
8. Kerikil dan batu pasir 20 – 35
9. Batu pasir 10 – 20
10 Shale 1 – 10
11 Batu gamping 1 – 10
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lempung mempunyai kerapatan porositas yang tinggi sehingga


tidak dapat meloloskan air, batuan yang mempunyai porositas antara 5
– 20 % adalah batuan yang dapat meloloskan air dan air yang
melewatinya dapat ditampung (Wuryantoro, 2007).Sedangkan,batuan
< 5 % memiliki porositas kecil.Selain lempung, Batupasir merupakan
reservoir yang paling penting dan yang paling banyak di dunia ini,
60% dari semua batuan reservoir adalah batupasir. Batupasir adalah
batubatu yang renggang (loose) tapi padat (compact), yang terdiri dari
fragmen-fragmen yang menyatu dan mengeras (cemented) dengan
diameter berkisar antara 0,05 mm sampai 0,2 mm. Di antara fragmen-
fragmen batupasir dan pasir, selalu terdapat fragmen-fragmen yang
komposisinya adalah quartz. Butiranbutiran mineral feldspar, mika,
glaukonit, karbonat dan mineral-mineral lainnya kadang-kadang
terdapat di antara butiran mineral quartz. Porositas batupasir
dihasilkan dari proses-proses geologi yang berpengaruh terhadap
proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah
pengendapan. Kontrol pada saat pengendapan menyangkut tekstur
batupasir (ukuran butir dan sortasi). Proses setelah pengendapan yang
berpengaruh terhadap porositas diakibatkan oleh pengaruh fisika dan
kimia, yang merupakan fungsi dari temperatur, tekanan efektif dan
waktu. Ada dua jenis porositas yaitu porositas primer dan porositas
sekunder. Porositas primer merupakan porositas yang terjadi
bersamaan batuan menjadi sedimen, sedangkan porositas sekunder
merupakan porositas yang terjadi sesudah batuan menjadi sedimen
bisa berupa larutan (dissolution) .Permeabilitas (k) adalah kemampuan
medium berpori untuk meluluskan/mengalirkan fluida. Permeabilitas
sangat penting untuk menentukan besarnya cadangan fluida yang
dapat diproduksikan. Porositas dan permeabilitas pada batupasir
ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya, sortasi (pemilahan),
bentuk dan kebundaran butir, penyusunan butir, serta kompaksi dan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

sementasi. Batupasir antara formasi yang satu dengan yang lainnya


berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang porositas dan
permeabilitas serta hubungannya dengan ukuran butir dan sortasi pada
formasi-formasi tersebut. Batupasir merupakan salah satu dari batuan
sedimen klastik yang mempunyai porositas cukup baik dan biasanya
berfungsi sebagai reservoir atau akuifer, sedangkan butirannya yang
dominan berukuran pasir. Batupasir memiliki beberapa kenampakan
fisik yang dapat dibedakan dari batuan jenis lainnya, yaitu struktur,
tekstur dan komposisi. Dari tekstur batupasir dapat diturunkan
menjadi tiga parameter empiris yaitu ukuran butir, bentuk butir
(pembundaran dan pembulatan) dan sortasi. Pemilahan (sorting)
adalah cara penyebaran berbagai macam besar butir.Dengan demikian
rongga yang terdapat di antara butiran besar akan diisi butiran yang
lebih kecil lagi sehingga porositasnya berkurang
2.3.5 Faktor Pengontrol Porositas
Porositas adalah kemampuan untuk menyerap fluida pada
batuan atau formasi atau ruang-ruang yang terisi oleh fluida diantara
zat-zat padat atau mineral batuan (Nurwidiyanto, 2005). Choquette
dan Pray tahun 1970, telah memperkenalkan klasifikasi porositas
dalam batuan karbonat yang didasarkan pada konsep penyeleksian
kemas (fabric) dengan tujuan sebagai panduan jenis-jenis pengamatan
yang dibutuhkan untuk memahami asal-usul dan modifikasi dari
porositas.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.4 Jenis Porositas yang Berkaitan dengan Tekstur Batuan

Dalam ilustrasi pada gambar di atas , porositas dikontrol oleh


bentuk dan susunan butir material, derajat sortasi, pemadatan,
sementasi, retakan dan pelapukan pelarutan. Porositas yang dijelaskan
dalam Gambar menunjukkan hubungan tekstur batuan dengan
porositasnya, dalam gambar tersebut:
 endapan sedimen dengan pemilahan (sortasi) komponen
material yang baik memiliki porositas tinggi;
 endapan sedimen dengan pemilahan komponen material yang
buruk memiliki porositas rendah;
 endapan sedimen dengan pemilahan komponen material yang
baik yang terdiri dari kerikil yang juga mempunyai pori
sendiri, sehingga seluruh endapan memiliki porositas yang
sangat tinggi;
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

 endapan sedimen dengan pemilahan komponen yang baik,


tetapi porositasnya telah berkurang oleh adanya pengendapan
bahan mineral (sementasi) di celah-celah;
 batuan yang dapat larut akan terbentuk pori, lubang atau celah
oleh proses pelarutan;
 batuan kristalin menjadi berpori karena ada rekahan (fractures)
(Kodoatie, 2012).
2.3.6 Akuifer
Akuifer adalah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi
satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya
lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi
jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K)
sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah
(kuantitas) yang ekonomis.

Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli,


Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu
aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti
membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Herlambang
(1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah yang
mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena
adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat,
dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang
mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan
karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan
air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun
memang sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan
akuifer adalah pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan.
Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air
dari batuan yang melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer,
yaitu: Akuifer terkungkung (confined aquifer), akuifer setengah
terkungkung (semi confined aquifer), akuifer setengah bebas (semi
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer). Akuifer


terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi
oleh lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah
akuifer yang lapisan di atas atau di bawahnya masih mampu
meloloskan atau dilewati air meskipun sangat kecil (lambat). Akuifer
setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah
terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang
merupakan lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya merupakan
material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
dimungkinkan adanya gerakan air.

Gambar 2.5 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)

2.3.7 Kondisi Akuifer


Berikut ialah jenis – jenis akuifer menurut litologinya :

 Akuifer Tertekan (Confined Aquifer)


Akuifer jenuh air, dibatasi oleh lapisan atas dan bawah, adalah
akuifer dan tekanan airnya lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Tidak ada air yang mengalir (tidak ada sungai) di lapisan
batas.
 Akuifer Setengah Tertekan (Semi Confine/leakyAquifer)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Ini adalah akuifer jenuh air yang dibatasi oleh tanah akuifer
dan sub-lapisan akuiklud. Pada lapisan batas atas, karena
merupakan Aquitard, air tetap mengalir ke akuifer (inflow),
meskipun konduktivitas air jauh lebih rendah daripada
konduktivitas air di akuifer. Tekanan air di akuifer lebih tinggi
dari tekanan atmosfer.
 Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Ini adalah akuifer jenuh. Lapisan batas yang merupakan
pembatas air hanya di bagian bawah, dan tidak ada penghalang
kedap air di lapisan atas, lapisan batas atas adalah permukaan
air tanah. Dengan kata lain, itu adalah akuifer dengan tabel air
Akuifer.
 Setengah Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
Suatu akuifer yang jenuh air (saturated) hanya terbatas pada
lapisan bawahnya saja, yaitu akuifer. Ada penghalang di
bagian atas, yang konduktivitas hidroliknya kurang dari
konduktivitas hidrolik akuifer. Akuifer ini juga memiliki muka
air di lapisan batas.
 Akuifer Artesis (Artesian Aquifer)
Akuifer tertutup yang ketinggian hidrauliknya (permukaan
potensiometri) di atas permukaan tanah. Jika akuifer ini dibor
maka akan ada aliran air (sumber) karena air yang keluar dari
pengeboran berusaha mencapai ketinggian hidrolik.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.6 Sketsa Akuifer Bebas (Unconfined) dan


