Anda di halaman 1dari 34

BAB I

DESKRIPSI PERUSAHAAN

1.1 Sejarah PPSDM MIGAS CEPU

Gambar 1.1 Logo Energi dan Sumber Daya Mineral


(Sumber : PPSDM MIGAS)

Berikut ini merupakan profil singkat dari Pusat Perkembangan Sumber Daya
Manusia Minyak dan Gas Bumi.
Nama perusahaan : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan
Gas Bumi.
Alamat Perusahaan : Jalan Sorogo No. 1, Cepu 58315 Kabupaten Blora Jawa
Tengah. Telp. (021)421888.
Email : informasi.ppsdm.migas@esdm.go.id.com
Website : http://www.ppsdm.migas.esdm.go.id/
Tanggal Berdiri : 24 Mei 2016, berdasarkan SK Mentri Urusan Minyak dan
Gas Bumi No. 05M/Migas/1996.
Fasilitas : Fire Saftey, laboratorium dasar yang meliputi
Laboratorium Kimia, Laboratorium Minyak Bumi,
Laboratorium Simulator pemboran. Laboratorium
Simulator Produksi Pemboran, Laboratorium Simulasi
Produksi, Boiler, Kolang, Gedung Sertifikasi, Power
Plant, Water Treatment.

1
2

Perkembangan sejarah pusat pendidikan dan pelatihan miyak dan gas


bumi, telah mengalami pergantian nama sejak ditemukan miyak di cepu sampai
sekarang. Pada awalnya berdiri sekitar abad XIX tempat ini diberi nama DPM
(Dordtsche Petroleum Maarschappij).
Sering perkembangannya, tempat ini mengalami perubahan nama, hingga
pada tahun 2016 sampai sekarang berubah nama menjadi pusat pengembangan
Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi (PPSDM MIGAS). Selain diterangkan
di atas, sejarah mencatat bahwa perkembangan perminyakkan di cepu dapat
diuraikan dalam tiga priode yaitu:
1. Periode Zaman Hindia Belanda ( Tahun 1886-1942)
Zaman ini telah ditentukan rembesan minyak didaerah cepu didaerah pulau
jawa yaitu Kuwu, Merapi,Watudakon, mojokerto serta penemuan minyak dan
gas di sumatera. Eksplorasi minyak bumi di Indonesia di mulai pada tahun
1870 oleh seorang insinyur dari belanda bernama P. Vandijk, di daerah
purwodadi semarang dengan mulai pengamatan rembesan-rembesan minyak
di permukaan. Kecamatan Cepu Provensi Jawa Tengah terdapat konsensi
minyak, dalam kota kecil di tepi Begawan Solo, perbatasan Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang bernama panola, diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas
nama AB. Versteegh. Kemudian beliau mengontrakkannya ke prusahaan
DPM(Dordtsche Petroleum Maarschappij) di Surabaya dengan membayar
ganti rugi sebesar F. 10000 dan F.0.1 untuk tiap peti (37,5 liter minyak tanah
dari hasil pengilangan). Penemuan sumur minyak bumi bermula di desa Ledok
oleh Mr. Adrian Stoop. Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan
rakit dan Ngawi menuju cepu dan akhirnya dibor pada Juli 1893. Daerah
tersebut kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya,
berdasarkan akta No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih oleh BPM
(Bataafsche Petroleum Maarschappij) yaitu perusahaan minyak Belanda.
2. Periode Zaman Jepang ( Tahun 1942–1945)
Periode zaman Jepang, dilukisan tentang peristiwa penyerbuan tentara Jepang
Ke Indonesia pada perang Asia Timur yaitu keinginan Jepang untuk
menguasai daerah-daerah yang kaya akan sumber minyak, untuk keperluan
perang dan kebutuhan minyak dalam negeri Jepang. Terjadi perebutan
3

kekuasaan Jepang terhadap Belanda, para pegawai perusahaan minyak


Belanda ditugaskan untuk menangani taktik bumi hangus instalasi penting,
terutama Kilang Minyak yang di tunjukan untuk menghambat laju serangan
Jepang. Namun akhirnya, Jepang menyadari bahwa pemboman atas daerah
minyak akan merugikan pemerintah Jepang sendiri. Sumber-sumber minyak
segera dibangun bersama oleh tenaga sipil Jepang, tukang-tukang bor sumur
tawanan perang dan tenaga rakyat Indonesia yang berpengalaman dan ahli
dalam bidang permiyakan, serta tenaga kasar diambil dari penduduk Cepu dan
daerah lainnya dalam jumlah besar. Lapangan minyak Cepu masi dapat
beroperasi secara maksimal seperti biasa dan pada saat itu. Jepang pernah
melakukan pengeboran baru di lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo,
dan Semanggi.
3. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1945)
Zaman kemerdekaan, Kilang minyak di Cepu mengalami beberapa
perkembangan sebegai berikut:
a. Periode 1945-1950
Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Hal ini
menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia. Pada tanggal
17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan sehingga
Kilang minyak Cepu diambil ahli oleh Indonesia. Pemerintahaan
kemudian mendirikan perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN)
berdasarkan Maklumat Mentri Kemakmuran No. 05. Desember 1949 dan
menjelang 1950 setelah adaya penyerahan dan diusahakan kembali oleh
BPM perusahaan milik Belanda.
b. Periode 1950–1951
Selepas kegiatan PTMN dibekukan pada akhirnya tahun 1949,
pengelolaan lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi yang pada saat itu di
kenal sebagai Cepu Barat berpindah tangan kepada ASM (Administrasi
Sumber Minyak) yang dikuasai oleh Komando Rayon Militer Blora.
c. Periode 1951–1957
Pada tahun 1951 perusahaan minyak lapangan Ledok, Ngobloo dan
Semanggi oleh ASM diserahkan kepada pemerintahaan sipil. Untuk
4

kepentingan tersebut dibentuk panitia Januari 1951, yang kemudian


melahirkan perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI).
Produk yang dihasilakn PTMRI berupa bensin, kerosin, solar dan sisanya
residu, Pada tahun 1957 PTMRI diganti menjadi tambnag minyak Nglobo
CA (Combie Anexis)
d. Periode 1951–1961)
Pada tahun 1961 berdasarkan UU No.19 / 1960 dan UU No. 44 / 1960
maka didirikan 3 perusahaan minyak yaitu:
1) PN Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamina) sebagai
perusahaan muda campuran antara pemerintah RI dengan BPM atas
dasar 50%:50%.
2) PN Pertambangan Minyak Nasional (PN Pertamina), sebagai
penjelmaan dari PT. PERTAMINA yang didirikan pada tahun 1957
dengan PP No. 1981 / 1961
3) PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional(PN.PERMIGAN), sebagai
penjelmaan dari tambang minyak Nglobo CA (Dahulu PERMIGAN),
dengan PP No. 199 tanggal 5 Juni 1961. Dari ketiga perusahaan
tersebut PN PERMIGAN adalah yang terkecil, dimana kapasitas
produksinya adalah 175– 350 m³ perhari.
e. Periode 1966–1978
Berdasarkan surat keputusan mentri urusan Minyak dan Gas Bumi NO.
5/M/Migas/1966 tanggal 04 Januari 1966, yang menerangkan bahwa
seluru fasilitas/instalasi PN permigan daerah admistrasi Cepu dialihkan
menjadi pusat pendidikan dan latihan lapagan perindistrian Minyak dan
Gas Bumi (PUSDIKLAP MIGAS). Yang berada di bawah bertanggung
jawab kepada Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Jakarta.
kemudian. Kemudian pada Tanggal 07 Febuari 1967 diresmikan Akademi
Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) Cepu Angkatan 1 (Pertama).
f. Periode 1978–1978
Berdasarkan SK Mentri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal 26
Desember 1997 PUSDIKLAP MIGAS yang merupakan bagian dari
LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) diubah menjadi pusat
5

pengembangan Tekno;ogi Minyak dan Gas Bumi Lembaga Minyak dan


Gas Bumi (PPTMGB LEMIGAS) dan berdasarkan SK Presiden No. 15
tanggal 15 Maret 1984 pasal 107, LEMIGAS cepu ditetapkan sebagai
Lembaga Pemerintahan dengan nama pusat Pengembangan Tenaga
Permiyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS).
g. Periode 1984–2001
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 0177/1987 tanggal
05 Desember 1987, dimana wilayah PPT Migas yang dimanfaatkan Diklat
Operasional/Laboratorium Lapangan Produksi diserahkan ke
PERTAMINA EP ASSET 4 Cepu, sehingga kilang Cepu mengoperasi
pengolahan crude oil milik PERTAMINA. Kedudukan PPT Migas
dibawah direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, Departemen
pertambangan dan Energi yang merupakan pelaksana teknis Migas di
bidang pengembang tenaga permiyakan dan gas bumi. Keberadan PPT
Migas ditetapkan berdasarkan Kepres No. 15/1984 tanggal 18 Maret
1984, dan struktur oerganisasinya ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pertambangan dan energi No. 1092 tanggal 05 November 1984.
h. Periode 2001–2016
Tahun 2001 PPT Migas Cepu diubah menjadi Pusdiklat Migas (Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi) Cepu sesuai SK mentri
ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) nomer 150 Tahun 2001 dan
telah diubah peraturan mentri ESDM No. 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli
2005. Kemudian diperbarui Peraturan Mentri No. 18 Tahun 2010 tanggal
22 November 2010.
i. Periode 2016– Sekarang
Perubahan dilakukan dengan berbagai faktor pertimbangn salah satunya
mengacu pada Peraturan Mentri No. 13 Tahun 2016 tentang organisasi dan
tata kerja Kementrian Energi dan Daya Mineral maka perusahan Pusdiklat
Migas Cepu berubah nama menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM) Cepu. Setelah pergantian nama
ditahun 2016 tidak ada pergantian nama hingga saat ini seperti yang sering
kita dengar dengar.
6

1.2 Lokasi PPSDM Migas Cepu

Pusat pengembangan Sumber Daya Manusia dan Gas Bumi berlokasi di


jalan sorogo 1,Kelurahan Karangboyo, Kecamatan Cepu,Kabupaten Blora,
Provensi Jawa Tengah dengan areal sarana dan prasarana pendidikan dan
pelatihan seluas 120 Hektar, melaksanakan pengembangan sumber daya manusia
di sektor minyak dan gas bumi.

1.3 Visi dan Misi PPSDM MIGAS

1.3.1 Visi dari PPSDM MIGAS


Menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia di subsektor minyak
dan gas bumi yang unggul, berkarakter, dan diakui internasional.

1.3.2 Misi dari PPSDM MIGAS


1. Menyiapkan sumber daya manusia di subsektor minyak dan gas bumi yang
terampil, ahli, profesional, bermartabat tinggi, berkarakter dan mampu
bersaing di pasar global di subsektor minyak dan gas bumi.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan program penelitian dengan metode
pembelajaran serta saran dan prasarana yang berkualitas.
3. Menyelenggarakan pelayanan dan mengembangkan uji sertifikasi kompotensi
4. Mengembangkan jejaring untuk dapat bersinergi dengan lembaga pendidikan,
industri, masyarakat, dan, pemerintahan dalam melenggerakan pendidikan dan
pelatihan.

1.4 Struktur Organisasi PPSDM Migas Cepu

(Sumber : PPSDM MIGAS)


Gambar 1.2 Struktur Organisasi
7

1.5 Tugas Pokok dan Fungsi PPSDM Migas Cepu

Berdasarkan Peralatan Menteri ESDM Nomer 13 Tahun 2016 PPSDM


Migas Cepu memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok
Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di bidang Minyak dan Gas
bumi.
2. Fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangan sumber Daya
Manusia di bidang Minyak dan Gas Bumi.
b. Penyusunan program Kerja dan Evaluasi serta pengelolaan informasi
pengembangan sumber Daya Manusia di bidang Minyak dan Gas Bumi.
c. Penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber Daya
Manusia di bidang Minyak dan Gas Bumi.
d. Pelaksanaan penyelengaraan pendidikan dan pelatihan di bidang Minyak
dan Gas Bumi
e. Pelaksanaan pengelola sarana dan prasarana di bidang informasi
pengembangan sumber daya manusia di bidang Miyak dan Gas Bumi.
f. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan tugas dibidang
pengembangan sumber daya manusi di bidang Minyak dan Gas Bumi.
g. Pelaksanaan administrasi pusat pengembangan Sumber daya Manusia di
bidang Minyak dan Gas Bumi.

1.6 Sarana dan Fasilitas Penunjang

1.6.1 Unit Distilasi

Unit Distilasi PPSDM Migas Cepu mengelolah minyak mentah dari


lapangan minyak Kawengan. Minyak bumi berasal dari Kawengan dikatagorikan
sebagai parafinik. Crude Distilating. Unit di PPSDM Migas Cepu mempuyai
kapasitas pengelolahan minyak dan gas bumi sebesar 350kl/hari dengan hasil
olahan seperti : Pertasol CA, Pertasol CB, Pertasol CC, Solar dan resedu (Minyak
bakar Cepu). Proses yang terjadi dalam unit distilasi ini adalah proses fisika, yaiti
pemisahan Crude oil menjadi bberapa produk berdasarkan trayek didih pada
8

tekanan 1 atm yang terjadi pada kolom fraksinasi. Kapasitas desain kilang
PPSDM Migas Cepu adalah 600kl/hari, sekarang hanya mengelolah Minyak
mentah dengan kapasitas 350kl/hari karena kondisi sudah tua produksi Minyak
dari Kawengan dan Ledok menurun.

1.6.2 Unit Penyimpanan dan Rencana Evaluasi Sarana Kilang

Unit perencanaa dan Evaluasi Kilang adalah unit yang terdiri dari 2 sub
unit kerja, yaitu:
1. Unit Laboratorium Penguji Hasil Produk
Laboratorium operasi Kilang PPSDM Migas Cepu adalah sebuah unit
penunjuk dalam idustri perminyakan yang berfungi untuk mengontrol kualitas
bahan baku dan produk dari pengolahan di Kilang. Laboratorium operasi
kilang PPSDM Migas Cepu dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Laboratorium analisa minyak bumi, bertugas untuk menganalisa kualitas
produk dari unit distilasi.
b. Laboratorium analisa air, bertugas untuk mengontrol kualitas air minum,
air umpan ketel, air limbah industri.
c. Unit Perencanaan Operasi Kilang dan Utilitas
d. Unit perencanaan operasi Kilang adalah yang bertugas untuk mengatur dan
merencanakan kondisi operasi Kiilang, termasuk pengajuan suku cadang
Kilang untuk penggantian peralatan yang rusak.

1.6.3 Unit Utilitas

Unit Utilitas merupakan unit penunjuk operasi Kilang, unit ini bertugas
adalah bagian memasok kebutuhan Kilang, yang meliputi sebagai berikut:
1. Instalasi pengolahan air. Unit ini bertugas menyediakan kebutuhan air untuk
keperluan kilang, air prmadan kebakaran, air ini umpan dari air minum. Unit
ini juga bertugas menyediakan gas untuk kebutuhan perumahan, perkantoran
dan meyediakan fuel gas untuk keperluan Kilang.
2. Pengembangan Uap, Udara Tekanan, dan Air Pendingin Kilang: Unit ini
berfungsi menyediakan kebutuhan steam sebagai penggerak pompa torak,
steam stripping di kolam, pemanas minyak berat di tangki atau pipa. Unit ini
9

juga bertugas meyediakan udara bertekanan yang digunakan untuk


instrumentasi dan lain-lain.
3. Pembangkit Instalasi dan Distribuasi Listrik: Unit ini berfungsi menyediakan
tenaga listrik untuk keperluan Kilang.

1.6.4 Unit Keselamatan kerja dan Lindungan Lingkungan

Unit Keselamatn kerja dan Lindung Lingkungan adalah bagia yang


meyediakan alat-alat keselamatan kerja, meyediakan peralatan pemadam
kebakaran, menanggulangi kebakaran di area Kilang dan perumahan, serta
menjaga lingkungan dari pencemaran.
Fasilitas penunjang di PPSDM Migas yaitu, kilang pengolahan minyak,
pembangkit tenaga listrik, unit pengolah air bersih, laboratorium bahasa, aula,
klinik, 32 ruang kelas yang dilengkapi multimedi dan jaringan PC/ Notebook,
LCD, AC, Perlengkapan asrama dan akomodasi, sarana olahraga dan rekreasi.
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

2.1 PEMBAHASAN

2.1.1 Furnace

Menurut Mc Cabe, Furnace merupakan salah satu dalam proses penukaran


panas dalam industri kimia. Furnace sendiri adalah alat yang berfungsi untuk
memindahkan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam
suatu ruangan ke fluida yang dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan
(Edmister, Wayne C.,1950). Berdasarkan metode Penghasilan panas, furnace secara
luas diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu jenis pembakaran (menggunakan bahan
bakar) dan jenis listrik. Furnace jenis pembakaran bergantung pada jenis bahan bakar
yang digunakan. Diantaranya furnace yang menggunakan bahan bakar minyak, batu
bara, atau gas. Berdasarkan modus pengisian tungku bahan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. furnace jenis Intermittent atau Batch atau furnace berkala
2. furnace terus menerus.
Berdasarkan modus pemanfaatan kembali limbah panas sebagai furnace
recuperative dan regeneratif. Tipe lain dari klasifikasi furnace dibuat berdasarkan
modus perpindahan panas, cara pengisian dan modus pemanfaatan panas. (Indra
S.,dkk, 2009). Struktur furnace berupa bangunan berdinding plat baja yang bagian
dalamnya dilapisi oleh material tahan api, batu isolasi untuk menahan kehilangan
panas ke udara melalui dinding furnace dan refractory.
Mekanisme perpindahan panas dari sumber panas ke penerima dibedakan atas
tiga cara, yaitu:
1. Perpindahan Panas secara Konduksi Perpindahan panas secara konduksi adalah
perpindahan panas dimana melekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah
tempat tetapi molekul-molekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses

10
11

perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih
rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi Perpindahan panas secara konveksi
diakibatkan molekul-molekul zat perantara ikut bergerak mengalir dalam
perambatan panas atau proses perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam
fluida antara campuran fluida dengan bagian yang lain. Perpindahan panas ini
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Konveksi alam (Natural Convection) Perpindahan panas yang terjadi bila aliran
panas yang berpindah diakibatkan perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam
aliran fluida disebabkan oleh perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terjadi perbedaan densitas. Densitasbagian fluida dingin lebih
besar dari bagian fluidapanas. Aliran terjadi akibat adanya perbedaan densitas.
b. Konveksi paksa (Forced Convection) Perpindahan panas yang terjadi bila aliran
fluida disebabkan oleh adanya gerakan dari luar, seperti pemompaan,
pengadukan, dll.
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadikarena
perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik secara pancaran atau
proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima panas yang dilakukan
dengan pancaran gelombang panas. Antara sumber panas dengan penerima panas
tidak terjadi kontak. Bagian dapur yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran.
Untuk pembakaran, bahan bakar yang digunakan pada furnace biasanya terdiridari
bahan bakar gas (fuel gas), bahan bakar minyak (fuel oil), kombinasi bahan bakar
gas dan minyak, serta bahan bakar padat seperti batubara, tergantung seberapa
besar panas yang ingin dihasilkan serta aspek keekonomisannya. Besarnya beban
panas yang harus diberikan oleh furnace kepada fluida yang dipanaskan
bergantung pada jumlah umpan dan perbedaan suhu inlet dan outlet umpan yang
ingin dicapai. Semakin besar perbedaan suhu dan semakin banyak jumlah umpan,
maka beban dapur akan semakin tinggi. Namun, juga harus diperhatikan, bahwa
suhu yang dicapai oleh fluida proses yang dipanaskan tidak boleh mencapai suhu
12

dimana dapat terjadi thermal cracking pada fluida proses yang dipanaskan.
Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-gas ringan yang akan
mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran menjadi sangat besar dan
melebihi volume pipa fluida proses. Bila hal ini terjadi, dapat menimbulkan
bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal cracking dapat pula mengakibatkan
terbentuknya coke yang dapat mengurangi luas perpindahan panas pada furnace
dan sebagai isolator panas. Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang
pembakaran yang menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube
coil) yang didalamnya mengalir fluida. Dalam konstruksi ini biasanya tube coil
dipasang menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas hasil
bakar (flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack). Perpindahan kalor yang
diruang pembakaran terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi (radiant
section), sedangkan saluran gas hasil pembakaran terutama oleh konveksi disebut
seksi konveksi (convection section). Untuk mencegah supaya gas buangan tidak
terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka pada cerobong seringkali
dipasang penyekat (damper). Perpindahan panas kalor melalui pembuluh dikenal
sebagai konduksi contoh dari radiasi :
a. Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
b. Tubuh terasa hangat ketika berada di dekat sumber api.
c. Menetaskan telur unggas dengan lampu.
d. Pakaian menjadi kering ketika dijemur di bawah terik matahari.
Furnace pembakaran yang menggunakan bahan bakar, dan furnace listrik yang
menggunakan listrik. Furnace pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian, jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara
perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi,
dalam praktiknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini sebab furnace
dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke furnace
yang berbeda.
13

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.1 Skema Furnace

a. Tipe Furnace
a. Tipe Box
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang
dipisahkan oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner
dipasang pada ujung dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa
atau dinding samping dapur (api sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini
jarang digunakan karena perhitungan ekonomi atau harganya mahal.
Aplikasi dapur tipe box :
a) Beban kalor berkisar antara 60-80 MM Btu/Jam atau lebih
b) Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
c) Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil
d) Dipakai pada instalasi-instalasi tua, adakala nya pada instalasi baru
yang mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash)
tinggi.
14

Keuntungan memakai dapur tipe box :


a) Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4
b) Distribusi fluks kalor merata disekeliling pipa
c) Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor diatas 60-80 MM.
Btu/jam
Kerugian memakai dapur tipe box :
a) Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka seluruh operasi dapur
harus dihentikan juga, untuk mencegah pecahnya pipa (kurang
fleksibel)
b) Tidak dapat digunakan memanasi fluida yang harus dipanasi pada suhu
tinggi dan aliran fluida yang singkat.
c) Harga relative mahal
d) Membutuhkan area relative luas

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.2 Furnace tipe box
b. Tipe Silinder Vertikal
Furnace yang berbentuk silinder tegak yang mempunyai burner pada
lantai furnace dengan nyala api tegak lurus ke atas sejajar dengan dinding
furnace. Dikatakan tipe vertical karena tube di dalam seksi
radiasidipasang tegak lurus dansejajar dinding furnace.
Contoh jenis pemanas berapi tipe vertical :
1) Pemanas vertical silindris tanpa seksi konveksi
15

2) Pemanas vertical silindris berkumparan helix


3) Pemanas vertical silindris dengan ruang konveksi aliran silang
4) Pemanas silindris tanpa seksi konveksi terpadu
5) Pemanas tipe punjang (“orbor “ atau “wicket”)
Keuntungan memakai dapur tipe silindris :
1) Konstruksi sederhana, sehingga harganya relatif murah
2) Area yang diperlukan relatif kecil
3) Luas permukaan pipa dapat tersusun lebih besar sehingga thermal
efisiensinya lebih tinggi.
4) Ekonomis untuk bahan bakar sekitar 60-80 MM Btu/jam (Fuels &
Combustion, BPAT PT. Pertamina RU III, 2006).

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.3 Furnace tipe silinder vertikal
c. Furnace Tipe Cabin
Furnace jenis ini terdiri dari kamar-kamar dimana tubenya dipasang
secara horizontal. Letak burner pada bagian bawah furnace dan nyala api
sejajar tegak lurus dengan dinding furnace. Dapur tipe kabin mempunyai
bagian radiasi pada sisi samping dan bagian kerucut furnace. Bagian
konveksi terletak di bagian atas furnace sedangkan bagian terbawah
16

disebut shield section. Burner dipasang pada lantai dapur dan menghadap
ke atas sehingga arah pancaran api maupun flue gas tegak lurus dengan
susunan pipa, adakalanya burner dipasang horizontal. Dapur tipe ini
ekonomis karena efisiensi termalnya tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
1) Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi tinggi
2) Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
3) Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi
secara terpisah (fleksibel).

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.4 Furnace tipe Cabin

d. Radiant Wall Furnace


Area permukaan perpindahan panas pada Radiant Wall Furnace terletak
pada bagian median plane dari ruang pembakaran. Burners di
distribusikan melalui dinding-dinding ruang pembakaran secara
longitudinal.
17

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.5 Radiant Wall Furnace

A. Dengan radiant burners B. Dengan flat-fame burners

e. High temperature chemical furnace


Furnace tipe ini umumnya digunakan sebagai reactor, dimana fluida
yang mengalir melalui pipa radiasi akan memperoleh panas radiasi secara
merata. Burner dipasang dilantai dengan arah pancaran api vertical dan
dipasang di dinding dengan arah pancaran api mendatar. Dengan cara
pemasangan Burner tersebut maka tube akan memperoleh panas radiasi
yang sama dari kedua sisinya sehingga mengurangi kemungkinan
terbentuknya coke serta penurunan suhu metal di tube. Selain berdasarkan
tipe diatas furnace dapat juga dibedakan berdasarkan draft yang berada di
furnace.Draft sendiri adalah perbedaan tekanan di dalam furnace dengan
tekanan udara luar (atmosfir). Berdasarkan Draft furnace dibedakan
empat tipe, antara lain:
18

1) Natural Draft
Aliran udara secara alami di dalam tambang bawah tanah sebagai
akibat adanya perbedaan suhu antara dua tempat. Cara kerja natural
draft, udara dipanaskandalam menara oleh air panas yang kontak
dengan udara tersebut sehingga densitasnya turun. Perbedaan antara
densitas udara didalam menara dan di luar menara menyebabkan aliran
dengan sendirinya dari udara dingin pada bagian yang mendorong
udara hangat yang kerapatannya relative lebih kecil ke atas menara.
2) Fuel gas
Hasil pembakaran keluar furnace melalui cerobong dengan tarikan
alam. Tekanan di dalam furnace lebih kecil dibandingkan dengan
tekanan atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini maka udara luar untuk
pembakaran dapat masuk ke dalam furnace.
3) Forced Draft
Udara untuk pembakaran dalam furnace dimasukkan dengan tenaga
mekanis yaitu blower. Karena tekanan udara luar dan tekanan udara
yang dimasukkan lebihtinggi dari tekanan di dalam furnace maka
secara langsung Fuel gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong.
4) Induced Draft
Fuel gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong dengan tarikan
blower. Tarikan blower ini menyebabkan tekanan di dalam furnace
lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga udara luar masuk ke
dalam furnace.
5) Balance Draft
Merupakan kombinasi forced draft dan induced draft. Forced draft
untuk memberikan udara pembakaran. Induced draft untuk menarik
Fuel gas melewati cerobong menuju atmosfir serta mengatur tekanan
di dalam furnace.
2.2. Data dan Hasil

2.2.1 Diagram Block Furnace


19

1. Resume Mass Balance

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.6 Diagram mass balance
Massa masuk furnace-01
a. Menghitung jumlah fuel oil digunakan(M1)
b. Massa crude oil masuk (M2)
c. Massa udara pembakaran (M3)
Massa keluar furnace-01
a. Massa crude oil keluar (M5)
b. Massa flue gas (M4)
2. Resume Thermal Balance

(sumber: PPSDM Migas Cepu)


Gambar 2.7 Diagram Thermal Balance
a. Panas yang masuk ke dalam furnace terdiri dari:
1) Panas laten dan panas sensibel fuel oil (Q1)
2) Panas sensibel atomizing steam (Q2)
20

3) Panas sensible fuel gas udara pembakaran (Q3)


b. Panas yang keluar dari furnace terdiri dari:
1) Panas yang diserap crude oil (Q5)
2) Panas yang keluar bersamaan dengan flue gas (Q4)
3) Panas yang hilang lewat dinding (Q6)

2.2.2 Spesifikasi Furnace-01


Tabel 2.1 Spesifikasi Furnace 01
Keterangan Ukuran Satuan

Tipe Box

Feed Crude Oil

Kapasitas 200 m3/day

Tinggi Furnace 7405 Mm

Panjang Furnace 6000 Mm


Lebar Furnace 3800 Mm

Diameter Tube Furnace 4 Inchi


Panjang Tube 6000 Mm

Jarak antara tube 350/330 Mm


Tata letak Horizontal

Bahan bakar Fuel oil dan fuel gas

Material bahan Low Chrom Molidenum


(sumber: PPSDM Migas Cepu)

Tipe Box, Feed Crude Oil, kapasitas 200m3/day, Tinggi Furnace 7405 Mm,
Panjang Furnace 6000 Mm, Lebar Furnace 3000 Mm, Diameter Tube Furnace 4
Inchi, Panjang Tube 6000 Mm, Jarak antara Tube 350/300 Mm, Tata letak
21

Horizontal, Bahan bakar Fuel oil dan fuel gas, Material bahan Low Chrom
Molidenum.

2.2.3 Data Operasi Furnace

1. Data Temperature Masuk dan Keluar Furnace-01 ( ℃)


Tabel 2.2 Data Suhu Furnace-01
No Tanggal Suhu

CO CO FO Dinding Dinding Fuel Cerobong


in out In dalam Luar gas

(℃) (℃) (℃) (℃) (℃) (℃) (℃)

1 24/06/2019 114 323,7 95 610 75,4 67 275

2 25/06/2019 120 314,74 95 609,3 75,4 67 275,77

3 26/06/2019 110 317,64 90 623,93 75,4 66,9 276,69

4 27/06/2019 100 313,83 90 665,65 75,4 66,9 275,55

5 28/06/2019 99 302.25 94 672,93 75,4 67 271,1

Rata-rata 108,6 314,43 92,5 672,362 75,4 66,9 274,822


6
(sumber: PPSDM Migas Cepu)

Data operasi furnace diatas diambil pada 24-28 Juli 2019. Meliputi suhu masuk
dan keluar. Pada tanggal 24 juli 2019 CO in 114, CO out 323.7 FO in 95, Dinding
dalam 610 , Dinding Luar 75.4, Fuel gas 67, Cerobong 275. Dapat dilihat data
selanjutanya pada tabel. Rata rata diperoleh dari jumlah suhu, dibagi 5, yang
diperoleh dari lamanya pengamatan tertanggal 24-28 Juli 2019.
2. Data Tekanan Masuk dan Keluar Furnace-01 (kg/cm2 )
Tabel 2.3 Data Tekana Pada Furnace-01
22

No Tanggal Tekanan

CO in CO out Fuel in Fuel gas

(kg/m3) (kg/m3) (kg/m3) (kg/m3)

1 24/06/2019 4,3 0,27 9,8 5

2 25/06/2019 3,8 0,13 11,5 5

3 26/06/2019 3,7 0,16 9,5 5,4

4 27/06/2019 3,6 0,2 10,4 5,4

5 28/06/2019 3,7 0,22 9,5 5


Rata-rata 3,82 0,196 10,14 5,16

(sumber: PPSDM Migas Cepu)

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil rata rata CO in, CO out, Fuel in, Fuel gas. Rata
rata tekanan tersebut di peroleh dengan cara menghitungnya sebagai berikut:
a. Jumlah CO in/5= 3.82
b. Jumlah CO Out/5= 0.196
c. Jumlah Fuel In/5= 10.14
d. Jumlah Fuel gas/5= 5.16.
3. Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01 (m/hari)
Tabel 2.4 Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01
23

No Tanggal Kapasitas Umpan Masuk

CO in FO in

(m3/hari) (m3/hari)
1 24/06/2019 153 4,0293

2 25/06/2019 141 4,7966

3 26/06/2019 163 4,779

4 27/06/2019 159 4,6853

5 28/06/2019 147 5,062

Rata-rata 153 4,67

(sumber: PPSDM Migas Cepu)

a. Kondisi Operasi :
1) Crude Oil
I Suhu masuk Crude Oil : 108,6 ℃ (227,48℉)
II Suhu keluar Crude Oil : 314,43 ℃ (597,974℉ )
III Tekanan masuk Crude Oil : 3,82 kg/cm2
IV Umpan masuk : 153 m3 /hari
V Densitas : 836 kg/m3
VI Specific Grafity 60/60 : 0,8460
141,5
VII oAPI : − 131,5
SG 60/60 ℉ Crude Oil
: 35.758
2) Kondisi Fuel Oil :
24

I Suhu masuk Fuel Oil : 92,8 ℃ (199,04℉ )


II Tekanan masuk Fuel Oil : 7 kg/cm2
III Kebutuhan Fuel Oil : 4,67046 m3 /hari
IV Densitas : 886 kg/m3
V Specific Grafity 60/60 : 0,9178
o 141,5
VI API : − 131,5
SG 60/60 ℉ Crude Oil
: 22,673
3) Udara Pembakaran :
I Tekanan masuk : 1 atm
II Suhu masuk : 32 ℃ ( 89.6 ℉ )
4) Kondisi Furnace :
I Suhu dinding Furnace : 627,362 ℃ (1161,25℉)
II Suhu cerobong (Stack) : 274,822 ℃(526,678 ℉ )

Dari data pada tabel diatas dapat diketahui rata rata kapasitas umpan
masuk, dengan hasil CO in 153 dan FO in 4,67. Hasil tersbut diperoleh
dari jumlah CO in/5, dan hasil dari rata rata FO in dari FO in/5.

2.2.4 Hasil Evaluasi

Pada pengolahan minyak bumi diperlukan peralatan untuk memanaskan crude


oil terlebih dahulu sebelum memasuki kolom fraksinasi. Furnace merupakan salah
satu alat yang dibutuuhkan untuk menunjang proses tersebut, dimana suumber
panasnya berasal dari fuel oil, fuel gas dan steam. Tujuan pemanasan pada furnace
adalah agar didapatkan suhu yang sesuai dengan kondisi operasi selanjutnya. Sistem
perpindahan panas yang terjadi pada furnace terdiri dari perpindahan panas secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Pada perppindahan panas radiasi, terjadi karena
adanya energi panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada burner yang
kemudian diterima secara langsung oleh dinding luar tube furnace tanpa adanya
media penghantar. Sedangkan pada perpindahan panas konduksi, terjadi karena
25

adanya panas yang ditransfer dari dinding luar tube furnace ke dinding bagian dalam
tube tersebut. Yang terakhir merupakan perpindahan panas konveksi, dimana adanya
perpindahan panas dari dinding bagian dalam tube ke crude oil yang ada di dalam
tube furnace tersebut. Berdasarkan perpindahan panas tersebut, maka efisiensi
furnace dapat dihitung sebagai indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk
dioperasikan.
Operasi furnace dapat dikatakan efisien, apabia sistem penyalaan api burner
baik, reaksi pembakaran berlangsung sempurna, panas pembakaran dari fuel oil dan
fuel gas dapat tersalurkan dengan baik pada cairan yang dipanaskan, permukaan tube
furnace bersih, serta dapat memperkecil panas yang hilang baik melalui stack
maupun dinding furnace. Perhitungan efisiensi ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
bagi PPSDM MIGAS Cepu untuk melakukan maintenance terhadap furnace tersebut.
Furnace bila telah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu maka akan mengalami
penurunan efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi,
kebocoran, maupun jumlah panas yang terbuang melalui dinding alat ataupun gas
buang. Berdasarkan perhitungan, didapatkan efisiensi furnace-01 PPSDM Migas
sebesar 71,809 %. Secara teoritis, furnace baru atau dalam artian furnace yang baru
diproduksi memiliki efisiensi 75-80% dan untuk furnace lama ( furnace dengan umur
> 30 tahun) sebesar 65-70% sehingga dapat disimpulkan bahwa alat tersebut layak
untuk dioperasikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Evaluasi Pada pengolahan
minyak bumi diperlukan peralatan untuk memanaskan crude oil terlebih dahulu
sebelum memasuki kolom fraksinasi. Furnace merupakan salah satu alat yang
dibutuuhkan untuk menunjang proses tersebut, dimana suumber panasnya berasal dari
fuel oil, fuel gas dan steam. Tujuan pemanasan pada furnace adalah agar didapatkan
suhu yang sesuai dengan kondisi operasi selanjutnya. Sistem perpindaha panas yang
terjadi pada furnace terdiri dari perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Pada perppindahan panas radiasi, terjadi karena adanya energi panas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada burner yang kemudian diterima secara
langsung oleh dinding luar tube furnace tanpa adanya media penghantar. Sedangkan
26

pada perpindahan panas konduksi, terjadi karena adanya panas yang ditransfer dari
dinding luar tube furnace ke dinding bagian dalam tube tersebut. Yang terakhir
merupakan perpindahan panas konveksi, dimana adanya perpindahan panas dari
dinding bagian dalam tube ke crude oil yang ada di dalam tube furnace tersebut.
erdasarkan perpindahan panas tersebut, maka efisiensi furnace dapat dihitung sebagai
indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk dioperasikan. Operasi furnace
dapat dikatakan efisien, apabia sistem penyalaan api burner baik, reaksi pembakaran
berlangsung sempurna, panas pembakaran dari fuel oil dan fuel gas dapat tersalurkan
dengan baik pada cairan yang dipanaskan, permukaan tube furnace bersih, serta dapat
memperkecil panas yang hilang baik melalui stack maupun dinding furnace. Furnace
bila telah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu maka akan mengalami penurunan
efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya kerak, korosi, kebocoran,
maupun jumlah panas yang terbuang melalui dinding alat ataupun gas buang.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan efisiensi furnace-01 PPSDM Migas
sebesar 71,809 %. Secara teoritis, furnace baru atau dalam artian furnace yang baru
diproduksi memiliki efisiensi 75-80% dan untuk furnace lama ( furnace dengan umur
> 30 tahun) sebesar 65-70% sehingga dapat disimpulkan bahwa alat tersebut layak
untuk dioperasikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
efisiensi furnace yaitu:
1. Mengurangi jumlah excess air yang masuk ke dalam furnace, hal ini dikarenakan
semakin banyak excess air yang masuk maka panas yang dikeluarkan atau yang
terbuang melalui cerobong semakin besar, sehingga efisiensi furnace akan
mengalami penurunan.
2. Melakukan maintenance secara berkala, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
agar tidak ada kebocoran yang mampu membuat panas hilang ke lingkungan
menjadi besar.
3. Menjaga suhu keluaran crude oil tidak lebih dari 350⁰C, hal ini diperlukan agar
tidak terjadi timbulnya kerak pada tube crude oil. Kerak yang timbul pada tube
dapat menyebabkan perpindahan panas tidak merata sehingga crude oil tidak dapat
dipanaskan dengan sempurna. Selain itu kerak dapat mengakibatkan hotspot yaitu
27

pemanasan pada satu titik. Jika hotspot dibiarkan akan mengakibatkan pecahnya
tube meningkatkan efisiensi furnace yaitu:
a. Mengurangi jumlah excess air yang masuk ke dalam furnace, hal ini
dikarenakan semakin banyak excess air yang masuk maka panas yang
dikeluarkan atau yang terbuang melalui cerobong semakin besar, sehingga
efisiensi furnace akan mengalami penurunan.
b. Melakukan maintenance secara berkala, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
agar tidak ada kebocoran yang mampu membuat panas hilang ke lingkungan
menjadi besar.
c. Menjaga suhu keluaran crude oil tidak lebih dari 350℃, hal ini diperlukan agar
tidak terjadi timbulnya kerak pada tube crude oil. Kerak yang timbul pada tube
dapat menyebabkan perpindahan panas tidak merata sehingga crude oil tidak
dapat dipanaskan dengan sempurna. Selain itu kerak dapat mengakibatkan
hotspot yaitu pemanasan pada satu titik. Jika hotspot dibiarkan akan
mengakibatkan pecahnya tube.
d. Menjaga kapasitas crude oil masuk sesuai dengan spesifikasinya. Jika crude oil
dibiarkan masuk dengan kapasitas kurang dari spesifikasinya maka akan
menyebabkan panas yang tidak merata hal ini tentu juga berbahaya karena
dapat menyebabkan tube menjadi pecah
e. Suhu outlet furnace akan turun, sebagaimana penurunan laju alir udara pada
saat melewati titik pembakaran absolut (absolute combustion). Pada kondisi ini
akan diperoleh produk-produk pembakaran tidak sempurna atau pembakaran
parsial, seperti aldehid, keton, dan karbon monoksida yang dibuang melalui
stack. Hal ini juga menyebabkan heating value bahan bakar akan turun dan
memungkinkan terjadinya afterburning.
Efisiensi panas furnace Panas yang hilang melalui dinding furnace,
bergantung pada susunan material dinding isolasi (refractory) dan
ketebalannya. Bagaimanapun juga perlu ada pertimbangan dari sisi ekonomi antara
ketebalan optimum isolasi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang lebih besar
pada furnace yang kecil, rasio antara dinding shell dengan volume bagian radiasi
28

menurun dengan kenaikan Besar kecilnya panas yang hilang bergantung pada udara
panas yang dikeluarkan lewat stack. Laju alir flue gas meningkat dengan
bertambahnya udara excess, oleh karena itu, furnace sebaiknya dioperasikan dengan
udara excess yang memadai. Excess udara yang terlalu kecil akan menyebabkan
losses bahan bakar  karena adanya sejumlah bahan bakar yang tidak terbakar. Losses
bahan bakar ini kemungkinan bisa lebih besar daripada efisiensi yang diperoleh
karena mengurangi udara excess. Karena itu perlu diupayakan untuk menghasilkan
pembakaran yang sempurna tanpa adanya bahan bakar yang tidak terbakar.Suhu flue
gas merupakan faktor utama penyebab kehilangan panas. Untuk itu perlu diupayakan
mendinginkan gas suhu flue, dengan merecovery panas sisa melalui suatu proses
perpindahan panas. Untuk mendinginkan flue gas, harus ada fluida dingin yang
dikontakkan (dipanaskan). Dengan proses ini suhu flue gas yang terlalu tinggi dapat
diturunkan, yang sering disebut dengan efisiensi panas.
Beberapa cara yang bisa dilakunan untuk melakukan efisiensi panas yaiyu sebagai
berikut:
1 Produksi steam : produksi steam tidak mengurangi konsumsi bahan bakar, justru
akan menguntungkan, seandainya steam bisa dimanfaatkan
2 Merecycle panas flue gas untuk pemanas awal udara pembakaran : pada saat
panas, dimana udara yang digunakan untuk pembakaran dilewatkan di dalamnya.
flue gas keluar dari bagian konveksi dapat didinginkan melalui alat perpindahan
Proses ini memerlukan blower udara. Salah satu masalah pada pendinginan flue
gas adalah korosi yang disebabkan kondensasi asam sulfat. Hal ini tergantung dari
banyak sedikitnya kandungan sulfur dalam bahan bakar. Komponen-komponen
pada furnace dilengkapi dengan berbagai peralatan diantaranya:
a.   Tube bundle (header)
Merupakan rangkaian tube dapur yang berfungsi sebagai alat untuk
mengalirkan fluida yang dipanaskan. Rangkaian tube biasanya terbuat dari
pipa lurus, tanpa sambungan yang disusun parallel dan antara satu dengan
yang lain dihubungkan dengan 180o return bend yang dilas pada pipa atau
sambungan khusus yang disebut plug header Tube yang dipergunakan harus
29

tahan terhadap suhu dan tekanan  operasi tertentu sehingga tidak terjadi


perubahan bentuk dan mempunyai daya hantar panas yang tinggi.Pemilihan
material untuk rangkaian tube didasarkan pada beberapa kriteria sebagai
berikut:
1) Resistansi terhadap korosi karena fluida panas
2) Resistansi terhadap oksidasi karena udara pembakaran
Ketahanan mekanis terhadap suhu yang tinggi berkaitan dengan Tekanan
dalam tube yang disebabkan fluida panas, dan Tegangan mekanis yang
disebabkan berat dari rangkaian tube dan fluida yang ada di dalamnya.
b. Tube Support
Tube support berfungsi untuk menyangga tube agar tidak melengkung akibat
panas pembakaran pada saat furnace beroperasi. Material yang digunakan
harus tahan terhadap : flue gas, oksidasi, korosi karena liquid sisa bahan bakar
(sulfat) dan memiliki ketahanan panas mekanis yang baik.Pada beberapa
kasus, material yang digunakan berupa logam dengan sedikit atau tanpa
campuran (alloy), tetapi logam ini diproteksi dengan lapisan batu tahan api
(refractory lining) untuk melindungi dari pengaruh flue gas (suhu dan
oksidasi). Material ini terutama banyak digunakan pada bagian konveksi.
c.  Dinding Dapur
Dinding dapur terdiri atas 4 lapisan, lapisan paling dalam disebut refraktory
yang berfungsi sebagai penahan dan pemantul panas, lapis kedua berupa
susunan batu tahan api yang berfungsi selain untuk tempat melekatnya
refraktory juga sebagai isolator, lapis ke tiga berupa glass wool berfungsi
sebagai isolator, lapis keempat berupa plat baja yang berfungsi sebagai
penyekat dapur dari udara luar dan juga sebagai struktur furnace.Material
yang digunakan sebagai pelapis harus memiliki sifat-sifat yaitu : memiliki
Thermal conductivity yang rendah, memiliki ketahanan mekanis yang tinggi,
memiliki ketahanan yang baik terhadap berbagai variasi temperatur serta
mudah dipasangJenis-jenis material yang digunakan sebagai pelapis di
furnace dapat dibedakan menjadi :
30

1) Material yang dapat dikontakkan secara langsung dengan flue gas


a. Batu refraktori : terbuat dari fire clay (hidrat alumunium silikat)
dengan struktur yang berpori
b. Castable refractory concrete : tersusun dari campuran semen-kalsium
alumina dan aggregat refraktori yang dituangkan di dalamnya.
Diperkuat dengan jangkar yang dilas pada furnace shell
c. Ceramic fiber : diproduksi dalam diameter 3 mm dengan cara
memblowing batu refraktori silika-alumina. Beberapa bentuk fiber
2) Material yang digunakan pada lapisan kedua
Untuk memperbaiki ketahanan panas, dinding dilengkapi dengan isolasi
penahan panas, material yang digunakan antara lain :
a) Serat anorganik : diperoleh dengan cara blowing lelehan batu
refraktori sintetik. Isolasi yang terbuat dari serat ini merupakan isolasi
yang bagus dan digunakan di belakang batu tahan api.
b) Panel kalsium silikat : isolator yang bagus, digunakan pada lapisan
kedua dibelakang batu refraktori atau dinding beton
d. Air Register
Pelat berlubang yang berfungsi untuk mengatur masuknya udara pembakaran
pada tiap tiap burner.
e. Pilot Burner           
Burner kecil yang harus selalu menyala selama furnace  sedang beroperasi
f. Burner
Berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi pembakaran antara bahan bakar
dengan udara.
g. Peep Hole
Berfungsi untuk mengamati bentuk / warna api (flame patern) dari masing-
masing burner.
h. Snuffing Steam    
Pipa tempat mengalirkan steam yang berfungsi untuk mengusir (purging) gas-
gas sisa dari dalam ruang pembakaran furnace sebelum dilakukan penyalaan
31

api awal, untuk mematikan api apabila terjadi kebakaran di dalam dapur dan
membantu menciptakan tarikan udara (draft) di dalam dapur.
i. Explotion Door
Berfungsi sebagai alat safety terhadap ruangan furnace apabila sewaktu-waktu
terjadi tekanan lebih di dalam ruang furnace.
j. Stack Damper
  Katup yang berfungsi untuk mengatur tekanan dan kecepatan aliran gas hasil
pembakaran yang keluar melewati stack, agar tekanan didalam furnace lebih
rendah dibanding tekanan diluar furnace
k.   Soot Blower
Soot blower merupakan alat tambahan sekaligus alat pendukung pada boiler
yang berfungsi sebagai pembers. Selain itu, sootblower juga berfungsi untuk
membantu mempertahankan efisiensi boiler dalam kondisi stabil.
jenis - jenis sootblower sebagai berikut :
1) Wall blower atau juga dikenal sebagai IR (Insertable Rotating)
2) Long retractable soot blower atau LRSB atau disebut juga IK (Insertetic
Kinetic)
3) Air Heater Blower
Sootblower didesain untuk mengalirkan 4535 kg steam per jam dengan
tekanan minimum 150 psig di bagian inlet. Untuk mencegah terjadinya
erosi di bagian konveksi dimana sootblower berada, maka dilapisi dengan
castable refractory dengan densitas 2000 kg/m3
4) Half Retractble Sootblower half retractble sootblower digunakan untuk
membersihkan area economizer. half retractble sootblower akan beroperasi
(operating time) selama 167 detik dengan laju aliran 6747 kg/jam. Bagian-
bagian dari half retractble .

2.2.5 Analisa SWOT

Tabel 2.5 Analisa Swot PPSDM Migas Cepu


32

Strengths Weakness Opportunity Threats

(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)


1. Sumber daya 1 Jumlah armada 1. Sumber daya 1. persaingan yang
manusia yang yang kurang migas yang makin ketat
handal. 2 Ketergantungan masih cukup 2. Suhu yang
2. Penggunaan pasokan pada tinggi. dikehendaki
teknologi suatu pemasok. 2. Harga jual yang tidak tercapai
informasi yang murah. 3. Furnace bergetar
terintergasi. 4. Burner mati
3. Memiliki
pelayanan yang
baik.

(Sumber: PPSDM Migas Cepu)


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kerja praktik di


Pusat Pengembangan Sumber Daya Mineral Minyak dan Gas Bumi, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PPSDM MIGAS Cepu memiliki 6 furnace yaitu 2 furnace tipe vertikal silinder
dan 4 tipe box, namun yang dioperasikan hanyalah 2 furnace tipe box.
2. Dari hasil perhitungan didapatkan efisiensi furnace sebesar 71,809 %

3.2 Saran

1. Dari hasil evaluasi efisiensi furnace 01 diperlukan perawatan secara berkala


untuk menjaga performa furnace tersebut.
2. Perlu memperhatikan kondisi operasi pada furnace-01 yang belum memenuhi
syarat agar perpindahan panas lebih optimal.
3. Mengurangi suhu yang merambat pada dinding dan mengurangi excess udara
pembakaran untuk meningkatkan efisiensi furnace-01

33
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Dwi Ardiyanto, dan Sunyoto, Masugino., 2013, Rancang Bangun Boiler
pada Industri Tahu untuk Proses Pemanasan Sistem Uap dengan
Menggunakan Catia V5, Journal of Mechanical Engineering Learning, Vol. 2,
No. 2, 1-7.
Hardjono, A. 2006. Teknologi Minyak Bumi. Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta
Ilham Aditya, dkk. 2021, Evaluasi Kinerja Kolom Fraksinasi C-1 Di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi (Ppsdm
Migas) Cepu, Malang.
Mullinger, P and B.Jenkis. 2008. Industrial and Process Furnace Elsaver :
Burlington, USA
Nelson, W.L.1936.Petroleum Refinery Engineering. New York : Mc.Graw Hill.
Perry, Robert H.
Perry, Robert H. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed. Mc Graw Hill
Book Co. : New York
Prihatono Cahyo. 2019. Evaluasi Efisiensi Furnace-01 Pada Kilang Di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi, Yogyakarta.
Risdiyanta, Risdiyanta., 2014, Mengenal Kilang Pengolahan Minyak Bumi
(Refinery) di Indonesia, Forum Teknologi, Vol. 5, No. 4, 46–54.
Trambouze, Pierre. 2000. Petroleum Refining 4, Materials and Equipment, IFP :
France
Valentin, Adelia Dwi, dan Atika Sari Astuti, 2018, Menghitung Neraca Massa
dan Energi pada Kolom Fraksinasi (C-1 dan C-2) di Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi, Laporan Praktik Kerja
Lapangan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Yuliani.HR. 2011. “Evaluasi Kinerja Furnace PPT MIGAS CEPU”. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai