Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TETAP

PRATIKUM INSTRUMEN DAN PENGUKURAN


PENURUNAN TEKANAN DALAM ALIRAN PIPA FLUIDA II

OLEH :
Kelompok 2 (3-EGC)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apriansyah
Adi Agustiansyah
Candra Purna
Endah Dhita Pratiwi
Nur Azizah Yasmin
Muhammad Arifin
Tomi Suharno

(NIM 061440411697)
(NIM 061440411694)
(NIM 061440412034)
(NIM 061440411700)
(NIM 061440411709)
(NIM 061440411705)
(NIM 061440411715)

Instruktur : Ahmad zikri , S.T.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2015

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II


I.

Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam singularitas akibat


belokan pipa secara praktek dan teori.
II.

Peralatan yang Digunakan

Seperangkat alat dynamic of fluids


III. Teori Singkat
Tinjauan Umum Sistem Perpipaan

Kamus mendefinisikan pipa sebagai cubing panjang dari tanah liat, konkret,
metal, kayu, dan seterusnya, untuk mengalirkan air, gas, minyak dan cairan-cairan lain.
Pipa yang dimaksud bukan berarti hanya pipa, tetapi fitting- fitting, katup-katup dan
komponen-komponen lainnya

yang merupakan

system perpipaan.

Pipa

dan

komponen yang dimaksudkan disini adalah meliputi (Raswari, 1986) :


1. Pipa-pipa (pipes)
2. Jenis-jenis flens (flanges)
3. Jenis-jenis katup (valves)
4. Jenis-jenis alat penyambung (fittings)
5. Jenis-jenis alat-alat sambungan cubing
6. Jenis-jenis alat sambungan cabang olet
7. Bagian khusus (special item)
8. Jenis-jenis gasket
9. Jenis-jenis baut (boltings)
Material-material pipa dibagi dua kelas dasar, metal dan nonmetal. Nonmetal
pipa seperti kaca, keramik, plastik dan seterusnya. Pipa metal pun dibagi menjadi
dua kelas, besi dan bukan besi. Material besi terdiri dari besi yang umum digunakan
pada pipa proses. Besi metal adalah baja karbon, besi tahan karat, baja krome, besi
tuang dan seterusnya. Sedang pipa metal bukan besi termasuk aluminium

1.

Sambungan Pada Pipa


Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hilangnya energi di dalam

pipa Jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energi pada pipa. Dengan
adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan
tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang
mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi.
Dalam sistem pipa salah satu konstruksinya adalah menggunakan sambungan yang
berfungsi untuk membelokan arah aliran fluida ke suatu tempat tertentu. Salah satu
efek

yang

muncul

pada

aliran

ketika

melewati

suatu sambungan yang

berkaitan dengan pola aliran adalah adanya ketidakstabilan aliran atau fluktuasi
aliran. Fluktuasi aliran yang terjadi terus menerus pada belokan
memberikan

beban

impak

secara

acak

pada

pipa

akan

sambungan tersebut. Akibat

pembeban impak secara acak yang berlangsung terus menerus bisa menyebakan
getaran pada pipa.
Pada sambungan pipa bekerja gaya yang disebabkan oleh aliran zat cair yang
berbelok, disamping berat pipa dan isinya.
2. Cara Penyambungan Pipa
Penyambungan tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Pengelasan
Jenis pengelasan yang dilakukan adalah tergantung pada jenis pipa dan
penggunaannya, misalnya pengelasan untuk bahan stainless steel menggunakan las
busur gas wolfram, dan untuk pipa baja karbon digunakan las metal.
b. Ulir (threaded)
Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak terlalu tinggi.
Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket tape pipe.
Umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa dua inci ke bawah.
c. Menggunakan Flens (flange)
Kedua ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian diikat dengan
baut.

3. Kehilangan-kehilangan Energi pada Sistem Perpipaan

Pada mekanika fluida telah diperlihatkan bahwa ada 2 macam bentuk


kehilangan energi, yaitu :
1. Kehilangan Longitudinal (Longitudinal Losses)
Kehilangan longitudinal, yang disebabkan oleh gesekan sepanjang lingkaran
pipa. Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan kehilangan
longitudinal hf apabila panjang pipa L meter dan diameter

d mengalirkan

kecepatan rata-rata V. Menurut White (1986), salah satu persamaan yang dapat
2
digunakan adalah Persamaan
Darcy-Weisbach yaitu :

h f =f x

L V
x
xm
d 2g

Dimana :
f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari diagram
Moody.
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
2
Tabel 1. Kekasaran
rata-rata pipa komersial

Koefisien Kekasaran Mutlak


Permukaan

(M) 10 -3

Tembaga, Timbal, Kuningan,Aluminium


(baru)

0,001 - 0,002

Pipa PVC dan Plastik

0,0015 - 0,007

Stainless steel

0.015

Baja komersial pipa

0,045 - 0,09

Membentang baja

0.015

Weld baja

0.045

Baja galvanis
Berkarat baja (korosi)

0.15
0,15 4

Baru besi cor

0,25 - 0,8

Dikenakan besi cor

0,8 - 1,5

Rusty besi cor

1.5 - 2.5

Lembar besi cor atau aspal

0,01 - 0,015

(Kaki)

(3,33 - 6,7)10

-6

-5
(0,5 - 2,33)10
-5
5x10
-4
(1,5 - 3)10
-5
5x10
-4
1.5x10
-4
5x10
-4
(5 - 133)10
-4
(0.82 - 2.62)10
-3
(2,7 - 5)10
-3
(5 - 8,3) 10
-5
(3,33 - 5)10

-3

Merapikan semen

0.3

1x10

Biasa beton

0,3 1

(1 - 3,33)10

-3

-3
(1 - 16,7)10
Terencana kayu
0,18 - 0,9
0.59 - 2.95
-3
Biasa kayu
5
16.7x10
Sumber : http://www.engineeringtoolbox.com/surface-roughnessBeton kasar

0,3 5

ventilation- ducts-d_209.html
2. Kehilangan Lokal (Local Losses)
Kerugian lokal adalah kerugian head yang disebabkan karena sambungan,
belokan, katup, pembesaran/pengecilan penampang, sehingga oleh Messina (1986)
dirumuskan dengan :
h1 = ho + hb + hc (m)
a. Kerugian pada bagian pemasukan
Untuk menghitung kerugian head pada bagian pemasukan digunakan rumus dari
(Messina, 1986) :
h o=ko x

V2
2g

b. Kerugian karena perubahan penampang


Kerugian menghitung kerugian head karena perubahan penampang digunakan rumus
dari ( saleh, 2003 )
2

1
V
P= x x x
xL
2
D
c. Kerugian karena sambungan
Untuk menghitung kerugian head karena belokan digunakan rumus Fuller
(Sularso, 2002) :
=

IV.

( )]

D
0,131+ 1,847

2 Ro

Prosedur Percobaan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menutup katup pembuangan yang terletak di bawah tangki


Mengisi air dalam tangki
Menghubungkan steker listrik ke stop kontak
Memutar pasokan listrik saklar utama dalam posisi horizontal
Lampu indikator akan menyala
Menghubungkan konektor ke pipa yang digunakan konektor (+) pada up

stream dan konektor (-) pada down stream


g. Menghilangkan udara yang ada dalam selang dengan cara membuka dua
katup buangan dan kemudian menutupnya
h. Untuk mendapatkan beda tekan sama dengan nol melakukan:
1. Menutup valve yang ada di atas tangki
2. Untuk mendapatkan beda tekan nol membuat laju alir nol, indikator
menunjukkan missal x mbar, nilai ini sama dengan 0 atmosfer
3. Menggunakan harga x baar untuk faktor pengurangan setiap
pengukuran
i. Membuka valve dan menentukan laju alir yang digunakan

V.

DATA PENGAMATAN

1. Pipa (P2-P3)
Laju aliran volume/debit (liter/jam
500
Nilai Pengukuran
Kehilangan tekanan (mbar)
3
Nilai Perhitungan
Laju aliran volume/debit (m3/s)
Kecepatan (meter/detik)
Koefisien kehilangan tekanan

1,3891
0-4
0,2461
0,46

1000

1500

2,77781
0-4
0,4955
0,46

4,1667104

0,744
0,46

Kehilangan tekanan (Pa)

23,2186

92,9878

209,1944

1000

1500

19,5643

38,1903

2,77781
0-4
0,4955
0,1944
479,881

4,166710-

Manual dengan menggunakan Manometer

1. Pipa (P13-P14)
Laju aliran volume/debit (liter/jam
500
Nilai Pengukuran
Kehilangan tekanan (mbar)
6,847
Nilai Perhitungan
Laju aliran volume/debit (m3/s)
Kecepatan (meter/detik)
Koefisien kehilangan tekanan
Kehilangan tekanan (Pa)

1,3881
0-4
0,246
0,1944
118,52

4,1667
0,1944
1084,39

Pipa (P15-P16)
Laju alir volume/debit (liter/jam)
500
Nilai Pengukuran
Kehilangan tekanan (mbar)
0,44
Nilai Perhitungan
Laju alir volume/debit (liter/jam)
Kecepatan (meter/detik)
Koefisien kehilangan tekanan
Kehilangan tekanan (Pa)

1,3881
0-4
0,2461
0,3402
1,33

1000

1500

0,8314

5,36

2,77781
0-4
0,495
0,3402
5,41786

4,16710-

\
VI.

PERHITUNGAN

Secara Digital
1. Pipa ( P2 P3 ) 1800
A. Laju alir 500 L/h
Secara Praktek
P = 2 mbar

1
5

= 2 mbar x

1,0 x 10 pa
x
= 300 Pa

1000 mbar

Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit

0,744
0,3402
12,24278

Q= 500

1,38 x 10-4 m3/s

Q
1,388 x 104 m3 /s
A = 5,64 x 104 m2

= 0,2461 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan


=

1 dm
1m
1h
X 1 L x 103 dm 3 x 3600 s

Kecepatan
V=

L
h

0,131+1,847 (

]( )

0,0268 m 3,5 180


)
2 x 0,016 m
90

0,5

0.46

Penurunan Tekanan

1
kg
x 999 3 x 0,46 x
2
m

(0,2461)2
2

m
s2

= 6,43 Pa

B. Laju alir 1000 L/h


Secara Praktek
P = 4 mbar

1
5

= 4 mbar x

1,0 x 10 pa
x
= 400 Pa

1000 mbar

Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm 3
1 m3
1h
x
Q= 1000 h X 1 L 103 dm 3 x 3600 s

m3/s
Kecepatan

2,7778 x 10-4

V=

= 0,4925 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan


=

3
Q
2,7778 x 104 m /s
A =
5,64 x 104 m2

0,131+1,847 (

]( )

0,0268 m 3,5 180


)
2 x 0,016 m
90

0,5

0,46

Penurunan Tekanan

1
kg
x 999 3 x 0,46 x
2
m

(0,4925)2

m2
s2

= 28,06 Pa

C. Laju alir 1500 L/h


Secara Praktek
P = 5 mbar

1
5

= 5 mbar x

1,0 x 10 pa
x
= 500 Pa

1000 mbar

Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm 3
1 m3
1h
Q= 1500 h X 1 L x 103 dm 3 x 3600 s

4,1667 x 10-4

m3/s
Kecepatan
V=

Q
4,1667 x 104 m3 / s
A =
5,64 x 104 m2

= 0,7387 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan


=

3,5

0,131+1,847 (

0,0268 m
)
2 x 0,016 m

]( )
180
90

0,5

Penurunan Tekanan

1
kg
x 999 3 x 0,46 x
2
m

(0,7387)2
2

m2
s2

= 68,08 Pa

Secara Manual dengan menggunakan manometer


1. Pipa P13-14
A. Laju alir/debit 500 L/hr

Secara Praktek
7 cmH2O
1

1000
1 mmhg

0,00153

7 cmH2O x
= 6,847 mbar

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 cmH 2 O
Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm3
1 m3
1h
Q= 500 h X 1 L x 103 dm 3 x 3600 s

= 1,388 x 10-4 m3/s

Kecepatan
V=

Q
1,388 x 104 m3 /s
A =
5,6 x 104 m2

= 0,246 m/s

0,46

Koefisien Kehilangan Tekanan


S1 2
2,35 x 104 m2 2
0,63+0,37
(
)
=0,63+0,37(
) =0,6942
C=
S2
5,64 x 104 m 2

1
1
1 =
1 =0,1944
C
0,6942

) (

Penurunan Tekanan
P =

1
2

V2
L
D

kg
999 3
0,1944 .
.
m .

(0,24637)

m
2
s

0,01733

0,35

= 118,52 kg /

ms2
118,52 kg / ms2

0,001mbar
1 pa

= 1,1832 mbar

B. Laju alir/debit 1000 L/hr

Secara Praktek
20 CmH2O
1

1000
1 mmhg

0,00153

20 CmH2O x
= 19,5643

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 CmH 2O
Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm 3
1 m3
1h
Q= 1000 h X 1 L x 103 dm 3 x 3600 s

Kecepatan

= 2,77x 10-4 m3/s

3
Q
2,77 x 104 m /s
A = 5,64 x 104 m2

V=

Koefisien Kehilangan Tekanan


S1 2
2,35 x 104 m2 2
0,63+0,37
(
)
=0,63+0,37(
) =0,6942
C=
S2
5,64 x 104 m2
=

= 0,495 m/s

2
2
1
1
1 =
1 =0,1944
C
0,6942

) (

Penurunan Tekanan
V2
P =
D

1
2

kg
999 3
0,1944 .
.
m .

= 479,881
479,881

0,001mbar
1 pa

m
2
s
0,0173
2

(0,495)

0,35

= 4,79881

C. Laju alir/debit 1500 L/hr

Secara Praktek
39 CmH2O

1000
1 mmhg

0,00153

39CmH20
38,1903

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 cmH 2 O
Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm 3
1 m3
1h
x
Q= 1500 h X 1 L 103 dm 3 x 3600 s

Kecepatan

= 4,1667 x 10-4 m3/s

V=

= 0,7441 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan


2
4 2 2
S1
2,35 x 10 m
0,63+0,37
(
)
=0,63+0,37(
) =0,694
4 2
C=
S2
5,64 x 10 m

3
Q
4,1667 x 104 m / s
A =
5,64 x 104 m 2

1
1
1 =
1 =0,1944
C
0,6942

) (

Penurunan Tekanan
P =

V2
L
D

kg
999 3
0,1944 .
.
m .

1
2

m2
(0,24637) 2
s
0,35
0,01733
2

kg / ms2
1084,39166 kg / ms2

2. Pipa P15-16

A. Laju alir 500 L/h


Secara Praktek
0,45 CmH2O

0,001mbar
1 pa

= 10,843mbar

= 1084,39166

1000

1 mmhg

0,00153

0,45 CmH20

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 cmH 2 O

= 0,44

Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit


L
1 dm 3
1 m3
1h
x
Q= 500 h X 1 L 103 dm 3 x 3600 s

Kecepatan
V=

= 1,388 x 10-4 m3/s

Q
1,388 x 104 m 3 /s
A = 5,64 x 104 m 2

= 0,2461 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan


2
S1
= 1 S 2

[ ]

2,35 104
1
4
5,64 10

= 0,3402

Penurunan Tekanan
1
v2

P = 2
D L

m
2
1
kg
s
x 0,3402 999 3 x
0,35
2
0,0268 m
m
(0,2461)2

= 133,8835 Pa

10 mbar
1 pa

B. Laju Alir Volume 1000 (L/h)


Secara praktek

Kehilangan Tekanan

= 1,33 mbar

0,85 CmH2O

1000
1 mmhg

0,00153

0,85 CmH20
= 0,83

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 cmH 2 O

Volume Aliran / Debit


Q = 1000 L/h

1000L/h x

= 2,7778 x 10-4 m3/s

Kecepatan

Q
2,7778 x 104 m3 /s
A =
5,64 x 104 m2

V=

1 dm 3
1 m3
1h
x 3 3x
1 L 10 dm 3600 s

= 0,4925 m/s

Koefisien Kehilangan Tekanan ( )


2

[ ]

S
1 1
S2

2,35 104
1
5,64 104

= 0,3402

Kehilangan Tekanan (Pa)

P =

1

2

v2
L
D

1
kg
x 0,3402 999 3 x
2
m

= 541.786 Pa

m2
s2
0,35
0,0268 m

(0,4925)2

103 mbar
1 pa

= 5,41786 mbar

C. Laju Alir Volume 1500 (L/h)


Secara praktek

Kehilangan Tekanan

5,5 CmH2O

1000
1 mmhg

0,00153

5,5 CmH20
= 5,36

o , 07353

1 mmH 2 o
10 mmH 20

1 cmH 2 O

Volume Aliran / Debit


Q = 1500 L/h

1500L/h x

= 4,167 x 10-4 m3/s

Kecepatan
3
Q
4,167 x 104 m / s
A =
5,64 x 104 m 2

V=

1 dm 3
1 m3
1h
x 3 3x
1 L 10 dm 3600 s

Koefisien Kehilangan Tekanan ( )


2

[ ]

S
1 1
S2

2,35 104
1
4
5,64 10

= 0,3402

Kehilangan Tekanan (Pa)

P =

1

2

v2
L
D

= 0,744 m/s

m
(0,4925) 2
1
kg
s
x 0,3402 999 3 x
0,35
2
0,0268 m
m
2

= 1223,278Pa

VII.

10 mbar
1 pa

= 12,24278 mbar

ANALISA PERCOBAAN

Praktikum kali ini yaitu penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II
yang bertujuan untuk dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam singularitas
akibat belokan pipa secara praktek dan teori ialah tentang penurunan tekanan
pada sambungan pipa dan perubahan luas penampang pipa. Pada praktikum kali
ini, penurunan tekanan yang diukur yaitu pada belokan pipa P2-P3, pipa P13-

14 ,

dan pipa P15-P16

dan juga perubahan luas penampang pipa yaitu

perbesaran pipa dan pengecilan pipa. Kehilangan tekanan adalah kehilangan


energi akibat gesekan fluida terhadap sambungan pipa. Pengukuran kehilangan
tekanan pada praktikum ini dilakukan secara digital dan dengan menggunakan
manometer. Di mana secara digital menggunakan detector valve dan
mentransdusikan dalam bentuk sinyal listrik dan kemudian terbaca secara digital
nilai dari penurunan tekanannya. Selanjutnya dilakukan pengukuran penurunan
tekanan secara manual menggunakan manometer H2O. Penurunan tekanan yang
terjadi pada pengukuran manual dapat diketahui dari selisih P2- P1.
Pada

praktikum ini menggunakan variasi sambungan/ belokan dan

variasi debit air yaitu 500 L/hr, 1000 L/hr, dan 1500 L/hr. Variasi debit tersebut
untuk mengetahui besarnya penurunan tekanan dengan adanya perbedaan
kecepatan aliran fluida yang berhubungan langsung dengan besarnya gaya gesek
yang terjadi. Selanjutnya dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa pada
sambungan P2-P3 apabila laju alir fluida semakin besar maka nilai penurunan
tekanan / rugi tekan akibat gesekan yang terjadi akan semakin besar. Sesuai
dengan prinsip Bernouli bahwa dalam suatu aliran fluida peningkatan kecepatan
fluida berbanding lurus dengan penurunan tekanan yang terjadi. Pada
sambungan pipa P13-P14m juga sama halnya bahwa semakin besar laju alir
fluida maka penurunan tekanannya juga semakin besar, dimana penurunan
tekanan tersebut terjadi akibat adanya gesekan fluida terhadap pipa pada
sambungan pipa tersebut. Diketahui juga adanya penurunan tekanan saat terjadi
perubahan luas penampang pipa. Hubungan perbandingan lurus terjadi juga pada
perbesaran pipa dan pengecilan pipa. Apabila laju alir fluida semakin besar maka
gaya gesek dan penurunan tekanan yang terjadi juga semakin besar. Dapat
dianalisa bahwa besar atau kecilnya penurunan tekanan ini disebabkan oleh
adanya koefisien gesek, semakin besar koefisien gesek maka semakin besar
kerugian geseknya dan semakin kecil koefisien gesek maka semakin kecil
kerugian geseknya. Koefisien gesek ini berarti suatu nilai (biasanya berkisar
antara 0-1) yang berlaku tetap untuk satu benda yang menentukan energi yang
harus dikeluarkan untuk memindahkan suatu benda dan artinya adalah semakin

besar koefisien gesek maka semakin besar energi yang harus digunakan untuk
memindahkan fluida tersebut.
Pada percobaan pipa P2-P3 dan P13-P14, dapat diketahui bahwa
kerugian gesek yang terjadi lebih besar penurunan tekanannya pada P13-P14
dikarenakan pada pipa P13-P14 diameter penampangnya lebih kecil daripada
penampang belokan pipa p2-p3 , yaitu dengan diameter 17,3 mm, sehingga
kerugian geseknya akan semakin besar dengan kecilnya luas penampang pipa.
Hal demikian juga dijelaskan oleh adanya kerugian gesek pada perbesaran dan
pengecilan pipa yaitu bahwa saat pengecilan pipa kerugian tekanan akan
semakin besar dan pada pembesaran pipa kerugian tekanan akan semakin kecil
dikarenakan oleh kecilnya penampang pipa sehingga kecepatan fluida naik dan
semakin besar gaya gesek yang terjadi.
Kehilangan tekanan yang paling besar adalah pada pipa P13- P14 hal ini
dikarenakan diameter pada pipa P13-P14 lebih kecil dibandingkan pada pipa P2P3 dan P14-P15, karena semakin kecil diameter pipa maka akan semakin besar
nilai koefisien gesek dan juga menyebabkan penurunan tekanan yang terjadi
akan semakin besar.

VIII.

KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II

dapat disimpulkan bahwa :


Apabila laju alir fluida/ debit semakin besar maka kehilangan tekanannya juga
semakin besar dikarenakan semakin besar laju alir fluida maka gesekannya akan

semakin besar.
Kehilangan tekanan dalam suatu aliran fluida dalam pipa dapat disebabkan oleh
adanya sambungan pipa yang menyebabkan adanya gesekan fluida terhadap pipa.

Nilai koofisien kehilangan tekanan berbanding lurus dengan besarnya kehilangan


tekanan, hal ini dikarenakan semakin besar nilai koefisien gesek maka semakin

besar energi yang diperlukan untuk melakukan gerakan pada fluida.


Penurunan tekanan pada pengecilan pipa akan lebih besar dibandingkan pada
pembesarana pipa hal ini juga dipengaruhi oleh diameter penampanmg pipa,
semakin kecil diameter maka semakin besar gaya geseknya begitupun sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Teknik Pengukuran.Penurunan Tekanan


dalam Pipa Aliran Fluida II.Teknik Kimia Prodi DIV Teknik Energi.
Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang 2015.
Anonim. https://id.scribd.com/doc/249405949/MEKANIKAFLUIDAPERCOBAAN-II-SINGULARITAS-PIPA (diakses tanggal 20-09-2015
Anonim. http://binderismine.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikum-mekanikafluida.html (diakses tanggal 20-09-2015)

GAMBAR ALAT

Anda mungkin juga menyukai