Akuifer Tertekan (Confined)
 Perched Aquifer
Akuifer (atau akuifer) adalah akuifer yang berada di atas
permukaan air regional di zona pembawa air. Hal ini terjadi
apabila terdapat lapisan batuan atau sedimen yang kedap air
(akuifer) atau lapisan yang relatif kedap air (akuifer) di atas
air/akuifer tetapi di bawah permukaan tanah. Misalnya, jika
akuifer mengalir dari permukaan di dinding lembah, air akan
mengalir keluar sebagai mata air.

Gambar 2.7 Perched Aquifer (Herman, 2019).

2.3.8 Geolistrik
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Dalam hal ini meliputi
pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi
baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi
(Anonim, 2012). Metode geolistrik secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis, yaitu geolistrik yang bersifat pasif dan geolistrik yang
bersifat aktif. Pada geolistrik yang bersifat pasif, energi yang
dibutuhkan telah ada terlebih dahulu sehingga tidak diperlukan adanya
injeksi atau pemasukan arus terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini
disebut Self Potential (SP). Pada geolistrik yang bersifat aktif, energi
yang dibutuhkan ada karena penginjeksian arus ke dalam bumi
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini dibagi menjadi dua metode, yaitu
metode resistivitas (tahanan jenis) dan polarisasi terimbas (induced
polarization) (Saputro, 2012). Tiap-tiap media mempunyai sifat yang
berbeda terhadap aliran listrik yang melaluinya, hal ini tergantung
pada tahanan jenisnya. Pada metode geolistrik, arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus. Dari
hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda
kemudian dapat diturunkan nilai variasi hambatan jenis masing-
masing lapisan bawah permukaan bumi, di bawah titik ukur (sounding
point). Metode geolistrik lebih efektif bila dipakai untuk eksplorasi
yang sifatnya relatif dangkal. Metode ini jarang memberikan
informasi lapisan kedalaman yang lebih dari 300 atau 450 meter. Oleh
karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon,
tetapi lebih banyak digunakan untuk bidang engineering geology
seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air,
eksplorasi geotermal, dan juga untuk geofisika lingkungan. Metode
geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan
frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda
potensial di antara dua buah elektroda potensial. Pada keadaan
tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan
diperoleh suatu variasi beda tegangan yang mengakibatkan variasi
nilai resistansi. Nilai resistansi akan membawa suatu informasi
tentang struktur dan material yang dilewatinya.
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan dibawah
permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC yang
mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Semakin panjang jarak
elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus
lapisan batuan lebih dalam. Tegangan listrik yang terjadi dipermukaan
tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung
melalui 2 buah «elektroda tegangan» M dan N yang jaraknya lebih
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB
diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada
elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang
ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. (Broto,
2008). Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral
digolongkan atas tiga macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi
elektrolitik, dan konduksi elektronik. Konduksi elektrolitik terjadi jika
batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi cairan-
cairan elektrolitik. Kondisi elektronik terjadi jika batuan/mineral
mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan
dalam batuan/mineral oleh elektron bebas.Berdasarkan harga tahanan
jenis (ρ) listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu:
Konduktor baik : 10-8 > ρ > 1 Ωm

Konduktor buruk : 1 > ρ > 107 Ωm

Isolator : ρ > 107 Ωm

(I Nengah, 2015).

Metode potensial diri atau sering disebut dengan metode SP adalah


metode dalam Geofisika yang paling sederhana dilakukan, karena
hanya memerlukan alat ukur tegangan dan dua elektroda khusus .
Metode potensial diri juga merupakan metode yang paling tua diantara
metode-metode Geofisika yang lain. Metode ini telah diperkenalkan
pada tahun 1830 di Inggris oleh Robert Fox. (Selly, 2015).

