Anda di halaman 1dari 12

Laporan Tetap Praktikum Analisis Batubara

Penentuan Nilai Ketegerusan Hardgrove (HGI)

Disusun oleh : Kelompok 1

ANINDYTA MUNGGARANI A ( 061440411920 )


BAGAS OKTAIHZA H ( 061440411921 )
BAYU SAPUTRA ( 061440411922 )
BRILIANTINA ROSSA ( 061440411923 )
HARI HANAFIAH ( 061440411924 )
KRISNA DANAR JATI W ( 061440411926 )
MARWAN ADITYA S ( 061440411927 )
MIRANDA DWI CENDANI ( 061440411928 )
MUHAMMAD WALTIN ( 061440411929 )
MUHAMMAD FADJRIN ISMAILY ( 061440411930 )
NANDA SASTAMA (061640411931)

Dosen Pengajar : Ir. Sutini Pujiastuti Lestari, M.T

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tahun Ajaran 2017 / 2018


Penentuan Nilai Ketergerusan Hardgrove ( HGI )

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa mampu :
 Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
 Menentukan densitas batubara
 Menentukan indeks ketegerusan hardgrove dari batubara

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat : 1. Sieving Machine
2. Hardgrove Grindability Index Unit
3. Peralatan Penentuan Densitas
Bahan : Batubara hasil preparasi sampel

III. DASAR TEORI


Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan
sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang
bersal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan berubah karena adanya proses
tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah berupa
gambut yang setelah mengalami tekanan dan panas akan berubah berturut-turut peat, lignit,
sub-bittuminus, bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya tekanan dan pemanasan
yang dialami. Preparasi sampel batubara adalah mempersiapkan cuplikan sampel yang
mewakili seluruh sampel asal untukl keperluan analisis. Sampel batubara yang akan
dipreparasi ini berasal dari gross sampel yang telah disampling dengan jumlah tertentu sesuai
untuk keperluan analisis. Preparasi sampel mencakup beberapa pengerjaan yang terdiri dari
pengeringan, pengecilan ukuran butir, pengadukan sampel dan pembagian sampel.
Pengeringan sampel dilakukan untuk mendapatkan kondisi tertentu sehingga dapat dilakukan
penggerusan dan pembagian sampel tanpa kehilangan berat dan terkotori. Pengecilan ukuran
butir dilakukan dengan cara pemecahan dan penggerusan bongkahan batubara sampai ukuran
tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut. Pengadukan sampel
dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.
Pembagian sampel dilakukan dengan cara mengurangi berat sampel dengan menggunakan
alat pembagi sampel tanpa merubah ukuran butir sehingga diperoleh sampel yang mewakili
seluruh sampel awal. Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral
matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis
proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash),
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur
jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah
penelitian. Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi
lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh
synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah
batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.Lingkungan
pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan
kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan
pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara perlahan-
lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air
yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan.
Ketergerusan merupakan sifat mudah-sulitnya batubara untuk diremuk atau digerus.
Besar kecilnya nilai ketergerusan ini, dinyatakan dengan suatu indeks yang disebut
Hardgrove Grindability Index atau HGI. Semakin kecil nilai HGI, berarti semakin sulit
penggerusannya; dan begitu pula sebaliknya. Pertama-tama, sampel digerus dan diayak
hingga ukuran tertentu, yaitu antara 1190~ 590µm. Setelah itu, 50g sampel dimasukkan ke
dalam alat uji ketergerusan Hardgrove bersama dengan 8 buah bola. Setelah diputar sebanyak
60 kali, lalu diayak dengan ayakan 75µm (200 mesh). Undersize product (hasil lolos ayakan)
yang diperoleh lalu ditimbang, dan disubstitusikan ke persamaan berikut: HGI = 13 + 6,93W
dimana W adalah berat undersize product (dalam gram) pada ayakan 75µm. Hubungan antara
ketergerusan dengan tingkat pembatubaraan: Nilai maksimum HGI untuk batubara Jepang,
diperoleh pada batubara dengan kandungan karbon 86% (daf basis). Untuk batubara
bituminus luar negeri (impor dari luar Jepang), nilai maksimumnya didapat pada kandungan
karbon sekitar 90%. Secara umum, diketahui bahwa caking coal merupakan batubara yang
paling mudah digerus, sedangkan brown coal atau lignite merupakan batubara yang paling
susah digerus. Tentu saja hal ini tergantung pula kepada struktur batubara maupun banyak-
sedikit kandungan abunya. HGI umumnya dinyatakan dalam rentang bilangan antara 30~120.
Untuk batubara yang dipakai pada pembangkit listrik (steam coal), batubara digerus terlebih
dahulu menjadi partikel halus sebelum dimasukkan ke dalam boiler. Bila batubara terlalu
keras, yang berarti nilai HGI kecil, maka akan menurunkan performa dari mesin penggerus
(mill). Dengan kata lain, bila nilai HGI semakin rendah, maka diperlukan daya yang lebih
besar bagi mesin penggerus.
Ketergerusan batubara merupakan sifat fisik yang mencakup sifat-sifat lain seperti
kekuatan, kekerasan dan kuat pecah. Nilai ketergerusan Hardgrove adalah angka yang
menunjukan kemudahan batubara untuk digerus. Makin tinggi nilai ketergerusan batubara,
makin mudah batubara itu digerus. Batubara yang paling mudah digerus adalah bituminus
low volatile dan medium volatile bila dibandingkan dengan batubara bituminus jenis high
volatile,subbitiminus dan antrasit. Sifat fisik batubara perlu diketahui untuk pegelolaan dan
pengolahan. Pengelolaan adalah perlakuan batubara dari diambil dari alam sampai jadi bahan/
barang yang siap jadi. Pengelolahan adalah prosesyang berada dalam pengelolaan, bagaimana
mengolah batubara tersebut sampai jadi produk akhir. Batubara yang mengandung sedikit
volatile ( abu terbang ) adalah batubara yang mudah digerus.

