Anda di halaman 1dari 9

F.

DATA PENGAMATAN

 Berat Sampel (20 mesh) yang di timbang


 50 gram
 Berat Sampel lolos ( 200 mesh )
 2,4982 gram
 Y : 0,1497X – 1,6662
Y + 1,6662 = 0,1497X
𝑦+1,6662
=x
0,1496
2,4982+1,6662
=x
0,1497

28,818 HGI = X

TABEL DATA KURVA

NO NILAI X ( HGI) NILAI Y ( LOLOS 20 MESH)


1 10 -0,1692
2 20 1,3278
3 30 2,8248
4 40 4,3218
5 50 5,8288
6 60 7,3158

1. X = 10
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(10) – 1,6662
Y = -0,1692
2. X = 20
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(20) – 1,6662
Y = 1,3278
3. X = 30
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(30) – 1,6662
Y = 2,8248
4. X = 40
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(40) – 1,6662
Y = 4,3218
5. X = 50
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(50) – 1,6662
Y = 5,8188
6. X = 60
Y = 0,1497(x) – 1,6662
Y = 0,1497(60) – 1,6662
Y = 7,3158

HGI vs berat lolos 200 mesh


8 7.3158

7
5.8188
6
BERAT LOLOS 200 MESH

5 4.3218

4
2.8248
3

2 1.3278

1
-0.1692
0
10 20 30 40 50 60
-1
HGI
ANALISIS DATA

Pada Pratikum kali ini, dilakukan percobaan pada Batubara yang bertujuan
untuk mengetahui sifat fisik dan peranan sifat fisika batubara juga mengetahui
indeks ketergerusan Hardgrove dari Batubara tersebut. HGI atau Hardgrove
Grindability Index adalah alat yang berfungsi sebagai alat penggerus Batubara
yabng diinginkan dengan 8 buah bola yang saling bertumbukan. Bahan yang
digunakan saat pratikum ialah Batubara sedangkan alat yang digunakan adalah
Sieving Machine dan HGI Unit.

Sebanyak 50 gram Batubara yang lolos 20 mesh ditimbang, setelah itu


dimasukkan kedalam Hardgrove Grindability (HGI) unit yang bertujuan sebagai
penggerus dari Batubara. Prinsip dari HGI Unit ialah bola-bola pada HGI akan
saling bertumbukan sat dilakukan putaran hal ini meyebabkan perubahan struktur
fisik batubara yang diletakkan pada suatu wadah. Kemudian hasil dari
penggerusan dimasukkan kealat Shapeshaker dengan ukuran sampel 200 mesh,
hal ini untuk mengetahui berat lolos shapeshaker 200 mesh tersebut. Selanjutnya
hasil dari shapeshaker tersebut ditimbang untuk mengetahui jumlah batubara yang
lolos 200 mesh juga untuk menetukan nilai HGI dari batubara yang dianalisa.

Nilai HGI ini menunjukkan nilai kekerasan Batubara. Nilai HGI


berbanding terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI maka
batubara semakin lunak dan sebaliknya semakin rendah nilai HGI semakin keras.
Batubara dari hasil pratikum kali ini tergolong keras juga disebut batubara jenis
Antrasit mendekati 30 atau 40 karena dari hasil pratikum didapat nilai HGI
27,818. Untuk nilai HGI yang tinggi disebabkan karena sampel batubara masih
banyak mengandung air dan diperkirakan masih bercampur dengan batuan dan
pasir yang terdapat disungai. Kadar abu pada batubara juga mempengaruhi nilai
HGI. Jadi nilai HGI mempengaruhi kualitas batubara secara fisik,. Semakin tinggi
mutu batubara umumnya akan semakin keras dan warnanya akan hitam
mengkilap.
KESIMPULAN

Dari Pratikum HGI ( Hardgrove Grindability index ) dapat disimpulkan


bahwa:

 Dari percobaan diketahui nilai HGI pada batubara yang diujikan sebesar
28,818
 Batubara yang diuji termasuk batubara Antrasit
 HGI merupakan indeks kekerasan batubara dengan mengunakan ring dan
ball mill khusus
 Nilai HGI dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengaplikasian batubara.
Semakin tinggi nilai HGI nya semakin mudah penggerusannya juga
sebaliknya semakin rendah nilai HGI nya maka semakin sulit untuk
digerus.
DAFTAR PUSTAKA

 Kasie laboratorium Analisis Batubara.(2018).penuntun pratikum analisis


batubara.Palembang : jurusan Teknik kimia Program studi DIV Teknik
Energi Politeknik Negeri Sriwijaya.
 Fitriapeez.(2013).” Hardgrove grindability index”.[online]
Tersedia : http://fitriapeez.blogspot.com[Desember]
GAMBAR ALAT

NERACA DIGITAL SHAPESHAKER

HGI UNIT
UJI FISIKA BATUBARA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa mampu :
 Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
 Menentukan densitas batubara
 Menentukan indeks ketegerusan hardgrove dari batubara

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat : 1. Sieving Machine
2. Hardgrove Grindability Index Unit
3. Peralatan Penentuan Densitas
Bahan : Batubara hasil preparasi sampel

