Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membawa kita untuk
berusaha melahirkan manusia yang berkualitas. Selain itu, meningkatnya jumlah
penduduk di dunia menyebabkan kebutuhan akan energi semakin bertambah
banyak. Hal ini menuntut ketersediaan yang memadai. Saat ini minyak dan gas
bumi merupakan sumber energi andalan dan paling banyak dibutuhkan diberbagai
sektor kehidupan. Di lain sisi, minyak dan gas bumi adalah energi yang tidak dapat
diperbaharui. Dalam menghadapi era pasar bebas mengharuskan bangsa Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang handal dan berkualitas sehingga mampu
bersaing dengan negara-negara lainnya. Mahasiswa sebagai salah satu sumber daya
tersebut bertanggung jawab untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan,
memperluas cakrawala pandang tentang ilmu pengetahuan sekaligus mempertajam
daya analisa terhadap sesuatu masalah sesuai dengan ilmunya.
Keberadaan industri minyak dan gas bumi di Indonesia menjadi industri yang
dibutuhkan manusia dan memiliki daya tarik besar. Hal ini dikarenakan industri
migas merupakan salah satu pemasok kebutuhan yang dimana seiring waktu
semakin meningkat kebutuhannya serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dibuktikan oleh lahan di Indonesia banyak yang memiliki potensi atau
sumber minyak mentah seperti terletak di Cepu, Blora, Jawa Tengah.
Industri minyak dan gas bumi penuh akan resiko, sehingga menjalankan
kegiatan industri ini harus mendapat perhatian dan keahlian yang khusus. Oleh
karena itu, di dirikanlah sebuah industri bernama PPSDM (Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia) Migas Cepu yang memiliki tugas pokok yaitu
melaksanakan pengembangan sumber daya manusia dibidang minyak dan gas
bumi, sehingga industri ini menerima kerjasama antar pihak luar dalam
mempelajari ilmu tersebut.
Kerja Praktik merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap dan
kemampuan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah untuk dibawa ke dunia

1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

kerja yang sesungguhnya. Melalui kerja praktik ini mahasiswa akan mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah wawasan dan
menerapkan ilmu yang diperoleh. Oleh karena itu Pendidikan S-1 Teknik Kimia
Universitas Jenderal Achmad Yani mewajibkan kerja prakatik kepada mahasiswa
sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana. Dengan dilaksanakannya kerja praktik
ini mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada masa
perkuliahan dengan melakukan pengkajian masalah yang timbul di lingkungan
pabrik. Selain itu, juga untuk menambahkan pengalaman baru tentunya melihat dan
merasakan langsung atmosfir bekerja dalam dunia industri.

1.2. Ruang Lingkup Masalah


Sesuai dengan materi kerja praktik yang didasarkan pada mata kuliah yang
didapat selama perkuliahan sampai dengan saat ini, maka pengamatan yang
dilakukan dengan pertimbangan pembimbing yang tersedia pada pihak Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi ini akan dibatasi
pada beberapa alternatif. Adapun ruang lingkup yang akan kamipelajari antara lain:
1. Pengenalan terhadap perusahaan meliputi sejarah dan manajemen
perusahaan.
2. Pemahaman mengenai proses dan peralatan produksi.
3. Mengetahui dan mempelajari produk yang dihasilkan.
4. Evaluasi efisiensi kinerja dari alat heat exchanger (HE).

1.3. Batasan Masalah


Perhitungan tugas khusus ini menggunakan data lapangan, data yang telat ada
dari control room, dan data beberapa data dari literatur. Batasan masalah yang
difokuskan dalam mengevaluasi efisiensi kinerja HE adalah alat HE-003 dengan
perhitungan manual.

1.4. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari laporan kerja praktik ini, sebagai berikut :

2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1. Bagaimanakah efisiensi perpindahan panas HE-003 dalam unit kilang


PPSDM Minyak dan Gas Bumi?
2. Apakah HE-003 masih layak digunakan pada unit kilang PPSDM Minyak
dan Gas Bumi berdasarkan perhitungan efisiensi yang didapatkan?

1.5. Rumusan Masalah


Adapun tujuan dari laporan kerja praktik ini sebagai berikut;
1. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dalam dunia industri.
2. Mempelajari proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di unit
pengolahan PPSDM Migas.
3. Mendapatkan pengalaman tentang kerja teknis di lapangan yang
sesungguhnya terutama di bidang pengolahan minyak dan gas bumi.

3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB II
GAMBARAN UMUM PPSDM MIGAS

2.1. Penjelasan Umum


PPSDM Migas (Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia) sebagai salah
satu pusat pendidikan dan pelatihan dalam bidang industri minyak dan gas bumi.
PPSDM Migas adalah perusahaan energi nasional yang sahamnya 100% dimiliki
oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian BUMN Energi dan
Sumber Daya Mineral sebagai selaku pemegang saham (Jatmika, 2021).
2.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi PPSDM Migas
PPSDM Migas adalah Instansi Pemerintah Pusat dibawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Sumber Daya Mineral,
Kementrian ESDM. PPSDM Migas Cepu bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Badan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral menurut Surat Keputusan
No.150 Tahun 2001 tanggal 02 Maret 2001 yang telah diperbaharui dengan
Peraturan Menteri ESDM No.13 Tahun 2016 tanggal 20 Juli 2016 (Agusmanto,
2021).
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016 memiliki Tugas dan
Fungsi sebagai berikut:
A. Tugas Pokok:
Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas
bumi. B. Fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi.
2. Penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi serta pengelolaan
informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas
bumi.
3. Penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi.
4. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan
sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi.

4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

5. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan


sumber daya manusia di bidang minak dan gas bumi.
6. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang
pengembangan sumber daya manusia minyak dan gas bumi.
7. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi.
Jatmika, (2021).
2.1.2. Sejarah Singkat PPSDM MIGAS
a. Abad 19
Pada 1870 seorang insinyur Belanda, P. Vandijk melakukan eksplorasi
sumber minyak bumi di daerah Purwodadi dan Semarang, yang selanjutnya
tepat di kota Cepu memiliki konsesi atas minyak bumi yang kemudian di
kontrak oleh perusahaan besar Dordtche Petroleum Maatschappij (DPM).
b. Periode Zaman Hindia Belanda (Tahun 1886-1942)
Pada tahun 1886 seorang sarjana tambang Mr. Adian Stoop berhasil
mengadakan penyelidikan minyak bumi di Jawa. Pada tahun 1887 Mr.
AdianStoop mendirikan DPM (Dordtsche Petroleum Maatschappij). Kemudian
berdasarkan akta No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih oleh
Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang merupakan perusahaan
minyak milik Belanda.
c. Periode Zaman Jepang (Tahun 1942-1945)
BPM dibawah kolonialisme Jepang. Perebutan kekuasaan atas wilayah
Indonesia dari Belanda oleh Jepang dilakukan dengan cara memulai
pengeboran sumber minyak oleh tenaga sipil Jepang dan tenaga rakyat
Indonesia yang menjadi tawanan serta tenaga kasar yang diambil dari penduduk
di daerah Cepu yang diperluas ke daerah Kawengan, Ledok, Nglobo hingga
Semanggi.

5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

d. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1948)


Indonesia mengambil alih Kilang Minyak Cepu dan berdasarkan Maklumat
Menteri Kemakmuran No. 05 didirikan Perusahaan Tambang Minyak Nasional
(PTMN). Namun pada tahun 1949 terjadi pelepasan muatan yang mendorong
Kilang Minyak Cepu serta lapangan Kawengan berusaha diambil alih kembali
oleh BPM.
e. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1950)
Kegiatan PTMN yang dibekukan menyebabkan pengelolaan lapangan
Ledok, Nglobo dan Semanggi yang dikenal sebagai Cepu ini berpindah tangan
kepada Administrasi Sumber Minyak (ASM) yang dikuasai oleh Komando
Rayon Militer Blora.
f. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1957)
ASM menyerahkan perusahaan minyak lapangan Ledok, Nlobo dan
Semanggi kepada pemerintahan sipil yang selanjutnya pada tahun 1951
terbentuk panitia bernama Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia
(PTMRI).
g. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1957)
PTMRI kemudian di ubah menjadi Tambang Minyak Nglobo, Combine
Anexis (CA).
h. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1961)
Pada tahun 1961 Tambang Minyak Nglobo, Combine Anexis (CA) berganti
nama menjadi PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PERMIGAN).
i. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1966-1978)
Pada Januari tahun 1966 terbit Surat Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi
No. 05/Migas/1966, yang menerangkan bahwa PN PERMIGAN Daerah
Administrasi Cepu dengan seluruh fasilitas dan instalasinya beralih fungsi
menjadi Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas
Bumi (PUSDIKLAP MIGAS) yang bertanggung jawab kepada Lembaga
Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) Jakarta.

6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

j. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1978-1984)


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 646
tanggal 26 Desember 1977 PUSDIKLAP MIGAS yang merupakan bagian dari
LEMIGAS diubah menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi (PPTMGB LEMIGAS).
k. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1984-2001)
PPTMGB LEMIGAS ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintahan dengan
nama Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS).
l. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 2001-2016)
Pada tahun 2001, PPT MIGAS diubah menjadi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (PUSDIKLAT MIGAS) sesuai dengan
Peraturan Menteri No. 18 tahun 2010.
m. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 2016-Sekarang)
PUSDIKLAT MIGAS berubah nama menjadi Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) berdasarkan
Peraturan Menteri No. 13 tahun 2016 tentang organisasi dan tata kerja
kementrian energi dan sumber daya mineral.

2.1.3. Struktur Organisasi Dan Kepegawaian

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PPSDM MIGAS Cepu

7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2.1.4. Lokasi PPSDM MIGAS


Lokasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
berada di jalan Sorogo No.1, Karangboyo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora,
Provinsi Jawa Tengah 58315.

Gambar 2.2 Peta Lokasi PPSDM MIGAS Cepu


2.2. Orientasi Perusahaan
2.2.1. Unit Keselamatan Kerja Dan Pemadam Kebakaran
Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi segala sesuatu yang
menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat mempengaruhi proses produksi,
sehingga sumber-sumber produksi dapat digunakan secara efisien dan produksi
dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti. Unit ini mempunyai
tugas sebagai berikut :
a. Tugas Rutin
1. Menyusun rencana pencegahan terhadap kecelakaan kerja.
2. Melakukan inspeksi secara berkala atau khusus.
3. Melakukan pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran.
4. Mengadakan safety training baik kepada personel pemadam api maupun
pegawai biasa.
b. Tugas Non Rutin
1. Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja di luar
PPSDM MIGAS.
2. Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang sama.

8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

3. Menanamkan kesadaran kepada semua pegawai akan pentingnya


pencegahan kebakaran dan keselamatan kerja.
4. Melakukan kampanye keselamatan kerja kepada pegawai.
c. Tugas Darurat
1. Memberikan pertolongan dan penanggulangan terhadap terjadinya
kecelakaan kerja.
2. Memadamkan api jika terjadi kebakaran, baik di dalam lingkungan maupun
di luar PPSDM MIGAS.

2.2.2. Unit boiler


Boiler Plant adalah unit yang bertugas untuk memproduksi steam. Pada
boiler plant memiliki beberapa tugas sebagai berikut :
1. Penyedia Steam (uap bertekanan)
Penyedia Steam (uap bertekanan) Proses penyediaan steam dilakukan dengan
mengunakan air umpan masuk yang di masukkan ke dalam boiler melalui drum
diameter fire tube dan keluar dari boiler sudah berubah menjadi steam (uap
bertekanan) yang ada pada keadaan superheated steam dan mempunyai tekanan
± 6 kg/cm². Untuk menyediakan kebutuhan uap atau steam di PPSDM MIGAS
Cepu maka boiler yang tersedia berjumlah 3 unit, yang terdiri dari dua unit boiler
tipe AL-LSB-6000 dengan masing-masing memiliki kapasitas sebesar 6 ton/jam
dan satu unit boiler tipe Wanson yang memiliki kapasitas sebesar 6,6 ton/jam
Dalam pengoperasiannya, boiler di PPSDM MIGAS Cepu hanya dioperasikan I
unit saja, karena kebutuhan steam untuk kilang sudah tercukupi.
2. Penyedia Udara Bertekanan
Untuk mendapatkan udara bertekanan yang berfungsi sebagai tenaga
pneumatic untuk instrumentasi, udara dilewatkan ke filter kemudian dimasukkan
ke dalam kompresor. Keluar dari kompresor udara dilewatkan pada heat
exchanger untuk didinginkan dengan media pendingin air sehingga temperaturnya
berubah. Setelah itu masuk ke separator untuk membuang kondesatnya, yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam air dryer untuk mengeringkan udara.
3. Penyedia Air Lunak

9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Air lunak digunakan untuk umpan boiler dan air pendingin mesin. Air
industri yang berasal dari unit pengolahan air dimasukkan kedalam softener
sehingga kesadahan air menurun. Air yang digunakan untuk umpan boiler harus
memenuhi persyaratan yaitu dengan kesadahan mendekati nol dan pH air sekitar
8,5-9,5. Hal ini berguna untuk mencegah cepatnya terbentuk kerak dan korosi
pada boiler sehingga menurunkan efisiensi boiler karena perpindahan panas ke
boiler berkurang dan kerusakan pipa-pipa boiler.

2.2.3. Unit Power Plant


Power plant adalah unit penyedia energi listrik kilang dan utilitas untuk
memastikan dan menjaga agar proses tetap berjalan dengan baik. Unit ini juga
berfungsi untuk back up apabila terjadi gangguan pada PLN. Pembangkit listrik
yang digunakan yaitu tenaga diesel berbahan bakar solar yang merupakan hasil
produksi dari unit kilang PPSDM MIGAS.
Pada power plant terdapat 4 unit genset, diantaranya :
1. Genset 1 memiliki kapasitas 1000 KVA
2. Genset 2 memiliki kapasitas 1030 KVA
3. Genset 8 memiliki kapasitas 1000 KVA
4. Genset 9 memiliki kapasitas 640 KVA
Tegangan output dari keempat genset tersebut disinkronasi menjadi 400 volt.
Untuk total daya pada keempat genset ini yaitu sebesar 3600 KVA dan untuk
keempat genset ini masing-masing beroperasi 250 jam.
Distribusi power plant memiliki 2 macam trafo, yaitu trafo step up dan trafo
step down. Untuk trafo step up berfungsi untuk meningkatkan tegangan, yaitu dari
400 volt menjadi 6300 volt, dan untuk trafo step up ini terdapat 3 unit. Sedangkan
untuk trafo step down berfungsi untuk menurunkan tegangan, dimana trafo ini
diletakkan di masing-masing unit yang diperlukan untuk penurunan tegangan.

2.2.4. Unit Water Treatment


Water treatment merupakan unit penyedia dan pengolahan air untuk
kebutuhan teknis dan non teknis, seperti air pendingin, air boiler, air pemadam

10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

kebakaran, air minum, dan sanitasi. Air yang digunakan berasal dari aliran sungai
Bengawan Solo dengan pertimbangan lokasi yang dekat dengan pabrik, airnya tidak
pernah kering meskipun musim kemarau, dan tingkat pencemaran yang tidak terlalu
tinggi. Kapasitas distribusi air industri sebesar 70 m3/h sedangkan distribusi air
bersih sebesar 300 m3/h. Feed yang diolah diunit ini berkisar ± 450 m3/hari dengan
feed terbanya berasal dari unit kilang minyak yang berasal dari nenerapa tahapan
proses produksi, dimulai dari drain tangka setiap 8 jam sekali secara bergantian,
separator yang dilakukan 2-3 jam sekali secara bergantian, dan proses perawatan
kilang setiap 3 tahun sekali.
Air yang dimanfaatkan untuk keperluan feed boiler, pendingin kilang,
pendingin genset, dan operasional pemadam kebakaran memiliki spesifikasi atau
standar masing-masing yang dapat dicapai dengan proses pengolahan.
Secara garis besar, tahapan pengolahan air industri adalah :
1. Screening, yaitu pemisahan air dari benda-benda berpartikel besar.
2. Sedimentasi, yaitu pengendapan partikel-partikel padat dalam air yang
menyebabkan kekeruhan.
3. Koagulasi dan Flokulasi, Koagulasi dilakukan dengan koagulasi tawas,
kaporit, alum. Kemudian setelah proses koagulasi, dilakukan proses flokulasi
dengan dukem (polimer).
4. Flotasi, proses pemisahan partikel-partikel yang lebih ringan dengan jalan
pengapungan berdasarkan perbedaan berat jenis. Partikel ringan akan naik ke
atas dan bisa dibuang dengan overflow.
5. Klasifikasi, yaitu proses penjernihan. Proses ini menggabungkan proses
sedimentasi, koagulasi, flokulasi. Dapat dilakukan dengan cara memperbesar
konsentrasi flok dan recycle sludge.
6. Filtrasi, yaitu proses pemisahan dengan cara penyaringan. Untuk air minum,
sumbernya sebagian besar dari sungai Bengawan Solo dan sebagian besar air
industri.

11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2.2.5. Unit Perpustakaan


Perpustakaan PPSDM MIGAS mempunyai sistem pelayanan terbuka yaitu
pelayanan reguler (Mahasiswa, Pegawai, dan Dosen) Pelayanan non reguler
(peserta kursus, praktikan). Koleksi perpustakaan antara lain: bukubuku diklat,
laporan penelitian, skripsi, laporan kerja Praktik dan bahan audio visual. Adapun
tugas-tugas perpustakaan PPSDM Migas yaitu :
1. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi, yang mencakup buku,
majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja Praktik, diklat/
hand out serta bahan audio visual.
2. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigrasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filing.
3. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa untuk mahasiswa
4. Akamigas, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-lain.
5. Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah untuk
mahasiswa Akamigas, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-
lain.
6. Layanan kerjasama antara perpustakaan dan jaringan informasi nasional.

2.2.6. Laboratorium Dasar


Laboratorium merupakan sarana yang sangat penting dalam sebuah industri
termasuk juga industri perminyakan. Begitu pula dengan laboratorium yang ada di
PPSDM MIGAS. Laboratorium ini bertugas untuk memeriksa kualitas produk dari
minyak bumi agar sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh Dirjen Migas.
PPSDM MIGAS memiliki laboratorium dasar atau yang biasa disebut dengan
laboratorium pengujian. Laboratorium yang tersedia diantaranya :
1. Laboratorium Kimia Minyak Bumi
2. Laboratorium Migas
3. Laboratorium Sipil
4. Laboratorium Geologi
5. Laboratorium Lindungan Lingkungan

12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2.3. Penjelasan Unit Kilang PPSDM MIGAS


Crude Distillation Unit (CDU) merupakan metode pengolahan minyak yang
diaplikasikan di PPSDM MIGAS. Pengolahan minyak mentah dilakukan dengan
prinsip pemisahan atmosferik dengan unit distilasi jenis fraksinasi. Output dari unit
distilasi ini akan menjadi berbagai produk minyak bumi dengan spesifikasi yang
berbeda-beda dan dipisahkan berdasarkan perbedaan trayek didihnya.

2.3.1. Bahan Baku Utama


Sumber bahan baku yang digunakan di PPSDM diperoleh dari dua lokasi
yang berbeda, yaitu Lapangan Kawengan dan Lapangan Ledok yang merupakan
sumur milik PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Masingmasing bahan baku yang
dihasilkan dari dua lokasi tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda, akan tetapi
secara umum bahan baku yang digunakan sama, yaitu crude oil.
Berikut merupakan perbandingan spesifikasi bahan baku dari kedua sumber
lokasi tersebut yaitu :

Tabel 2.1 Karakteristik Bahan Baku Lapangan Kawengan dan Ledok


Karakteristik Lapangan Kawengan Lapangan
Ledok

Spesific Gravity 0,8530 0,8305


60/60°F

API gravity 34,4 39,59

Viskositas kinematik 5,71 3,46


100°F (Cs)

Viskositas kinematik 3,64 2,23


120°F (Cs)

Pour Point (°F) 80 20

13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Flash Point (°F) 35 35

Karakteristik Lapangan Kawengan Lapangan


Ledok
Kadar air (% Volume) 0,18 0,15

Kadar belerang (S) 0,231 0,099

Kadar wax (% berat) 14,4 0,66

Kadar aspal (% berat) 0,08 0,346

Angka asam total (% 0,084 0,084


KOH/gram)

2.3.2. Bahan Baku Pendukung


Pada proses treating untuk produk Pertamina Solvent (Pertasol), baik
Pertasol CA, CB dan CC, diperlukan bahan baku pembantu untuk menghilangkan
berbagai kotoran atau impurities seperti Hydrogen Sulfide (H2S), Merchaptan
(RSH), MgCl2, NaCl dan bahan pengotor lainnya yang dapat merusak mutu produk
maupun alat. Bahan-bahan baku pembantu tersebut anatara lain :
a. Amonia (NH3)
Amonia memiliki fungsi sebagai pencegah dan mengurangi korosi. Hal ini
dikarenakan amonia dapat meningkatkan gas H2S dalam minyak dan
menetralkan senyawa-senyawa asam menyebabkan korosi klorida.
Reaksi :
MgCl2 + 2H2O → Mg(OH)2 + HCI
HCl + NH3 → NH4Cl
H2S+2NH3 → (NH4)2S
b. Kaustik Soda (NaOH)

14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

NaOH berfungsi sebagai penetralisir senyawa belerang dan untuk


menghilangkan merchapthan (RSH) yang dapat menimbulkan potensi korosi
pada alat. Selain itu, NaOH dapat digunakan untuk proses pemisahan hidrogen
dan sulfur dalam fraksi gasolin.
Reaksi:
RSH+ NaOH→ RSNa+ H2O
H2S+ NaOH→ Na2S+ 2H2O
Faktor yang mempengaruhi proses treating antara lain :
a. Konsentrasi soda.
b. Perbandingan pertasol dengan soda kaustik.
c. Temperatur.
d. Kualitas feed.
e. Settling time.
f. Mixing.

2.3.3 Peralatan Unit CDU Kilang


1. Pompa
Pompa berfungsi untuk mengalirakan cairan dari suatu tempat ke tempat lain.
Penggunaan pompa menurut fungsinya adalah sebagi berikut :
a. Pompa Feed (umpan): memiliki 3 buah pompa dengan nomor pompa
P.100/03, P.100/04, dan P.100/05 yang digunakan untuk memompa feed
dari tangki feed ke proses.
b. Pompa Reflux : memiliki 2 buah pompa dengan nomor pompa P.100/01 dan
P.100/02 yang digunakan untuk memompa dari tangki naphta ke kolom C-
1 dan C-2. Dan 3 buah pompa cadangan dengan nomer P.100/06 P.100/07
P.100/08.
c. Pompa Fuel Oil : memiliki 2 buah pompa dengan nomor pompa P.100/09
dan P.100/10 yang digunakan untuk memompa bahan bakar dari tangki ke
peralatan.
d. Pompa Distribusi : digunakan untuk memompa produk dari tangki produk
ke tangki terminal bahan bakar minyak dan felingsheat (mobil tangki).

15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)


Berfungsi sebagai pemanas awal (preheater) crude oil dari kurang lebih 33 °C
menjadi 120 °C untuk tujuan efisiensi panas. HE yang digunakan adalah jenis Shell
and Tube. PPSDM MIGAS Cepu menggunakan 5 buah HE yang dioperasikan,
yang terdiri dari 2 buah HE (HE-1 dan HE-2) horizontal dan 3 buah HE (HE-3, HE-
4 dan HE-5) vertikal.
Pemanasan awal dimulai dari HE-1 dengan suhu crude oil ± 33 °C dan keluar
dengan suhu ± 40 °C yang selanjutnya akan dilakukan pemanasan kembali pada
HE-2. Pemanasan dilanjutkan di HE-2 dengan suhu keluar crude oil ± 50 °C. Crude
oil hasil pemasanan dari HE-2 dipanaskan kembali di HE-3 hingga keluaran crude
oil menjadi ± 80 °C dan dipanaskan lebih lanjut di HE-4. Selanjutnya pemanasan
yang terjadi di HE-4 menghasilkan crude oil dengan suhu lebih tinggi yaitu ± 120
°C, kemudian dipanaskan lagi pada pada HE-5 dengan laju alir crude oil 320
m3/hari dan suhu keluaran ± 135 °C.
3. Stabilizer
Setelah keluar dari Heat Exchanger (HE), produk yang bertemperatur 120 °C
dialirkan ke Stabilizer yang berjumlah 1 buah. Fungsi dari stabilizer adalah agar
aliran produk yang keluar dari Heat Exchanger stabil saat masuk ke dalam furnace.
4. Dapur Pemanas / Furnance
Berfungsi untuk memanaskan crude oil dari kurang lebih 120 °C. menjadi
kurang lebih 330 °C. Pada temperature tersebut sebagian besar fraksi- fraksi pada
crude oil pada tekanan sedikit diatas 1 atm telah menguap kecuali residu.
5. Evaporator
Berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan (residu) dari crude oil yang
sudah dipanaskan dari furnance. Terdapat 1 unit evaporator dalam proses ini yaitu
evaporator V-1.
6. Kolom Fraksinasi
Berfungsi memisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki sesuai titik
didihnya. Jumlah kolom fraksinasi ada tiga unit, dua unit dioperasikan dan satu unit
idle, sebagai alat kontak uapcairan kolom fraksinasi dilengkapi bubble cup tray.
7. Kolom Stripper

16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang ikut pada suatu
produk. Ada tiga stripper yang dioperasikan yaitu : satu unit untuk stripper solar
(C-4), satu unit untuk stripper pertasol (CC) dan satu unit untuk stripper residu (C-
5).
8. Kondensor
Berfungsi untuk mengubah fase produk uap solven ringan (pertasol CA) dari
puncak kolom C-2 menjadi fase cair. Ada 12 unit kondensor yang dioperasikan,
empat unit kondensor sebagai partial condesor dan delapan unit kondesor sebagai
sub kondensor.
9. Cooler
Berfungsi untuk mendinginkan fluida panas menjadi fluida dingin sesuai
temperatur yang dikehendaki. Ada 14 cooler tipe shell and tube dan enam box
cooler.
10. Separator
Separator mempunyai fungsi memisahkan air dan gas yang terikut ke dalam
produk berdasarkan perbedaan densitas, dimana air dikeluarkan dari bagian bawah
melalui drain. Sedangkan gas dikeluarkan dari bagian samping di atas. Selanjutnya
produk-produk tersebut dialirkan melalui penampung. Ada 9 separator di PPSDM
Migas Cepu namun yang dioperasikan 8 unit.
11. Tangki timbun
Berfungsi untuk menampung atau menyimpan crude oil dan produk. Ada
beberapa tangki yang dioperasikan dan tiap-tiap dari tangki tersebut memiliki sabuk
warna yang berbeda-beda tergantung dari jenis fluida di dalam tangki tersebut.

2.3.4. Uraiaan Proses Unit CDU Kilang


Proses pada Unit CDU Kilang merupakan suatu rangkaian proses distilasi
atmosferik, dimana pada dasarnya akan dilakukan pemisahan fraksi- fraksi yang
terdapat pada minyak mentah dengan berdasarkan pada trayek titik didih. Proses ini
terjadi pada tekanan atmosferik, sehingga disebut dengan distilasi atmosferik.
Terdapat PFD dan juga uraian proses distilasi atmosferik ini, yaitu :

17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 2.3. Process Flow Diagram Unit CDU Kilang.

18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1. Persiapan bahan baku


Bahan baku yang digunakan adalah campuran minyak mentah Kawengan
HPPO (High Pour Point Oil) dan minyak mentah Ledok LPPO (Low Pour Point
Oil) dari PT. Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dengan perbandingan 50:50.
Selanjutnya minyak mentah dialirkan dengan pompa sentrifugal menuju tangki
penampungan T-101 dan T-102.
2. Pemanasan awal pada heat exchanger
Crude oil sebagai umpan dipompa menggunakan pompa sentrifugal dari T-
101 dan T-102 menuju alat penukar panas HE (heat exchanger). Jenis HE pada
unit kilang adalah shell and tube dimana crude oil masuk melalui bagian tube
sedangkan media pemanas melalui bagian shell dengan arah aliran berlawanan
(counter current) dengan tujuan memperluas bidang kontak, sehingga tranfer
panas secara konduksi lebih efektif.
3. Pemanasan pada furnace
Dari HE crude oil dialirkan menuju ke furnace melalui stabilizer untuk
dipanaskan lebih lanjut hingga temperaturnya mencapai 330 °C. Stabilizer
berfungsi agar aliran dan tekanan stabil serta terkontrol. Temperatur pemanasan
pada furnace tidak boleh diatas 350 °C karena dapat menyebabkan terjadi cracking
pada crude oil. Terdapat 2 furnace berbentuk persegi (tipe box) yang beroperasi
yaitu furnace 1 dan furnace 3 dengan bahan bakar berupa fuel oil dan fuel gas.
4. Pemisahan dan penguapan pada Evaporator
Setelah dari furnace, crude oil dialirkan ke evaporator untuk dipisahkan
antara fraksi berat dan fraksi ringan berdasarkan atas perbedaan fasenya dan
dibantu dengan injeksi steam. Fraksi uap akan menuju ke atas dan fraksi cair akan
menuju ke bawah, yang mana fraksi berat (residu) merupakan produk bawah
(bottom product) dan fraksi ringan berupa uap hidrokarbon merupakan produk atas
(top product). Alat ini dilengkapi dengan steam stripping yang berfungsi untuk
menaikkan fraksi ringan atau menurunkan tekanan parsial.
5. Distilasti dalam kolom fraksinasi dan Stripper
Uap yang keluar dari top evaporator V-1 akan diproses pada kolom fraksinasi
C-1, sedangkan liquid yang keluar dari bottom evaporator V-1 akan dialirkan

19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

menuju residue stripper (C-5) untuk dipisahkan fraksi ringan yang masih
terkandung di dalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom. Alat
kontak pada kolom fraksinasi C-1A berupa bubble cap tray dengan jumlah 21 buah.
Fraksi berupa uap dari kolom fraksinasi C-1A akan naik ke atas melalui slot-
slot dan menembus cairan, sehingga akan terjadi kontak langsung antara uap dan
cairan. Pada saat kontak inilah terjadi transfer panas dari cairan ke uap. Tray yang
lain juga mengalami proses yang sama dan begitu seterusnya semakin ke atas fraksi
akan lebih ringan dan semakin ke bawah fraksi lebih berat. Fraksi yang mampu
keluar dari top merupakan gabungan dari fraksi pertasol CA, pertasol CB dan
naptha. Selanjutnya fraksi tersebut diproses pada kolom fraksinasi C-2B yang
bentuknya hampir sama dengan C-1A hanya saja jumlah tray-nya lebih sedikit yaitu
16 buah.
Tahapan fraksinasi dan pelucutan (stripping) meliputi proses pemisahan pada
kolom fraksinasi (C-1), residu stripper (C-5), solar stripper (C-4), dan kolom
fraksinasi 2 (C-2).
a. Kolom Fraksinasi 1 (C-1)
Fraksi-fraksi minyak yang masuk ke dalam kolom fraksinasi 1 (C-1) sebagai
umpan terdiri dari :
1) Hasil top evaporator (V-1) yang berupa uap pada temperatur 280-320
°C dan tekanan 1,05 atm masuk pada tray 1.
2) Hasil top residue stripper (C-5) yang berupa uap pada temperatur
250280 °C dan tekanan 1,02 atm masuk pada tray 1.
3) Hasil top solar stripper (C-4) yang berupa uap pada temperatur 160180
°C dan tekanan 1,02 atm masuk pada tray 14.
4) Refluks, berupa naphta dari hasil bottom C-2 dengan temperatur 45- 47
°C masuk ke tray 21.
Fraksi-fraksi keluaran kolom fraksinasi 1 (C-1) adalah :
1) Top product berupa uap pertasol CA, pertasol CB, dan naphta pada
temperatur 120-140 °C dan tekanan 1 atm yang masuk pada kolom
fraksinasi C-2.
2) Hasil samping (side product) adalah:

20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

a) Side stream no 1-5 berupa solar, dialirkan ke solar stripper (C-


4).
b) Side stream no 6-7 berupa kerosin (sebagian masuk solar
sebagian pertasol).
c) Side stream no 8 bagian atas berupa pertasol CC.
d) Bottom product berupa solar yang keluar pada 260-280 °C yang
selanjutnya masuk ke solar stripper (C-4).
b. Kolom residu stripper (C-5).
Fraksi-fraksi minyak yang masuk C-5 sebagai umpan terdiri dari :
1) Hasil bottom evaporator (V-1) yang berupa liquid pada temperatur 280-
320 °C dan tekanan 1,05 atm.
2) Adapun produk yang dihasilkan C-5 meliputi :
a) Hasil atas kolom berupa uap digunakan sebagai umpan C-1.
b) Hasil bawah kolom berupa cairan residu dengan temperatur relatif tinggi
digunakan sebagai fluida panas pada HE-4 atau HE-5.
c. Kolom solar stripper (C-4)
Fraksi-fraksi minyak yang masuk C-4 sebagai umpan terdiri dari :
1) Hasil samping kolom fraksinasi 1 (C-1) berupa solar dan fraksi ringan
yang terikut dari tray 4-11 masuk pada tray ke-4 C-1 dengan temperatur
± 130 °C.
2) Adapun produk yang dihasilkan C-4 meliputi :
a) Hasil atas kolom berupa uap yang keluar pada temperatur 160-180 °C
dan tekanan 1,02 atm.
b) Hasil bawah kolom berupa solar yang keluar pada temperatur 110-220
°C dimanfaatkan panasnya untuk HE-2 dan HE-3.
d. Kolom fraksinasi 2 (C-2)
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi pertasol CA dan
pertasol CB berdasarkan rentang titik didihnya. Fraksi-fraksi minyak yang
masuk C-2 sebagai umpan terdiri dari :

21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1) Hasil atas pada kolom fraksinasi 1 (C-1), berupa uap pertasol CA,
pertasol CB dan naphta pada temperatur 120 - 140 °C dan tekanan 1 atm
masuk ke tray 1.
2) Refluks pertasol CA masuk pada tray 16 dengan temperatur 30-35 °C.
Adapun produk yang dihasilkan C-2 meliputi :
3) Hasil atas kolom berupa uap pertasol CA yang keluar pada temperatur
85- 90 ºC dan tekanan 1 atm.
4) Hasil samping kolom berupa pertasol CB yang keluar dari tray 5-12
pada temperatur 110-115 °C.
5) Hasil bawah kolom berupa naphta yang keluar pada temperatur 100125
°C.

6. Pengembunan dan pendinginan pada condensor dan cooler


Top column C-2 dipertahankan pada temperatur sekitar 95 °C. Fraksi yang
mampu keluar dari top colum akan dikondensasikan dengan condensor (CN-1, CN-
2, CN-3 dan CN-4) kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler (CL-15 dan CL-
16) serta box cooler 3, 4 dan 5 yang setelah itu dialirkan menuju separator 1 untuk
dipisahkan air, minyak dan gas. Produk yang telah dipisahkan airnya ditampung
pada tangki 115 untuk dipergunakan sebagai refluks kolom C-2. g. Pemisahan pada
separator
Hasil bottom C-2 berupa naptha setelah mengalami pendinginan pada cooler
13 dan 14 ditampung pada separator 2 untuk dipisahkan dari air yang terikut dan
selanjutnya ditampung pada tangki 109 untuk dipergunakan sebagai reflux kolom
C-1.
Produk pertasol CC diambil dari side stream (hasil samping) No. 8 kolom C-1,
kemudian di alirkan ke kolom C-3 yang dulunya digunakan untuk kerosin yang
sudah tidak diproduksi lagi. Keluar dari kolom C-3 pertasol CC didinginkan
menggunakan cooler 1 dan 2 dialirkan ke separator 8 untuk dipisahkan dari air
yang terikut yang selanjutnya di tampung pada tangki 112 produk yang disebut
pertasol CC.

22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

7. Proses treating
Proses treating di PPSDM Migas hanya dilakukan pada produk Pertamina
Solvent (Pertasol CA, Pertasol CB dan Pertasol CC) dengan cara injeksi amonia
(NH3) pada ujung kolom fraksinasi C-1, C2 dan proses pencucian menggunakan
soda caustic (NaOH).
a. Injeksi amonia
Injeksi amonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena
adanya kotoran- kotoran dalam minyak bumi.
Reaksi yang terjadi :
NH3+ H2O→ NH4OH
MgCl2 + 2H2O→ Mg(OH)2+ 2HCI
NH4OH+HCI→ NH4CI+ H2O
2NH4OH+H2S→ (NH4)2S+ 2H2O
Garam-garam yang terbentuk mengendap dalam air dan dapat dipisahkan
dalam separator.
b. Soda treating
Larutan NaOH dan produk pertasol dipompa menuju pipa pencampur
dengan diatur turbulensinya menggunakan static mixer sehingga didapatkan
pencampuran yang baik. Hasil pencampuran akan masuk ke tangki pemisah
(settler) yang akan memisahkan larutan NaOH sebagai pengikat sulfur
dengan pertasol berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu
NaOH akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu pertasol berada diatasnya.
Pertasol yang telah bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki
penampung pertasol, sedangkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur
apabila konsentrasinya masih memenuhi syarat dimasukkan kembali ke
tangki penampung soda untuk digunakan kembali.

2.3.5. Produk Unit Kilang


Produk utama dari hasil Unit Kilang PPSDM MIGAS adalah sebagai berikut:
1. Pertasol CA, CB, dan CC

23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Zat ini merupakan campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang


mempunyai titik didih antara 40-200 °C, dan digunakan sebagai solvent (pelarut).
Pertasol merupakan campuran kompleks antara senyawa hidrokarbon dengan titik
didih berada pada rentang 40-200 °C dan digunakan sebagai pelarut (solvent).
Kapasitas produksi untuk Pertasol CA, CB, dan CC dalam satuan m³/hari, yaitu
memliki kapasitas produksi ± 15-18% dari total kapasitas crude oil. Presentasi
produksi setiap hari akan berbeda, karena bergantung dari kapasitas crude oil yang
diumpankan atau diproses.
Tabel 2.2. Spesifikasi Produksi Petrasol CA

Spek. Petrasol CA
Metode Baru
No Parameter Satuan
ASTM/Lain
Min Maks

Density at
1. Kg/m3 D-1298 720 735
15°C

2. Distilasi D-86
IBP °C 45
End Point °C 150
Warna
3. D-156 25
Saybolt

Korosi
Bilah
4. D-130 No 1
Tembaga,
2hrs/100°C
5. Doctor test D-4952 Negative
Aromatic
6. %volume D-1319 20
content
(Sumber : Spec. Produk Kilang PPSDM MIGAS Cepu)

24
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Tabel 2.3. Spesifikasi dan Kapasitas Produksi Petrasol CB

Spek. Petrasol CB
Parameter Metode Baru
No Satuan
uji ASTM/lain
Min Maks
1. Density at Kg/m3 D-1298 765 780
15°C
2. Distilasi D-86
IBP °C 100
End Point °C 200
3. Warna D-156 18
Saybolt
4. Korosi D-130 No 1
Bilah
Tembaga,
2hrs/100°C
5. Doctor test D-4952 Negative
6. Aromatic %volume D-1319 25
content
(Sumber : Spec. Produk Kilang PPSDM MIGAS Cepu)

Tabel 2.4. Spesifikasi dan Kapasitas Produksi Petrasol CC

Spek. Petrasol CC
Parameter Metode
No Satuan Baru
Uji ASTM/lain
Min Maks
3
1. Density at Kg/m D-1298 782 796
15°C
2. Distilasi D-86
3. IBP °C 124
End Point °C 250
Warna D-156 16
Saybolt

25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Spek. Petrasol CC
Parameter Metode Baru
No Satuan
Uji ASTM/lain
Min Max
4. Korosi D-130 No 1
Bilah
Tembaga,
2hrs/100°C

5. Doctor test D-4952 Negative


6. Aromatic %volume D-1319 25
content

(Sumber : Spec. Produk Kilang PPSDM MIGAS Cepu)

2. Solar
Solar atau gas oil merupakan salah satu produk utama yang diproduksi oleh
PPSDM Migas. Trayek didih dari solar adalah 250-350 °C dengan kapasitas
produksi minimal 50% dari total kapasitas crude oil yang diumpankan atau diproses
dalam satuan m3/hari.
Tabel 2.5. Spesifikasi dan Kapasitas Produksi Petrasol CC
No Karakteristik Satuan Batasan Metode Uji
ASTM
Min Maks
1. Bilangan cetana - 48 - D 613-95
Angka cetana atau
Indeks cetana - 45 - D 4737-96a
2. Berat jenis (pada kg/cm3 815 860 D 1298 atau
temperatur15°C) D 4052-96
3. Viskositas (pada mm2/s 2.0 4.5 D 445-97
temperatur 40°C)
4. Kandungan sulfur %m/m - 0,35 D 2622-98
5. Distilasti - - - D 86-99a
6. T 95 °C - 370 -
7. Titik nyala °C 52 - D 93-99c
(Sumber : Spec. Produk Kilang PPSDM MIGAS Cepu)

26
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

3. Residu
Fraksi berat yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak bumi adalah
residu. Titik didih residu sangatlah tinggi yaitu 350 °C. Pada kolom C-5 residu
digunakan sebagai bahan bakar dalam suatu pabrik termasuk PPSDM Migas,
karena heating value dari residu yang tinggi. Selain itu, kapasitas residu yang
dihasilkan dalam satuan m3/hari, yaitu ± 25-30% dari total kapasitas crude oil yang
diumpankan atau diproses.