IV. LANGKAH KERJA


Prosedur percobaan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Penentuan Nilai Ketegerusan Hardgrove.
a. Preparasi Sampel untuk Pengujian Hardgrove Grindability Index
 Memisahkan sebanyak 1000 gram sampel yang sudah berukuran 8
mesh, saring dengan menggunakan ayakan 14 mesh yang ditaruh di
atas ayakan 28 mesh dengan menggunakan sieving machine selama
2 menit.
 Gerus sampel yang tertahan pada ayakan 14 mesh dan saring
kembali seperti di atas.
 Melakukan penggerusan dan penyaringan berulang ulang sampai
semua sampel lolos ayakan 14 mesh dan tertahan pada ayakan 28
mesh.
 Mengeluarkan sampel yang tertahan pada ayakan 28 mesh,
kemudian aduk sampai homogen, melakukan pembagian sampel
dengan menggunakan riffle dan memisahkan sebanyak kurang
lebih 120 gram, kemudian menyaring kembali pada ayakan 28
mesh untuk membersihkan debu dengan menggunakan sieving
machine selama 5 menit. Contoh yang diperoleh siap untuk
pengujian HGI.
b. Penentuan nilai ketegerusan Hardgrove
 Sampel batubara sebanyak 50 gram berukuran -14 +28 mesh
digerus dalam alat Hargrove Grindability sampai 60 putaran. Hasil
penggerusan diayak dengan saringan 200 mesh menggunakan alat
rotap selama 10 menit.
 HGI dapat dihitung dari hasil penimbangan berat batubara yang
lolos saringa 200 mesh, dengan mengkonversikan ke dalam kurva
kalibrasi dari sampel standar.

2. Penentuan Densitas Batubara (ASTM D 167-73)


a. Membuat larutan typol 0,1% dalam beaker glass. Larutan ini disimpan di
dalam desikator, divakumkan sampai tidak ada gelembung udara di dalam
dan di atas larutan typol.
b. Piknometer diisi dengan larutan typol sampai lubang kapilernya terisi
penuh, kemudian timbang (P).
c. Sebagian larutan typol dipindahkan dari piknometer dengan memakai pipet
sampai kira kira 1⁄2 bagian volumenya.
d. 1 gram sampel ditimbang (sampel berukuran 60 mesh) dimasukkan ke
dalam piknometer yang berisi typol 1⁄2 bagian volume dengan
menggunakan corong kecil.
e. Memvakumkan piknometer yang berisi sampel dalam desikator. Apabila
tidak ada gelembung udara dan batubara sudah turu semua ke dasar
piknometer, isilah piknometer kembali dengan typol sampai berisi penuh
dan timbang (W1).
Perhitungan Hasil

𝑊 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑇𝑦𝑝𝑜𝑙


Densitas =
𝑊−( 𝑊1−𝑃 )
W : Berat sampel (g)
W1 : Berat piknometer + typol + sampel (g)
P : Berat piknometer + typol (g)

V. DATA PENGAMATAN
Berat awal batubara : 50 gram
Berat batu bara yang lolos 200 mesh : 2,44 gram

Berat lolos 200 mesh


HGI (x) (y)
20 1,3278
25 2,0763
50 5,8188
75 9,5613
100 13,3038
125 17,0463
150 20,7888
KURVA KALIBRASI
25
BERAT LOLOS 200 MESH

20

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
HGI

VI. PERHITUNGAN
1. misal x = 20 maka
y = 0,1497x – 1,6662
y = 0,1497(20) – 1,6662
y = 1,3278
2. misal x = 25 maka
y = 0,1497x – 1,6662
y = 0,1497(25) – 1,6662
y = 2,00763
3. misal x = 50 maka
y = 0,1497x – 1,6662
y = 0,1497(50) – 1,6662
y = 5,8188
4. misal x = 75 maka
y = 0,1497x – 1,6662
y = 0,1497(75) – 1,6662
y = 9,5613
5. misal = 100 maka
y = 0,1497x - 1,6662
y = 0,1497(100) – 1,6662
y = 13,3038
6. misal = 125 maka
y = 0,1497x - 1,6662
y = 0,1497(125) – 1,6662
y = 17,0463
7. misal = 150 maka
y = 0,1497x - 1,6662
y = 0,1497(150) – 1,6662
y = 20,7888

Pada praktikum data yang di dapat y = 2,44 gram maka berapa HGInya, nilai HGInya berada
pada :
 Nilai 2,44 gram berada di antara x(20) dan x(25)
 Range x(20) sampai x(25) : 5 mm
 Jarak dari x(20) sampai x(25) : 5 mm
 Jarak dari x(20) sampai titik potong : 4,55 mm
 Maka :
Misal substtusikan y = 2,44 pada persamaan y = 0,1497x – 1,6662
2,44 = 0,1497x – 1,6662
2,44 + 1,6662 = 0,1497x
x = 4,1062 / 0,1497
x = 27,4295
maka pada berat yang lolos 200 mesh = 2,44 . HGI nya ialah : 27,4295
VII. ANALISA DATA
Pada percobaan yang telah dilakukan pada batubara ini adalah menguji sifat
fisik batubara dengan melalui penentuan HGI ( Kadar Ketergerusan Hardgrove).
HGI atau dengan kata lain Hardgrove Grindability Index mengukur index
kekerasan batubara dengan ring dan ball mill khusus. Dari HGI ini didapatkan
juga ketergerusan dimana ini merupakan sifat mudah-sulitnya batubara untuk
diremuk atau digerus. Nilai HGI dari suatu batubara ini ditentukan juga oleh
organic batubara seperti jenis mineral dan lain sebagainya.
Pada percobaan ini menggunkan batubara berukuran mesh. Dimana dilakukan
proses preparasi sampel terlebih dahulu baru selanjutnya ke proses HGI. Batubara
ini harus diayak terlebih dahulu menggunakan sieving machine, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan debu-debu yang terkandung dalam batubara yang akan
digunakan. Kadar debu ini juga akan mempengaruhi tingkat ketergerusan
batubara. Lalu batubara ini dimasukkan kedalam riffle guna untuk
menghomogenkan batubara yang sudah diayak, hingga terdapat 2 bagian dengan
massa yang akan diambil masing-masing ± 50 gram.
Batubara setelah dilakukan proses preparasi sampel tersebut dimasukkan
kedalam alat HGI, dimana terdapat ring dan ball khusus. Batubara dimasukkan
kedalam wadah bersamaan dengan ball mill. Saat alat ini dinyalakan, prinsip kerja
alat ini akan berkerja. Dimana alat ini memiliki prinsip; terdapat semangkuk
penggilingan 9 wadah, stasioner besi cor dengan 8 bola baja dipoles, didorong
oleh grinding cincin yang berputar secara otomatis, yang digerakkan oleh motor
listrik. Kondisi alat HGI ini terdapat kekurangan, karena kehilangan 1 bola baja,
dimana hal ini akan mempengaruhi tingkat ketergerusan pada batubara dan
tumbukan yang terjadi pada bola baja ini tidak bagus. Dimana hasil dai proses
HGI batubara akan terjadi perubahan luas permukaan akibat putaran tumbukan
dari bola baja tersebut.
Nilai HGI ini menunjukkan nilai kekerasan batubara. Nilai HGI berbanding
terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI, maka batu bara
semakin lunak. Dan sebaliknya jika nilai HGI batubara tersebut semakin rendah
maka batubara tersebut semakin keras. Batubara pada praktikum ini masih
tergolong keras karena nilai HGI terendah adalah 0 dan tertinggi adalah 150.
Untuk nilai HGI yang tinggi disebabkan karena sampel batubara masih banyak
mengandung air dandiperkirakan masih bercampur dengan batuan dan pasir yang
terdapatdi sungai. Kadar abu pada batubara juga mempengaruhi nilai HGI karena
semakin tinggi kadar abu pada batubara maka semakin besar nilai HGInya. Jenis
batubara yang terbentuk dengan tempat yang berbeda juga mempengaruhi kadar
abu batubara.
Jadi nilai HGI mempengaruhi kualitas batubara secara fisik. Semakin tinggi
mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak serta warnanya akan
hitam mengkilat. Jadi nilai HGI batubara yang diperoleh sebesar ini adalah
batubara jenis antrasit dan bersifat keras.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari percobaan ini dapat diketahui nilai HGI pada batubara yang diuji ini adalah
sebesar 27,4295
2. HGI merupakan index kekerasan batubara dengan ring dan ball mill khusus
3. Semakin tinggi kadar abu yang dimiliki batubara, maka semakin mudah tergerus
batubara tersebut
4. Makin tinggi nilai HGInya maka termasuk sot coal, dan semakin tinggi maka
peringkat batubara tersebut semakin rendah
5. Dari nilai HGI yang setelah dibandingkan dengan literature yang ada bahwa nilai
HGI ini termasuk ke dalam batubara jenis antrasit
IX. DAFTAR PUSTAKA
khusnulbravo.blogspot.com/2014/02/praktikum-batubara-hgi.html
https://www.scribd.com/document/259531658/HGI
grupmining.blogspot.com/2014/06/penentuan-kualitas-batubara.
timorhauniarain.blogspot.com/2013/02/kualitas-batu-bara.html
X. GAMBAR ALAT

Sieving Machine Hardgrove Grindibility Index (HGI)

Neraca Analitik

Anda mungkin juga menyukai