Metode IP merupakan salah satu metode aktif geolistrik. Pada


metode IP ini parameter yang diukur berupa tegangan polarisasi atau
resistifitas batuan sebagai fungsi frekeunsi. Pada metode ini dua buah
elektroda ditancapkan kedalam tanah, elektroda tersebut berfungsi
menginjeksikan arus kedalam tanah, kemudian beda potensial antara
kedua elektroda diukur.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.8 Jenis-jenis Polarisasi (Ichwan, 2016).

Pada metoda geolistrik tahanan jenis, arus listrik diinjeksikan kedalam


bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang
terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran
arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-
masing lapisan dibawah titik ukur . Keunggulan dari metode geolistrik
adalah harga peralatan dan biaya survey relatif murah. (Selly, 2015).

2.3.9 Nilai Resistivitas Batuan


Setiap batuan memiliki karakteristik tersendiri dalam hal sifat
kelistrikannya. Salah satu sifat batuan adalah resistivitas (tahanan
jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk
menghantarkan arus listrik, baik berasal dari alam ataupun arus yang
sengaja diinjeksikan. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan
maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu
pula sebaliknya (Prameswari dkk., 2012). Pada bagian batuan, atom-
atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan ini maka
batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik
dalam batuan atau mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu: konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

konduksi secara dielektrik (Anonim, 2012). Konduksi secara


elektronik terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak
elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau
mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga
dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang
dilewatinya. Salah satu sifat dan karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas. Konduksi secara elektrolitik terjadi jika batuan atau
mineral bersifat porous dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida,
terutama air. Akibatnya batuan- batuan tersebut menjadi konduktor
elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektrolitik dalam air. Konduktivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan bertambah banyak. Konduksi secara
dielektrik terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap
aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam
batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya
pengaruh medan listrik di luar.

Nilai resistivitas batuan tergantung macam-macam materialnya,


densitas, porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan
air, kualitas dan suhu. Akuifer yang terdiri atas material lepas seperti
pasir dan kerikil mempunyai nilai resistivitas kecil, karena lebih
mudah untuk menyerap air tanah.

Tabel 2.2 Resistivitas batuan dan mineral (Telford, 1990)

Material Resistivitas (Ωm)


Udara ~
Pirit (pyrite) 0.01 – 100
Kwarsa (quartz) 500 − 8 × 105
Kalsit (calcite) 1 × 1012 − 1 × 1013
Garam batu (rock salt) 30 − 1 × 1013
Granit (granite) 200 − 1 × 105
Andesit (andesite) 1.7 × 102 − 4.5 × 104
Basal (basalt) 10 − 1.3 × 107
Batu gamping (limestones) 500 − 1 × 104
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU
200 −
Batu pasir (sandstones) 8000
Batu tulis (shales) 20 − 2000
Pasir (sand) 1 − 1000
Lempung (clay) 1 − 100
Air tanah (ground water) 0.5 − 300
Air laut (sea water) 0.2
Magnetit (magnetite) 0.01 − 1000
Kerikil kering (dry gravel) 600 − 1000
Aluvium (alluvium) 10 − 800
Kerikil (gravel) 100 − 600

2.3.10 Konfigurasi Elektroda


Metode ini diperkenalkan oleh Wenner . Jarak antara elektroda
arus adalah tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan
titik soudingnya adalah a/2, maka jarak masing-masing elektroda
arus dengan titik soundingnya adalah 3a/2. Dalam akuisisi data
lapangan susunan elektroda arus dan potensial diletakkan simetri
dengan titik sounding.

Gambar 2.9 Konfigurasi Wenner (Bahri, 2005).

Konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-


kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah.
Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB
seperti dibawah. Keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya sifat tidak homogen lapisan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai


resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2

Gambar 2.10 Konfigurasi Schlumberger (Broto, 2008).

Metode dipol-dipol resistivitas geolistrik dapat digunakan untuk


memperoleh citra lingkungan geologi objek yang penetrasinya relatif
lebih dalam dibandingkan metode deteksi lainnya, seperti
konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Metode ini
sering digunakan dalam uji resistivitas karena interferensi
elektromagnetik yang rendah antara rangkaian arus dan tegangan.
(Patra, 1999).

Susunan elektroda pada sistem dipol-dipol dapat dilihat pada


Gambar dibawah ini. Jarak antara dua elektroda arus dan elektroda
potensial adalah sama, yaitu: Konfigurasi ini mempunyai faktor lain
yaitu n, yaitu perbandingan jarak antara elektroda A dan M terhadap
AB atau MN terhadap jarak pisah a.

Gambar 2.11 Konfigurasi Dipole-Dipole (Patra, 1999).

Konfigurasi dipol medan adalah konfigurasi elektroda dimana salah


satu elektroda potensial atau N diregangkan tak terhingga, sedangkan
jarak AB adalah a dan jarak antara A dan M adalah na.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.12 Konfigurasi Pole-Dipole(Broto, 2008).

Konfigurasi polar adalah konfigurasi dimana salah satu elektroda


potensial dan elektroda arus diregangkan hingga tak terhingga atau tak
hingga A dan N, dimana jarak antara BM atau BM sama dengan a.

Gambar 2.13 Konfigurasi Pole-Pole (Broto, 2008).

2.3.11 Stratigrafi Jawa Timur


Berdasarkan perbandingan litologi ciri-ciri formasi pada stratigrafi
regional zona Rembang menurut Pringopraviro (1983), stratigrafi
daerah penelitian dari tua ke muda termasuk dalam Formasi Tavun,
Formasi Ngrayong Tavun, Formasi Bulu, Formasi Wonokolo, Formasi
Ledok, Formasi Mundu dan Waduk Soluvial.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.14 Stratigrafi Jawa Tengah (Rembang)


(Pringgoprawiro, 1983).
 Formasi Kujung

Formasi Kujung merupakan satuan stratigrafi tertua yang tersingkap,


formasi ini berumur Oligosen(N1-N3 zonasi blow), sekitar 35-30
juta tahun lalu. Ciri pengenal dari formasi ini adalah napal dan
lempung napalan, abu-kehijauan, kuning kecoklatan, dengan sisipan
batugamping bioklastik, keras, mengandung forminifera besar dan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

ganggang (Pringgoprawiro, 1983). Bagian bawah Formasi Kujung


juga terdapat sisipan batu pasir dan batu gamping. Formasi Kujung
terendapkan di lingkungan laut terbuka pada kedalaman kisaran 200
– 500 meter atau zona bathyal atas.

 Formasi Prupuh

Formasi Prupuh secara selaras berada di atas Formasi Kujung.


Formasi ini berumur Miosen awal (N3 zonasi blow), sekitar 25-20
juta tahun lalu. Ciri pengenal dari formasi ini adalah batu gamping
bioklastik, berlapis tebal, kaya akan fosil Orbitoid yang berlapis
dengan batu gamping berwarna putih kotor (Pringgoprawiro, 1983).
Penyebarannya cukup luas yakni di paparan Laut Jawa. formasi ini
merupakan reservoir hidrokarbon di daerah zona Rembang.

 Formasi Tuban

Formasi Tuban secara selaras berada di atas Formasi Prupuh.


Formasi ini berumur Miosen awal hingga Miosen tengah(N5-N8
zonasi blow). Ciri pengenal dari formasi ini adalah litologinya terdiri
lempung, napal dengan sisipan batugamping klastik yang banyak
mengandung foraminifera.

 Formasi Tawun

Formasi Tawun secara selaras berada di atas Formasi tuban. Formasi


ini berumur Miosen tengah(N9-N11 zonasi blow). Ciri pengenal dari
formasi ini adalah suatu seri batuan pasiran yang terdiri dari
perulangan batu pasir dan serpih pasiran berwarna khas kuning
coklat kemerahan hingga jingga dengan sisipan baru gamping
Orbitoid.

 Formasi Ngrayong

Satuan stratigrafi ini kadang berstatus sebagai anggota pada Formasi


Tawun. Ciri pengenal dari formasi ini adalah litologinya batupasir
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

kuarsa lepas( Mineral kuarsa hampir 90%). Pasir kuarsa ini


diendapkan dalam lingkungan fase regresi yang berbeda-beda di
beberapa tempat. Formasi ini merupakan reservoir minyak yang baik
di zona Rembang Bagian selatan(lapangan Kawengan, Ledok,
Nglobo-Semanggi dll).

 Formasi Bulu

Formasi Bulu terletak di atas batu pasir Ngrayong, mempunyai


penyebaran yang luas di Antiklinorium rembang Utara. Formasi ini
berumur Miosen tengah(N13 zonasi blow). Ciri pengenal dari
Formasi Bulu adalah batu gamping hingga batu gamping pasiran,
berwarna putih kekuningan, kecoklatan hingga keabu-abuan, keras,
kompak, berlapis tipis(berpelat) hingga pejal.

 Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo selaras berada di atas Formasi Bulu. Formasi ini
berumur Miosen tengah hingga Miosen akhir(N14-N16 zonasi
blow). Ciri pengenal dari formasi ini adalah napal, napal lempungan
hingga napal pasiran, berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu
kecoklatan dengan perselingan kakarenit berwarna putih kekuningan
setebal 5-20 cm. bagian bawahnya tersusun oleh batu gamping
pasiran dan batu pasir gampingan, yang secara umum menunjukkan
gejala pengendapan transgresif.
 Formasi Ledok

Formasi Ledok selaras berada di atas Formasi Wonocolo. Formasi


ini berumur Miosen akhir(N16-N18 zonasi blow). Ciri pengenal dari
formasi ini adalah perulangan antara napal pasiran, kalkarenit
dengan napal dan batu pasir. Batu pasir pada formasi ini berwarna
kehijauan hingga kecoklatan, berbutir halus hingga sedang, dengan
komposisi mineral kuarsa, fragmen kalsit serta glaukonit yang secara
keseluruhan terpilah sedang. Konsentrasi glaukonit yang tinggi
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

terutama pada batu pasir di bagian atas formasi ini juga menjadi ciri
khas dari Formasi Ledok.

 Formasi Mundu

Formasi Mundu selaras berada di atas Formasi Ledok. Formasi ini


berumur Miosen akhir hingga Pliosen(N18-N21 zonasi blow). Ciri
pengenal dari formasi ini adalah napal kehijauan, berwarma kuning
jika kondisi lapuk, masif, kaya sekali akan forminifera plankton, dan
tidak berlapis. Selain itu juga terdapat kandungan galukonit, namun
hanya dalam jumlah yang sedikit. Bagian dari formasi ini secara
berangsur berubah menjadi batu gamping pasiran di beberapa
tempat.

 Formasi Selorejo

Formasi Selorejo ini tersusun oleh perselang-selingan antara


foraminiferal grainstone atau packstone yang sebagian bersifat
glaukonitan dengan batu gamping napalan hingga batu gamping
pasiran. Formasi Selorejo kadang dianggap sebagai anggota dari
Formasi Mundu, dan merupakan reservoir gas.

 Formasi Lidah

Formasi Lidah secara selaras berada di atas Formasi Mundu.


Formasi ini berumur Pleistosen(N22-N23 zonasi blow). Ciri
pengenal dari formasi ini adalah batu lempung kebiruan, napal
berlapis dengan sisipan batupasir dengan lensa-lensa fossiliferous
grainstone/rudstone(coquina). Formasi Lidah pada bagian atas
batuannya menunjukkan produk pengendapan dari lingkungan yang
semakin mendangkal, hingga akhirnya bagian teratas berupa
lempung hasil pengendapan air tawar.

