Anda di halaman 1dari 3

Nama : Brian Fathurohman

Kelas : Ilmu Komunikasi B (Non Reguler)


Mata Kuliah : Komunikasi Massa
Dosen : Ida Ri’aeni, S.Sos., M.I.Kom
Semester : 3 (Gasal)
Tugas : Audiens

1) Pengertian Hiperealitas & Simulasi menurut Jean Baudrilland


2) Pengertian Ekonomi Politik Media (Spasialisasi, Kondifikasi, Strukturasi – Vincent Mosco)
3) Pengertian Konglomerasi & Kapitalisme Media
4) Contoh Komidifikasi dalam khidupan sehari-hari (media lokal, media nasional, media global)

Jawab

1. Hiperealitas & Simulaca


Hiperrealitas adalah konsep yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard, sebuah konsep dimana
realitas yang dalam konstruksinya tidak bisa dilepaskan dari produksi dan permainan tanda-tanda
yang melampaui realitas aslinya (Hyper-sign). Hiperrealitas menciptakan suatu kondisi dimana
kepalsuan bersatu dengan keaslian, masa lalu berbaur dengan masa kini, fakta bersimpang siur dengan
rekayasa, tanda melebur dengan realitas, dusta bersenyawa dengan kebenaran. Hiperrealitas
menghadirkan model-model kenyataan sebagai sebuah simulasi bagi penikmatnya (simulacrum).
Simulasi adalah suatu proses dimana representasi (gambaran) atas dasar tanda-tanda realitas (sign of
reality), dimana tanda-tanda tersebut justru menggantikan objek itu sendiri, dimana representasi itu
menjadi hal yang lebih penting dibandingkan objek tersebut .
Simulasi hadir bukan untuk melukiskan realitas yang diwakilkannya, tetapi mereka hadir
hanya untuk mengacu pada dirinya sendiri & melampaui realitas aslinya. Dalam penjelasannya,
seperti pada kondisi masyarakat saat ini, media mempunyai suatu peranan penting dalam penyebaran
realitas, dimana penyebaran tersebut akan diserap oleh konsumen media (masyarakat). Kemudian
masyarakat tersebut menerima informasi dan setelah itu menyerapnya. Hal ini membuat masyarakat
menganggap bahwa informasi tersebut sebagai suatu kebenaran, yang padahal informasi tersebut
hanyalah sebuah realitas semu. Dari titik ini, baudrillard menggunakan istilah simulacrum yang
merupakan cara pemenuhan kebutuhan masyarakat kontemporer akan sebuah tanda, yang pada artinya
suatu realitas itu sengaja diciptakan untuk menggambarkan suatu realitas, akan tetapi realitas yang
sesungguhnya mungkin tidak ada, dimana objek realitas itu sudah tidak berfungsi lagi sebagai tanda,
sehingga dapat dikatakan bahwa realitas palsu itu dianggap sebagai realitas yang sesungguhnya
karena mayarakat saat ini telah hidup di era postmodern, bukan lagi era modernitas, dan ini ditandai
dengan adanya beragam simulasi.

2. Ekonomi Politik Media (Komodifikasi, Spasialisasi, Strukturasi)


Dalam definisinya yang sempit, ekonomi politik komunikasi adalah suatu kajian relasi sosial,
terutama relasi kekuasaan, yang secara seimbang berkontribusi dalam produksi, distribusi, dan
konsumsi dari sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi. Sementara dalam definisinya yang
luas, ekonomi politik diartikan sebagai kajian untuk mengontrol dan bertahan kehidupan sosial.
Dengan demikian, beragam fenomena kemediaan atau komunikasi yang ada di antara definisi luas dan
sempit bisa dikaji melalui “pisau analisis” ekonomi politik.
Secara umum, menurut Vincent Mosco (1996), teori ekonomi politik adalah sebuah studi
yang mengkaji tentang hubungan sosial, terutama kekuatan dari hubungan tersebut yang secara timbal
balik meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi dari produk yang telah dihasilkan. Awal
kemunculan dari teori ini didasari pada besarnya pengaruh media massa terhadap perubahan
kehidupan masyarakat. Dengan kekuataan penyebarannya yang begitu luas, media massa kemudian
dianggap tidak hanya mampu menentukan dinamika sosial, politik dan budaya baik dalam tingkat
lokal, maupun global, akan tetapi media massa juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
peningkatan surplus secara ekonomi. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa media massa berperan
sebagai penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Melalui pesan-pesan yang disebarkan lewat
iklan di media massa, peningkatan penjualan produk dan jasa sangat memungkinkan untuk terjadi
ketika audiences terpengaruh terhadap pesan yang tampilkan melalui media massa tersebut.

 Komodifikasi
Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa
beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Memang
terasa aneh, karena produk media umumnya adalah berupa informasi dan hiburan. Sementara
kedua jenis produk tersebut tidak dapat diukur seperti halnya barang bergerak dalam ukuran-
ukuran ekonomi konvensional. Aspek tangibility-nya akan relatif berbeda dengan barang dan
jasa lain.

 Spasialisasi
Spasialisasi, berkaitan dengan sejauh mana media mampu menyajikan produknya di
depan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. Pada aras ini maka struktur kelembagaan media
menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan penyampaian produk media di
hadapan khalayak. Perbincangan mengenai spasialisasi berkaitan dengan bentuk lembaga media,
apakah berbentuk korporasi yang berskala besar atau sebaliknya, apakah berjaringan atau tidak,
apakah bersifat monopoli atau oligopoli, konglomerasi atau tidak.Acapkali lembaga-lembaga ini
diatur secara politis untuk menghindari terjadinya kepemilikan yang sangat besar dan
menyebabkan terjadinya monopoli produk media.

 Strukturasi
Terakhir, strukturasi berkaitan dengan relasi ide antaragen masyarakat, proses sosial dan
praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi dapat digambarkan sebagai proses
dimanastruktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial, dan bahkan masing-masing bagian
dari struktur mampu bertindak melayani bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah
serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender,ras
dan gerakan sosial yang masing-masing berhubungan satu sama lain. Gagasan tentang strukturasi
ini pada mulanya dikembangkan oleh Anthony Giddens (Mosco, 1996).

3. Konglomerasi & Kapitalisme Media


 Konglomerasi
Konglomerasi Media adalah penggabungan perusahaan media menjadi perusahaan yang
lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi
dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan
konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel
komunikasi dalam skala besar baik intergrasi vertikal, intergasi horisontal maupun kepemilikan
silang. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang. Contoh dalam hal ini
Trans7 dan Trans TV berada pada payung bisnis yang sama yakni Trans Corp yang dikuasai oleh
Chairul Tanjung, Global TV, RCTI dan TPI bergabung dalam Group MNC dan bertindak selaku
pemilik di Indonesia adalah hary Tanoesoedibyo, TV One dan ANTV bernaung di bawah bendera
Bakrie Group dengan Boss utama Abu Rizal bakrie, SCTV yang sebahagian besar sahamnya dimiliki
oleh Eddy Sariatmadja, dan yang terakhir Metro TV dengan Surya Paloh pemimpinnya yang
termasyhur karena wajahnya sering ditampilkan oleh TV yang dimilikinya sendiri. kalo di tingkat
dunia internasional kita mengenal Rupert Murdoch.

 Kapitalisme
Terdapat 4 Tipe hubungan antara media, budaya, dan masyarakat menurut Rosengen (1981)
yaitu:
1. Interdepedence, yaitu saling mempengaruhi, media cerminan keadaan masyarakat.
2. Idealis, yaitu media memiliki peran besar dalam menyebarkan nilai-nilai, maupun falsafah hidup.
3. Materialism, yaitu budaya ditentukan faktor ekonomi dan struktur sosial yg dominan. Siapa yang
memiliki modal, dialah yang menguasai media
4. Autonomy, yaitu pada kelompok dan wilayah tertentu media sebagai alat struktur sosial tidak
mampu menjangkau budaya lokal.

Dari ke-empat hubungan di atas kini yang sangat terlihat adalah nomor dua dan tiga. Mengapa
begitu? Karena untuk poin nomor dua sudah sangat jelas kita lihat, bahwa media benar – benar
sangat mempengaruhi nilai – nilai yang beredar di masyarakat. Sebagai contoh, penyebaran gaya
hidup hedonis yang sangat terasa. Itu berawal dari media yang menyajikan banyak tayangan yang
berisi bagaimana seseorang atau sekelompok hidup secara hedon.
Untuk poin ke-tiga, mungkin tidak banyak yang menyadarinya. Dan kebanyakan yang
menyadarinya adalah para kaum akademisi. Kita tahu bagaimana peran para pemilik modal
menggerakan media massa, terutama televisi. Bagaimana mereka memainkan media untuk
kepentingan politik golongan mereka. Dan bagaimana banyaknya tayangan – tayangan yang tidak
mendidik mereka siarkan, hanya demi keuntungan.
Dari teori di atas kita bisa mengatakan bahwa objektifitas media massa merupakan omong
kosong belaka, media massa baik elektronik maupun cetak kini membawa visi dan misi tersendiri
yang mempengaruhi pemberitaan di media massa tersebut.
Menurut McQuail, penguasaan media massa didasari oleh dua kepentingan yang mendasari
sebuah kekuasaan yakni ideologi dan ekonomi, mengingat pembagian kelas sosial ataupun
pembentukan strata sosial dalam masyarakat yang paling dominan berdasarkan oleh dua hal tersebut.
Implikasinya, media membawa pengaruh terhadap integrasi atau disintegrasi masyarakat. Integrasi
dapat dicapai melalui propaganda yang menjunjung nilai atau norma yang ada di masyarakat. Dan
disintegrasi bisa terjadi jika media melanggar batas sensitif suatu kelompok, misalnya memanipulasi
kebenaran besrdasarkan kepentingan pemilik modal ekonomi.

4. Contoh Komidifikasi dalam khidupan sehari-hari (media lokal, media nasional, media global)
 Media Lokal : Postingan Instagram Warung Kopi Manis menggunakan foto-foto repost dari
pelanggan tersebut, sehingga membuat kesan bagi orang yang belum pernah mencobanya.
 Media Nasional : Penggunaan thumbnail yang menarik (click bait) di berbagai media sosial seperti
Youtube dan Instagram, sehingga membuat rasa penasaran massa terhadap konten tersebut.
 Media Global : Iklan minuman soda Coca-cola menggunakan branding karakter dari Marvel
Cinematic Universe yaitu Hulk dan Ant man. Dimana saat itu film The Avangers sedang tayang di
berbagai bioskop di seluruh dunia. Hal ini menambah ketertarikan minuman soda yang menyukai
karakter Hulk dan Ant man

Anda mungkin juga menyukai