Teknik Kimia
11.1 Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk kilang yang
umum dilakukan adalah : 1) absorpsi gas menjadi cairan bertekanan rendah,
2) adsorpsi dalam lempung atau karbon aktif, dan 3) fraksionasi tekanan tinggi
suhu rendah.
Dalam prakteknya, gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan untuk efisiensi
dan pertimbangan ekonomi seperti absorpsi dan fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan terdiri dari :
1. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan menjadi gas bakar
kilang (refinery fuel gas),
2. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG),
3. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan sedikit C1/C2 yang
dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-gas atau tail-gas).
Unit-unit penghasil gas di dalam kilang adalah :
1. Gas Bertekanan Rendah yang berasal dari :
a. Unit-Unit Distilasi, baik distilasi atmosfir maupun
distilasi hampa.
b. Unit-Unit Perengkahan Katalis
2. Gas Bertekanan Tinggi berasal dari :
a. Unit-Unit Perengkahan Termis
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam kompresor
sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah dalam unit stabilizer
dan absorber. Proses-proses tersebut dimaksudkan untuk memisahkan gas ringan
C1 – C2 sebagai bahan bakar gas kilang (refinery fuel gas), dan komponen-
komponen propan dan butan sebagai bahan pembuatan gas cair elpiji (LPG).
131
11.2 Gas Bakar Kilang
Bahan bakar gas yang biasa disebut dalam kilang sebagai refinery fuel gas
adalah gas ringan yang terdiri dari C 1 – C2 merupakan produk atas yang tidak
terkondensasi dari unit-unit distilasi dan perengkahan.
Sumber-sumber gas kilang (refinery fuel gas) yang tidak terkondensasi
berasal dari unit-unit 1) Distilasi atmosfir dan distilasi hampa, 2) Perengkahan
Termis, 3) Perengkahan Katalis, 4) Polimerisasi, dan 5) Berasal dari puncak menara
absorber berupa gas-gas yang tidak terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitar 1 - 5 psig.
Gas-gas yang bertekanan sedang selain untuk refinery fuel gas,
dikumpulkan dan dikirim ke unit kompresi gas untuk menaikkan tekanannya
menjadi 85 - 90 psig. Gas yang bertekanan tinggi lalu dikirim ke unit-unit stabilizer
dan absorber untuk menyerap komponen propan dan butan sebagai bahan baku
untuk elpiji.
132
e. Insinerator l. Pengeringan hasil panen
f. Pengeringan pakaian m. Pengawetan tembakau
g. Pembakaran rumput liar n. Bahan bakar truk/traktor
2. Untuk keperluan komersil, yaitu untuk :
a. Pemanggang roti e. Belanga timbal
b. Tungku meja (Hot plate) f. Pemanas kertas dinding
c. Ketel uap g. Pemanas ruangan
d. Penggorengan lemak-lemak gemuk.
3. Untuk keperluan industri, yaitu untuk :
a. Tungku batubara d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik e. Pengecoran logam
c. Memproses tekstil f. Pabrik gelas
4. Untuk keperluan bahan baku Petrokimia, yaitu untuk pembuatan :
a. Alkohol g. Komponen karet tiruan
b. Aldehida h. Asetat
c. Etilen dan etilen oksida i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik j. Plastik
e. Deterjen k. Keton
f. Etilen glikol
5. Untuk pemakaian langsung sebagai zat kimia, yaitu :
a. Penarikan aspal dan lilin dalam industri minyak bumi
b. Menghilangkan lemak/gemuk dari produk makanan
c. Ekstraksi pelarut pada minyak tumbuh-tumbuhan
d. Pengontrol warna sabun
6. Untuk keperluan transportasi sebagai bahan bakar gas, untuk mobil sedan, bus,
truk, traktor, mobil boks.
7. Untuk keperluan utilitas, yaitu :
a. Pengkayaan kandungan panas (menaikkan Btu)
b. Standby gas
c. Distributor gas
11.3.1 Spesifikasi
Kebanyakan elpiji dipasarkan di bawah definisi dan spesifikasi dari NGPA
(Natural Gas Processors Association).
133
Menurut NGPA elpiji dipasarkan dalam 4 macam LPG komersil, yaitu : 1) Propan
Komersil, 2) Butan Komersil, 3) Campuran Propan-Butan, 4) Propan HD-5.
Spesifikasi dan persyaratan elpiji tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.1, sedangkan
menurut NGAA (Natural Gas Association of America) persyaratan yang diperlukan/
spesifikasi untuk propan komersil (elpiji C3) dan butan komersil (elpiji C4) adalah :
1. Mengandung propan/propilen atau butan/butilen minimum 95 %.
2. Tidak mengandung H2S,
3. Mempunyai hasil test negatif terhadap korosi ( copper strip)
selama 3 jam pada suhu 122 oF,
4. Tidak mengandung air, dan
5. Diperkenankan mengandung total sulfur maksimum 15
grain/100 cuft.
11.3.2 Propan Komersil
Propan ini merupakan produk hidrokarbon yang dominan dengan propan
dan / atau propilen dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Tekanan uap tidak melebihi 210 psig pada 100 oF.
2. Titik didih 95 % tidak melebihi –37 oF pada tekanan 760 mmHg.
3. Residu harus melewati test terhadap bahan yang tidak mudah menguap.
4. Kandungan sulfur mudah meguap tidak melebihi 15 grain/100 ft3 gas.
5. Senyawa korosif, tidak menimbulkan warna yang terpoles pada test copper
strip.
Tabel 11.1 Persyaratan Spesifikasi untuk LPG
Propan Butan Campuran Propan
Karakteristik
Komersil Komersil C3/C4 HD-5
Tekanan Uap, 210 70 200 200
pada 100 oF, psig
Suhu Penguapan -37 +36 +36 -37
95 %, 1 atm, oF
Total sulfur mudah 0,02 0,02 0,02 0,015
menguap, % berat
Korosi, Cu strip <1 <1 <1 <1
Kekeringan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
air air air air
Bau Level 2 Level 2 Level 2 Level 2
Komposisi, % vol C3 / C3= C4 / C4= C3 / C3= & 90 % C3
C4 / C4= 5 % C3=
134
Dalam rangka membedakan bau gas elpiji dengan gas-gas lain dan udara
untuk keperluan pengangkutan maka gas elpiji diberi bau dengan salah satu
senyawa berikut : 1) etil merkaptan 1 lb/10000 gal gas; 2) tiofena 1 lb/10000 gal
gas : atau 3) amil merkaptan 1,4 lb/10000 gal gas elpiji.
11.3.3 Penanganan Gas Elpiji
Gas elpiji disimpan dan dikirim pada tekanan sedang sebagai cairan, yang
digunakan pada suhu dan tekanan kamar sebagai gas. Untuk maksud tersebut
diperlukan tempat penyimpanan khusus dan peralatan pengiriman ( handling) dari
tempat pembuatan sampai ke konsumen. Meskipun demikian butan dengan
tekanan uapnya yang rendah ditangani secara tersendiri (eksklusif) memerlukan
tanki dengan tekanan design 250 psig. Tanki-tanki yang demikian sangat cocok
untuk propan komersil ataupun butan komersil dan juga semua campuran propan-
butan. Tempat penyimpanan untuk skala besar bagi gas elpiji adalah di bawah
tanah di dalam rongga-rongga garam terlarut atau gua-gua tambang, ataupun di
atas permukaan tanah dalam tanki-tanki bulat, atau horizontal, ataupun vertikal.
Sistem pemipaan pada pabrik besar dirancang untuk dapat menahan tekanan
maksimum yang menyertai gas elpiji.
Beberapa gas elpiji diangkut dalam pipa dari tempat pembuatannya
sebagai produk akhir, atau sebagai bahan baku, atau sebagai campuran dengan
minyak mentah atau gas alam. Gas elpiji juga ditransportasikan dengan kapal
tanker, kapal tongkang, mobil tanki, tanki kontainer portabel, dalam silinder kecil
dengan berat 20 lb yang disebut kontainer swalayan.
11.3.4 Proses Pembuatan Elpiji
Proses pembuatan elpiji menggunakan bahan baku gas-gas kilang atau gas
alam yang berasal dari minyak bumi (petroleum) secara komersil ada tiga macam,
yaitu 1) Proses Kompresi, 2) Proses Adsorpsi, dan 3) Proses Absorpsi.
1. Proses Kompresi
Proses kompresi jarang digunakan karena kurang efektif dan merupakan
proses tersederhana dibanding dengan proses-proses lainnya. Proses ini
dipergunakan untuk me-recovery senyawa hidrokarbon cair dari gasnya. Pada
proses ini gas dari sumbernya didinginkan melalui cooler dan HE sehingga
terbentuk cairan.
135
Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gas yang tak terkondensasi, lalu
dikirim ke flash tank, sedangkan gasnya diekspansi untuk digunakan sebagai
pendingin pada HE. Kondensat dari flash tank dialirkan ke depropanizer dan
debutanizer untuk memisahkan C3 dan C4 dengan cara distilasi. Dari puncak
depropanizer keluar LPG-propan dan dari puncak debutanizer keluar LPG-butan,
sedangkan gasolin sebagai hasil samping dikeluarkan dari bawah menara.
2. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi dipakai untuk me- recovery senyawa hidrokarbon yang
lebih berat dari etan dari gas-gas kilang atau gas alam. Proses terdiri dari tiga step
yaitu regenerasi, pendinginan, dan adsorpsi. Pada proses ini, gas dari sumbernya
dibagi menjadi dua aliran, sebagian dialirkan ke adsorpsion cycle dimana gas
diadsorpsi dengan karbon aktif (dapat juga dipakai silika gel, atau alumina gel) dan
gas yang tidak terserap digunakan sebagai media pendingin HE. Sebagian lagi gas
dari sumbernya dialirkan ke dalam cooling cycle untuk seterusnya masuk ke dapur
regenerasi dan ke tangki siklus regenerasi. Kemudian gas didinginkan kembali
dalam cooler dan HE. Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gasnya di
separator bertekanan tinggi dan rendah. Gas yang berat dari etana di-recovery dan
bergabung dengan umpan segar gas. Kondensat yang terdiri dari hidrokarbon cair,
LPG gas, gasolin didistilasi di deproponizer dan debutanizer sehingga didapatkan
LPG propan dan LPG butan.
3. Proses Absorpsi
Proses ini adalah proses penyerapan hidrokarbon yang lebih berat dari etan
dengan penyerap minyak. Gas yang terserap dipisahkan dari minyak di menara
stripper untuk selanjutnya didistilasi di menara depropanizer dengan produk atas
LPG propan dan di debutanizer dengan produk atas LPG butan. Sebagai hasil
samping proses ini adalah gasolin. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 11.1.
136
pertengahan tahun 1950. Pada akhir-akhir ini kecenderungan pengolahan ataupun
pembuatan hidrogen dari hasil-hasil kilang telah mengalami kenaikan, tidak hanya
untuk meningkatkan kualitasnya sebagai gas H 2 tetapi juga untuk feedstock (bahan
baku) proses-proses perengkahan, reforming dan isomerisasi.
Lean Oil
LPG C3 LPGC4
137
Unit pemurnian menggunakan hidrogen komersil pada awalnya diinstalasi
oleh Esso Standard Oil Co pada tahun 1930-an. Pada perang dunia kedua
pembangunan unit ini disponsori oleh Humble Oil & Refining Co, dan Shell
Development Co. Pertumbuhan yang pesat pemurnian menggunakan hidrogen ini
dimulai pada pertengahan tahun 1950-an dan telah menyebar ke seluruh industri
pengilangan minyak bumi.
Reaktor
Umpan Stripper
Minyak
Heater Steam
138
Pada tahun-tahun terakhir ini terdapat kecenderungan untuk
meningkatkan proses hydrotreating terhadap produk kilang tidak hanya untuk
meningkatkan kualitas produk tersebut tetapi juga untuk pemurnian umpan suatu
proses. Kebanyakan hidrogen untuk proses-proses tersebut di-recovery dari gas
buang reforming katalis yang merupakan sumber utamanya dalam kilang minyak
bumi. Apabila hidrogen dari reforming nafta tidak mencukupi, maka proses
pembuatan hidrogen yang tidak tergantung pada kilang minyak harus digunakan.
Banyak hidrogen dari luar kilang dibuat baik dengan proses reforming metan
ataupun dengan proses oksidasi parsial.