III. DASAR TEORI


Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu
cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran
bahan berselulosa yang bersal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan
berubah karena adanya proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil
penimbunan dan pemadatan ini adalah berupa gambut yang setelah mengalami
tekanan dan panas akan berubah berturut-turut peat, lignit, sub-bittuminus,
bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya tekanan dan pemanasan yang
dialami. Preparasi sampel batubara adalah mempersiapkan cuplikan sampel yang
mewakili seluruh sampel asal untukl keperluan analisis. Sampel batubara yang
akan dipreparasi ini berasal dari gross sampel yang telah disampling dengan
jumlah tertentu sesuai untuk keperluan analisis. Preparasi sampel mencakup
beberapa pengerjaan yang terdiri dari pengeringan, pengecilan ukuran butir,
pengadukan sampel dan pembagian sampel. Pengeringan sampel dilakukan untuk
mendapatkan kondisi tertentu sehingga dapat dilakukan penggerusan dan
pembagian sampel tanpa kehilangan berat dan terkotori. Pengecilan ukuran butir
dilakukan dengan cara pemecahan dan penggerusan bongkahan batubara sampai
ukuran tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut.
Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan
sampel yang homogen. Pembagian sampel dilakukan dengan cara mengurangi
berat sampel dengan menggunakan alat pembagi sampel tanpa merubah ukuran
butir sehingga diperoleh sampel yang mewakili seluruh sampel awal. Kualitas
batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi
kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa
analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat
(fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk
menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara
tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan
batubara di daerah penelitian. Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-
tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut
telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat
pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan
kerumitan struktur yang bervariasi.Lingkungan pengendapan batubara dapat
mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara.
Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan
pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara
perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana
terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik
dapat terawetkan.
Ketergerusan merupakan sifat mudah-sulitnya batubara untuk diremuk atau
digerus. Besar kecilnya nilai ketergerusan ini, dinyatakan dengan suatu indeks
yang disebut Hardgrove Grindability Index atau HGI. Semakin kecil nilai HGI,
berarti semakin sulit penggerusannya; dan begitu pula sebaliknya. Pertama-tama,
sampel digerus dan diayak hingga ukuran tertentu, yaitu antara 1190~ 590µm.
Setelah itu, 50g sampel dimasukkan ke dalam alat uji ketergerusan Hardgrove
bersama dengan 8 buah bola. Setelah diputar sebanyak 60 kali, lalu diayak dengan
ayakan 75µm (200 mesh). Undersize product (hasil lolos ayakan) yang diperoleh
lalu ditimbang, dan disubstitusikan ke persamaan berikut: HGI = 13 + 6,93W
dimana W adalah berat undersize product (dalam gram) pada ayakan 75µm.
Hubungan antara ketergerusan dengan tingkat pembatubaraan: Nilai maksimum
HGI untuk batubara Jepang, diperoleh pada batubara dengan kandungan karbon
86% (daf basis). Untuk batubara bituminus luar negeri (impor dari luar Jepang),
nilai maksimumnya didapat pada kandungan karbon sekitar 90%. Secara umum,
diketahui bahwa caking coal merupakan batubara yang paling mudah digerus,
sedangkan brown coal atau lignite merupakan batubara yang paling susah digerus.
Tentu saja hal ini tergantung pula kepada struktur batubara maupun banyak-
sedikit kandungan abunya. HGI umumnya dinyatakan dalam rentang bilangan
antara 30~120. Untuk batubara yang dipakai pada pembangkit listrik (steam coal),
batubara digerus terlebih dahulu menjadi partikel halus sebelum dimasukkan ke
dalam boiler. Bila batubara terlalu keras, yang berarti nilai HGI kecil, maka akan
menurunkan performa dari mesin penggerus (mill). Dengan kata lain, bila nilai
HGI semakin rendah, maka diperlukan daya yang lebih besar bagi mesin
penggerus.
Ketergerusan batubara merupakan sifat fisik yang mencakup sifat-sifat lain
seperti kekuatan, kekerasan dan kuat pecah. Nilai ketergerusan Hardgrove adalah
angka yang menunjukan kemudahan batubara untuk digerus. Makin tinggi nilai
ketergerusan batubara, makin mudah batubara itu digerus. Batubara yang paling
mudah digerus adalah bituminus low volatile dan medium volatile bila
dibandingkan dengan batubara bituminus jenis high volatile,subbitiminus dan
antrasit. Sifat fisik batubara perlu diketahui untuk pegelolaan dan pengolahan.
Pengelolaan adalah perlakuan batubara dari diambil dari alam sampai jadi bahan/
barang yang siap jadi. Pengelolahan adalah prosesyang berada dalam pengelolaan,
bagaimana mengolah batubara tersebut sampai jadi produk akhir. Batubara yang
mengandung sedikit volatile ( abu terbang ) adalah batubara yang mudah digerus.

LANGKAH KERJA

 Menimbang 50 gram sampel batubara lolos 60 mesh (-14+28)


 Memasukkan sampel tersebut kedalam alat Hardgrove Grindability
sampai 60 putaran
 Hasil sampel penggerusan diayak dengan saringan 200 mesh
menggunakan alat rotap selama 10 menit
 Melakukan perhitungan 200 mesh dengan mengkonversikan dalam
kurva kalibrasi dari sampel standard

Anda mungkin juga menyukai