Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KLASIFIKASI BATUBARA

2.1 PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sejumlah besar endapan batubara dengan cadangan


total sekitar 58,87 milyar ton. Sebagian besar sumber daya batubara berada di
Sumatera (45,02 %); Kalimantan (54,57 %); Papua, Sulawesi dan sebagian kecil di
Jawa (0,41 %). Dari jumlah cadangan batubara tersebut, di wilayah Sumatera
bagian Selatan terdapat 18.427,839 juta ton atau sekitar 73,6 % cadangan
batubara yang terdapat di pulau Sumatera.
Kualitas sumber daya batubara beragam dari lignit sampai antrasit. Bagian
terbesar (lebih dari 80 %) terdiri dari endapan lignit dan batubara sub-bituminus,
yang lainnya kebanyakan batubara bituminus dan hanya sedikit endapan diperoleh
sebagai batubara antrasit. Untuk lebih rinci, prosentase peringkat batubara
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan rentang kualitas batubara
daerah Tanjung Enim dan sekitarnya ditampilkan pada Tabel 6.
Penggolongan batubara berdasarkan peringkat merupakan salah satu cara
untuk mengelompokkan batubara menurut jenis dan kualitasnya. Klasifikasi
batubara dibuat berdasarkan data analisis dan pengujian batubara.

Sub-
bituminus
26,63 %

Bituminus
14,38%

Lignit 58,63% Antrasit 0,36%

Sumber: Adiarso (2005)

Gambar 1. Prosentase Peringkat Batubara Indonesia

16
Tabel 6. Rentang Kualitas Batubara Daerah Tanjung Enim dan Sekitarnya
No Parameter Rentang
1. Total Moisture (% ar) 1,30 – 36,30
2. Inherent Moisture (% adb) 0,80 – 16,70
3. Volatile Matter (% adb) 3,00 – 49,15
4. Fixed Carbon (% adb) 35,00 – 83,00
5. Ash (% adb) 0,30 – 16,00
6. Sulphur (% adb) 0,10 – 3,60
7. Calorific Value (kCal/kg adb) 4800 – 8290

2.2 BEBERAPA KLASIFIKASI YANG DIKENAL

2.2.1 Klasifikasi Menurut Mc Millan, Morgan


1. Gambut (Peat)
Gambut merupakan peringkat batubara terendah dengan ciri–ciri :
mempunyai kandungan lengas yang sangat tinggi atau meskipun telah dilakukan
pengeringan dapat mencapai 92 – 94 %, mempunyai kadar karbon dan nilai kalor
yang sangat rendah serta zat terbang yang tinggi, dan nyala yang berasap.
2. Batubara Muda (Lignite)
Secara kimia lignit tidak banyak berbeda dengan gambut yaitu mempunyai
kadar karbon dan nilai kalor yang rendah, kadar lengas yang tinggi dan mudah
terbakar dengan nyala yang berasap.
3. Bituminus
Bituminus mempunyai ciri-ciri berupa warnanya hitam, nilai kalornya
tinggi, mudah terbakar dengan nyala api kuning, kadar lengas rendah dan kadar zat
terbang 30 – 40 %.
4. Antrasit
Antrasit merupakan peringkat batubara yang paling tinggi dengan kadar
karbon tinggi yaitu lebih dari 90 %, kadar zat terbang rendah, warnanya hitam
pekat, mengkilap dan bersifat kompak dengan waktu pembakaran lebih lama.
2.2.2 Klasifikasi Menurut ASTM (American Society for Testing Material )
ASTM mengklasifikasikan peringkat batubara atas dasar dua variabel yaitu
prosentase zat terbang untuk batubara peringkat tinggi dan nilai kalor untuk
batubara peringkat rendah. Sebagai rujukan, rentang prosentase karbon tetap,

17
prosentase zat terbang, dan nilai kalor untuk berbagai batubara diberikan pada
Tabel 7.
2.2.3 Klasifikasi Menurut Internasional
Klasifikasi ini telah diterima oleh Komisi Eropa. Dalam sistem ini, batubara
yang mempunyai kadar zat terbang sampai 33 % dibagi menjadi empat kelas
tergantung pada besarnya nilai kalor. Tiap kelas tersebut dapat dibagi lagi menjadi
kelompok-kelompok dengan menggunakan angka pengembangan. Tiap–tiap
kelompok dibagi lagi dalam sub–kelompok berdasarkan jenis kokas menurut Gray
King, yaitu Hard Coal yang merupakan batubara dengan nilai kalor lebih besar dari
10.260 Btu serta Brown Coal dan lignit yang merupakan batubara dengan nilai
kalor kurang dari 10.260 Btu.
Dalam klasifikasi internasional diperlukan data sebagai berikut :
a. Persen zat terbang “daf” (dry ash free) =
100
Zat terbang ( adb) x
100 - ( kadar lengas + abu )
b. Nilai kalor dalam satuan cal /gr “maf” (moist ash free) =
100
Nilai kalor (adb) x
100 - abu
FC – 0,15 S
FC, dmmf = ------------------------------------- x 100 %
100 – (M + 1,08 A + 0,55 S)
VM, dmmf = (100 – FC, dmmf) %
100 (Btu – 50 S)
Btu/lb = ---------------------------------
[100 – (1,08 A + 0,55 S)]

Btu = nilai kalor [Btu/lb] S = sulfur [%]


A = abu [%] M = lengas [%]

c. Sifat coking batubara


Dari data-data hasil analisa tersebut batubara diklasifikasikan dengan
menggunakan nomor kode (code number), yang terdiri dari tiga angka yang
menyatakan kelas, grup dan sub grup.
 Angka pertama menyatakan kelas 1 - 9, ditentukan oleh kadar zat terbang dan
nilai kalor,

18
 Angka kedua menyatakan grup 0 - 3, ditentukan oleh roga index dan nilai muai
bebas,
 Angka ketiga menyatakan sub grup 0 - 5, ditentukan dari hasil dilatometer dan
Gray King Assay.
Tabel 7. Klasifikasi Batubara Berdasarkan Peringkat Men urut ASTM
Batasan
Batasan
Kandungan Zat Batasan Nilai Kalor
Karbon Tetap
Terbang (kJ/kg, MMMF)
(% DMMF)
(% DMMF)
Kelas Group
Sama Sama Sama
atau Lebih atau Lebih atau Lebih
lebih kecil lebih besar lebih dari kecil
dari dari
1. Meta Antrasit 98 - 2 - - -
I. Antrasit 2. Antrasit 92 98 8 2 - -
3. Semi Antrasit 86 92 14 8 - -
1. Low Volatile 78 86 22 14 - -
2. Medium 69 78 31 22 - -
Volatile
3. High Volatile - 69 - 31 32558,4 -
II.Bituminus A
4. High Volatile - - - - 30232,8 32558,4
B
- - - - 26744,4 30232,8
5. High Volatile
C
1. Subbituminus - - - - 24418,8 26744,4
A
III. Sub 2. Subbituminus - - - - 22093,2 24418,8
Bituminus B
3. Subbituminus - - - - 19302,5 22093,2
C
1. Lignit A - - - - 14651,3 19302,5
IV. Lignit
2. Lignit B - - - - - 14651,3
Sumber: ASTM D 388-11

2.2.4 National Coal Board Classification


Klasifikasi ini berdasarkan atas kadar zat terbang yang dikalkulasikan dalam
basis “dry mineral matter free” (dmmf) dan Gray King Assay untuk batubara
berkadar zat terbang rendah, sedangkan untuk batubara dengan kadar zat terbang
di atas 32 % klasifikasi terutama didasarkan pada data Gray King (Tabel 8).

19
Tabel 8. Klasifikasi Batubara Menurut National Coal Board
Zat Terbang Jenis Batubara
< 9,1 Antrasit
9,1 - 19,3 Low Volatile Steam Coal
19,3 - 32 Medium Volatile Coal
> 32 High Volatile Coal

2.3 PENETAPAN PERINGKAT BATUBARA

Penetapan peringkat batubara biasanya menggunakan Rumus Parr seperti


contoh yang diberikan di bawah ini, meskipun ada juga yang menggunakan
landasan lain.
Contoh :
1. Perhitungan Nilai Kalor Menggunakan Rumus Parr
Perhitungan nilai kalor atas dasar “moist mineral matter-free basis” menurut
ASTM D 388-91 a, dihitung dengan rumus Parr :
[Btu/lb] = 100 (Btu – 50 S) / [100 – (1,08 A + 0,55 S)]
Pada temperatur kamar :
[Btu/lb] = 100 {8923,8 – 50 (0,08)} / [100 – {1,08 (1,36) + 0,55 (0,08)}
= 9056,8 ----- Nilai Kalor = 21062,5 kJ/kg
2. Tabulasi Data dan Hasil Perhitungan
Analog dengan cara di atas, hasil perhitungan nilai kalor untuk temperatur
kamar, 160 oC, dan 200 oC ditabulasikan pada Tabel 9.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian klasifikasi berdasarkan peringkat !
2. Sebutkan jenis-jenis klasifikasi berikut pengertian masing-masing klasifikasi !
3. Lanjutkan perhitungan penetapan peringkat batubara menurut ASTM sesuai
contoh penyelesaian soal yang telah diberikan

20
Tabel 9. Penetapan Peringkat Batubara
Kadar Kadar Nilai Kalor Nilai Kalor
Sampel Peringkat
Abu (%) Sulfur (%) (kJ/kg) (kJ/kg)*
Suhu Kamar
Subbituminous
Nomor 1 1,36 0,08 20742,8 21062,5
C
160 oC
Subbituminous
Nomor 2 7,35 0,08 24008,4 26096,5
A
200 oC
Nomor 3 7,35 0,07 26036,8 28284,8 HVC Bituminous
* Berdasarkan ASTM D 388-11, menggunakan rumus Parr.

21

Anda mungkin juga menyukai