Perkembangan yang terahir juga memungkinkan orang-orang kilang
mengolah gas-gas buang (vent-gas dan off-gas) dan gas-gas recycle untuk
mengambil hidrogen yang selama ini dibuang atau dibakar pada furnace dan flare.
Metoda purifikasi hidrogen dirancang untuk membersihkan hidrogen dengan
kemurnian 95 %. Cara ini dapat dilakukan dengan proses gas sintesis melalui shift
converter dan penyerapan CO2. Proses purifikasi yang mutakhir meliputi
penyerapan (scrubbling) dengan larutan amin, amoniak cair, atau larutan kaustik.
Demikian juga purifikasi dan absorpsi fraksi-fraksi minyak pada suhu rendah dan
dipelajari secara intensif untuk dipakai pada pembersihan gas hidrogen.
Macam-macam proses pembuatan hidrogen :
1. Proses Reforming Steam-Metan.
2. Proses Reforming Steam-Nafta.
3. Proses Gas Sintesa Texaco.
4. Proses Gasifikasi Shell.
5. Proses Hypro.
139
Umpan yang dipakai adalah gas alam, gas kilang, dan hidrokarbon cair
dengan reaksi sebagai berikut :
CH4 + H2O CO + 3 H2
Gas hidrokarbon berat bereaksi sebagai berikut :
CnHm + n H2O n CO + (0,5 m + n) H2
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 11.3. Kondisi operasi pada suhu
tinggi 1350 - 1550 oF, tekanan keluar umumnya lebih dari 400 psig.
Dapur
Desulfurisasi H2 Reforming
Fasa Cair
ke Unit
Converter dan
140
Vaporizer Steam Absorber
Umpan Desulfurisasi
Nafta Fasa Uap
Saturator/
Preheater Air Scrubber
Gas Alam/
Fuel-Oil
Shift
Converter
Oksigen
Ke Unit
Pemurnian
Steam Steam
Generator
141
Proses ini merupakan proses kontinyu non-katalis untuk merubah umpan
hidrokarbon menjadi suatu campuran gas yang kaya hidrogen dengan oksidasi
parsial dalam suatu reaktor yang dirancang khusus. Umpan hidrokarbon dan
oksidan dipanaskan secara terpisah dan dicampur dalam ruang pembakaran dimana
sebagian umpan terbakar dan sisanya direngkah secara termis oleh panas
pembakaran. Produk rengkahan kemudian bergabung dengan produk pembakaran
membentuk campuran gas akhir. Suhu reaktor berkisar 2000 – 2700 oF tergantung
pada oksidan yang dipakai (udara atau oksigen) dan produk gas yang diingini.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.6.
Steam
Penangkap
Steam Karbon Gas Sintesis
Umpan
WHB
Gas Cooler
Scrubber
Udara
atau O2 Reaktor Karbon
Air Slurry
Air
Separator Karbon
5. Proses Hypro
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan katalis untuk
memproduksi hidrogen dari gas buang kilang atau gas alam. Proses ini dilisensi oleh
UOP Co. Proses ini dirancang baik untuk me-recovery hidrogen dalam gas buang
kilang maupun untuk meng-konversi gas alam menjadi hidrogen mengikuti reaksi
dekomposisi sebagai berikut :
CH4 C + 2H2
Hidrogen dilepaskan dari karbon padat dengan pemisahan fasa pada kemurnian
sekitar 93 % vol atau lebih. Diagram alir proses ini secara sederhana dapat dilihat
pada Gambar 11.7. Kebutuhan panas pada proses ini sangat rendah hanya untuk
142
konversi, karena karbon yang terbakar hasil dari reaksi akan memasok energi
masuk yang diperlukan, sehingga steam tidak diperlukan untuk mengontrol reaksi.
11.4.3 Proses Dehidrogenasi
Proses dehidrogenasi merupakan suatu proses untuk membagi hidrogen
dari suatu hidrokarbon atau campuran hidrokarbon, baik dengan cara termis
maupun dengan katalis. Dehidrogenasi termis telah digunakan secara luas dengan
umpan gas-gas etan, isobutan, dan sebaganya untuk situasi kilang yang khusus.
Proses ini kurang selektif dibandingkan dengan dehidrogenasi katalis dan
cenderung membentuk molekul-molekul ringan yang lebih disukai dalam bentuk
olefin. Kondisi operasi berjarak dari 1400 - 2200 oF dan 5 - 50 psig. Dehidrogenasi
katalis telah berkembang pada akhir-akhir ini dalam memproduksi bahan dasar
(dalam hal ini butadien) untuk karet sintetis, resin, dan produk petrokimia lainnya.
Proses ini adalah selektif dengan katalis yang terdiri dari oksida logam dengan
support keramik atau basis alumina. Suhu operasi berjarak antara 932 – 1380 oF
dengan tekanan sekitar 1 atm. Siklus operasinya singkat dan katalis harus seringkali
diregenerasi dengan udara pada suhu 1100 – 1400 oF.
Hidrogen
Udara
Katalis Regenerator
Aplikasi utama proses ini selama perang dunia kedua adalah untuk
memproduksi tambahan umpan olefin bagi proses alkilasi. Disebabkan karena
pembaharuan interes terhadap alkilasi bensin motor maka perhatian ditujukan
143
kembali kepada proses dehidrogenasi untuk menyiapkan umpan olefin dari gas-gas
jenuh. Kenyataan lain yang penting adalah hidrogen dapat diperoleh sebagai
produk samping pada kemurnian sekitar 80 %.
Macam-macam proses dehidrogenasi yang penting adalah :
1. Proses Catadiene.
2. Proses Dehidrogenasi UOP
1. Proses Catadiene
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process Corp, merupakan suatu proses
katalis yang kontinyu untuk dehidrogenasi hidrokarbon ringan menjadi mono olefin
atau di-olefin. Untuk memproduksi mono-olefin digunakan suhu operasi sekitar
1050 – 1100 o
F pada tekanan 1 atm, sedangkan untuk membuat di-olefin
digunakan suhu yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih rendah dari atmosfir.
Katalis yang digunakan tipe khrom oksida–alumina (Cr 2O3 - Al2O3). Proses bersifat
endotermis dan perpindahan panas dihapuskan dalam reaktor. Kapasitas panas
pada unggun katalis dikontrol dengan menggunakan material inert berbentuk
granular yang menyertai katalis aktif. Apabila proses beroperasi untuk memproduksi
butadien maka butadien diekstrak dari efluen reaktor, sedangkan yang tinggal
dalam potongan butan-butadien di-recycle. Diagram alir proses dapat dilihat pada
Gambar 11.8. Pabrik komersil pertama dioperasikan selama perang dunia kedua
oleh Sun Oil Co pada kilang Toledo & Standard Oil Co of California di El Segundo.
144
Proses ini merupakan proses katalis yang kontinyu untuk mengubah C 2 - C5
menjadi olefin. Katalisnya adalah khrom oksida dalam alumina. Umpan berupa
butan dipanaskan dari 930 – 1380 oF lalu dilewatkan ke dalam catalyst chamber
pada tekanan 10 - 50 psi dengan recycle dan kondisi optimum maka olefin
diperoleh pada konversi 90 – 95 %, karena reaksi eksotermis maka suhu katalis
harus dikontrol secara hati-hati. Dua buah atau lebih rekator dipakai untuk siklus
reaksi dan regenerasi. Efluen dari reaktor didinginkan dan dikompresi sebelum gas-
gas ringan (C1 - C3 & H2) dipisahkan dari butan-butadien. Fraksionasi digunakan
untuk memisahkan recycle butan. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 11.9.
Siklus operasi proses ini singkat sekitar 1 jam. Kontaminan katalis utamanya adalah
kokas (coke). Senyawa-senyawa sulfur dan CO secara material tidak mempengaruhi
katalis. Katalis dapat diregenerasi sebanyak 2000 kali.
Gas Regenerator
C1-C3
& H2
Reaktor &
Regenerator
Umpan Separator
Cooler Produk
Gas Regenerator
Kompresor
145
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
146
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
147
b. Uraikan perbedaan antara proses dehidrogenasi katalis dan proses
dehidrogenasi termis ditinjau dari keuntungan dan kerugian masing-masing
proses.
148