Disusun oleh:
1. Zulvana Anggraeni Harvian: 17/419897/PTP/01562
2. Sekar Lananingrum: 18/………/PTP/………
Sumber Jurnal:
1. Influence of enzymatic and chemical interesterification on crystallisation
properties of refined, bleached and deodourised (RBD) palm oil and RBD
palm kernel oil blends
Norizzah Abd Rashid, Nur Azimah Kamarulzaman, Zaliha Omar
2. Chemical Intersterification of Blends with Palm Stearin and Patawa oil
Pedro D. Oliveira, Antonio M.C. Rodrigues, Carolina V. Bezerra, Luiza H.M. Silva
Pendahuluan
Beberapa minyak dan lemak seperti minyak sawit, minyak inti sawit, minyak sawit
stearin dan minyak patawa dengan campurannya memiliki aplikasi yang terbatas dalam bentuk
aslinya karena pengaturan asam lemak yang tidak teracak, khususnya komposisi triasilgliserol
dan variasi alami mereka. Beberapa cara telah diterapkan dalam industri makanan untuk
memodifikasi minyak dan lemak untuk mempersiapkan fungsionalitas yang sesuai dari
formulasi produk makanan, untuk mengoptimalkan penggunaan minyak dan lemak dengan
tujuan komersial.
Baru-baru ini, interesterifikasi minyak nabati, lemak dan campurannya telah diteliti dan
dipertimbangkan oleh beberapa penelitian sebagai alternatif yang bagus untuk menghasilkan
lemak komersial bebas dari asam lemak trans dan untuk meningkatkan sifat fisik lemak dan
minyak. Interesterifikasi adalah reaksi penataan kembali asil pada molekul gliserol tanpa
mengubah profil asam lemak. Proses ini melibatkan redistribusi asam lemak di antara
triasilgliserol, yang dapat terjadi di dalam molekul yang sama atau di antara molekul yang
berbeda. Kedua jenis interesterifikasi adalah interesterifikasi kimia dan interesterifikasi
enzimatik.
Interesterifikasi Kimia:
Interesterifikasi kimia, yang juga dikenal sebagai interesterifikasi acak, sangat ideal
dalam memodifikasi minyak dan lemak karena biaya investasi dan produksi yang lebih rendah
dari produk jadi, lebih mudah dilakukan dan merupakan pendekatan yang sudah terbukti dan
benar.
Ketika selama reaksi trigliserida titik lebur lebih tinggi dibiarkan mengkristal, asam
lemak jenuh utamanya ditarik dari fase cair sehingga distribusi asam lemak yang masih ada
dalam fase cair tidak akan lagi acak. Tahapan akan terus mendistribusikan kembali asam lemak
sisa dan dengan demikian membentuk trigliserida dengan titik lebur lebih tinggi yang
kemudian juga mengkristal. Ini disebut 'interesterifikasi terarah'. Proses interesterifikasi yang
diarahkan tidak lagi dilakukan secara industri.
Proses awal yang merupakan distribusi asam lemak acak dilakukan oleh proses dua
langkah:
1. Grün memungkinkan trigliserida bereaksi dengan gliserol untuk menghasilkan
gliserida parsial yang pada langkah kedua diesterifikasi dengan asam butirat dan
asam kaproat untuk menghasilkan lemak mentega sintetis.
2. Normann dengan cara yang berlawanan, mengoksidasi lemak dengan asam
butirat dan kemudian bereaksi dengan asam lemak bebas yang ada dengan gliserol.
Kedua proses ini membutuhkan katalis dan dioperasikan pada suhu tinggi (140
hingga 250 °C). Proses suhu tinggi menggunakan air untuk menghidrolisa
trigliserida dan mengkombinasikannya kembali ketika airnya dihentikan.
Interesterifikasi Enzimatik:
Interesterifikasi enzimatik adalah proses di mana enzim lipase digunakan untuk
mengkatalisis pertukaran asam lemak yang melekat pada rantai karbon (backbone) gliserol
lemak. Tujuan dari interesterifikasi adalah untuk mengubah sifat fisik (meleleh) dari lemak
yang dihasilkan agar lebih sesuai dengan yang diinginkan untuk makanan atau tujuan lain.
Interesterifikasi enzimatik dapat berupa regioselektif atau acak, tergantung pada lipase
yang digunakan. Lipase komersial tersedia dari sumber mikroba, tumbuhan dan hewan. Dalam
penelitian ini, Lipozyme TL IM (Thermomyces lanuginosa) digunakan dan jenis lipase yang
diarahkan ini selektif karena hanya menyerang pada sn-1,3. Interesterifikasi enzimatik
menunjukkan aktivitas yang sangat tinggi dalam kondisi eksperimental yang sangat ringan
dengan cara tekanan dan suhu rendah.
Penggunaan produk lipase yang diserap ke matriks untuk mengubah campuran fraksi
tidak dapat diproduksi oleh interesterifikasi kimia karena sifat meleleh tertentu dari margarin
berasal dari pengaturan asam palmitat dan stearat dalam posisi sn-1 dan -3 dan oleat pada posisi
sn-2. Dengan menukarkan beberapa asam palmitat pada posisi sn-1,3 dari fraksi tengah sawit
dengan produk asam stearat (CBE) dengan sifat fisik yang sama untuk mentega kakao dapat
diproduksi. Karena pertukaran enzimatik asam lemak terutama terbatas pada posisi lemak luar
(sn-1,3), asam oleat pada posisi sn-2 dipertahankan dan lemak yang benar dihasilkan.
Interesterifikasi kimia, yang mengacak posisi asam lemak, tidak dapat menghasilkan hasil yang
diinginkan.
Perbedaan pengaturan gugus asil melalui interesterifikasi kimia dan enzimatik dapat dilihat
pada Gambar 1.
3. Analisis Termal
Karakteristik thermal pada minyak dan lemak pada umumnya dideskripsikan dengan kurva
melting dan kristalisasi. Proses interesterifikasi kimia dapat mempengaruhi sifat melting dari
campuran.
Pada campuran palm stearin dan minyak patawa rasio 50:50 diketahui mengalami
pergeseran lekukan yaitu dari suhu 10,51℃ menjadi 14,61℃ dan hal serupa juga terjadi pada
campuran rasio 60 ; 40 yang mengalami pergeseran dari 11,87 ℃menjadi 15,48 ℃. Kenaikan
suhu tersebut menujukkan terjadinya kenaikan melting point pada campuran. Selain
menyebabkan terjadinya perubahan melting point, proses interesterifikasi juga diketahui
mampu menyebabkan terjadinya perubahan cooling thermal.
RBDPO menunjukkan kristalisasi yang lebih cepat daripada RBDPKO karena
komponen leleh yang lebih tinggi dalam RBDPO. Setelah pendinginan, RBDPO menunjukkan
bahwa TAG yang meleleh tinggi dan komponen TAG rendah meleleh dipisahkan dengan baik
karena ada rentang temperatur yang lebar antara titik leleh komponen lebur yang lebih tinggi
dan lebih rendah. Oleh karena itu, ini menjelaskan konsep pemisahan efektif fase cair dan padat
dalam RBDPO. The non-interesterified (NI) dan EI RBDPO menunjukkan hanya perbedaan
minimal dalam suhu kristalisasi akhir mereka.
Menurut Chiu et.al, 2002 interaksi antar TAG pada campuran lemak atau minyak
merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap melting dan kristalisasi. Saat lemak dan
minyak dengan komposisi berbeda dicampur maka terdapat beberapa karakteristik yang perlu
diamati yaitu solid solution, monotectic behavior, atau eutectic behavior. Monotectic behavior
terjadi pada saat TAG dengan melting point tinggi dilarutkan komponen TAG dalam bentuk
liquid (Ribeiroet.al,2009).
Kesimpulan
Jurnal I:
Interesterifikasi kimia dapat digunakan untuk memperbaiki karakteristik fisik dari
campuran antara minyak patawa dan palm stearin serta menambah nilai nutrisi. Rasio
campuran terbaik adalah 50 : 50 yang mana dapat memberikan melting point sesuai, SFC yang
sesuai dengan soft table margarine, plastis, spreadable, memiliki konsistensi pada suhu
refrigerasi, serta indeks atherogenositas dan trombogenositas yang baik
Jurnal II:
Interesterifikasi kimia menghasilkan perubahan yang lebih menonjol dalam komposisi
TAG campuran RBD PO-PKO dibandingkan dengan EI karena penataan ulang acak dari asam
lemak pada backbone gliserol. Perubahan komposisi TAG mempengaruhi sifat termal dan
morfologi kristal, tetapi polimorfisme dan kinetika kristalisasi tidak terpengaruh oleh
interesterifikasi dalam kondisi yang dievaluasi dalam penelitian ini. Interesterifikasi kimia
menunjukkan melting point yang lebih tinggi dan suhu kristalisasi karena adanya reduksi
komposisi TAG dengan melting point tinggi dibandingkan dengan EI. Interesterifikasi
enzimatik menghasilkan kristal yang lebih halus dan kecil sementara interesterifikasi kimia
menghasilkan ukuran kristal yang lebih besar.