2.3.6. Aplikasi Produk Kilang PPSDM MIGAS


Tabel 2.6. Aplikasi Produk Kilang PPSDM MIGAS
Jenis Kegunaan
Petrasol CA Untuk industri cat, lacquers, tinta
cetak, pelarut dan diulen, industri
cleaning dan degreasing, sebagai
komponen dalam proses (pabrik
ban/vulkanisir, adhesive/lem,
industri farmasi).
Petrasol CB Industri cat, thiner dan lacquers,
tinta cetak, industri tekstil
(printing).
Petrasol CC Industri cat, thiner dan lacquers,
sebagai pelarut dalam industri kimia,
sebagai komponen dalam preparasi
industri kayu mebel, sepatu dan
pelumas lantai, insektisida dan
pestisida.
Solar Untuk industri kendaraan bermotor
roda 4 atau lebih, sebagai bahan baku
utama penggerak mesin pada
kendaraan bermotor, industri lainnya
sebagai bahan bakar cadangan untuk
pembangkit listriknya.
Residu Residu Untuk digunakan kembali
oleh industri-industri yang
membutuhkannya, dan untuk diolah
kembali menjadi bahan jadi di
industri tersebut.

27
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Heat Exchanger


Heat transfer merupakan suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida, sehingga dapat dipindahkan
ke fluida lain. Heat transfer sebagai ilmu dasar yang paling sering digunakan pada
industri pabrik kimia. Efisiensi penggunaan dan pemanfaatan panas dari proses heat
exchanger dapat mempengaruhi ekonomi operasi pada kilang. Heat exchanger
berfungsi untuk memfasilitasi perpindahan panas pada suatu proses. Perpindahan
panas yang terjadi dapat berfungsi untuk pendinginan (cooling dan condensation)
maupun pemanasan (heating dan reboiling / evaporating).
Proses pengilangan minyak, peralatan yang paling sering digunakan salah
satunya yaitu heat exchanger. Pengoperasian dan pemanfaatan heat exchanger
secara optimum akan meningkatkan efisiensi energi pada suatu unit proses yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap operating cost unit proses maupun kilang
tersebut. Selain itu operasi heat exchanger juga ditujukan untuk pertimbangan
aspek keselamatan dan keamanan serta perlindungan terhadap lingkungan.
Pada alat heat exchanger memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
keberhasilan dari keseluruhan rangkaian proses pada suatu industri. Jika terjadi
kegagalan operasi pada peralatan ini baik mekanikal maupun operasional dapat
menyebabkan berhentinya unit operasi. Selain itu dalam suatu kilang minyak,
proses perpindahan panas sangat penting dalam rangka energi konservasi,
keperluan proses, persyaratan keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan.
Oleh karena itu suatu alat penukar kalor (heat exchanger) dituntut untukmemiliki
kinerja yang baik agar diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh
terhadap suatu unit operasi.

28
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

3.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger


Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida
pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan Prinsip kerja dari
alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur
berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung:
1. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas
yang terjadi yaitu melalui interfase/penghubung antara kedua fluida. Contoh:
aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak
dapat bercampur), gas-liquid dan partikel padat-kombinasi fluida.
2. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
pemisah, sehingga sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
(Kern, 1965)
3.3 Jenis Aliran pada Heat Exchanger
Pada alat heat exchanger terdapat tiga aliran dalam alat penukar panas,
berikut ini:
1. Counter current flow (berlawanan arah)
Penukaran jenis ini merupakan aliran berlawanan arah, di mana fluida yang
satu masuk pada satu ujung penukar kalor, sedangkan fluida yang satu lagi
masuk pada ujung penukar kalor yang lain, masing-masing fluida mengalir
menuju arah yang berlawanan. Untuk tipe ini memberikan panas yang lebih
baik bila dibandingkan dengan aliran searah.

Gambar 3. 1 Aliran Counter current flow (berlawanan arah)

29
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2. Parallel flow / co-current (searah)


Penukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi
penukar yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada sisi
yang sama pula. Karakter pada penukar panas jenis ini, temperatur fluida
dingin yang keluar dari alat penukar panas tidak dapat melebihi temperatur
fluida panas yang keluar dari alat penukar panas sehingga diperlukan media
pendingin/pemanas yang banyak.

Gambar 3. 2 Aliran Parallel flow / co-current (searah)

3. Cross flow (silang)


Penukaran jenis Cross flow atau sering disebut dengan aliran silang adalah
fluida-fluida yang mengalir sepanjang permukaan bergerak dalam arah
saling tegak lurus.

Gambar 3. 3 Aliran Cross flow (silang)

3.4 Jenis Heat Exchanger


Pada heat exchanger memiliki jenis yang bermacam-macam. Beberapa
contoh heat exchanger adalah:

30
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1. Shell and Tube Heat Exchanger


Jenis ini digunakan untuk laju alir yang lebih tinggi, sehingga sering
digunakan di industri. Tube dipasang secara paralel dan banyak didalam
satu shell. Fluida dingin masuk kedalam tube. Fluida panas masuk dari
ujung yang berbeda aliran counter current di bagian shell.

Gambar 3. 4 Skema Sederhana Shell and Tube Heat Exchanger dan Alirannya

2. Double-pipe heat exchanger


Jenis paling sederhana dari heat exchanger. Satu fluida mengalir dalam pipa
bagian dalam dan fluida lain berada diantara 2 pipa yang ada. Aliran fluida
dapat bersifat co-current atau conter current. Heat exchanger ini terbuat
dari 2 pipa dengan panjang yang sama dan pada ujung pipa diberi fitting.
Jenis ini biasa digunakan untuk laju alir rendah.

Gambar 3. 5 Skema Sederhana Double Pipe Heat Exchanger dan Alirannya

31
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

3. Cross Flow exchanger


Jenis ini biasa digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan udara.
Cairan dialirkan kedalam tube dan gas dialirkan di bagian luar tube baik
menggunakan gaya ataupun konveksi alami. Sedangkan untuk gas
pemanas/pendingin, aliran udara boleh bercampur agar temperatur di
seluruh tube dapat tersebar secara merata. Untuk fluida yang tidak
bercampur dalam tube, akan terjadi gradient tempratur yang paralel dan
normal pada arah alirannya.

Gambar 3. 6 Skema Sederhana Cross Flow Heat Exchanger dan


Alirannya

3.5 Shell and Tube Heat Exchanger


Tipe alat penukar panas ini yang paling sering digunakan di industri terutama
industri petrokimia karena harganya yang relatif murah dan perawatannya yang
mudah. Tipe alat penukar panas pada 11E-25 juga merupakan tipe shell and tube,
dimana perpindahan panas terjadi secara konduksi dan radiasi. Dilihat dari
penggunaannya alat ini dibagi dalam dua kategori yaitu:
1) Penukar panas proses (proses heat exchanger)
2) Penukar panas pembangkit tenaga (power plant heat exchanger)

32
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Gambar 3. 7 Bagian Shell and Tube Heat Exchanger

Shell and Tube Exchanger memiliki keuntungan yaitu paling banyak


digunakan pada proses-proses industri karena mampu memberikan rasio area
perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu
juga dapat mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan
konstruksinya juga cukup murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida
pada shell side mengalir melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan
perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan
sekat atau penghalang atau baffle.

3.6 Komponen Shell and Tube Heat Exchanger


Komponen-komponen utama shell and tube heat exchanger ini terdiri dari:
1. Shell
Konstruksi dari shell ini bergantung pada kondisi tube yang akan ditempatkan
di dalam shell dan temperatur fluida yang akan mengalir dalam shell tersebut, untuk
temperatur yang sangat tinggi, kadang diberi sambungan ekspansi. Biasanya shell
dalam sebuah heat exchanger berbentuk bulat memanjang (silinder) yang berisi
tube bundle sekaligus sebagai wadah mengalirkan zat atau fluida. Untuk
kemungkinan korosi, tebal shell sering diberi kelebihan 1/8 inch. Pembagian tipe
shell dibagi berdasarkan front-end stationary head type, shell type, dan rear head
type.

33
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

2. Tube
Tube pada sebuah heat exchanger biasanya berupa pipa-pipa kecil dalam
jumlah tertentu dan dalam diameter tertentu pula. Diameter dalam merupakan
diameter dalam aktual dalam ukuran inchi, dengan toleransi yang sangat tepat. Tube
dapat dibuat dari berbagai jenis logam seperti besi, tembaga, muniz metal,
perunggu, 70-30 tembaga-nikel, aluminium perunggu, aluminium dan stainless
steel. Untuk ukuran ketebalan pipa tube yang berbeda-beda dinyatakan dalam
bilangan yang disebut "Birmingham Wire Gage" (BWG). Ukuran pipa tersebut
secara umum biasanya digunakan dengan mengikuti ukuran-ukuran yang telah
baku. Semakin besar bilangan BWG maka semakin tipis tubenya. Tube dalam shell
memiliki beberapa jenis susunan. Susunan yang lazim digunakan adalah segitiga
(triangular), persegi (square) dan diamond (rotated square).

Gambar 3. 8 Pola Susunan Tube dalam Shell


Masing-masing jenis ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dan kekurangan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 1 Perbandingan pola segitiga, persegi dan diamond
pada susunan tube
Jenis Kelebihan Kekurangan
Segitiga • Laju perpindahan panas • Pressure drop cukup
cukup besar. besar.
• Jumlah tube dapat dibuat • Pembersihan sulit,
menjadi lebih banyak. menggunakan bahan
kimia.
Persegi • Pressure drop rendah. • Koefisien film relatif
• Dapat dibersihkan secara rendah.
mekanik.
• Cocok untuk menangani
fluida fouling.

34
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Jenis Kelebihan Kekurangan


Diamond • Mudah dibersihkan secara • Pressure drop tidak
mekanik. serendah square pitch.
• Baik untuk fluida fouling. • Koefisien film relatif
rendah.
(Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber)
3. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi
satu yang disebut tube bundle. Tube sheetter buat dari material dengan ketebalan
dan jenis tertentu tergantung dari jenis fluida yang mengalir pada peralatan tersebut.
Heat exchanger dengan tube lurus pada umunya menggunakan dua buah tube sheet.
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi
untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tube
side dengan shell. Tube sheet harus tahan korosi terhadap fluida.
4. Tube Pitch
Lubang-lubang pipa pada penampang, shell dan tube tidak disusun secara
begitu saja namun mengikuti aturan tententu. Lubang tube (tube hole) tidak boleh
saling berdekatan, Jarak antar dua buah tube yang saling berdekatan disebut dengan
clearance. Jumlah pipa dan ukuran tube pun harus disesuaikan dengan ukuran shell-
nya, ketentuan ini mengikuti aturan baku yang ada. Untuk lubang-lubang pipa dapat
berbentuk persegi atau segitiga. Bentuk susunan lubang-lubang pipa secara persegi
dan segitiga ini disebut sebagai tube pitch. Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah:
a. Square pitch
Digunakan untuk heat exchanger dengan pressure drop yang, rendah dan
pembersihan secara mekanik dilakukan pada bagian luar tube. Pusat- pusat
tube saling membentuk sudut 90°.
b. Triangular pitch
Digunakan untuk fluida yang tingkat kekotorannya tinggi ataupun rendah.
Pusat-pusat tube saling membentuk sudut 60° searah dengan aliran
fluidanya.

35
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

c. Square pitch rotated


Digunakan untuk heat exchanger dengan pressure drop dan nilai
perpindahan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan square pitch.
Pusat-pusat tube saling membentuk sudut 45°.
d. Triangular pitch with cleaning lanes
Tipe ini jarang digunakan, tetapi dapat digunakan untuk heat exchanger
dengan pressure drop sedang hingga tinggi. Memiliki nilai perpindahan
panas yang lebih baik dari square pitch.

Gambar 3. 9 Jenis-jenis Tube Pitch

5. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian
paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle
yang satu dengan lainnya tetap.
6. Buffle
Buffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas. Kondisi
kecepatan aliran baik dalam shell maupun tube dapat diatur oleh baffle. Fungsi
baffle ini adalah untuk membuat aliran turbulen sehingga perpindahan panas
menjadi lebih baik, dimana harga koefisien perpindahan panas yang didapat
besarserta menambah waktu tinggal (residence time). Tetapi pemasangan baffle
akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur. Luas baffle ±
75% dari penampungan shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter
shell karena apabila terlalu dekat akan didapat kehilangan tekanan yang besar.

36
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

7. Longitudinal Baffle
Longitudinal baffle merupakan lempengan sekat yang dipasang sejajar poros
shell yang berfungsi memperbanyak jumlah aliran fluida dalam shell.
8. Channel
Channel berfungsi untuk membalikkan arah aliran fluida dalam tube pada fixed
tube exchanger.
9. Nozzle
Nozzle merupakan saluran masuk dan keluar fluida dalam shell ke dalam tube
3.7 Pemilihan Fluida yang Dilewatkan Shell and Tube
Pada pemilihan fluida yang akan dilewatkan dalam tube maupun shell
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kemudahan perawatan
Jika dibandingkan cara membersihkan tube and shell, maka pembersihan
shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan pada
bagian shell dan fluida yang kotor melalui tube. Fluida kotor dilewatkan
melalui tube karena tube-tube mudah untuk dibersihkan.
2. Sifat aliran fluida
Jika laju arus fluida dalam tube kecil maka pola alirannya laminarsehingga
tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pola aliran dalam tube harus turbulen
karena koefisien perpindahan panasnya akan besar. Aliran dalam tube
mempunyai kecepatan yang besar sehingga dan dapat mencegah terjadinya
endapan
3. Kekotoran fluida
Fluida kotor dilewatkan melalui tube karena tube-tube dengan mudah dapat
dibersihkan. Dilewatkan melalui shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau
sejumlah besar dari cokes atau reruntuhan ada yang terkumpul di shell dan
dapat dihilangkan melalui tempat pembuangan pada shell.
4. Kekorosian fluida
Masalah korosi sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari paduan logam.
Paduan logam tersebut mahal oleh karena itu fluida yang korosif dialirkan
melalui tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell.

37
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

5. Tekanan
Fluida bertekanan tinggi dilewatkan pada tube karena bila dilewatkan shell
membutuhkan diameter dan ketebalan yang lebih sehingga membutuhkan
biaya yang lebih mahal.
6. Suhu
Fluida dengan suhu tinggi dilewatkan pada tube karena panasnyaditransfer
ke arah permukaan luar tube atau ke arah shell sehingga akan diserap
sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Apabila fluida dengan
temperatur lebih tinggi dilewatkan pada shell maka transfer panas tidak hanya
dilakukan ke arah tube, tetapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke
arah luar shell (ke lingkungan).
7. Kuantitas
Fluida yang memiliki volume yang besar dilewatkan melalui tube untuk
memaksimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.
8. Viskositas
Fluida yang viskos atau memiliki laju rendah, dilewatkan melalui shell
karena dapat menggunakan baffle.
9. Pressure drop
Peletakan fluida dalam tube akan lebih mudah dalam pengkalkulasian
pressure drop.
10.Sediment/Suspended
Solid/Fouling Fluida yang mengandung Sediment/Suspended Solid atau
yang menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di tube sehingga tube-tube
dengan mudah dibersikan. Jika fluida yang mengandung sediment dialirkan di
shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada stagnant zone di
sekitar baffle, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi tidak mungkin
dilakukan tanpa mencabut tube bundle.
Penggunaan alat-alat perpindahan panas tersebut, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dan ditetapkan batasnya yaitu:
a. Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas
dari fluida dingin lewat dinding tube.

38
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

b. Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada


masing-masing fluida ketika mengalir melalui alat tersebut.
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik dalam
penggunaannya apabila memenuhi ketentuan yaitu mampu memindahkan panas
sesuai dengan kebutuhan proses operasi dalam keadaan kotor (fouling factor atau
Rd). Rd adalah gabungan maksimum terhadap perpindahan panas yang diperlukan
oleh kotoran yang menempel pada bagian permukaan dinding shell dan tube apabila
tidak dibersihkan akan mengurangi perpindahan panas yang terjadi.
Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran berbeda dalam
batas-batas yang diijinkan, yaitu:
a. Untuk aliran uap dan gas : ∆P tidak melebihi 0,5-2,0 psi
b. Untuk aliran cairan : ∆P tidak melebihi 5-10 psi
Kedua ketentuan tersebut harus diperhatikan baik dalam melaksanakan
evaluasi maupun analisis performance suatu alat perpindahan panas.

3.8 Pembersihan dan Pemeliharaan (maintenance) Heat Exchanger


Umumnya pembersihan pada heat exchanger dengan melihat perhitungan
faktor kekotorannya setelah beberapa periode tertentu. Jika sudah mendekati
periode tersebut heat exchanger tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal
karena adanya kotoran-kotoran yang melekat pada dinding shell maupun tube
sehingga ini dapat diatasi dengan cara memberhentikan heat exchanger
sementara kemudian dilakukan pembersihan. Pada proses pemurnian minyak
bumi, sering ditemui cake dan kotoran lainnya yang korosif dan dapat merusak
alat. Untuk meminimkan kadar korosi serat deposit garam dalam alat tersebut
maka biasanya digunakan suatu katalisator negatif dalam sistem
pengoperasiannya.
Pada prinsipnya maintenance dapat dibagi menjadi dua yaitu planned
maintenance dan unplanned maintenance. Adapun jenis maintenance dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Preventuve Maintenance

39
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Tindakan agar peralatan tidak mengalami kerusakan atau gangguan. Oleh


karena itu, tindakan ini bertujuan menekan suatu tingkat keadaan yang
menunjukkan gejala kerusakan sebelum peralatan tersebut mengalami
kerusakan fatal sehingga umur pemakaiannya panjang.
b. Corrective Maintenance
Tindakan corrective atau perbaikan tidak saja hanya memperbaiki
kerusakan akan tetapi terutama mempelajari sebab-sebabnya dan
bagaimana cara mengatasinya agar tidak terulang lagi, frekuensi corrective
sangat dipengaruhi sejauh mana preventive dilakukan.
c. Break Down
Merupakan salah satu bentuk tindakan perbaikan terhadap peralatan
dengan cara membongkar pasang yang dikenal overhead. Overhead dibagi
dua minor dan major, penentuan overhead minor atau major berdasarkan:
1. Tingkat kesulitan kerusakan.
2. Waktu yang dipergunakan untuk perbaikan
d. Shut Down
Peralatan yang mendadak mati atau ada yang mengartikan dimatikan,
dalam hal ini disengaja dimatikan untuk keperluan tindakan maintenance,
perbedaan pengertian ini berdasarkan pengalaman di lapangan namun pada
dasarnya shut down adalah mati atau terhentinya karena kerusakan atau
dalam rangka perbaikan.
e. Over Haul
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap sesuatu fasilitas
atau peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
1. Minor Over Haul adalah perbaikan dalam kriteria ringan.
2. Major Over Haul adalah perbaikan dalam kriteria berat.
Kriteria ringan dan berat berdasarkan tingkat kesulitan, waktu yang
dipergunakan, keahlian tenaga kerja dan besarnya biaya yang dibutuhkan.
f. Predictive Maintenance
Merupakan perkiraan terhadap peralatan yang diperkirakan dalam waktu
tertentu akan rusak, mungkin karena sudah menunjukkan gejala atau karena

40
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

perkiraan atas umur peralatan tersebut. Jadi predictive maintenance adalah


bentuk baru dari Planned maintenanc dimana penggantian komponen/suku
cadang dilakukan lebih awal waktu terjadinya kerusakan
g. Unplanned Maintenance
Pelaksanaan perbaikan terhadap suatu fasilitas karena kerusakan di luar
schedule atau terjadi emergency. Biasanya dilakukan dengan break down
atau overhaul, suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh siapapun.
Kejadian ini sangat dihindari, maka tindakan corrective berdasarkan
planned maintenance merupakan hal mutlak untuk menghindari
emergency. Kerugian atas terjadinya emergency akan lebih besar demikian
juga dengan lost production akan lebih besar.

3.9 Analisis Performance Heat Exchanger


Untuk menganalisis performance suatu Heat Exchanger, parameter-
parameter yang digunakan adalah:
1. Duty (Q)
Duty merupakan besarnya energi atau panas yang ditransfer per waktu. Duty
dapat dihitung baik pada fluida dingin atau fluida panas. Apabila duty pada saat
operasional lebih kecil dibandingkan dengan duty pada kondisi desain,
kemungkinan terjadi heat losses, fouling dalam tube, penurunan laju alir (fluida
panas atau dingin), dan lain-lain. Duty dapat meningkat seiring bertambahnya
kapasitas. Untuk menghitung unjuk kerja alat penukar panas, pada dasarnya
menggunakan persamaan berikut:
𝑄 = 𝑊 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇
Keterangan:
Q = Jumlah panas yang dipindahkan (Btu/hr) W = Laju alir (lb/hr)
Cp = Specific heat fluida (Btu/lb °F)
∆T = Perbedaan temperatur yang masuk dan keluar (°F)
2. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷= Δ𝑡ℎ−Δ𝑡𝑐 lnΔ𝑡ℎ Δ𝑡𝑐
Keterangan:

41
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Δ𝑡ℎ = Beda temperatur tinggi (°F)


Δ𝑡𝑐 = Beda temperatur rendah (°F)

3. Clean Overall Coefficient (Uc)


Clean Overall Coefficient merupakan coefficient panas menyeluruh pada
awal Heat Exchanger yang dipakai (masih bersih), biasanya ditentukan oleh
besarnya tahanan konveksi ho dan hio, sedangkan tahanan konduksi diabaikan
karena sangat kecil bila dibandingkan dengan tahanan konveksi.
hio x ho
Uc
hio + ho

4. Design or Dirty Overall Coefficient (Ud)


Design or Dirty Overall Coefficient merupakan koefisien perpindahan
panas menyeluruh setelah terjadi pengotoran pada heat exchanger, besarnya Ud
lebih kecil daripada Uc.
𝑄
𝑈𝑑 =
𝑛𝑡 × 𝑎𝑛 × 𝐿 × 𝐿𝑀𝑇𝐷

5. Heat balance
𝑄 = 𝑊 × 𝐶𝑝 × (𝑇1 − 𝑇2) = 𝑊 × 𝐶𝑝 × (𝑡1 − 𝑡2)
Bila panas yang diterima fluida lebih kecil daripada panas yang dilepaskan
fluida panas berarti panas yang hilang lebih besar dan ini mengurangi performance
suatu Heat Exchanger.

6. Fouling factor (Rd)


Fouling factor merupakan resistance dan heat exchanger yang
dimaksudkan untuk mereduksi korosifitas akibat dari interaksi antara fluida dengan
dinding pipa heat exchanger, tetapi setelah digunakan beberapa lama Rd akan
mengalami akumulasi (deposited), hal ini tidak baik untuk Heat Exchanger karena
Rd yang besar akan menghambat laju perpindahan panas antara hot fluid dan cold
fluid. Jika fouling tidak dapat dicegah, dibutuhkan pembersihan secara periodik.

42
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Pembersihan ini membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga terkadang


operasi produksi harus dihentikan.
Uc − Ud
𝑅𝐷 =
Ud Uc x Ud
Bila Rd (deposited) > Rd (allowed) maka Heat Exchanger tersebut perlu
dibersihkan. Rd yang diijinkan sebesar 0,004 hr.ft2 .°F/Btu.

7. Pressure Drop (∆P)


Penurunan tekanan baik di shell maupun di tube tidak boleh melebihi batas
pressure drop yang dizinkan. Tekanan dalam heat exchanger, merupakan Driving
Force bagi aliran fluida di shell maupun di tube, jika pressure drop lebih besar dari
yang diizinkan maka akan menyebabkan laju alir massa (lb/hr) inlet fluida di shell
dan di tube jauh berbeda dengan laju alir massa outlet masing-masing fluida. Hal
ini akan menurunkan performance dari Heat Exchanger tersebut. Pressure drop
pada shell dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑓 × (𝐺𝑠)2 × 𝐷𝑠 × (𝑁 + 1)
∆Ps =
(522 × 1010 )𝐷 × 𝑆𝑔 × ∅𝑠
Pressure drop pada shell dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑓 × (𝐺𝑠)2 × 𝐿 × 𝑛
∆Pt =
(522 × 1010 )𝐷 × 𝑆𝑔 × ∅𝑠
Keterangan:
f = Fanning Friction Factor
Gs = Laju alir massa per satuan luas dalam
N = Jumlah pass / laluan tube
D = Diameter dalam tube
Sg = Specific Gravity
Dalam menganalisis performance shell and tube heat exchanger diasumsikan:
a. Terdapat heating surface yang sama pada setiap pass.
b. Overall Coefficient Heat Transfer (Uc) adalah konstan.
c. Laju alir massa fluida di shell dan di tube adalah konstan.
d. Specific Heat dari masing-masing fluida adalah konstan.

43
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

e. Tidak ada perubahan fasa penguapan pada setiap bagian dari heat exchanger.
f. Heat Loss diabaikan

44
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Pengenalan Alat Heat Exchanger-003
Heat exchanger merupakan alat penukar panas yang berfungsi untuk
pemanasan awal maupun untuk pendinginan suatu fluida, dengan kata lain heat
exchanger merupakan alat untuk memindahkan panas dengan memanfaatkan panas
dari suatu aliran fluida yang lain. Heat exchanger yang digunakan pada unit kilang
merupakan heat exchanger berjenis shell and tube dengan arah aliran counter
current dan di pasang secara vertikal. Heat exchanger di PPSDM Migas berjumlah
5 buah, namun yang digunakan saat ini berjumlah 3 buah karena sisanya mengalami
kerusakan. Pada heat exchanger-003 ini, tube dialiri oleh bahan baku yaitu crude
oil sedangkan pada bagian shell dialiri media pemanas yaitu solar. Adapun fungsi
heat exchanger pada unit kilang di PPSDM Migas Cepu adalah sebagai berikut:
1. Mendinginkan produk (solar dan residu)
2. Memberikan pemanasan awal pada bahan baku (crude oil)
3. Mengurangi beban pemanasan pada furnace
4. Menghemat energi
Penurunan efisiensi pada suatu alat penukar panas akan terjadi jika alat tersebut
digunakan secara terus menerus tanpa dilakukan perawatan. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya penimbunan deposit, kerak, korosi, kebocoroan maupun aliran
fluida yang dapat menyebabkan friksi terhadap dinding alat. Penurunan efisiensi ini
dapat dilihat dari parameter pressure drop yang tinggi, dan nilai dirt factor (Rd)
yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui penurunan efisiensi suatu alat khususnya heat exchanger diperlukan
sebuah analilis kinerja heat exchanger.
4.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam evaluasi kinerja alat penukar panas
(HE-003) di PPSDM Migas ini yaitu metode penelitian kuantitatif berupa
pengambilan data yang diperoleh di lapangan lalu dianalisis berdasarkan
perhitungan sesuai dengan literarur dan observasi lapangan yang dilakukan oleh
mahasiswa selama kerja praktik dengan pendampingan oleh pembimbing lapangan

45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

serta di pantau oleh dosen pembimbing Unjani Cimahi. Adapun tahapan-tahapan


yang digunakan dalam evaluasi kinerja HE-003 ini adalah sebagai berikut:
4.1.1. Studi Literatur
Tahapan studi literatur ini digunakan untuk mendapatkan informasiinformasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan laporan. Sumber pustaka yang diperoleh untuk studi
literatur ini biasanya dilakukan di unit perpustakaan yang telah disediakan oleh PPSDM
MIGAS Cepu maupun sumber pustaka lain yang ditemukan di internet. Jenis sumber
pustaka yang digunakan meliputi: laporan kerja praktik, jurnal, buku maupun tesis.
4.1.2. Diskusi
Tahapan diskusi bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai alat
yang ditinjau maupun keseluruhan proses sehingga dapat memperjelas hal yang belum
dapat dimengerti. Kegiatan diskusi dilakukan bersama pembimbing lapangan maupun
karyawan PPSDM Migas Cepu.
4.1.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam mengevaluasi kinerja furnace-01 pada unit kilang PPSDM
Migas diperoleh dari :
1. Data lapangan
Data lapangan diperoleh dari pengukuran dan pengamatan secara
langsung selama lima hari pada saat heat exchanger beroperasi yaitu pada
5 hingga 7 Desember 2023. Data yang diperoleh meliputi suhu inlet dan
outlet crude oil serta suhu inlet maupun outlet solar
2. Data Control Room
Data yang diperoleh pada ruang kontrol unit kilang PPSDM Migas adalah
data kapasitas crude oil dan solar serta spesifikasi heat exchanger 003. c.
Data Laboratorium Pengujian Hasil Produk Data yang diperoleh pada
laboratorium merupakan data massa jenis crude oil maupun solar
3. Data literatur
Data literatur yang diperoleh merujuk pada buku process heat exchanger
D.Q Kern denga penerbit yaitu Mc. Graw Hill serta sumber pustaka lain
yang berkaitan dengan heat exchanger
4.3 Alat dan Bahan

46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan efisiensi kinerja
HE-003 adalah sebagai berikut:
1. Alat
a. Unit penukar panas (HE-003) pada kilang minyak PPSDM Migas Cepu
b. Alat tulis untuk menulis data yang telah diperoleh.
c. Thermo Gun

2. Bahan
Crude oil Crude oil merupakan bahan baku utama yang akan ditingkatkan
suhu nya sebelum masuk ke furnace untuk meringankan beban furnace. Solar
merupakan salah satu produk dari kilang PPSDM Migas yang dapat digunakan
sebagai media pemanas untuk menaikan suhu crude oil dan menurunkan suhu solar
sendiri sebelum disimpan dalam tanki.
4.4 Prosedur
Prosedur atau tahapan kegiatan dalam proses pelaksanaan kerja praktik pada
unit kilang PPSDM Migas Cepu adalah sebagai berikut:
a. Orientasi umum
Orientasi umum merupakan kegiatan pengenalan lingkungan PPSDM Migas
Cepu yang ditujukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peserta
kerja praktik.
b. Orientasi khusus
Orientasi khusus merupakan kegiatan pengambilan data yang dibutuhkan
dalam penyusunan laporan kerja praktik khususnya menyusun tugas khusus.
Tugas khusus yang diambil dalam pelaksanaan kerja praktik ini mengenai
kinerja salah satu alat penukar panas di unit kilang PPSDM Migas yaitu heat
exchanger-003.
c. Penyusunan laporan
Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui kinerja HE-003
PPSDM Migas Cepu berdasarkan efisiensi perpindahan panas. Tahapan
perhitungan dan analisis dilakukan dengan melihat laporan-laporan

47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

terdahulu mengenai evaluasi efisiensi HE dan buku Process Heat Transfer


oleh Donald Q. Kern sebagai referensi perhitungan.
4.5 Skema Kerja

Data Operasi dari Kilang PPSDM Migas, Cepu

Data HE-003 meliputi:


• Suhu masuk dan suhu keluar shell (Solar) dan tube (Crude
Oil) (°C)
• Densitas (kg/m3 )
• Kapasitas Produksi
• Spesifikasi Alat

Pengolahan Data

Evaluasi Kinerja Alat Heat Exchanger - 003


Gambar 4. 1 Skema Kerja

48
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengolahan Data


Dari hasil data yang telah diperoleh dilapangan
5.1.1 Dimensi Heat Exchanger-003 (HE-003)
Tabel 5.1 Dimensi Heat Exchanger
Shell
Uraian Notasi Satuan
a) Diameter luar ODs inchi 31,614
b) Diameter dalam IDE inchi 30,748
c) Jumlah buffle N inchi 4
d) Jarak antar buffle B buah 23,623
e) Jumlah passes N inchi 1
f) Jenis fluida Solar
Tube
Uraian Notasi Satuan
a) Diameter luar ODt Inchi 1
b) Panjang tube L Ft 10
c) Jumlah tube Nt Buah 400
d) BWG 14
e) Pitch PT inchi 1,25
f) Jarak antar tube C’ inchi 0,25
g) Jumlah passes N 1
h) Jenis pitch Triangular
i) Jenis fluida Crude oil

49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

5.1.2 Data Lapangan


Tabel 5.2 Data Operasi Heat Exchanger
Shell, Hot Fluida (Solar) Tube, Cold Fluida (Crude Oil)
Suhu masuk T1 (°C) 180 Suhu masuk t1 (°C) 58
Suhu keluar T2 (°C) 100,67 Suhu keluar t2 (°C) 89,3
Flow rate (L/hari) 165,4673 Flow rate (L/hari) 415,2119
Specific Gravity (SG) 846,33 Specific Gravity (SG) 828
Densitas 15° 0,84696 Densitas 15° 0,83893

5.1.3 Evaluasi Data Heat Exchanger-003


Tabel 5.3 Data Evaluasi Heat Exchanger
Shell, Hot fluida (solar) Tube, Cold fluida (crude oil)
Suhu masuk T1 (°F) 356 Suhu masuk t1 (°F) 136,4
Suhu keluar T2 (°F) 213,2 Suhu keluar t2 (°F) 192,8
Flow Rate (V) (ft3/jam) 165,4673 Flow Rate (V) (ft3/jam) 415,212
°API Gravity 60 35,54 °API Gravity 60 39,24
1. Menentukan Densitas 1. Menentukan Densitas
p = SG 60/60 x rw (densitas air) p = SG 60/60 x rw (densitas air)
p solar = 0,8471 x 62,5 lb/ft 3 p crude = 0,8287 x 62,5 lb/ft 3

= 52,943 lb/ft3 = 52,487 lb/ft3


2. Mass Flow (W) 2. Mass Flow (W)
W=pxV W=pxV
= 52,943 lb/ft3 x 171,84 ft3/jam = 52,487 lb/ft3 x 171,84 ft3/jam
= 8760,4178 lb/jam = 21793,587 lb/jam

3. Menghitung Suhu Rata - rata (Tavg) 3. Menghitung Suhu Rata - rata (Tavg)
𝑇1 + 𝑇2 356 + 213,2 𝑇1 + 𝑇2 136,4 + 192,8
𝑇𝑎𝑣𝑔 = = 𝑇𝑎𝑣𝑔 = =
2 2 2 2
= 284,6 °F = 164,6 °F

50
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

4. Menentukan Nilai Cp 4. Menentukan Nilai Cp


*Berdasarkan Fig. 4 Kern, diperoleh *Berdasarkan Fig. 4 Kern, diperoleh
0,58 Btu/lb.°F 0,51 Btu/lb.°F

5. Menghitung Neraca Panas (Q) 5. Menghitung Neraca Panas (Q)


ΔT = T1 - T2 = 356 – 213,2 = 142,8 °F ΔT = T1 - T2 = 136,4 – 192,8 = 56,4 °F
Qs = W x Cp x ΔT Qs = W x Cp x ΔT
Qs = 8760,4178 lb/jam x 0,58 Btu/lb.°F x Qs = 21793,58683 lb/jam x 0,51 lb/jam x
142,8 °F 0,51 Btu/lb.°F x 56,4 °F

6. Menghitung Neraca Perpindahan Panas


Qs = 725572,8473 Btu/jam Qs = 626870,7315 Btu/jam
Q = 𝑄𝑠 − 𝑄𝑐
Q = 725572,8473 Btu/jam – 626870,7315 Btu/jam = 98702,11573 Btu/jam

7. Menghitung Q Losses
𝑄 98702,11573 𝐵𝑡𝑢/𝑗𝑎𝑚
Losses = × 100% = × 100% =13,60333647%
𝑄𝑠 725572,8473 𝐵𝑡𝑢/𝑗𝑎𝑚

8. Menghitung LMTD dan ΔT


Δtℎ −Δt𝑐 (356−192,8)−(213,2−136,4)
ΔT𝐿𝑀𝑇𝐷 = Δt = (356−192,8) = 113,6235502 °F
𝐼𝑛 Δtℎ 𝐼𝑛(213,2−136,4)
𝑐
𝑇1 −𝑇2 356−213,2
R= = = 2,5319
𝑡2 −𝑡1 192,8−136,4
𝑡 −𝑡 192,8−136,4
S = 𝑇2 −𝑡1 = 356−136,4 = 0,2568
1 1

*Berdasarkan Fig.18 Kern. Diperoleh Ft = 0,915


Maka LMTD = ΔT𝐿𝑀𝑇𝐷 × 𝐹𝑡 = 114,6235502°F × 0,915 = 104,8805484°F

51
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

9. Menghitung Faktor Kontroling Fuida


Berdasarkan Fig. 17 Kern-Process Heat Exchanger dengan data :
°API𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 =35,54 °F
𝛥𝑇ℎ = 𝑇1 − 𝑇2 = 356 − 213,2 = 142,8 °𝐹
Diperoleh dari Fig.17 Kern Nilai :
Kc = 0,3

10. Menentukan Friksi Kalor (Fc)


Berdasarkan Fig. 17 Kern-Prosecess Heat Exchanger dengan data :
𝛥𝑡𝑐 = 𝑇2 − 𝑡1 = 213,2 − 136,4 = 76,8°F
𝛥𝑡ℎ = 𝑇1 − 𝑡2 = 356 − 192,8 =163,2°F
Δ𝑡𝑐 76,8°𝐹
= = 0,47°F
Δ𝑡ℎ 163,2°F

Diperoleh nilai Fc= 0,39

11. Menghitung Suhu Kalor 11. Menghitung Suhu Kalor


𝑇𝑐 = 𝑇2 + (𝐹𝑐 (𝑇1 − 𝑇2) 𝑡𝑐 = 𝑡2 + (𝐹𝑐 (𝑡2 − 𝑡1)
𝑇𝑐 = 213,2 + (0,39(356 − 213,2) 𝑡𝑐 = 192,8 + (0,39(192,8 − 213,2)
𝑇𝑐 = 268,892 °𝐹 𝑡𝑐 = 214,796 °F

52
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

12. Menghitung Luas Penampang dan Diameter


a. Menghitung Luas Penampang Shell (𝐚𝒔 ) dan Diameter Ekuivalen (De)
ID × C × B
a𝒔 =
144 × P𝑡
(30,748 × 0,25 × 0,25 × 23,623) 3
a𝒔 = 𝑓𝑡
1,25 𝑖𝑛𝑐 × P𝑡
a𝒔 = 1,00833339 𝑓𝑡 2
Berdasarkan Fig. 28 Kern-Process Heat Exchanger diperoleh nilai :
De = 0,06
b. Menghitung Luas Penampang Aliran Dinding Tube (at)
Berdasarkan Tabel 10 Kern-Process Heat Exchanger BWG=14 in, diperoleh flow
area per tube
a’t = 0,546 in, maka :

𝑁𝑡 ×𝑎′𝑡 382×0,546
at = = 144𝑖𝑛2
=
144×𝑛 ×1
1 𝑓𝑡2

at = 1,4484 𝑓𝑡 2
Pada 1 in OD tube dan BWG = 0,834, in = 0,0695 ft

13. Menghitung Kecepatan Massa (Gs) 13. Menghitung Kecepatan Massa (Gt)
𝑊 8760,4178 lb/jam 𝑊 21793,5868 lb/jam
𝐺𝑠 = = 𝐺𝑡 = =
𝑎𝑠 1,00883 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡 1,4484 𝑓𝑡 2
lb lb
𝐺𝑠 = 8683,711673 𝑓𝑡 2 𝐺𝑡 = 15046,49 𝑓𝑡 2
jam jam

53
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

14. Menghitung Bilangan Reynold 14. Menghitung Bilangan Reynold


Berdasarkan Fig. viskositas of petroleum Berdasarkan Fig. viskositas of petroleum dan
dan Fig. 14 Kern dengan Tc = 268,892 °F Fig. 14 Kern dengan tc = 214,796 °F dan °API
dan °API = 35,54 diperoleh µ dengan = 39,24 diperoleh µ dengan interpolasi sebagai
berikut:
interpolasi sebagai berikut:
Dik : °API=35; x=10; y=20; µ=0,80
Dik : °API=35; x=10; y=20; µ=0,55
°API=42; x=11,6; y=16; µ=0,41
°API=42; x=11,6; y=16; µ=0,33
Dit: µ pada °API = 39,24
Dit: µ pada °API = 35,54
µ − 0,80 39,24 − 35
µ − 0,55 35,54 − 35 =
= 0,46 − 0,80 42 − 35
0,33 − 0,55 42 − 35
µ = 0,8426 Cp
µ = 0,6776 Cp
µ = (0,8426 × 2,42) lb/ft.jam
µ = (0,6776 × 2,42) lb/ft.jam
µ = 2,039092 lb/ft.jam
µ = 1,639792 lb/ft.jam

𝐷𝑒×𝐺𝑠 𝐼𝐷×𝐺𝑡
Maka, Res = 𝜇
Maka, Ret = 𝜇

lb 2 lb 2
0,06 𝑓𝑡 × 8683,711673
jam 𝑓𝑡 0,0695 𝑓𝑡 × 15046,49
jam 𝑓𝑡
lb lb
1,639792 . jam 2,039092 . jam
ft ft
Res = 317,737067 Ret = 512,8415

54
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

15. Menentukan koefisien perpindahan panas lapisan film bagian luar shell (ho)
Berdasarkan Fig.4 Kern-Process Heat Exchange dengan data :
Tc = 268,892 °F
˚API = 35,541
Diperoleh Cp = 0,568 Btu/lb.°F
Berdasarkan Fig.1 Kern-Process Heat Exchange diperoleh k = 0,0769 Btu/jam.ft2
Berdasarkan Fig.28 Kern-Process Heat Exchange
Res = 317,737067, diperoleh jH = 6,5
ho 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 1
= 𝑗𝐻 × ×[ ]3
Փs 𝐷𝑒 𝑘
ho 𝐵𝑡𝑢
= 19,14850868 2 . 𝑗𝑎𝑚. ℉
Փs 𝑓𝑡

55
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

15. Menentukan koefisien perpindahan panas lapisan film bagian luar tube (hio)
Berdasarkan Fig. 4 Kern-Process Heat Exchanger dengan data :
Tc= 214,796 °F
°API = 39,24
Diperoleh Cp = 0,553 Btu/lb.°F
Berdasarkan Fig. 1 Kern-Process Heat Exchanger diperoleh :
k = 0,077 Btu/jam.ft 2
Berdasarkan Fig.24 Kern-Process Heat Exchanger dengan :
Ret = 512,841, diperoleh jH = 1,82
𝐿 10
= = 143,88489
ID𝑡 0,0695

ho 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 1
= 𝑗𝐻 × ×[ ]3
Փs 𝐷𝑒 𝑘
ho 𝐵𝑡𝑢
= 9,843 . ℉. 𝑓𝑡 2
Փs 𝑗𝑎𝑚

16. Menghitung Suhu Dinding Luar Tube (Tw)


ho
Փs
Tw= 𝑡𝑐 + ho hio (𝑇𝑐 − 𝑡𝑐)
+
Փs Փt
ho hio 𝐼𝐷𝑡
Dimana = = ×
Փs Փs 𝑂𝐷
hio 0,0695
= 9,843 ×
Փt 1
hio
= 6,84088
Փt
Menghitung Tw
𝐵𝑡𝑢
19,14850868 2 .𝑗𝑎𝑚.℉
𝑓𝑡
Tw= 214,796 °F+( 𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢 (268,892℉ − 214,796℉)
19,14850868 2 .𝑗𝑎𝑚.℉+ 9,843 .℉.𝑓𝑡 2
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚

Tw = 244,14 °F

56
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

17. Menghitung Koefisien Transfer 17. Menghitung Koefisien Transfer


Panas Bagian Shell (ho) Panas Bagian Tube (hio)
Berdasarkan fig.viskositas of petroleum Berdasarkan fig.viskositas of petroleum
dan fig.14 dengan dan fig.14 dengan
Tw = 244,14 °F dan °API = 35,54 Tw = 244,14 °F dan °API = 39,24
diperoleh data µw dengan interpolasi diperoleh data µw dengan interpolasi
sebagai berikut: sebagai berikut:
Dik : Dik :
°API=35; x=10; y=20; µw=0,9 °API=35; x=10; y=20; µw=0,9
°API=42; x=11,6; y=16; µ=0,47 °API=42; x=11,6; y=16; µ=0,47
Dit: µw pada °API = 35,54 Dit: µw pada °API = 39,24
µw − 0,60 35,54 − 35 µ − 0,60 39,24 − 35
= =
0,35 − 0,60 42 − 35 0,35 − 0,60 42 − 35
µw = 0,86682 µw = 0,63954
µw = (0,86682 x 2,42) lb/ft.jam µw = (0,63954 x 2,42) lb/ft.jam
µw = 1,9416768 lb/ft.jam µw = 1,5476868 lb/ft.jam
µ µ
Φs = (µw)0,14 Φs = (µw)0,14
0,9 0,47
Φs = (1,9416768)0,14 Φs = (1,5476868)0,14

Φs = 0,897944 Φs = 0,846327
ho 𝐵𝑡𝑢 hio 𝐵𝑡𝑢
= 19,1485 . ℉. 𝑓𝑡 2 = 9,8429 . ℉. 𝑓𝑡 2
ϕs 𝑗𝑎𝑚 ϕs 𝑗𝑎𝑚
𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
ho = 19,1485 𝑗𝑎𝑚 . ℉. 𝑓𝑡 2 × 0,897944 hio = 9,8429 𝑗𝑎𝑚 . ℉. 𝑓𝑡 2 × 0,846327

ho = 17,19428 hio = 8,33039

57
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

18. Menghitung Koefisien Bersih (Uc)


ℎ𝑖𝑜 × ℎ𝑜
𝑈𝑐 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Btu
8,33039 × 17,19428 [jam . ℉. 𝑓𝑡2 ]
𝑈𝑐 = Btu
8,33039 + 17,19428 [jam . ℉. 𝑓𝑡2 ]

𝑈𝑐 = 5,61163286 Btu/jam. ℉. 𝑓𝑡 2

19. Menghitung Koefisien Kotor Transfer Panas Overall (Ud)


Diketahui :
ODt = 1 in
BWG = 14 in
Berdasarkan Kern Tabel 10, maka didapatkan a” = 0,2618 in
A = Nt x L x a”
A = 382 x 10 x 0,2618 = 1000,076 ft
𝑄𝒕
𝑈𝑑 =
𝐴 × ΔLMT𝐷
626870,7315 𝐵𝑡𝑢/𝑗𝑎𝑚 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑑 = = 5,468537 . ℉. 𝑓𝑡 2
1000,076 𝑓𝑡 × 114,6235502℉ 𝑗𝑎𝑚

20. Menghitung Nilai Dirt Factor (Rd)


𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 × 𝑈𝑑
Btu 𝐵𝑡𝑢
5,61163286 jam . ℉. 𝑓𝑡2 − 5,468537 𝑗𝑎𝑚 . ℉. 𝑓𝑡 2
𝑅𝑑 =
Btu 𝐵𝑡𝑢
5,61163286 jam . ℉. 𝑓𝑡2 × 5,468537 𝑗𝑎𝑚 . ℉. 𝑓𝑡 2

Btu
𝑅𝑑 = 0,00466302 . ℉. 𝑓𝑡2
jam

58
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

21. Menghitung Efisiensi (η) Heat Exchanger


𝑄𝑠
η = × 100%
𝑄𝑡
626870,7315
η = × 100% = 86,39666353%
725572,8473

22. Menghitung Pressure Drop


a. Pressure Drop Pada Bagian Shell (ΔPs)
Res = 317,7370669
𝑓𝑡 2
Berdasarkan fig.29 Kern, diperoleh f = 0,042 𝑖𝑛2

˚API = 35,54
Tc = 268,892 °F
Gs = 8683,711673 lb/jam.𝑓𝑡 2
Φs = 0,897943848
SGsolar 60/60˚F = 0,8471
De = 0,06 ft
𝐿 10 𝑓𝑡 12 𝑖𝑛
Jumlah crosses (N+1) = 12 × 12 × × = 60,95754
𝐵 23,623 1 𝑓𝑡

f × 𝐺𝑠 2 × (𝑁 + 1)
ΔP𝑠 =
60
5,225 × 1010 × 𝐷𝑒 × 𝑆𝐺 60 ℉ × ϕ𝑠
2
lb
0,042 × (8683,711673 jam . 𝑓𝑡 2 ) × (60,95754)
ΔP𝑠 =
5,225 × 1010 × 0,06 𝑓𝑡 × 0,8471 × 0,897943848
ΔP𝑠 = 0,0071404 𝑃𝑠𝑖

59
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

b. Pressure Drop Pada Bagian Tube (ΔPt)


Re,t = 512,8415256
𝑓𝑡 2
Berdasarkan fig.29 Kern, diperoleh f = 0,0038 𝑖𝑛2

˚API = 39,24
L = 10 ft
N=1
Gt = 15046,48996 lb/jam.𝑓𝑡 2
Φt = 0,846326752
SGcrudeoil 60/60˚F = 0,8398
IDt = 0,834 in = 0,0695 ft
f × 𝐺𝑡 2 × 𝐿 × 𝑛
ΔP𝑡 =
60
5,225 × 1010 × 𝐼𝐷𝑡 × 𝑆𝐺 60 ℉ × ϕ𝑡
2
lb
0,0038 × (15046,48996 . 𝑓𝑡 2 ) × (10 𝑓𝑡) × 1
jam
ΔP𝑡 =
5,225 × 1010 × 0,0695 𝑓𝑡 × 0,8398 × 0,846326752
ΔP𝑡 = 0,003333235 𝑃𝑠𝑖

𝐺𝑡
𝑣=
𝜌
lb
15046,48996 . 𝑓𝑡2 1 𝑗𝑎𝑚
jam
𝑣= ×
𝑙𝑏 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
52,48786408
𝑓𝑡 3
𝑣 = 0,079629465 𝑓𝑡/𝑠

60
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

4𝑛 × 𝑣2
ΔPr =
𝑆𝐺𝑐𝑟𝑢𝑑𝑒𝑜𝑖𝑙 × 2(𝑔)
4(1) × (0,079629465)2
ΔPr =
0,8398 × 2(32,2)
ΔPr = 0,000468968 Psi

23. Menghitung Pressure Drop Total (ΔPTotal)


ΔPTotal = ΔPt + ΔPr
= 0,00333235 Psi + 0,00046898 Psi
ΔPTotal = 0,007609367 Psi

5.2 Pembahasan
Heat Exchanger meruapakan alat yang berfungsi untuk menukarkan panas
dari suatu fluida ke fluida lainnya yang memiliki perbedaan panas signifikan.
Perpindahan bisa terjadi dengan kontak secara langsung maupun tidak langsung.
Jenis alat penukar panas pada unit kilang PPSDM Migas Cepu adalah shell and tube
heat exchanger dengan aliran counter – current, terdapat 5 unit heat exchanger
yaitu HE - 01, HE - 02, HE - 03, HE - 04, dan HE - 05. Masing – masing unit heat
exchanger memiliki perbedaan, diantaranya posisi heat exchanger tersebut. Untuk
HE – 01 dan HE – 02 dipasang secara horizontal sedangkan untuk HE – 03, HE –
04, HE – 05 dipasang secara vertical, adapun alasan ketidakrataan posisi tersebut
dikarenakan keterbatasan tempat.
Pada kerja praktik ini, Heat Exchanger yang diamati HE – 03 yang
menggunakan fluida panas berupa solar dan fluida dingin berupa crude oil.
Pemanasan bahan baku (crude oil) bertujuan sebagai pemanasan awal sebelum
masuk kedalam furnance serta dapat menghemat energi (fuel oil), adapun pendingin
berupa solar bertujuan untuk mengurangi beban pendinginan pada cooler. Bahan
baku (crude oil) ditempatkan pada tube sedangkan unuk media pemanasnya berupa
solar ditempatkan pada shell.

61
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Fluida yang mengalir secara terus menerus didalam alat akan membawa zat
pengotor yang ikut terbawa kedalam aliran, pengotor tersebut akan menempel pada
dinding shell dan tube. Dan dalam jangka waktu yang lama, zat pengotor yang
menempel akan menjadi kerak sehingga dapat mengganggu proses perpindahan
panas dan penyumbatan aliran pada heat exchanger. Terganggunya proses
perpindahan panas mengakibatkan suhu yang diinginkan sulit tercapai atau panas
yang dihasilkan harus lebih tinggi dari biasanya, dan akan berdampak pada
pemborosan bahan bakar. Penyumbatan aliran fluida dapat meningkatkan nilai
pressure drop sehingga dapat mengurangi efisiensi alat, selain itu penumpukan
kerak dapat mengakibatkan localize overheating atau kenaikan suhu pada spot
tertentu dan apabila tidak dilakukan pembersihan akan mengakibatkan kebocoran.
Oleh karena itu evaluasi kinerja heat exchanger sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi alat saat beroperasi sehingga dapat mencegah terjadinya
kerusakan alat.
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik apabila
memenuhi dua ketentuan, yaitu nilai fouling factor (Rd) tidak melebihi 0,003
Btu/jam.˚F.ft2 dan penurunan tekanan tidak melebihi 10 psi (Kern dalam
Agusmanto, 2021). Fouling factor / dirty factor (Rd) adalah nilai yang menunjukan
besarnya faktor pengotor karena adanya endapan sehingga memberikan tahanan
tambahan terhadap aliran panas (Muhammad Rais Zain, 2020). Pressure drop
merupakan penurunan tekanan yang terjadi pada suatu aliran karena gesekan
dinding / saluran (Muhammad Rais Zain, 2020).
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai dirt factor (Rd) pada
Heat Exchanger – 03 adalah 0,004663 𝐵𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑚. ℉. 𝑓𝑡2 ⁄ nilai ini melebihi ambang
batas yang telah ditentukan, hal tersebut dapat dibuktikan karena didalam HE – 03
terdapat kerak yang menempel. Sedangkan nilai pressure drop dari perhitungan
pada shell 0,0071404 Psi dan pada tube 0,0033332 Psi dibawah dari batas pressure
drop yang ditentukan, yaitu 10 Psi. Jika nilai pressure drop lebih tinggi dari nilai
yang diizinkan maka akan menyebabkan jumlah fluida yang mengalir pada inlet
shell dan di tube akan jauh berbeda dengan outlet shell dan tube pada HE – 03.
Adapun nilai efisiensi kinerja HE – 03 yaitu 86,39666353%.

62
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Nilai dirty factor (Rd), pressure drop, dan efisiensi HE – 03 membuktikan


bahwa Heat Exchanger pada unit kilang di PPSDM Migas Cepu masih layak untuk
digunakan dengan performa yang baik (Sihoombing, 2020).

63
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan juga perhitungan yang telah dilakkan terhadap
kinerja HE-003 di PPSDM Migas cepu, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Alat Heat Exchanger pada Unit Kilang PPSDM Migas Cepu bertujuan
untuk mengurangi beban furnace pada proses pengolahan, mengatasi
pemanasan yang berlebihan dan menghemat bahan bakar dengan
memanfaatkan panas solar dan residu.
2. Berdasarkan perhitungan pada HE - 03 di PPSDM Migas Cepu diperoleh
dirt factor (Rd) 0,042135 Btu/jam. °F.ft2
3. Pressure drop hasil perhitungan baik pada shell dan tube memiliki nilai
yang lebih rendah dari APaiiowabie. AP pada shell 0,005041960 Psi dan
pada tube 0,001202849 Psi
4. Efektifitas HE-03 adalah 76,83065115%
5. Heat Exchanger-03 pada unit kilang PPSDM Migas Cepu masih layak
digunakan.
6.2. Saran
1. Jumlah flow rate crude oil dan solar yang masuk kedalam heat exchanger
dapat diketahui dan lebih mudah dikontrol apabila pada masing-masing
pipa inlet dipasang flow meter.

2. Untuk menjaga efektivitas HE-003 ini sebaiknya dilakukan maintenance


berkala sesuai dengan waktu yang dianjurkan.

64
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

DAFTAR PUSTAKA
Agusmanto, A. (2021. Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 03 Tipe Shell and Tube
Menggunakan Perhitungan dan Simulasi Hysys di Unit Kilang Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM
Migas). Aceh: Fakultas Teknik. Universitas Syiah Kuala.

Jatmika, A.A. (2021). Evaluasi Kinerja Stripper C-04 Ditinjau dari Neraca Massa
dan Panas Pada Unit Kilang Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gasb Bumi (PPSDM MIGAS) Cepu.. Yogyakarta: Institut Sains
& Teknologi AKPRIND.

Kern, D. (1950). Process Heat Transfer. New York : McGraw Hill International
Book Company Inc.

Kern, D. (1983). Process Heat Transfer. Graw-Hill Book Company Imk: New York

PPSDM Migas. (2022). Sejarah PPSDM Migas Cepu, Diakses pada tanggal 11
Desember 2023 Pukul 9.30 WIB (https://ppsdmmigas.esdm.go.id).

Sihombing, C. (2020). Analisa Efisiensi Termal Turbin, Kondensor dan Menara


Pendingin Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Swara Patra:
Majalah Ilmiah PPSDM Migas.

Syaichrrozi, Iqbal., dkk. 2014. Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate and
Frame : Pengaruh Laju Alir Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran
Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh. Jurnal Teknik Kimia FT
Univ Sultan Agung Tirtayasa

Zain, M. R. (2020). Evaluasi Efisiensi Heat Exchanger (HE - 4000) dengan Metode
Kern. Malang : Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Malang.
LAMPIRAN A
DATA OPERASI
Lampiran 1 Data Kapasitas Harian
1.1 Hari Pertama (6 Desember 2023)

Crude Oil

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

A-65
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

T101 468 434 -34 101.508 0,98825 100.315 31 0,8976


T101 434 408 -26 77.858 0,98530 76.713 33 0,8399

T101 408 370 -38 113.791 0,98767 112.388 30 0,8387

Total CO 293.157 [100%] 289.416 [100%]

Pertasol CB

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T113 160 220 60 17.431 0,97199 16.943 42 0,7619


T110 262 280 18 4.753 0,98147 4.665 34 0,7795
T113 86,1 100 13,9 4.049 0,98147 3.974 34 0,7795

T113 100 180 80 23.273 0,97745 22.748 37 0,7644

Total CB 49.506 [16,89%] 48.330 [16,70%]

Pertasol CC

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T112 82,8 150 67,2 19.614 0,98260 19.273 33 0,7816

Total CC 19.614 [6,69%] 19.273 [6,66%]

Solar

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T127 325 350 25 7.040 0,98363 6.925 35 0,8408


T126 28 200 172 48.573 0,98363 47.778 35 0,8408
T126 200 350 150 42.364 0,98545 41.748 33 0,8463
T124 37,2 60 22,8 6.451 0,98545 6.357 33 0,8463

T120 60 254 194 46.090 0,98801 45.537 30 0,8503

B-2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Total Solar 150.518 [51,34%] 148.345 [51,26%]

Residu

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T123 151,7 202,2 50,5 28.157 0,96936 27.294 57 0,8976


T123 202,2 238,1 35,9 20.015 0,96656 19.346 61 0,8993
T123 238,1 282 43,9 24.475 0,97318 23.819 52 0,9021
Total
72.647 [24,78%] 70.459 [24,35%]
Residu
Total
292,285 286,407
Produk [99,70%] [98,96%]

Losses 872 [0,30%] 3.009 [1,04%]

B-3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Fuel

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T104 260 246 -14 3.936 0,98106 3.861 40 0,8781


T104 246 235 -11 3.093 0,98106 3.034 40 0,8781
T104 235 218 -17 4.779 0,98106 4.688 40 0,8781
Total Fuel 11.808 [4,03%] 11.583 [4,00%]

1.2 Hari Kedua (07 Desember 2023)

Crude Oil

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T101 370 342 -28 83.847 0,98612 82.683 32 0,8411


T101 342 310 -32 95.824 0,98530 94.415 33 0,8400

T101 310 278 -32 95.732 0,98767 94.552 30 0,8387

Total CO 275.403 [100%] 271.650 [100%]

Pertasol CA
Nomor Ltr Volume Density
Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15
T117 91,5 130 38,5 11.210 0,97850 10.969 34 0,7350

T117 130 195 65 18.924 0,98143 18.573 32 0,7471

Total CA 30.134 [10,94%] 29.542 [10,88%]

B-4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Pertasol CB

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T113 180 200 20 5.811 0,96912 5.632 45 0,7635

T113 200 223 23 6.681 0,98076 6.552 34 0,7677

Total CB 12.492 [4,54%] 12.184 [4,49%]

Solar

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T124 254 345 91 25.716 0,98387 25.301 35 0,8467


T127 33,7 165 131,3 37.116 0,98255 36.468 37 0,8541
T127 165 320 155 43.694 0,98613 43.088 32 0,8417
T127 320 350 30 8.448 0,98532 8.324 33 0,8412

T125 35 181 146 41.286 0,98946 40.851 28 0,8439

Total Solar 156.260 [56,74%] 154.032 [56,70%]

B-5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Residu

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T123 239,9 266,7 26,8 14.942 0,97130 14.513 55 0,9101


T123 236,4 309,3 72,9 40.643 0,96908 39.386 58 0,9071
T123 176,4 212,4 36 20.071 0,97051 19.479 56 0,9078
Total
75.656 [27,47%] 73.378 [27,01%]
Residu
Total
274,542 [99,69%] 269,136
Produk [99,07%]

Losses 861 [0,31%] 2.514 [0,93%]

Fuel

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T104 218 206 -12 3.374 0,97750 3.298 45 0,8824


T104 189 173 -16 4.498 0,97970 4.407 42 0,8824
T104 206 189 -17 4.780 0,97970 4.683 42 0,8824
Total Fuel 12.652 [4,59%] 12.388 [4,56%]

B-6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1.3 Hari Ketiga (08 Desember 2023)

Crude Oil

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T101 278 246 -32 95.650 0,98612 94.322 32 0,8411


T101 246 213 -33 98.638 0,98365 97.025 35 0,8413

T101 213 185 -28 83.694 0,98769 82.664 30 0,8397

Total CO 277.982 [100%] 274.011 [100%]

Pertasol CA

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T117 195 225 30 8.735 0,97430 8.511 37 0,7250


T117 101,9 130 28,1 8.182 0,98623 8.069 27 0,7308

T117 130 175 45 13.101 0,98198 12.865 31 0,7363

Total CA 30.018 [10,80%] 29.445 [10,75%]

Solar

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T125 181 350 169 47.614 0,98286 46.798 36 0,8415


T120 21 70 49 11.668 0,98136 11.451 38 0,8439
T120 70 336 266 63.188 0,98914 62.502 28 0,8321
T120 336 400 64 15.246 0,98920 15.081 28 0,8350

T124 46,4 165 118,6 33.498 0,98920 33.136 28 0,8350

Total
171.214 [61,59%] 168.968 [61,66%]
Solar

B-7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Residu

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T123 212,4 245,4 33 18.399 0,96793 17.809 59 0,8989


T123 27,7 43,7 16 8.944 0,96793 8.657 59 0,8989
T123 43,7 92 48,3 26.978 0,96408 26.009 65 0,9069
T123 92 130,7 38,7 21.601 0,96901 20.932 58 0,9052
Total
75922 [27,31%] 73.407 [26,79%]
Residu

Total
277.154 [99,70%] 271.820 [99,20%]
Produk

Losses 828 [0,30%] 2.191 [0,80%]

Fuel

Nomor Ltr Volume Density


Awal Akhir CM Ltr 15 Temp
Tangki Obs CF 15

T104 173 162 -11 3.093 0,97970 3.030 42 0,8824


T104 162 148 -14 3.942 0,97970 3.862 42 0,8824
T104 148 121 -27 7.642 0,97970 7.487 42 0,8824
Total
14.677 [5,28%] 14.379 [5,25%]
Fuel

B-8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

LAMPIRAN B
DATA LITERATUR
Lampiran 2 Diagram
Lampiran 2.1 Figure 4 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan nilai Cp)

B-1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.2 Figure 18 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan Ft)

B-2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.3 Figure 17 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan Nilai Kc)

B-3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.4 Figure 17 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan Nilai Fc)

B-4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.5 Tabel 10 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan Nilai BWG)

B-5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.6 Figure 28 Kern-Process Heat Exchanger (Penentuan Nilai De)

B-6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.7 Figure viscosities Kern-Process Heat Exchanger

B-7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

B-8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.8 Figure 14 Kern-Process Heat Exchanger (µ pada °API 35 dan 45


Solar)

B-9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.9 Figure 14 Kern-Process Heat Exchanger (µ pada °API 35 dan 45


Crude Oil)

B-10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.10 Perhitungan (ho) Figure 4 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai


Cp)

Lampiran 2.10 Figure 1 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai K)

B-11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.11 Figure 28 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai Res)

B-12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.12 Perhitungan (hio) Figure 4 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai


Cp)

Lampiran 2.13 Figure 1 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai K)

B-13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.11 Figure 24 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai Ret)

B-14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.12 Tabel 10 Kern-Process Heat Exchanger (Nilai Ud)

B-15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Lampiran 2.13 Figure 29 Kern-Process Heat Exchanger (Perhitungan Pressure


Drop)

B-16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

LAMPIRAN C
DIAGRAM ALIR PROSES KILANG PPSDM MIGAS

C-1

Anda mungkin juga menyukai