TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
Menentukan Indeks Ketergerusan Hardgrove dari batubara.
Menjelaskan pengertian dan peranan fisik batubara.
II.
III.
DASAR TEORI
Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu
cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran
bahan berselulosa yang bersal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan
berubah karena adanya proses tekanan dan panas.
Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah berupa
gambut yang setelah mengalami tekanan dan panas akan berubah berturut-turut
peat, lignit, sub-bittuminus, bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya
tekanan dan pemanasan yang dialami.
Preparasi sampel batubara adalah mempersiapkan cuplikan sampel yang
mewakili seluruh sampel asal untukl keperluan analisis. Sampel batubara yang
akan dipreparasi ini berasal dari gross sampel yang telah disampling dengan
jumlah tertentu sesuai untuk keperluan analisis.
Preparasi sampel mencakup beberapa pengerjaan
IV.
LANGKAH KERJA
a. Preparasi Sampel Untuk Pengujian Hardgrove Grindability Index ( HGI )
Menimbang 1000 gr sampel batubara dan menyaring menggunakan
ayakan 20 mesh yang ditaruh diatas ayakan 60 mesh dengan
V.
DATA PENGAMATAN
Berat sampel sebelum dilakukan penggerusan HGI
1. Sampel 1 batubara 20 mesh
2. Sampel 2 batubara 20 mesh
: 50,36 gram
: 50,34 gram
: 342,66 gram
: 342,69 gram
VI.
PERHITUNGAN
VII.
Sampel 1
Y
= berat batubara 200 mesh = 4,37 gram
Y
=
0,1497x 1,6662
y +1,6662
X
=
0,1497
X
4,37+1,6662
0,1497
40,32
Sampel 2
Y
= berat batubara 200 mesh = 3,06 gram
Y
=
0,1497x 1,6662
y +1,6662
X
=
0,1497
X
3,06+ 1,6662
0,1497
31,57
HGI rata-rata =
ANALISA DATA
40,32+31,57
2
= 35,345
Pada percobaan yang telah dilakukan pada batubara ini adalah menguji
sifat fisik batubara dengan melalui penentuan HGI ( Kadar Ketergerusan
Hardgrove). HGI atau dengan kata lain Hardgrove Grindability Index mengukur
index kekerasan batubara dengan ring dan ball mill khusus. Dari HGI ini
didapatkan juga ketergerusan dimana ini merupakan sifat mudah-sulitnya
batubara untuk diremuk atau digerus. Nilai HGI dari suatu batubara ini
ditentukan juga oleh organic batubara seperti jenis mineral dan lain sebagainya.
Pada percobaan ini menggunkan batubara berukuran 20 mesh. Dimana
dilakukan proses preparasi sampel terlebih dahulu baru selanjutnya ke proses
HGI. Batubara ini harus diayak terlebih dahulu menggunakan sieving machine,
hal ini bertujuan untuk menghilangkan debu-debu yang terkandung dalam
batubara yang akan digunakan. Kadar debu ini juga akan mempengaruhi tingkat
ketergerusan batubara. Lalu batubara ini dimasukkan kedalam riffle guna untuk
menghomogenkan batubara yang sudah diayak, hingga terapat 2 bagian dengan
massa yang akan diambil masing-masing 50 gram.
Batubara setelah dilakukan proses preparasi sampel tersebut dimasukkan
kedalam alat HGI, dimana terdapat ring dan ball khusus. Batubara dimasukkan
kedalam wadah bersamaan dengan ball mill tersebut dan dilakukan penggerusan
yang dilakukan sebanyak 60kali penggerusan. Saat alat ini dinyalakan, prinsip
kerja alat ini akan berkerja. Dimana alat ini memiliki prinsip; terdapat
semangkuk penggilingan 9wadah0, stasioner besi cor, dengan 8 bola baja
dipoles, didorong oleh grinding cincin yang berputar secara otomatis, yang
digerakkan oleh motor listrik. Kondisi alat HGI ini terdapat kekurangan, karena
kehilangan 1 bola baja, dimana hal ini akan mempengaruhi tingkat ketergerusan
pada batubara dan tumbukan yang terjadi pada bola baja ini tidak bagus. Dimana
hasil dai proses HGI batubara akan terjadi perubahan luas permukaan akibat
putaran tumbukan dari bola baja tersebut.
Index Grindability merupakan ekspresi empiris yang relative. Dalam
penggerusan ini dipengaruhi ileh factor-faktor seperti surface moisture, jenis
peralatan, feed rate, feed size, tingkat kehalusan yang diinginkan dan variable
lainnya.
Dari percobaan yang dilakukan ini didapatkan HGI sebesar 35,345. Hasil
yang didapatkan ini berarti batubara yang diuji masuk golong keras. Hasil ini
dibandingkan dengan literature/referesi yang ada bahwa ini termasuk kedalam
golongan batubara jenis antrasit/clinker karena memiliki range 30-50 untuk nilai
HGInya. Jadi, menurut saya hasil dari praktikum ini adalah antrasit.
Nilai HGI ini menunjukkan nilai kekerasan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubaran. Semakin tinggi nilai HGI,
maka batuabara semakin lunak. Dan sebaliknya jika nilai HGI batubara tersebut
semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras. Batubara pada praktikum
ini masih tergolong keras karena nilai HGI terendah adalah 25 dan tertinggi
adalah 105.
Untuk nilai HGI yang tinggi disebabkan karena sampel batubara masih
banyak mengandung air dan diperkirakan masih bercampur dengan batuan dan
pasir yang terdapat disungai. Kadar abu pada batubara juga mempengaruhi nilai
HGI karena semakin tinggi kadar abu pada batubara maka semakin besar nilai
HGInya. Jenis batubara yang terbentuk dengan tempat yang berbeda juga
mempengaruhi kadar abu batubara.
Jadi nilai HGI mempengaruhi kualitas batubara secara fisik. Semakin
tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak serta warnanya
akan hitam mengkilat. Jadi nilai HGI batubara yang diperoleh sebesar 35,345 ini
adalah batubara jenis antrasit dan bersifat keras.
VIII.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ketergerusan merupakan sifat mudah sulitnya batubara untuk diremuk atau
digerus
2. HGI merupakan index kekerasan batubara dengan ring dan ball mill khusus
3. Semakin tinggi kadar abu yang dimiliki batubara, maka semakin mudah
tergerus batubara tersebut
4. Makin tinggi nilai HGInya maka termasuk sot coal, dan semakin tinggi maka
peringkat batubara tersebut semakin rendah
5. Dari percobaan ini dapat diketahui nilai HGI pada batubara yang diuji ini
adalah sebesar 35,345
6. Dari nilai HGI yang setelah dibandingkan dengan literature yang ada bahwa
nilai HGI ini termasuk kedalam batubara jenis antrasit
7. Semakin tinggi mutu batubara umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin mengkilat.