DESKRIPSI PERUSAHAAN
Berikut ini merupakan profil singkat dari Pusat Perkembangan Sumber Daya
Manusia Minyak dan Gas Bumi.
Nama perusahaan : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan
Gas Bumi.
Alamat Perusahaan : Jalan Sorogo No. 1, Cepu 58315 Kabupaten Blora Jawa
Tengah. Telp. (021)421888.
Email : informasi.ppsdm.migas@esdm.go.id.com
Website : http://www.ppsdm.migas.esdm.go.id/
Tanggal Berdiri : 24 Mei 2016, berdasarkan SK Mentri Urusan Minyak dan
Gas Bumi No. 05M/Migas/1996.
Fasilitas : Fire Saftey, laboratorium dasar yang meliputi
Laboratorium Kimia, Laboratorium Minyak Bumi,
Laboratorium Simulator pemboran. Laboratorium
Simulator Produksi Pemboran, Laboratorium Simulasi
Produksi, Boiler, Kolang, Gedung Sertifikasi, Power
Plant, Water Treatment.
1
2
tekanan 1 atm yang terjadi pada kolom fraksinasi. Kapasitas desain kilang
PPSDM Migas Cepu adalah 600kl/hari, sekarang hanya mengelolah Minyak
mentah dengan kapasitas 350kl/hari karena kondisi sudah tua produksi Minyak
dari Kawengan dan Ledok menurun.
Unit perencanaa dan Evaluasi Kilang adalah unit yang terdiri dari 2 sub
unit kerja, yaitu:
1. Unit Laboratorium Penguji Hasil Produk
Laboratorium operasi Kilang PPSDM Migas Cepu adalah sebuah unit
penunjuk dalam idustri perminyakan yang berfungi untuk mengontrol kualitas
bahan baku dan produk dari pengolahan di Kilang. Laboratorium operasi
kilang PPSDM Migas Cepu dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Laboratorium analisa minyak bumi, bertugas untuk menganalisa kualitas
produk dari unit distilasi.
b. Laboratorium analisa air, bertugas untuk mengontrol kualitas air minum,
air umpan ketel, air limbah industri.
c. Unit Perencanaan Operasi Kilang dan Utilitas
d. Unit perencanaan operasi Kilang adalah yang bertugas untuk mengatur dan
merencanakan kondisi operasi Kiilang, termasuk pengajuan suku cadang
Kilang untuk penggantian peralatan yang rusak.
Unit Utilitas merupakan unit penunjuk operasi Kilang, unit ini bertugas
adalah bagian memasok kebutuhan Kilang, yang meliputi sebagai berikut:
1. Instalasi pengolahan air. Unit ini bertugas menyediakan kebutuhan air untuk
keperluan kilang, air prmadan kebakaran, air ini umpan dari air minum. Unit
ini juga bertugas menyediakan gas untuk kebutuhan perumahan, perkantoran
dan meyediakan fuel gas untuk keperluan Kilang.
2. Pengembangan Uap, Udara Tekanan, dan Air Pendingin Kilang: Unit ini
berfungsi menyediakan kebutuhan steam sebagai penggerak pompa torak,
steam stripping di kolam, pemanas minyak berat di tangki atau pipa. Unit ini
9
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Furnace
10
11
perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih
rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi Perpindahan panas secara konveksi
diakibatkan molekul-molekul zat perantara ikut bergerak mengalir dalam
perambatan panas atau proses perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam
fluida antara campuran fluida dengan bagian yang lain. Perpindahan panas ini
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Konveksi alam (Natural Convection) Perpindahan panas yang terjadi bila aliran
panas yang berpindah diakibatkan perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam
aliran fluida disebabkan oleh perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terjadi perbedaan densitas. Densitasbagian fluida dingin lebih
besar dari bagian fluidapanas. Aliran terjadi akibat adanya perbedaan densitas.
b. Konveksi paksa (Forced Convection) Perpindahan panas yang terjadi bila aliran
fluida disebabkan oleh adanya gerakan dari luar, seperti pemompaan,
pengadukan, dll.
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadikarena
perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik secara pancaran atau
proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima panas yang dilakukan
dengan pancaran gelombang panas. Antara sumber panas dengan penerima panas
tidak terjadi kontak. Bagian dapur yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran.
Untuk pembakaran, bahan bakar yang digunakan pada furnace biasanya terdiridari
bahan bakar gas (fuel gas), bahan bakar minyak (fuel oil), kombinasi bahan bakar
gas dan minyak, serta bahan bakar padat seperti batubara, tergantung seberapa
besar panas yang ingin dihasilkan serta aspek keekonomisannya. Besarnya beban
panas yang harus diberikan oleh furnace kepada fluida yang dipanaskan
bergantung pada jumlah umpan dan perbedaan suhu inlet dan outlet umpan yang
ingin dicapai. Semakin besar perbedaan suhu dan semakin banyak jumlah umpan,
maka beban dapur akan semakin tinggi. Namun, juga harus diperhatikan, bahwa
suhu yang dicapai oleh fluida proses yang dipanaskan tidak boleh mencapai suhu
12
dimana dapat terjadi thermal cracking pada fluida proses yang dipanaskan.
Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-gas ringan yang akan
mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran menjadi sangat besar dan
melebihi volume pipa fluida proses. Bila hal ini terjadi, dapat menimbulkan
bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal cracking dapat pula mengakibatkan
terbentuknya coke yang dapat mengurangi luas perpindahan panas pada furnace
dan sebagai isolator panas. Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang
pembakaran yang menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube
coil) yang didalamnya mengalir fluida. Dalam konstruksi ini biasanya tube coil
dipasang menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas hasil
bakar (flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack). Perpindahan kalor yang
diruang pembakaran terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi (radiant
section), sedangkan saluran gas hasil pembakaran terutama oleh konveksi disebut
seksi konveksi (convection section). Untuk mencegah supaya gas buangan tidak
terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka pada cerobong seringkali
dipasang penyekat (damper). Perpindahan panas kalor melalui pembuluh dikenal
sebagai konduksi contoh dari radiasi :
a. Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
b. Tubuh terasa hangat ketika berada di dekat sumber api.
c. Menetaskan telur unggas dengan lampu.
d. Pakaian menjadi kering ketika dijemur di bawah terik matahari.
Furnace pembakaran yang menggunakan bahan bakar, dan furnace listrik yang
menggunakan listrik. Furnace pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian, jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara
perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi,
dalam praktiknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini sebab furnace
dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke furnace
yang berbeda.
13
a. Tipe Furnace
a. Tipe Box
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang
dipisahkan oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner
dipasang pada ujung dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa
atau dinding samping dapur (api sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini
jarang digunakan karena perhitungan ekonomi atau harganya mahal.
Aplikasi dapur tipe box :
a) Beban kalor berkisar antara 60-80 MM Btu/Jam atau lebih
b) Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
c) Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil
d) Dipakai pada instalasi-instalasi tua, adakala nya pada instalasi baru
yang mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash)
tinggi.
14
disebut shield section. Burner dipasang pada lantai dapur dan menghadap
ke atas sehingga arah pancaran api maupun flue gas tegak lurus dengan
susunan pipa, adakalanya burner dipasang horizontal. Dapur tipe ini
ekonomis karena efisiensi termalnya tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
1) Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi tinggi
2) Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
3) Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi
secara terpisah (fleksibel).
1) Natural Draft
Aliran udara secara alami di dalam tambang bawah tanah sebagai
akibat adanya perbedaan suhu antara dua tempat. Cara kerja natural
draft, udara dipanaskandalam menara oleh air panas yang kontak
dengan udara tersebut sehingga densitasnya turun. Perbedaan antara
densitas udara didalam menara dan di luar menara menyebabkan aliran
dengan sendirinya dari udara dingin pada bagian yang mendorong
udara hangat yang kerapatannya relative lebih kecil ke atas menara.
2) Fuel gas
Hasil pembakaran keluar furnace melalui cerobong dengan tarikan
alam. Tekanan di dalam furnace lebih kecil dibandingkan dengan
tekanan atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini maka udara luar untuk
pembakaran dapat masuk ke dalam furnace.
3) Forced Draft
Udara untuk pembakaran dalam furnace dimasukkan dengan tenaga
mekanis yaitu blower. Karena tekanan udara luar dan tekanan udara
yang dimasukkan lebihtinggi dari tekanan di dalam furnace maka
secara langsung Fuel gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong.
4) Induced Draft
Fuel gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong dengan tarikan
blower. Tarikan blower ini menyebabkan tekanan di dalam furnace
lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga udara luar masuk ke
dalam furnace.
5) Balance Draft
Merupakan kombinasi forced draft dan induced draft. Forced draft
untuk memberikan udara pembakaran. Induced draft untuk menarik
Fuel gas melewati cerobong menuju atmosfir serta mengatur tekanan
di dalam furnace.
2.2. Data dan Hasil
Tipe Box
Tipe Box, Feed Crude Oil, kapasitas 200m3/day, Tinggi Furnace 7405 Mm,
Panjang Furnace 6000 Mm, Lebar Furnace 3000 Mm, Diameter Tube Furnace 4
Inchi, Panjang Tube 6000 Mm, Jarak antara Tube 350/300 Mm, Tata letak
21
Horizontal, Bahan bakar Fuel oil dan fuel gas, Material bahan Low Chrom
Molidenum.
Data operasi furnace diatas diambil pada 24-28 Juli 2019. Meliputi suhu masuk
dan keluar. Pada tanggal 24 juli 2019 CO in 114, CO out 323.7 FO in 95, Dinding
dalam 610 , Dinding Luar 75.4, Fuel gas 67, Cerobong 275. Dapat dilihat data
selanjutanya pada tabel. Rata rata diperoleh dari jumlah suhu, dibagi 5, yang
diperoleh dari lamanya pengamatan tertanggal 24-28 Juli 2019.
2. Data Tekanan Masuk dan Keluar Furnace-01 (kg/cm2 )
Tabel 2.3 Data Tekana Pada Furnace-01
22
No Tanggal Tekanan
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil rata rata CO in, CO out, Fuel in, Fuel gas. Rata
rata tekanan tersebut di peroleh dengan cara menghitungnya sebagai berikut:
a. Jumlah CO in/5= 3.82
b. Jumlah CO Out/5= 0.196
c. Jumlah Fuel In/5= 10.14
d. Jumlah Fuel gas/5= 5.16.
3. Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01 (m/hari)
Tabel 2.4 Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01
23
CO in FO in
(m3/hari) (m3/hari)
1 24/06/2019 153 4,0293
a. Kondisi Operasi :
1) Crude Oil
I Suhu masuk Crude Oil : 108,6 ℃ (227,48℉)
II Suhu keluar Crude Oil : 314,43 ℃ (597,974℉ )
III Tekanan masuk Crude Oil : 3,82 kg/cm2
IV Umpan masuk : 153 m3 /hari
V Densitas : 836 kg/m3
VI Specific Grafity 60/60 : 0,8460
141,5
VII oAPI : − 131,5
SG 60/60 ℉ Crude Oil
: 35.758
2) Kondisi Fuel Oil :
24
Dari data pada tabel diatas dapat diketahui rata rata kapasitas umpan
masuk, dengan hasil CO in 153 dan FO in 4,67. Hasil tersbut diperoleh
dari jumlah CO in/5, dan hasil dari rata rata FO in dari FO in/5.
adanya panas yang ditransfer dari dinding luar tube furnace ke dinding bagian dalam
tube tersebut. Yang terakhir merupakan perpindahan panas konveksi, dimana adanya
perpindahan panas dari dinding bagian dalam tube ke crude oil yang ada di dalam
tube furnace tersebut. Berdasarkan perpindahan panas tersebut, maka efisiensi
furnace dapat dihitung sebagai indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk
dioperasikan.
Operasi furnace dapat dikatakan efisien, apabia sistem penyalaan api burner
baik, reaksi pembakaran berlangsung sempurna, panas pembakaran dari fuel oil dan
fuel gas dapat tersalurkan dengan baik pada cairan yang dipanaskan, permukaan tube
furnace bersih, serta dapat memperkecil panas yang hilang baik melalui stack
maupun dinding furnace. Perhitungan efisiensi ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
bagi PPSDM MIGAS Cepu untuk melakukan maintenance terhadap furnace tersebut.
Furnace bila telah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu maka akan mengalami
penurunan efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi,
kebocoran, maupun jumlah panas yang terbuang melalui dinding alat ataupun gas
buang. Berdasarkan perhitungan, didapatkan efisiensi furnace-01 PPSDM Migas
sebesar 71,809 %. Secara teoritis, furnace baru atau dalam artian furnace yang baru
diproduksi memiliki efisiensi 75-80% dan untuk furnace lama ( furnace dengan umur
> 30 tahun) sebesar 65-70% sehingga dapat disimpulkan bahwa alat tersebut layak
untuk dioperasikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Evaluasi Pada pengolahan
minyak bumi diperlukan peralatan untuk memanaskan crude oil terlebih dahulu
sebelum memasuki kolom fraksinasi. Furnace merupakan salah satu alat yang
dibutuuhkan untuk menunjang proses tersebut, dimana suumber panasnya berasal dari
fuel oil, fuel gas dan steam. Tujuan pemanasan pada furnace adalah agar didapatkan
suhu yang sesuai dengan kondisi operasi selanjutnya. Sistem perpindaha panas yang
terjadi pada furnace terdiri dari perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Pada perppindahan panas radiasi, terjadi karena adanya energi panas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada burner yang kemudian diterima secara
langsung oleh dinding luar tube furnace tanpa adanya media penghantar. Sedangkan
26
pada perpindahan panas konduksi, terjadi karena adanya panas yang ditransfer dari
dinding luar tube furnace ke dinding bagian dalam tube tersebut. Yang terakhir
merupakan perpindahan panas konveksi, dimana adanya perpindahan panas dari
dinding bagian dalam tube ke crude oil yang ada di dalam tube furnace tersebut.
erdasarkan perpindahan panas tersebut, maka efisiensi furnace dapat dihitung sebagai
indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk dioperasikan. Operasi furnace
dapat dikatakan efisien, apabia sistem penyalaan api burner baik, reaksi pembakaran
berlangsung sempurna, panas pembakaran dari fuel oil dan fuel gas dapat tersalurkan
dengan baik pada cairan yang dipanaskan, permukaan tube furnace bersih, serta dapat
memperkecil panas yang hilang baik melalui stack maupun dinding furnace. Furnace
bila telah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu maka akan mengalami penurunan
efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi, kebocoran,
maupun jumlah panas yang terbuang melalui dinding alat ataupun gas buang.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan efisiensi furnace-01 PPSDM Migas
sebesar 71,809 %. Secara teoritis, furnace baru atau dalam artian furnace yang baru
diproduksi memiliki efisiensi 75-80% dan untuk furnace lama ( furnace dengan umur
> 30 tahun) sebesar 65-70% sehingga dapat disimpulkan bahwa alat tersebut layak
untuk dioperasikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
efisiensi furnace yaitu:
1. Mengurangi jumlah excess air yang masuk ke dalam furnace, hal ini dikarenakan
semakin banyak excess air yang masuk maka panas yang dikeluarkan atau yang
terbuang melalui cerobong semakin besar, sehingga efisiensi furnace akan
mengalami penurunan.
2. Melakukan maintenance secara berkala, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
agar tidak ada kebocoran yang mampu membuat panas hilang ke lingkungan
menjadi besar.
3. Menjaga suhu keluaran crude oil tidak lebih dari 350⁰C, hal ini diperlukan agar
tidak terjadi timbulnya kerak pada tube crude oil. Kerak yang timbul pada tube
dapat menyebabkan perpindahan panas tidak merata sehingga crude oil tidak dapat
dipanaskan dengan sempurna. Selain itu kerak dapat mengakibatkan hotspot yaitu
27
pemanasan pada satu titik. Jika hotspot dibiarkan akan mengakibatkan pecahnya
tube meningkatkan efisiensi furnace yaitu:
a. Mengurangi jumlah excess air yang masuk ke dalam furnace, hal ini
dikarenakan semakin banyak excess air yang masuk maka panas yang
dikeluarkan atau yang terbuang melalui cerobong semakin besar, sehingga
efisiensi furnace akan mengalami penurunan.
b. Melakukan maintenance secara berkala, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
agar tidak ada kebocoran yang mampu membuat panas hilang ke lingkungan
menjadi besar.
c. Menjaga suhu keluaran crude oil tidak lebih dari 350℃, hal ini diperlukan agar
tidak terjadi timbulnya kerak pada tube crude oil. Kerak yang timbul pada tube
dapat menyebabkan perpindahan panas tidak merata sehingga crude oil tidak
dapat dipanaskan dengan sempurna. Selain itu kerak dapat mengakibatkan
hotspot yaitu pemanasan pada satu titik. Jika hotspot dibiarkan akan
mengakibatkan pecahnya tube.
d. Menjaga kapasitas crude oil masuk sesuai dengan spesifikasinya. Jika crude oil
dibiarkan masuk dengan kapasitas kurang dari spesifikasinya maka akan
menyebabkan panas yang tidak merata hal ini tentu juga berbahaya karena
dapat menyebabkan tube menjadi pecah
e. Suhu outlet furnace akan turun, sebagaimana penurunan laju alir udara pada
saat melewati titik pembakaran absolut (absolute combustion). Pada kondisi ini
akan diperoleh produk-produk pembakaran tidak sempurna atau pembakaran
parsial, seperti aldehid, keton, dan karbon monoksida yang dibuang melalui
stack. Hal ini juga menyebabkan heating value bahan bakar akan turun dan
memungkinkan terjadinya afterburning.
Efisiensi panas furnace Panas yang hilang melalui dinding furnace,
bergantung pada susunan material dinding isolasi (refractory) dan
ketebalannya. Bagaimanapun juga perlu ada pertimbangan dari sisi ekonomi antara
ketebalan optimum isolasi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang lebih besar
pada furnace yang kecil, rasio antara dinding shell dengan volume bagian radiasi
28
menurun dengan kenaikan Besar kecilnya panas yang hilang bergantung pada udara
panas yang dikeluarkan lewat stack. Laju alir flue gas meningkat dengan
bertambahnya udara excess, oleh karena itu, furnace sebaiknya dioperasikan dengan
udara excess yang memadai. Excess udara yang terlalu kecil akan menyebabkan
losses bahan bakar karena adanya sejumlah bahan bakar yang tidak terbakar. Losses
bahan bakar ini kemungkinan bisa lebih besar daripada efisiensi yang diperoleh
karena mengurangi udara excess. Karena itu perlu diupayakan untuk menghasilkan
pembakaran yang sempurna tanpa adanya bahan bakar yang tidak terbakar.Suhu flue
gas merupakan faktor utama penyebab kehilangan panas. Untuk itu perlu diupayakan
mendinginkan gas suhu flue, dengan merecovery panas sisa melalui suatu proses
perpindahan panas. Untuk mendinginkan flue gas, harus ada fluida dingin yang
dikontakkan (dipanaskan). Dengan proses ini suhu flue gas yang terlalu tinggi dapat
diturunkan, yang sering disebut dengan efisiensi panas.
Beberapa cara yang bisa dilakunan untuk melakukan efisiensi panas yaiyu sebagai
berikut:
1 Produksi steam : produksi steam tidak mengurangi konsumsi bahan bakar, justru
akan menguntungkan, seandainya steam bisa dimanfaatkan
2 Merecycle panas flue gas untuk pemanas awal udara pembakaran : pada saat
panas, dimana udara yang digunakan untuk pembakaran dilewatkan di dalamnya.
flue gas keluar dari bagian konveksi dapat didinginkan melalui alat perpindahan
Proses ini memerlukan blower udara. Salah satu masalah pada pendinginan flue
gas adalah korosi yang disebabkan kondensasi asam sulfat. Hal ini tergantung dari
banyak sedikitnya kandungan sulfur dalam bahan bakar. Komponen-komponen
pada furnace dilengkapi dengan berbagai peralatan diantaranya:
a. Tube bundle (header)
Merupakan rangkaian tube dapur yang berfungsi sebagai alat untuk
mengalirkan fluida yang dipanaskan. Rangkaian tube biasanya terbuat dari
pipa lurus, tanpa sambungan yang disusun parallel dan antara satu dengan
yang lain dihubungkan dengan 180o return bend yang dilas pada pipa atau
sambungan khusus yang disebut plug header Tube yang dipergunakan harus
29
api awal, untuk mematikan api apabila terjadi kebakaran di dalam dapur dan
membantu menciptakan tarikan udara (draft) di dalam dapur.
i. Explotion Door
Berfungsi sebagai alat safety terhadap ruangan furnace apabila sewaktu-waktu
terjadi tekanan lebih di dalam ruang furnace.
j. Stack Damper
Katup yang berfungsi untuk mengatur tekanan dan kecepatan aliran gas hasil
pembakaran yang keluar melewati stack, agar tekanan didalam furnace lebih
rendah dibanding tekanan diluar furnace
k. Soot Blower
Soot blower merupakan alat tambahan sekaligus alat pendukung pada boiler
yang berfungsi sebagai pembers. Selain itu, sootblower juga berfungsi untuk
membantu mempertahankan efisiensi boiler dalam kondisi stabil.
jenis - jenis sootblower sebagai berikut :
1) Wall blower atau juga dikenal sebagai IR (Insertable Rotating)
2) Long retractable soot blower atau LRSB atau disebut juga IK (Insertetic
Kinetic)
3) Air Heater Blower
Sootblower didesain untuk mengalirkan 4535 kg steam per jam dengan
tekanan minimum 150 psig di bagian inlet. Untuk mencegah terjadinya
erosi di bagian konveksi dimana sootblower berada, maka dilapisi dengan
castable refractory dengan densitas 2000 kg/m3
4) Half Retractble Sootblower half retractble sootblower digunakan untuk
membersihkan area economizer. half retractble sootblower akan beroperasi
(operating time) selama 167 detik dengan laju aliran 6747 kg/jam. Bagian-
bagian dari half retractble .
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Dwi Ardiyanto, dan Sunyoto, Masugino., 2013, Rancang Bangun Boiler
pada Industri Tahu untuk Proses Pemanasan Sistem Uap dengan
Menggunakan Catia V5, Journal of Mechanical Engineering Learning, Vol. 2,
No. 2, 1-7.
Hardjono, A. 2006. Teknologi Minyak Bumi. Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta
Ilham Aditya, dkk. 2021, Evaluasi Kinerja Kolom Fraksinasi C-1 Di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi (Ppsdm
Migas) Cepu, Malang.
Mullinger, P and B.Jenkis. 2008. Industrial and Process Furnace Elsaver :
Burlington, USA
Nelson, W.L.1936.Petroleum Refinery Engineering. New York : Mc.Graw Hill.
Perry, Robert H.
Perry, Robert H. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed. Mc Graw Hill
Book Co. : New York
Prihatono Cahyo. 2019. Evaluasi Efisiensi Furnace-01 Pada Kilang Di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi, Yogyakarta.
Risdiyanta, Risdiyanta., 2014, Mengenal Kilang Pengolahan Minyak Bumi
(Refinery) di Indonesia, Forum Teknologi, Vol. 5, No. 4, 46–54.
Trambouze, Pierre. 2000. Petroleum Refining 4, Materials and Equipment, IFP :
France
Valentin, Adelia Dwi, dan Atika Sari Astuti, 2018, Menghitung Neraca Massa
dan Energi pada Kolom Fraksinasi (C-1 dan C-2) di Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi, Laporan Praktik Kerja
Lapangan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Yuliani.HR. 2011. “Evaluasi Kinerja Furnace PPT MIGAS CEPU”. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" : Yogyakarta