2.3.12 Topografi
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Kabupaten Blora berbentuk datar atau bergelombang, dengan


Pegunungan Kendeng Utara membujur dari barat ke timur di utara,
dan dari Pegunungan Kendeng Selatan membujur dari barat ke timur
dari Pegunungan Kendeng Selatan. Berdasarkan pertumbuhannya,
Kabupaten Blora dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

 Ketinggian 25-40m dari permukaan laut, terdapat di daerah


Kunduran, Jati, Randublatung dan Cepu.
 Ketinggian 40-100m dari permukaan air laut, terdapat di
daerah Kradenan dan Kedungtuban.
 Ketinggian 100-500m dari permukaan air laut, terdapat di
derah Todanan, Japah, Ngawen, Tunjungan, Bogorejo, Jiken
dan Sambong.
 Ketinggian lebih dari 500m dari permukaan air laut terdapat di
daerah Blora, Jepon dan Banjarejo.

Sedangkan ditinjau dari kemiringan wilayah Kabupaten Blora


dikelompok dalam empat kelas yaitu:
1. Kelas lereng 1 (kemiringan 0-2%) meliputi daerah seluas
567,46km2 atau 31,7%.
2. Kelas lereng 2 (kemiringan 2-15%) meliputi daerah seluas
750,30km2 atau 41,21%.
3. Kelas lereng 3 (kemiringan 15-40%) meliputi daerah seluas
500,20km2 atau 27,47%.
4. Kelas lereng 4 (kemiringan >40%) meliputi daerah seluas
261,00km2 atau 0,14%.
Berdasarkan kondisi topografi tersebut, ketinggian rata-rata 4.444
Kabupaten Blora bervariasi, dengan lokasi terendah di wilayah
Chepu pada 31m di atas permukaan laut dan tertinggi di wilayah
Japanah (280m). Topografi Kabupaten Blora disajikan pada peta di
bawah ini:
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.15 Peta Topografi Kabupaten Blora


2.3.13 Geologi
Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 persen tanah
gromosol, 39% mediteran dan 5 persen alluvial. Definisi dari jenis
tanah ini adalah sebagai berikut:

 Tanah Alluvial, tanah ini terjadi dari endapan vulkanik muda


atau agak muda, tanpa perkembangan atau dengan
perkembangan profil lemah. Sifat fisik dan kimia beragam
dengan warna kelabu dan coklat tua dengan produktivitas
bervariasi dari yang sedang sampai yang tinggi. Jenis tanah ini
biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan permukiman.
Daerah yang mengandung tanah ini terdapat di bagian wilayah
Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Blora.
 Tanah Grumosol, jenis tanah ini memiliki tingkat produktivitas
sedang. Pemanfaatannya untuk pertanian dan perkebunan,
warna tanah ini adalah kelabu sampai hitam. Daerah yang
mengandung jenis tanah ini adalah sebagian dari seluruh
wilayah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Blora.
 Tanah Mediteran, jenis tanah ini memiliki tingkat
produktivitas sedang sampai tinggi. Pemanfaatanya untuk
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

tanah sawah, tegalan, perkebunan dan kehutanan. Warna tanah


ini adalah merah kecoklatan, sebagian besar wilayah
kecamatan mengandung tanah jenis mediteran ini.
 Kawasan Karst yang ada di Kabupaten Blora meliputi
Kawasan Bentang Alam Karst Sukolilo dengan luas kurang
lebih 753ha yang berada di Kecamatan Kunduran dan
Kecamatan Todanan. Karst adalah bentang alam yang
terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping dan/atau
dolomit. Sedangkan, Kawasan Bentang Alam Karst adalah
Karst yang menunjukkan bentuk eksokarst dan endokarst
tertentu. Kabupaten Blora mempunyai potensi tambang yang
tersebar di seluruh wilayah kabupaten, antara lain:
 Batu gamping, terdapat di Kecamatan Todanan,
Kecamatan Jiken, Kecamatan Jepon, Kecamatan Japah,
Kecamatan Tunjungan, Kecamatan Blora, Kecamatan
Bogorejo, Kecamatan Randublatung dan Kecamatan
Kradenan
 Batu lempung / tanah liat, terdapat di Kecamatan
Banjarejo, Kecamatan Todanan, Kecamatan Ngawen,
Kecamatan Blora, Kecamatan Jepon, Kecamatan
Bogorejo, Kecamatan Sambong, Kecamatan Cepu,
Kecamatan Kradenan dan Kecamatan Jati
 Pasir kuarsa, terdapat di Kecamatan Todanan,
Kecamatan Japah, Kecamatan Tunjungan, Kecamatan
Blora, Kecamatan Jepon, Kecamatan Bogorejo dan
Kecamatan Kedungtuban
 Phospat, terdapat di Kecamatan Todanan
 Ball clay, terdapat di Kecamatan Tunjungan
 Kecamatan Bogorejo Gypsum, terdapat di Kecamatan
Jati, Kecamatan Randublatung dan Kecamatan
Sambong.
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Menurut Van Bemmelen (1949), Jawa Timur terbagi menjadi 7 zona


fisiografi dengan urutan dari arah utara ke selatan, yaitu :

 Gunung Api Kuarter. Zona ini meliputi wilayah bagian


tengah yang terletak di sepanjang Zona Solo, kecuali Gunung
Muria yang terletak di Dataran Aluvial Jawa Utara.
 Dataran Aluvial Jawa Utara. Pada zona ini, bertempat
dibagian timur mulai dari Surabaya sampai ke barat laut dan
bagian barat mulai dari Semarang hingga ke arah timur
sampai ke arah Laut Jawa.
 Antiklinorium Rembang dan Madura. Pada zona ini
antiklinorium memanjang dengan arah timur laut, berawal
dari sebelah timur Semarang sampai ke Rembang bagian
utara.
 Zona Depresi Randublatung. Pada zona ini, merupakan zona
sinklinorium yang melampar sangat panjang mulai dari
Semarang di sebelah barat sampai ke Wonokromo yang
terletak di sebelah timur, dan berbatasan langsung dengan
Zona Kendeng di bagian selatan, dan juga Zona Rembang
yang terletak di bagian utara.
 Antiklinorium Kendeng (Pegunungan Kendeng). Pada zona
ini, merupakan zona antiklinorium yang panjangnya
melampar mulai dari Semarang dan mengalami penyempitan
menuju arah timur sampai dengan Jawa Timur di bagian
Utara, yang disusun oleh material volkanik, batu lempung,
batu pasir, dan juga napal.
 Zona Pusat Depresi Jawa. Pada zona ini, dibagi menjadi Sub-
zona Solo bagian tengah, Sub-zona Ngawi bagian utara, dan
sub-zona Blitar.
 Busur Vulkanik Kuarter, dan Pegunungan Selatan pada
bagian timur, yang memanjang dari pantai selatan Jawa
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Timur, dan Wonosari Yogyakarta hingga ke ujung paling


timur Pulau Jawa.

Gambar 2.16 Pembagian zona fisiografi Jawa Timur


(van Bemmelen 1949.)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB III

METODOLOGI

5.1 Metode Penelitian


5.2 Alat dan Bahan
5.3 Prosedur
5.4 Skema Kerja
5.4.1 Pengambilan Data
5.4.2 Pengolahan Data
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Wenner-Schlumberger
4.1.1.1 Lintasan Pertama
4.1.1.2 Lintasan Kedua
4.1.1.3 Lintasn Ketiga
4.2 Pembahasan
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai