LOGO
KELOMPOK 3 :
DANANG PRASETYO
DELIMA PERMATASARI
SITI HANIFAH
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
LATAR BELAKANG
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat – alat mulai dari penyimpanan minyak pelumas, pompa oli, pipa
– pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai
kepada bagian – bagian yang memerlukan pelumasan. Sistem pelumasan ini
memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain :
1. Mengurangi gesekan sarta mencegah keausan dan panas, dengan cara
yaitu oli membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah
kontak langsung permukaan logam dengan logam.
2. Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian –
bagian yang mendapat pelumasan dari kemudian membawa serta
memindahkannya pada sistem pendingin.
3. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagian – bagian mesin.
4. Mencegah karat pada bagian – bagian mesin
5. Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran
6. Sebagai perantara oksidasi
2.1. Pelumas
Pelumas merupakan salah satu kajian dari bidang ilmu tribologi.
Menurut Nusa (2001), tribologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang gesekan (friction) sebagai penyebab masalah, keausan
(wear) sebagai pemasalahannya dan pelumasan sebagai pemecahan dari
permasalahannya. Pelumas dapat diartikan sebagai suatu zat yang diberikan
diantara dua permukaan yang saling kontak dengan tujuan mengurangi gaya
gesek. Kerugian yang disebabkan oleh gesekan adalah terjadinya keausan
dan kehilangan energi. Selain berfungsi mengurangi gaya gesek, pelumas
juga berfungsi mendinginkan dan mengendalikan panas yang keluar dari
mesin serta mengendalikan contaminants atau kotoran guna memastikan
mesin bekerja dengan baik.
Jenis-jenis minyak pelumas dapat dibedakan penggolongannya
berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik, tujuan penggunaan dan
pengaturan penggunaannya (Anonim, 2009).
1. Dilihat dari bentuk fisiknya, antara lain :
a. Minyak pelumas
b. Gemuk pelumas
c. Cairan pelumas
2. Dilihat dari bahan dasarnya, antara lain :
a. Pelumas Dasar mineral
b. Pelumas Dasar sintesis
c. Pelumas Dasar Bio (Biopelumas)
3. Dilihat dari penggunaanya, antara lain :
a. Pelumas kendaraan
b. Pelumas industri
c. Pelumas perkapalan
d. Pelumas penerbangan
4. Dilihat dari pengaturannya, antara lain :
a. Pelumas kendaraan bermotor
b. Pelumas motor diesel untuk industri
c. Pelumas untuk motor mesin 2 langkah
d. Pelumas khusus
3. Titik nyala
Titik nyala adalah suhu terendah pada saat apu dapat
menyebabkan terbakarnya uap pelumas. Nilai ini diperlukan
untuk penangan produk peluma selama pengiriman dan
penimbunan. Karakteristik ini diuji dengan menggunakan metode
ASTMD 92 (Cleveland Open Cup) dan ASTM D 93 (Pensky
Martens Close Cup).
6. Fire point
Fire point menunjukan pada titik temperatur dimana pelumas
akan dan terus menyala sekurang-kurangnya selama 5 detik.
BAB III
PROSEDUR PENGUJIAN
3.1. CSC
3.1.1. Tujuan
1. Mengetahui prinsip pengujian korosi bilah tembaga ASTM D 130.
2. Mengetahui tingkat korosifitas pelumas yang di uji.
1. Waterbath
2. Thermometer
3. Tabung Uji
4. Sumbat Karet
5. Gelas Ukur
6. Stopwatch
7. ASTM Copper Strip Corrosion Standard
Bahan :
Volume : 10 ml
Waktu : 2 jam
Hasil : 1a
3.1.6. Pembahasan
Pada Pengujian Copper Strip Corrosion atau Uji korosi strip tembaga
dilakukan dengan merendam strip yang sudah dipoles dengan serbuh bijih
besi lalu dicelupkan dalam sampel produk minyak bumi yang akan di uji
kemudian dipanaskan sampai suhu 100 derajat celcius selama 2 jam di
waterbath. Selama direndam, copper strip tersebut kemungkinan besar akan
berubah warna sesuai dengan tingkat korosi sample. Setelah itu, copper strip
diangkat, kemudian dicuci dengan xylene. Setelah itu untuk menentukan
tingkat relatif dari korosi pada bagian logam, bandingkan warnanya dengan
warna standard untuk mendapatkan tingkat korosif dari sample yang ditest.
3.1.7. Kesimpulan
1. Pada pengujian sampel oli Mesran SAE 20W-50 didapatkan hasil yaitu
1a yang artinya memiliki tingkat korosifitas yang sangat rendah.
2. Prinsip pengujian Copper Strip Corrosion adalah dengan pemanasan.
3.2. CCR
3.2.1. Tujuan
Untuk mengetahui kecenderungan pembentukan kokas (arang) produk
minyak bumi yang sukar menguap.
1. krus porselen 10 cc
2. Tang krus
3. Cerobong pelat besi
4. Hot plate
5. Desikator
6. Timbangan analatik
7. Pipet tetes
Bahan
1. Oli SAE 20 W 50
3.2.4. Langkah Kerja
NO GAMBAR KERJA LANGKAH KERJA
Menyiapkan alat dan bahan
Mencuci dan mengeringkan
alat
Mencatat hasil
3.2.6. Perhitungan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 = x 100%𝑊𝑡
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,01𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 = x 100%𝑊𝑡 = 0,5%𝑊𝑡
2𝑔
3.2.7. Pembahasan
Pengujian karbon residu ini dilakukan dengan membakar sampel
sebanyak 2 gram menggunakan rangkaian alat CCR. Hal pertama yang
harus diperhatikan adalah kebersihan kurs porselen, kotoran yang
tertinggal pada kurs porselen akan mengakibatkan menambahnya nilai
karbon diluar sampel uji. Ketika sampel mulai dipanaskan akan timbul
asap. Pemansan berlangsung sampai hilangnya asap yang menandakan
seluruh sampel sudah menguap. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk
mendapatkan berat karbon pada sampel.
Pada pengujian CCR dengan sampel sampel pelumas Mesran SAE
20W-50 ini menghasilkan kadar karbon sebanyak 0,5 %Wt. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar karbon tergolong rendah sehingga baik
digunakan.
3.2.8. Kesimpulan
1. Pada pengujian sampel oli Mesran SAE 20W-50 didapatkan hasil yaitu
0,5%Wt yang artinya memiliki kadar karbon yang rendah.
3.3. SG
3.3.1. Tujuan
Menentukan Specific Grafity pada sampel oli SAE 20 W 50
1. Hidrometer
2. Statif & klem
3. Termometer
4. Gelas ukur 100 ml
Bahan
Oli SAE 20 W 50
Memasukkan hidrometer ke
dalam gelas ukur, lalu
dilepaskan agar
mengambang dengan
bebas.
Memposisikan hidrometer
agar di tengah, membaca
skala yang ditunjukkan.
3.2.6. Perhitungan
141,5
𝐴𝑃𝐼 = − 131,5
𝑆𝐺
141,5
𝐴𝑃𝐼 = − 131,5 = 30,03
0,876
3.3.7. Pembahasan
Pada pengujian Specific Gravity ini menggunakan alat hidrometer. Pada
praktikum ini penentuan SG ditentukan oleh keadaan suhu kamar. Sampel
dimasukkan ke dalam gelas ukur melalui dinding agar tidak timbul
gelembung yang akan mengganggu dalam pembacaan skala. Pada
pengujian tersebut dilakukan percobaan atau pengukuran sampai 3 kali
dengan tujuan yang sama yaitu memperoleh data yang repeatability atau
teliti.
3.2.8. Kesimpulan
1. Pada pengujian sampel oli Mesran SAE 20W-50 didapatkan hasil
yaitu SG sebesar 0,875 dan 0API sebesar 30,03 yang artinya
merupakan tergolong minyak ringan.
3.4 DENSITAS
3.4.1. Tujuan
Menentukan densitas pada sampel oli SAE 20 W 50
Density adalah berat cairan per unit volume, kg/L maupun kg/m3
Kerapatan relatif (relative density) atau berat jenis (specific gravity) minyak
adalah perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat
air pada suhu tertentu yang diukur pada tekanan dan temperatur standar
(60oF dan 14,7 psia). Suhu yang digunakan untuk minyak bumi adalah 15oC
atau 60oF. Gravitas American Petroleum Institute (API) yang sangat mirip
dengan gravitas baume adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari
kerapatan relatif yang dapat dinyatakan dengan persamaan:
1. Piknometer
2. Gelas beker
3. Timbangan analitik
Bahan
Oli SAE 20 W 50
3.4.4. Langkah Kerja
NO GAMBAR KERJA LANGKAH KERJA
Membersihkan dan
menimbang piknometer
Menuangkan sampel ke
dalam piknometer
Menimbang piknometer +
sampel
Mencatat hasil
3.2.6. Perhitungan
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) − (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
22,25 − 13,17
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = = 0,908
10
3.4.7. Pembahasan
Dalam praktikum ini digunakan piknometer untuk mengukur kerapatan oli.
Piknometer yang digunakan harus bersih. Air yang menempel pada dinding
harus dikeringkan agar tidak membiaskan hasil penimbangan. Sampel yang
akan diukur kerapatannya dimasukkan ke dalam piknometer sampai penuh,
kemudian ditentukan bobot zat tersebut dengan cara penimbangan.
Berat jenis sebanding dengan kerapatan, apabila kerapatan zat kecil, maka
berat jenisnya pun kecil. Demikian pula sebaliknya. Pada pengujian SG
sebelumnya menunjukkan sampel oli SAE 20 W memiliki berat jenis yang
sedang, sehingga dari data pengujian densitas yang didapat yaitu sebesar
0,908 menunjukkan sampel oli SAE 20 W memiliki kerapatan massa yang
kecil pula.
3.2.8. Kesimpulan
1. Pada pengujian sampel oli Mesran SAE 20W-50 didapatkan hasil
yaitu densitas sebesar 0,908 yang artinya memiliki kerapatan massa
yang kecil.
3.5 FLASH POINT & FIRE POINT
3.5.1. Tujuan
Menentukan flash point dan fire point pada sampel oli SAE 20 W 50
Bahan
Oli SAE 20 W 50
3.5.6. Pembahasan
Untuk pengujian flash point dan fire point, dilakukan pengetesan
tentang titik nyala dan titik bakar pada sampel oli yang telah disediakan.
Dimana sampel oli dimasukkan kedalam test cup kemudian dipanasi
menggunakan hot plate. Kemudian dilakukan uji nyala dan mengamati
kenaikan suhu yang ada.
Dalam praktikum kali ini, pada sampel temperatur flash point (titik
nyala) sebesar 218 oC sedangkan untuk fire point (titik bakar) didapat
sebesar 234oC. Dari standar yang telah ditentukan besar flash pint untuk
oli SAE 20W minimal 240 oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel oli ini dibawah standar. Akan tetapi hasil yang didapat tersebut
kurang tepat, yang disebabkan karena kesalahan pada saat pengujian,
yaitu pemanasan tidak dilakukan secara bertahap.
3.2.8. Kesimpulan
1. Pada pengujian sampel oli Mesran SAE 20W-50 didapatkan
hasil yaitu flash point 218 0C dan Fire point 234 0C
2. Terjadi kesalahan saat pengujian yaitu tidak melakukan
pengujian secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tingkat korosi pada Oli Pelumas Mesran SAE 20W-50 adalah pada tingkat
1a. Hal ini berarti oli memiliki tingkat korosi yang rendah, baik untuk
digunakan karena masih memenuhi standar tingkat korosi oli pelumas yaitu
1b.
2. Nilai density pada sampel Oli Pelumas Mesran SAE 20W-50 sebesar 0.908
gram/ml. Dari data tersebut, nilai density dari sampel menunjukkan sampel
oli memiliki kerapatan massa yang kecil.
3. Nilai SG pada sampel Oli Pelumas Mesran SAE 20W-50 sebesar 0.876
pada suhu 29 derajat celcius, dan API sebesar 30.03. Dari data tersebut
sampel oli termasuk kedalam minyak ringan, karena memiliki sg < 0.934
dan API >20.
4. Kandungan Conradson Carbon Residue pada sampel Oli Pelumas Mesran
SAE 20W-50 adalah sebesar 0.5%wt. Maka sampel oli tersebut kandungan
karbon nya masih dibawah standar.
5. Nilai flash point pada pengujian berada pada suhu 218°C, dan nilai fire point
berada pada 234°C. Hal ini berarti bahwa nilai flash point dan fire point
masih berada dibawah standar yaitu 240°C.