OLEH :
ASRI BASRI
NIM : 2020421014
Menyetujui Tim
Pembimbing
Tanggal ………………………..
Pembimbing I Pembimbing II
_______________________ _______________________
(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
_______________________ _______________________
(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)
Penulis dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir:
Yang menyatakan
(Materai 6000)
Asri Basri
ABSTRAK
Puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir (TA) Fakultas Teknik Universitas Fajar Makassar dapat terselesaikan.
Penelitian ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran untuk
mengetahui cara penentuan angka ketidakpastian pengujian kadar (%) Volatile Matter
dalam Batubara.
Penulis sangat berterima kasih pada(bapak/Ibu) sebagai ketua Tim Pembimbing,
atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian berlangsung dan selama
penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis juga berterima kasih atas saran, kritik dan nasihat dari anggota Tim
Pembimbing (bapak/Ibu) dan banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Orang Tua, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun material,
serta doa bagi penyusun.
3. Serta seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PERUSAHAAN.......................................................................i
PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................................ii
PENGESAHAN SEKOLAH...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian..................................................................................4
1.4 Batasan Masalah...................................................................................3
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan...........................................................................................66
6.2 Saran.....................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................68
LAMPIRAN.........................................................................................................69
DAFTAR TABEL
Halaman
LAMPIRAN I
(………..)....................................................................................................1
(………..)....................................................................................................3
(………..)....................................................................................................3
LAMPIRAN II
(………..)....................................................................................................1
(………..)....................................................................................................3
(………..)....................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN
Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai Batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
Tanaman selama kira-kira 300 Juta tahun.
Dekomposisi tanaman ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba
dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan
air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan
oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebal sebagai
akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga
lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras (Mutasim, 2007).
Ketidakpastian adalah suatu parameter yang menetapkan rentang nilai yang
didalamnya diperkirakan nilai benar yang diukur berada.(Arbie yakub, 2012)
Dewasa ini secara luas telah dipahami bahwa konsep ketidakpastian
merupakan bagian penting dari suatu analisis kuantitatif. Tanpa pengetahuan
tentang ketidakpastian pengukuran maka pernyataan suatu hasil pengujian belum
dikatakan lengkap.
Dalam melakukan penelitian ketidakpastian, kita memerlukan pengukuran-
pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam
melakukan penelitian angka ketidakpastian. Pengukuran dilakukan untuk
membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan
sebagai satuannya. Namun, pengukuran tersebut tentu juga pernah atau akan
mengalami kesalahan, jika kita tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk
melakukan pengukuran tersebut. Sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam
pengukuran.
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kami
sebagai orang penulis, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa meminalisir
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengukuran-pengukuran.
Karena pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting dalam
praktik laboratorium untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.
Dari latar belakang tersebut, penulis mengambil topic penulisan tugas akhir
yang berjudul “Penentuan Angka Ketidakpastian Pengujian kadar (%) VM
Dalam Batu Bara” . dalam penelitian akan dilakukan analisa pada pengujian kadar
VM.
Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai Batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi
tumpukan Tanaman selama kira-kira 300 Juta tahun.
Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh – tumbuhan hingga
menjadi batubara yaitu dengan terbentuknya karbon. Kenaikan kandungan
karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara. Dimana tingkatan batubara yang
paling tinggi adalah antrasit,sedangkan tingkatan Yang lebih rendah dari antrasit
akan lebih banyak mengandung hidrogen dan oksigen (Yunita, 2000).
2.1.2. Proses Pembentukan Batubara
Proses pembentukan batubara terdiri atas dua tahap, yaitu:
2.1.2.1. Tahap biokimia (penggambutan) adalah tahap ketika
sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi
bebas oksigen (anaeorobik) di daerah rawa dengan sistem
penisiran (drainage system) yang buruk dan selalu tergenang air
beberapa inci dari permukaan air rawa. Material tumbuhan yang
busuk tersebut melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk
senyawa CO2, H2O dan NH3 untuk menjadi humus.
Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi, material
tumbuhan itu diubah menjadi gambut (Stach, 1982, opcit.
Susilawati 1992).
2.1.2.2. Tahap pembatubaraan (coalification)merupakan
proses diagenesis terhadap komponen organik dari gambut
yang menimbulkan peningkatan temperatur dan tekanan
sebagai gabungan proses biokimia, kimia dan fisika yang terjadi
karena pengaruh pembebanan sedimen yang menutupinya
dalam kurun waktu geologi. Pada tahap tersebut, persentase
karbon akan meningkat, sedangkan persentase hidrogen dan
oksigen akan berkurang sehingga menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat maturitas material organiknya (Fischer,
1927, opcit. Susilawati 1992).
• Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal
dari hutan yang bukan ditempat dimana batubara tersebut.
Batubara yang terbentuk biasanya terjadi di delta mempunyai ciri-
ciri lapisannya yaitu tipis, tidak menerus (splitting), banyak
lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi). (Fischer, 1927, opcit. Susilawati 1992). Proses
pembentukan batubara dapat dilihat pada Gambar 1.
Sub-
Peat Lignit
Bituminu
Antrasit
s
Bituminus
Inherent Moisture
Ash
Mineral
Matter Volatile
Mineral ar
Matter
adb
Volatile Volatile
db
Matter Organic daf
Pure Coal Matter
dmmf
Fixed Carbon
2.1.4. Kualitas Batubara
Pengujian sifat fisik batubara yang juga sering dilakukan yaitu pengujian
nilai kalor (calorific value), indeks kegerusan hirdgrove (hirdgrove gridability
index), analisis titik leleh abu (ash fusion temperature), pengujian nilai muai
bebas (free swelling index) dan lain-lain.
2.1.4.1. Lengas
2.1.4.1.1. Lengas permukaan merupakan lengas yang berada pada
permukaan batubara akibat pengaruh dari luar seperti
cuaca, iklim, penyemprotan di stock pile pada saat
penimbangan atau pada saat transportasi batubara.
2.1.4.1.2. Lengas tertambat (inherent moisture) merupakan nilai
yang menunjukkan persentasi jumlah lengas yang terikat
secara kimiawi batubara.
2.1.4.1.3. Lengas total merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam batubara sesuai dengan kondisi diterima, baik yang
terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi luar
seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses penambangan.
(Yunita, 2000).
2.1.4.2. Zat terbang
Batubara lignit sering disebut sebagai batubara kelas rendah (low rank
coal) dan juga dikenal sjm ebagai brown coal. Bentuk batubara lignit dapat
dil nihat pada Gambar 3.
Gambar 3.2.5 Bentuk Batubara Lignit
INTERVAL
Dimana nilai benar diperkirakan berada
Menghitung rentang/ interval tersebut sebagai ukuran ketidakpastian.
Komponen Ketidakpastian
Tipe A : Berdasarkan pekerjaan eksperimental dan dihitung dari rangkaian
pengamatan berulang
Tipe B : berdasarkan selain pekerjaan eksperimental biasanya berdasarkan
informasi yang dapat dipercaya.
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Saat melakukan
pengukuran mengunakan alat, tidaklah mungkin kita mendapatkan nilai yang pasti
benar (xo), melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Apakah penyebab
ketidakpastian pada hasil pengukuran? Secara umum penyebab ketidakpastian hasil
pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak.
(fisika zone, 2013)
2.2.1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat
saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan
membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat,
terutama untuk alat yang melibatkan banyak komponen.
Pada gambar diatas ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit.
Berapa nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah kita sepakati
bahwa ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil
alat. Jadi, ketidakpastian pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil
pengukurannya pun harus kita laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus
kita laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang kita laporkan harus kita taksir,
tetapi taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6
cm, maka nilai taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar
tersebut dapat kita laporkan sebagai berikut.
Panjang benda (l)
l = x0± Δx
= (15,6 ± 0,05) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah kita tidak tahu nilai x (panjang benda)
yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali kita
mendapatkan nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm.
Secara statistik ini berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada
selang 15,60 cm sampai 15,7 cm atau (15,60 ≤ x ≤ 15,70) cm.
(fisikazone.com,2013)
2.2.5. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang
Keterangan:
x0: hasil pengukuran yang mendekati nilai benar
Δx : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengkuran yang dilakukan
Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya (Δx ) disebut ketidakpastian
mutlak. Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal,
maka hasil pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian
tersebut juga menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan
hasil pengukuran. Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran
berulang?
Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran
berulang adalah dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang
tersebut. Ketidakpastian relatif dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian
pengukurandengan nilai rata-rata pengukuran. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut.
ketidak pastian relatif =
Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, kita dapat menggunakan aturan yang
telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh
disertakan dalam laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang
dapat dilaporkan dalam pengukuran berulang adalah sebagai berikut.
ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka
ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif.
Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan
berulang. (fisikazone.com,2013)
2.2.5.1. Ketidakpastian mutlak
Akurasi vs Presisi
Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x
dan terkumpul data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini
adalah:
Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x
(yang tidak mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh
standar deviasi.(fisikazone.com,2013)
Jika suatu variable merupakan fungsi dari variable lain yng disertai oleh
ketidakpastin, maka variable ini akan diserti pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai permbatan ketidakpastian. Untuk jelasnya, ketidakpastian variable
yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ± Δb). Kepada kedua
hasil pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar untuk
memperoleh besaran baru. (fisikazone.com, 2013)
2.3.3.Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga
yang ditunjukkan oleh alat ukur.
2.3.4.Prinsip Dasar Kalibrasi
Objek Ukur (Unit Under Test)
Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan
teknis kalibrasi (bersertifikat))
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 bahwa semua alat ukur setelah melewati
mobilisasi atau pergeseran dari satu tempat ke tempat lainnya, maka sebaiknya
di lakukan kalibrasi menyeluruh untuk mendapatkan keakuratan
Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan
faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian
pengukuran)
Perangkat baru
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi
mengubah kalibrasi
Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
Kegiatan Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 Januari 2021 yang bertempat di
PT. Semen Tonasa, Pangkep
M 2−M 3
LOSS = × 100 %
M 2−M 1
IRR-Agustus volatile
43,84 0,55
2018 matter
Analysis Value
No. VM
MAS (%adb) VM (%db)
(%adb)
1 41.55 4.10 43.32
2 41.42 4.10 43.19
3 41.49 4.10 43.26
4 41.77 4.10 43.55
5 42.09 4.10 43.88
6 41.91 4.10 43.70
7 42.04 4.10 43.83
8 41.79 4.10 43.57
9 41.79 4.10 43.57
10 42.23 4.10 44.03
X 43.59
S 0.2785
%RSD 0.0063
CV horwitz 2.2662
2/3 CV horwitz 1.5108
06538/CGI-
1 Neraca Analitik 28850026 0.00006 g
Sert/04/18
06562/CGI-
2 Furnace 21-800001 1.6 ⁰C
Sert/04/18
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengujian volatile matter dalam IRR agustus, nilai
hasil uji masih masuk dalam rentang nilai IRR agustus, akurasi
pengujian volatile matter dalam batubara dapat diterima.
4.1.1.3. Presisi
Penimbangan cawan
Kalibrasi timbangan
Penimbangan cawan +
contoh sebelum dipijarkan
Kalibrasi timbangan
Kalibrasi furnace
Penimbangan cawan +
contoh setelah dipijarkan
Kalibrasi timbangan
hasil
4.1.2.2. Sumber Ketidakpastian
M1 M2 M3 Peminjaran(furnace)
kalibrasi
VM
presisi
= √ 3 x( 0.00003 g)2
= 0.00005196 g.
4.1.2.2.2. Ketidakpastian dari Pemijaran
Dari sertifikat kalibrasi furnace didapat nilai
ketidakpastian = 1.6 oC dengan tingkat kepercayaan 95 %
Maka ketidakpastian bakunya adalah
KF (ketidakpastian Furnace) = 1.6 oC
Kp baku furnace = kf/2
Kp baku furnace = 1.6 oC/ 2
= 0.8 oC
Dari uji coba efek suhu didapat hasil :
Perbedaan suhu contoh : volatile matter
850 oC 44.50%
900 oC 43.19%
(43.19 %−44.50 %)
Efek suhu = [ (900 ° C−850 ° C) ]
−1.31 %
Efek suhu = [ −50 ° C ]
Efek suhu = 0.02 % / oC
Kp. Baku dari efek suhu = efek suhu x Kp baku Furnace
Kp. Baku dari efek perbedaan suhu contoh = 0.02%
5.1.1.1.1.
Dari sertifikat kalibrasi furnace didapat nilai
ketidakpastian = 1.6 oC dengan tingkat kepercayaan 95 %
Maka ketidakpastian bakunya adalah
KF (ketidakpastian Furnace) = 1.6 oC
Kp baku furnace = kf/2
Kp baku furnace = 1.6 oC/ 2
= 0.8 oC
Dari uji coba efek suhu didapat hasil :
Perbedaan suhu contoh : volatile matter
850 oC 44.50%
900 oC 43.19%
(43.19 %−44.50 %)
Efek suhu = [ (900 ° C−850 ° C) ]
−1.31 %
Efek suhu = [ −50 ° C ]
Efek suhu = 0.02 % / oC
Kp. Baku dari efek suhu = efek suhu x Kp baku Furnace
Kp. Baku dari efek perbedaan suhu contoh = 0.02%
5.1.1.1.1.
Un / %N = √ ( 1.0005 )2+(43.19)2
Un / %N = 0.0006 %
Un = 0.02 %
Un =√ ( 0.02 % )2 +0.27852
Un = 0.27 %
4.1.2.2.4. Kp Diperluas Pengujian Volatile Matter Untuk
Tingkat Kepercayaan 95% Dengan Faktor Cakupan Ke-2
Un = Un gab dgn presisi x 2
Un = 0.27 % x 2
Un = 0.55 %
Maka pelaporan ketidakpastian uji volatile matter = 43.59
± 0.55 %
4.2. PEMBAHASAN
PENUTUP
5.2. Kesimpulan
Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa pada penentuan angka
ketidakpastian pengujian kadar (%) Volatile Matter dalam Batubara didapatkan
nilai ketidakpastian pengujian sebesar ± 0,55 % sehingga pelaporan nilai Volatile
Matter untuk sampel IRR-Agustus 2018 adalah 43.59 ± 0.55 %
5.3. Saran
Setelah penyusun melaksanakan Penelitian di PT. Semen Tonasa, selama kurang
lebih 6 bulan penyusun banyak mendapat pengalaman baik dari pengamatan
langsung di lapangan maupun yang diperoleh di laboratorium. Dari hasil
pengamatan, penyusun hendak memberi masukan berupa saran yang ditujukan
kepada perusahaan antara lain :
5.3.1. Untuk perusahaan:
5.3.1.1. Diharapkan agar kerjasama antara sekolah dengan perusahaan
lebih ditingkatkan dengan banyak memberi peluang kepada siswa/i
SMK untuk Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).
5.3.1.2. Hubungan karyawan dengan siswa/i Prakerin diharapkan selalu
terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang
baik.
5.3.2. Untuk Universitas
5.3.2.1.
Daftar pustaka
Anonim. 2007. Semen. [online]:http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
Anonim.2018.NilaiKalor. https://ahmadtarmizi.blogspot.com/2013/01/volatile-
matter.html
Gemilang, fhajri. 2012. Proses Pembuatan Semen Secara Umum pada PT.
Semen Padang .http://gigil123.blogspot.com/2012/07/proses-pembuatan-semen-secara-
umum-pada.html
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Data Penimbangan
M2(M1+ Sampel
No.
M1(Bobot Cawan Sebelum Pemijaran) , M3(Bobot Setelah
Kosong) , gram gram Pemijaran), gram
1 38.2408 39.2408 39.2003
2 40.6622 41.6623 41.6207
3 38.8739 39.8738 39.8322
4 35.6289 36.6292 36.5887
5 40.8183 41.8184 41.7773
6 41.4190 42.4191 42.3771
7 41.3681 42.3631 42.3265
8 40.1934 41.1934 41.1532
9 40.8650 40.8654 41.8246
10 41.3279 42.3284 42.2878
Data penimbangan
No. M1(Bobot Cawan M2(Bobot Sampel M3(M1+Bobot Setelah
Kosong) Sebelum Pemijaran) Pemijaran)
1. 12.7695 1.0004 13.3132
2. 13.3342 1.0005 13.8793
3. 13.2521 1.0002 13.7963
4. 13.0363 1.0004 13.5778
5. 12.6733 1.0005 13.2117
6. 12.6743 1.0000 13.2142
7. 13.0366 1.0002 13.5753
8. 13.2511 1.0003 13.7924
9. 12.7712 1.0000 13.3103
10. 13.3319 1.0001 13.8686
Sampel No. 1 :
(M 2−M 3)
Kadar(%) MAS = X 100 %
contoh
(39.2408 g−39.2003 g)
% MAS = X 100 %
1.0000 g
= 4.05 %
( M 1+ M 2 )−M 3
VM(%adb) = ( M2 )
×100 % −%IM
= ( 0.4567 g
1.0004 g
× 100 % )−4.10 %
= 45.65 % - 4.10 %
= 41.55
100
VM%db = x (%adb)
( 100− {rata−rata kadar ℑ } )
100
VM%db = x( 41.55 %)
( 100− { 4.10 % })
= 43.32 %
Untuk sampel nomor 2 sampai 10, perhitungan sama dengan sampel nomor 1, hasilnya
sebagai berikut:
VM
No. MAS (%adb) VM (%db)
(%adb)