NIM : 2020421023
TEKNIK KIMIA
OLEH :
NIM : 2020421023
Menyetujui Tim
Pembimbing
Tanggal ………………………..
Pembimbing I Pembimbing II
_______________________ _______________________
(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
_______________________ _______________________
(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)
i
Penulis dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir:
Yang menyatakan
(Materai 6000)
ii
Abstrak
Bleaching Earth merupakan bahan yang dapat mengabsorbsi berbagai pengotor yang terikat saat
proses degumming. Fungsi lain dari bleaching earth digunakan sebagai bahan pemucat warna
CPO pada proses bleaching. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi penurunan nilai
beta karoten pada CPO menjadi RBDPO dengan jumlah penambahan bleaching earth yang
bervariasi. Paramater yang diamati adalah penentuan nilai karoten. Penggunaan bleaching earth
ditetapkan dari 0,7-09%. Nilai karoten sampel CPO A,B dan C berturut-turut yaitu 510,43 ppm;
544,43 ppm dan 475,27 ppm yang dimana menunjukkan kondisi CPO (Crude Palm Oil) cukup
baik. Sampel CPO yang penurunannya tertinggi yaitu Sampel CPO C dengan Dozing BE 0.9 %
yang memperoleh nilai karoten terendah yaitu RBDPO E dengan nilai karoten 2,32 ppm. Nilai
Karoten RBDPO yang diperoleh belum memenuhi standar yang berlaku yaitu 1.2 ppm.
Penambahan BE (Bleaching Earth) akan menurunkan Nilai karoten hingga 70 %, dimana
semakin banyak BE (Bleaching Earth) yang ditambahkan atau semakin tinggi Dozing /
Penambahan BE maka nilai karoten yang diperoleh akan semakin rendah.
iii
Abstract
Bleaching Earth is a material that can absorb various impurities that are bound during the
degumming process. Another function of the bleaching earth is to use it as a bleaching agent for
CPO in the bleaching process. This research was conducted to determine the efficiency of
decreasing the value of beta carotene from CPO to RBDPO by adding varying amounts of
bleaching earth. The observed parameter was the determination of the carotene value. The use of
bleaching earth is set from 0.7-09%. The carotene values of the CPO A, B and C samples were
510.43 ppm; 544.43 ppm and 475.27 ppm which shows that the condition of CPO (Crude Palm
Oil) is quite good. The CPO sample with the highest decrease was CPO C sample with Dozing
BE 0.9%, which received the lowest carotene value, namely RBDPO E with a carotene value of
2.32 ppm. The RBDPO carotene value obtained did not meet the applicable standards, namely
1.2 ppm. The addition of BE (Bleaching Earth) will reduce the carotene value by up to 70%,
where the more BE (Bleaching Earth) is added or the higher the Dozing / Addition of BE, the
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal Tugas
Akhir (TA) Fakultas Teknik Universitas Fajar Makassar dapat terselesaikan.
Penelitian ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran untuk mengetahui
cara penentuan pengaruh penambhan Bleaching Earth terhadap penurunan nilai karoten pada
CPO (Crude Palm Oil) menjadi RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil. Penulis sangat
berterima kasih pada (bapak/Ibu) sebagai ketua Tim Pembimbing, atas segala saran, bimbingan
dan nasehatnya selama penelitian berlangsung dan selama penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis juga berterima kasih atas saran, kritik dan nasihat dari anggota Tim Pembimbing
(bapak/Ibu) dan banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Orang Tua, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun material, serta doa
bagi penyusun.
3. Serta seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penyusun.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III METODE ANALISA .......................................................... 21
A. Penentuan Nilai Karoten .................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 23
A. Pengelompokan Sampel ................................................... 23
B. Penentuan Nilai Karoten .................................................. 23
BAB V PENUTUP ............................................................................ 30
A. Kesimpulan ...................................................................... 30
B. Saran ............................................................................... 31
Daftar Pustaka .................................................................................. 32
Lampiran ........................................................................................... 33
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman hutan hujan tropis
didaerah Afrika Barat, terutama di Kamerun, Panta Gading, Libera, Nigeria,
Sirea Lione, Togo, Angola dan Kongo. Kelapa sawit termasuk dalam kingdom
Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas liliopsida, ordo arecales, finn iii arecaceae
dan genus Elaeis. Kelapa sawit ditemukan oleh Nicholaas Jacquin pada tahun
1763, sehingga kelapa sawit diberi nama Elaeis guineensis Jacq. Pada mulanya
kelapa sawit diperkenalkan di Asia Tenggara sebagai tanaman hias. Ditanam
pertama kali pada tahun 1884 di Kebun Raya Bogor, Indonesia.
Hasil olahan minyak dari kelapa sawit disebut minyak kelapa sawit atau
disebut juga Crude Palm Oil yang memiliki warna kuning kemerahan. Crude
Palm Oil atau CPO kaya akan 𝛽 – Karoten atau Vitamin A yang dimana sangat
mempengaruhi pigmen warna dari CPO itu sendiri.
Bleaching earth atau pemucat tanah digunakan pada proses pemucatan
akan menyerap 𝛽 – Karoten yang terhitung sebagai nilai karoten, sehingga nilai
karoten CPO akan berkurang. Penurunan ini perlu diketahui untuk melihat
tingkat penurunan nilai karoten dengan penambahan bleaching earth yang
berbeda – beda.
Salah satu parameter visual dari output pengolahan Crude Palm Oil yang
nantinya akan dipasarkan yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil adalah
warna atau Colour, dimana menurut PORAM 1 juni 2000 bahwa Colour
maksimal untuk produk RBDPO adalah 3 red, ini menunjukkan bahwa perlunya
nilai karoten yang rendah.
Proses pemucatan atau bleaching yang melibatkan bahan Bleaching earth
memiliki peranan yang paling besar dalam penurunan nilai karoten, diperlukan
kondisi optimum untuk memperoleh nilai karoten yang rendah oleh karena itu
melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui kondisi optimum tersebut.
Kondisi optimum diperlukan untuk memperoleh kualitas nilai karoten
yang rendah dimana ini nilai karoten berarti colour atau warna yang diperoleh
1
rendah sehingga memenuhi standar yang berlaku baik PORAM ( Palm Oil
Research Institute Of Malaysia ) ataupun standar yang lain.
Di PT Tanjung Sarana Lestari diperlukan produk output dari CPO yaitu
RBDPO, RBD Olein, RBD Stearin dan PFAD yang baik, sehingga perlunya
untuk mengetahui kondisi optimum dan bahan baku utama yaitu CPO. Salah
satu parameter kondisi CPO adalah Nilai karoten. Sehingga hal tersebutlah yang
juga melatar belakangi dilakukannya penelitian ini.
𝛽 – Karoten sebagai vitamin A yang terdapat dalam CPO baik untuk
kesehatan namun karena konsentrasi yang terlalu besar maka perlu dikurangi
dengan cara pemucatan atau bleaching sehingga diperoleh minyak goreng
dengan warna kuning terang keemasan yang memiliki konsentrasi vitamin A
yang memenuhi Standar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui penurunan 𝛽 – Karoten pada sampel CPO menjadi RDBPO
sehingga dapat ditentukan kondisi optimum agar penurunan 𝛽 – Karoten lebih
tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan nilai karoten dari CPO yang
sedang diolah
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penurunan nilai karoten RBDPO pada
Dozing BE 0,7;0,8; dan 0,9%
3. Bagaimana cara mengetahui efektivitas penurunan nilai karoten setelah
penambahan Bleaching Earth
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakuknnya penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui Nilai Karoten Dari CPO yang sedang diolah
2. Mengetahui Penurunan Nilai Karoten RBDPO pada Dozing BE 0,7 ; 0,8
dan 0,9 %
3. Mengetahui Efektivitas Penurunan Nilai Karoten Setelah Penambahan
Bleaching Earth
4. Mengetahui Kondisi Optimum untuk memperoleh nilai karoten yang rendah
2
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam maka penulis
memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya.
Oleh sebab itu penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “penentuan
pengaruh penambahan Bleaching Earth terhadap penurunan nilai karoten pada
CPO (Crude Palm Oil) menjadi RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm
Oil.”, Adapun hal - hal yang ada diluar objek tersebut tetapi terdapat pada
penelitian ini, hanya merupakan bahan penunjang untuk melengkapi penulisan
guna kesempurnaan laporan ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa Sawit
1. CPO
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati
edibel yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari
spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa
(Reeves, 1979). Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan beta-
karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm
kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga
berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos
nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid
sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit
mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.
4
Crude Palm Oil (CPO) mengandung senyawa trigliserida yang terbentuk
dari gliserin dan asam lemak, senyawa non gliserida (phospatida, raffinase, pentosan,
karoten, gossypol), dan hidrokarbon (sterol, keton, asam butirat, tokoferol). Senyawa
karoten yang terdapat dalam minyak goreng berbentuk pigmen (karotenoid) yang
menyebabkan minyak goreng berwarna kuning atau merah. Bau dan rasa CPO
disebabkan oleh adanya senyawa hidrokarbon, sterol, keton, asam butirat, tokoferol.
Senyawa gossypol berupa zat anti oksidan, vitamin antara lain A, D, dan E. Zat
warna yang terdapat dalam minyak kelapa sawit terdiri dari zat warna alamiah dan
zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah. Zat warna alamiah seperti α dan β-
karoten, xanthofil, khlorofil, gossyfil, dan anthocyanin yang menyebabkan minyak
berwarna kuning, kuning coklat, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Sedangkan
zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah tersebut biasanya menyebabkan
minyak berwarna gelap. Proses bleaching bisa mengurangi warna CPO dari
berwarna gelap berubah menjadi bening dan jernih, karena sejumlah senyawa
pengotor dan senyawa-senyawa dari hasil oksidasi minyak yang menyebabkan CPO
berwarna gelap diserap oleh adsorben atau bentonit.
Beberapa sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
5
Tabel 2.2. Komposisi asam lemak pada minyak sawit kasar
Jenis asam lemak Komposisi (%)
Laurat (C12:0) < 1,2
Miristat (C14:0) 0,5 – 5,9
Palmitat (C16:0) 32 – 59
Palmitoleat (C16:1) < 0,6
Stearat (C18:0) 1,5 – 8
Oleat (C18:1) 27 – 52
Linoleat (C18:2) 5,0 – 14
Linolenat (C18:3) < 1,5
Tabel 2.4. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan
Sesudah Dimurnikan
Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni
Titik cair 33 – 39 39,5
Indeks bias 40oC 36,0 – 37,5 46 – 49
Bilangan penyabunan 224 – 249 196 – 206
Bilangan iod 14,5 – 19,0 46 – 52
6
No Parameter Analisa Standart
6 Colour Maksimal 20 R
7
MnO2 0.21
P2O5 0.006
Lainnya 4.92
Sumber : (Zhangsheng, 2006)
Tanah pemucat merupakan salah satu jenis tanah lempung yang mengandung
mineral montmorillonit sekitar 85% dan fragmen sisanya terdiri dari mineral kuarsa,
gipsum, kolinit dan lain-lain (Supeno, 2008). Di sisi lain bentonit merupakan nama
perdagangan untuk sejenis lempung yang mengandung mineral montmorillonit.
Menurut Tan (1993) montmorillonit yang terdapat dalam bentonit merupakan mineral
liat yang dapat mengembang dan yang tergolong ke dalam kelompok smektit serta
mempunyai komposisi kimia yang beragam. Potensi mengembang-mengerut dan
adanya muatan negatif yang tinggi merupakan penyebab mineral tersebut dapat
menerima dan menyerap ion - ion logam dan kation-kation organik. Montmorillonit
mempunyai gugus Mg2+ dan ion Fe2+ dalam posisi oktahedral. Struktur montmorillonit
disajikan pada gambar dibawah.
C. Nilai Karoten
Nilai Karoten merupakan nilai yang menyatakan jumlah 𝛽-Karoten yang
terkandung dalam sampel CPO dan Fraksinya. 𝛽 – Karoten yang terkandung dalam
CPO memberikan pigmen warna merah – jingga, sehingga melalui visualnya dapat
diketahui bahwa CPO kaya akan 𝛽 – Karoten. Menurut Codex Committee on Fat And
8
Oil adalah berkisar 500 – 2.000 mg / kg dan akan mengalami penurunan drastis saat
melalui proses refining.
Nilai Karoten memiliki pengaruh yang cukup besar dalam colour atau warna
sampel, analisa nilai karoten merupakan salah satu analisa yang dapat dilakukan untuk
meninjau kualitas CPO. Analisa nilai karoten menggunakan metode spektrofotometer
uv-visible pada panjang gelombang 446 nm dengan isooktana sebagai pelarut.
9
Kuning 565 – 590
Orange 590 – 625
Merah 625 – 740
Tabel 2.7 Warna berdasarkan Panjang gelombang
10
2. Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan foto meter. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan Panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransimikan atau yang diabsorpsi.
Interaksi antara energi cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
𝑬 = 𝒉𝒗
Dimana :
E = energy ( joule / second )
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Komponen dari suatu spektrofotometer berkas tunggal :
1. suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spektrum dimana instrument itu dirancang beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti unutuk mengecilkan pita sempit
Panjang – Panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
3. Suatu wadah sampel ( kuvet )
4. Suatu detector , yang berupa tranduser yang mengubah energi cahaya
menjadi isyarat listrik.
5. Suatu pengganda ( amplifier ), dan rangkaian yang berkaitan membuat
isyarat listrik itu memadai untuk di baca.
6. Suatu system baca ( Piranti Pembaca ) yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan ( % T ), maupun
Absorbansi( A )
Skema spektrofotometer :
11
D. Warna dalam minyak
Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang
mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-
warna yang tidak disukai oleh konsumen. Zat warna dalam minyak kelapa sawit
terdiri dari dua golongan yaitu zat warna alamiah dan zat warna hasil degradasi
zat warna alamiah.
a. Zat warna alamiah
Yang termasuk golongan zat warna alamiah adalah zat warna yang
terdapat secara alamiah didalam kelapa sawit dan ikut terekstraksi bersama
minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α-
karoten, β-karoten, xanthofil, klorofil dan antosianin. Zat-zat warna tersebut
meyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan
kemerah-merahan.
b. Zat warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat pada
minyak
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu warna gelap yang disebabkan
oleh proses oksidasi tokoferol (vitamin E) yang disebabkan beberapa faktor
yaitu suhu pemanasan yang terlalu tinggi, proses pengepresan dengan tekanan
tinggi, proses ekstraksi minyak, buah busuk dan kandungan logam pada minyak.
12
iii. Penjernihan dengan panas, pada suhu tinggi zat warna akan mengalami
kerusakan, sehingga warna yang dihasilkan akan lebih pucat. Proses ini
selalu disertai dengan kondisi hampa udara.
iv. Penjernihan dengan hidrogenasi, hidrogenasi bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap yang ada pada minyak tetapi ikatan rangkap
yang ada pada rantai karbon karoten akan terisi atom H. Karotena yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat.
Minyak sawit merupakan salah satu minyak yang sulit dipucatkan karena
mengandung pigmen karotena yang tinggi sedangkan minyak biji-bijian lainnya
agak mudah karena zat warna yang dikandungnya sedikit. Oleh sebab itu,
minyak sawit dipucatkan dengan kombinasi antara adsorben dengan pemanasan.
Minyak yang dihasilkan dengan cara ini memenuhi lemak pangan.
Didalam CPO terdapat zat yaitu minyak, gum-gum, uap air, warna,
kandungan logam, asam lemak bebas, dan kotoran lainnya. Sebelum CPO
disimpan ditangki-tangki penampungan (tangki timbun), terlebih dahulu
dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui berapa kandungan FFA didalam
CPO tersebut. Selain itu dilakukan juga analisa untuk mengetahui kandungan
13
air dan kadar kotoran didalamnya. Dengan demikian akan diketahui keadaan
bahan baku tersebut sebelum diolah.
Minyak mentah CPO yang dihasilkan oleh PKS belum dapat langsung
digunakan karena masih membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Pada
temperatur tertentu, bahan baku yang digunakan diproses dengan dua tahap
yaitu tahap refinery dan fraksinasi. Dimana tahap refinery merupakan tahap
pemurnian minyak hingga menghasilkan RBDPO sedangkan tahap fraksinasi
merupakan tahap akhir mendapatkan hasil olahan yang terbagi atas fraksi cair
(olein) dan fraksi padat (stearin).
2. Bahan Pendukung
Bahan pendukung adalah bahan-bahan yang ikut dalam proses
produksi tetapi tidak tampak dalam produk akhir, serta berfungsi untuk
memperbaiki proses produksi. Bahan pendukung dalam proses produksi
olein di PT. Tanjung Sarana Lestari yaitu terdiri dari :
2) Bleaching Earth
Bleaching atau pemucatan merupakan proses untuk
memperbaiki warna minyak dengan cara mengabsorbsi kotoran-
kotoran (impurities) yang telah terikat dari proses degumming seperti
kandungan logam, karoten, kelembapan, bahan tak larut atau zat-zat
yang bersifat koloidal seperti resin, gum, protein, dan fosfotida dalam
CPO, dimana semua ini merupakan kandungan dari CPO. Bleaching
earth juga berfungsi sebagai bahan pemucatan dalam pengambilan
warna CPO dalam Bleaching section.
14
3) Citric Acid
Citric Acid berfungsi untuk mengikat metal pada proses
degumming dan sebagai anti oksidan.
15
Bleaching
- Metode Bleaching
Menurut Estiasih (2009), ada dua metode umum pemucatan,
yaitu metode adsorbsi dengan menggunakan adsorben dan metode
pemucatan kimiawi. Metode kimia jarang digunakan dan merupakan
metode penghilangan warna dengan cara mengoksidasi pigmen dalam
minyak menjadi senyawa yang tidak berwarna. Metode ini tidak
digunakan untuk minyak makan. Efek merugikan pada pemucatan
secara kimiawi adalah selain mengoksidasi pigmen minyak juga dapat
16
teroksidasi. Bahan kimia yang digunakan pada proses pemucatan
kimiawi ini antara lain natrium klorit, hidrogen peroksida, natrium
hiperklorat, natrium perpirofosfat, kalium permanganat, asam
hidroklorat dan natrium dikromat.
17
0.15 – 0.30%, kecuali pada keadaan yang sangat ekstrim seperti warna
minyak yang sangat pekat. Pada umumnya konsentrasi penggunaan
adsorben masih dibawah 1%.
Metode batch
Merupakan metode konvensional yang telah lama
digunakan. Pada metode ini minyak dipanaskan dalam ketel dengan
bagian bawah berbentuk kerucut. Ketel ini dilengkapi oleh koil
pemanas dan pengaduk. Pengaduk ini berfungsi menjaga adsorben
yang digunakan tetap tersuspensi dalam minyak selama diaduk.
Proses pengadukan udara dapat terperangkap dalam minyak
walaupun udara diusahakan serendah-rendahnya, udara ini dapat
menyebabkan minyak teroksidasi. Untuk menghindarinya dapat
digunakan pemucatan metode vakum. Keuntungannya adalah suhu
pemucatan dapat lebih rendah. Pemanasan dilakukan secepat-
cepatnya dan lama pemanasan tidak boleh lebih dari 1 jam.
Metode kontinyu
Metode kontinyu lebih efektif dalam mencegah oksidasi
minyak dibandingkan metode batch secara vakum. Pada metode ini
minyak dan tanah pemucat atau adsorben disemprotkan pada alat
pemucat vakum kontinyu atau continous vacuum bleacher. Kontak
antara minyak dan tanah pemucat lebih singkat sehingga dapat
menghindari proses hidrolisis minyak. Sebagaimana diketahui,
hidrolisis dapat terjadi jika adsorben yang digunakan diaktivasi
dengan asam. Hidrolisis ini menghasilkan asam lemak bebas yang
tidak diinginkan.
18
Filtration
Filtration merupakan tahap penyaringan minyak dengan
menggunakan Niagara filter dengan tujuan untuk memperoleh BPO
(Bleached Palm Oil) yang benar-benar bersih, bebas dari partikel
bleaching earth, gum, logam dan kotoran lainnya.
Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak
untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan
bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat
tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah,
senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang
mempunyai volatilitas tinggi lainnya.
19
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara
distilasi uap yang didasarkan pada perbedaan harga volatilitas
gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan
bau tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah
menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan
adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan
secara kondensasi. Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh
faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus
disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistem
proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak
sampai menyebabkan turut terdestilasinya gliserida. Tekanan
diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi
oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap.
G. RBDPO
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat :
- Neraca Analitik
- Gelas Piala 50mL
- Labu Volumetrik 25 ml
- Spatula
- Kuvet Kuarsa 10mm
- Spektrofotometer UV - Vis
Bahan :
- Iso - Oktana
- Sampel CPO
- Sampel RBDPO
Persiapan Sampel :
Sampel harus larut sempurna sebelum ditimbang.
Prosedur Kerja :
a. Pengoprasian Peralatan
- Hidupkan peralatan dengan menekan power switch ON.
21
- Setelah power hidup, instrument akan mendiagnosa peralatan
internal. Hasil diagnosa akan terlihat pada layar, dengan urutan
sebagai berikut :
A. CEK RAM
B. CEK BATTERY
C. INISIAL PENYARINGAN
D. CEK LAMP TUNGSTEN
E. CEK LAMP DEUTERIUM
F. ALIGMENT LAMP
G. KALIBRASI PANJANG GELOMBANG
H. PEMANASAN LAMP
b. Prosedur Kerja
- Ditimbang ke 0,1 mg terdekat sekitar 0,1 g sampel minyak
kedalam labu volumetric 25 ml.
- Dilarutkan dan homogenkan dengan Iso – Oktana.
- Diisi kuvet dengan larutan minyak dan diukur absorbansi pada
panjang gelombang 446 nm, dengan iso – oktana sebagai blanko.
- Jika larutan berkonsentrasi tinggi, diencerkan dengan cara
mentrasfer 2 ml larutan sampel ke dalam labu volumetric 10 ml
dan diencerkan dengan menggunakan iso – oktana hingga volume
10 ml.
- Diukur absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 446
nm, dengan iso – oktana sebagai blanko.
Perhitungan :
25 × 383 × 𝐴𝑏𝑠 446
𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 =
𝑊𝑠 × 100
Keterangan :
22
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Pengelompokan Sampel
Sampel CPO yang dianalisa merupakan CPO yang sedang diolah,
sehingga akan dikelompokkan berdasarkan penambahan Bleaching Earth nya:
- RBDPO Dengan Dozing BE 0.7 % berasal dari CPO sampel A
- RBDPO Dengan Dozing BE 0.8 % berasal dari CPO sampel B
- RBDPO Dengan Dozing BE 0.9 % berasal dari CPO sampel C
23
B : 0.1059 g
C : 0.1793 g
D : 0.1532 g
E : 0.1651 g
Scan pada panjang gelombang 446 nm
Perhitungan :
25 × 383 × λ 446
Karoten =
Ws × 100
24
Dozing BE 0.7 %
Sampel Nilai
Bobot Sampel λ 446 Karoten
( ppm )
A 0.1230 0.007 5.45
B 0.1120 0.006 5.13
C 0.1420 0.007 4.72
D 0.1720 0.008 4.45
E 0.1003 0.004 3.82
Dozing BE 0.8 %
Sampel Nilai
Bobot Sampel λ 446 Karoten
( ppm )
A 0.1045 0.004 3.67
B 0.1111 0.004 3.45
C 0.1133 0.004 3.38
D 0.1140 0.004 3.36
E 0.1455 0.005 3.29
Dozing BE 0.9 %
Sampel Nilai
Bobot Sampel λ 446 Karoten
( ppm )
A 0.1301 0.004 2.94
B 0.1059 0.003 2.71
C 0.1793 0.005 2.67
D 0.1532 0.004 2.50
E 0.1651 0.004 2.32
CPO
Sampel Nilai
Bobot Sampel λ 446 Karoten
( ppm )
A 0.1058 0.564 510.43
B 0.1159 0.659 544.43
C 0.1924 0.995 495.17
Tabel 4.2 Hasil perhitungan nilai karoten sampel CPO dan RBDPO
25
Nilai Karoten vs Dozing BE
6.00 1
5.45
5.13 0.9
5.00 4.72
4.45 0.8
3.82 0.7
4.00 3.67
3.45 3.38 3.36
3.29 0.6
2.94
3.00 2.71 2.67 0.5
2.50
2.32
0.4
2.00
0.3
0.2
1.00
0.1
0.00 0
Efektivitas Vs Dozing BE
69.9950%
69.9945% 69.9945%
69.9940%
69.9937%
69.9935%
69.9930%
69.9925%
69.9920%
69.9915%
69.9910%
69.9908%
69.9905%
0.60% 0.65% 0.70% 0.75% 0.80% 0.85% 0.90% 0.95%
26
- Efektivitas Penurunan Nilai Karoten
Persen penurunan nilai karoten pada RBDPO atau setelah penambahan BE
terhadap sampel CPO dapat dihitung sebagai berikut :
% 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 𝑅𝐵𝐷𝑃𝑂
= ( 100 − ( ) × 100 %) − 30 %
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛 𝐶𝑃𝑂
27
PEMBAHASAN
1. Nilai Karoten
Kandungan minyak sawit pada mesokarp buah sawit yang telah masak
merupakan salah satu sumber karotenoid atau karoten yang terkaya pada
tanaman (500-700 ppm) (Choo, 1993). Berdasarkan hasil analisa dan
perhitungan diperoleh bahwa nilai karoten sampel CPO (Crude Palm Oil)
yang dianalisa secara berurutan sampel CPO A, B dan C yaitu 510,43 ppm
;544,43 ppm ;475,27 ppm. output dari penambahan BE (Bleaching Earth)
yang dianalisa adalah RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil),
dengan nilai karoten berurutan A, B, C, D, dan E untuk Dozing BE 0,7 yaitu
5,45 ppm; 5,13 ppm; 4,72 ppm; 4,45 ppm dan 3,82 ppm. untuk Dozing BE
0,8 yaitu 3,67 ppm; 3,45 ppm; 3,38 ppm; 3,36 ppm dan 3,29 ppm. untuk
Dozing BE 0,9 yaitu 2,94 ppm; 2,71 ppm; 2,67 ppm; 2,50 ppm dan 2,32 ppm.
𝛽 – Karoten pada sampel CPO juga dipengaruhi oleh suhu
pemanasan. Berkurangnya kandungan β-karoten tidak signifikan pada
pemanasan minyak sawit pada temperatur < 100° C selama 120 menit tetapi
kandungan β-karoten pada minyak sawit berkurang 30 % pada pemanasan
200°C (Alyas & dkk, 2006). Sampel RBDPO yang dianalisa telah melalui
pemanasan yang cukup tinggi pada deodorizer dengan suhu berkisar 245 –
260oC sehingga 30% dari penurunan nilai karoten merupakan pengaruh
pemanasan.
2. Pengaruh Penambahan BE
Penambahan BE dengan Dozing terhadap nilai karoten menunjukkan
bahwa Dozing yang semakin tinggi maka 𝛽 – Karoten yang berkurang juga
akan semakin tinggi. penambahan BE memiliki peran penting dalam
pemurnian CPO karena warna dari produk olahan permurnian CPO yang
dapat dipasarkan memiliki standar berkisar 2.5 – 3.0 max, sehingga jika nilai
karoten tinggi maka jumlah 𝛽 – Karoten yang merupakan pigmen warna
merah jingga akan memberikan colour atau warna yang tinggi pada produk
hasil permurniannya seperti RBDPO, Olein dan stearin yang akibatnya tidak
28
memenuhi standar yang berlaku yaitu maksimal 1.2 ppm (Nutrition Research
Reviews, 2010).
- Pada RBDPO dengan penambahan atau Dozing BE 0.7 % diperoleh nilai
karoten yang tinggi dan tidak memenuhi standar. Ini disebabkan karena
Dozing yang rendah sehingga penyerapan 𝛽 – Karoten tidak maksimal.
- Pada RBDPO dengan penambahan atau Dozing BE 0.8 % diperoleh nilai
karoten yang cukup rendah dengan tingkat kedekatan hasil yang cukup
dekat meskipun belum memenuhi standar, ini menunjukkan bahwa pada
Dozing 0.8 % proses berlangsung cukup stabil dan optimum.
- Pada RBDPO dengan penambahan atau Dozing BE 0.9 % diperoleh nilai
karoten yang terendah diantara Dozing yang lainnya. Nilai Karoten yang
diperoleh masih belum memenuhi standar ini menunjukkan disamping
Dozing BE, temperature atau suhu juga penting dalam mengurangi nilai
karoten.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan pembahasan diatas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Nilai karoten sampel CPO (Crude Palm Oil) yang diperoleh yaitu 510,43
ppm; 544,43 ppm dan 475,27 ppm yang dimana menunjukkan kondisi CPO
(Crude Palm Oil) cukup baik.
Nilai Karoten setelah penambahan BE (Bleaching Earth) pada Dozing BE 0,7
% yaitu 5,45 ppm; 5,13 ppm; 4,72 ppm; 4,45 ppm dan 3,82 ppm. Dozing 0,8
% yaitu 3,67 ppm; 3,45 ppm; 3,38 ppm; 3,36 ppm dan 3,29 ppm. Dozing 0,9
% yaitu 2,94 ppm; 2,71 ppm; 2,67 ppm; 2,50 ppm; 2,32 ppm.
Nilai Karoten RBDPO yang diperoleh belum memenuhi standar yang berlaku
yaitu 1.2 ppm.
Penambahan BE (Bleaching Earth) sangat mempengaruhi penurunan nilai
karoten dan suhu pemanasan yang juga mempengaruhi penurunan nilai
karoten.
Sampel CPO yang penurunannya tertinggi yaitu Sampel CPO C dengan
Dozing BE 0.9 % yang memperoleh nilai karoten terendah yaitu RBDPO E
dengan nilai karoten 2,32 ppm.
Kondisi Optimum untuk memperoleh nilai karoten yang rendah adalah
dimana tercapainya pencampuran yang sempurna antara Bleaching Earth dan
Crude Palm Oil serta suhu yang tinggi. Penyusuaian Dozing BE dengan Flow
CPO perlu dilakukan agar proses bleaching lebih sempurna, meningkatan
flow CPO maka Dozing BE juga perlu ditingkatkan agar 𝛽 – Karoten dapat
terikat sebanyak mungkin.
Penambahan BE (Bleaching Earth) akan menurunkan Nilai karoten hingga 70
%, dimana semakin banyak BE (Bleaching Earth) yang ditambahkan atau
30
semakin tinggi Dozing / Penambahan BE maka nilai karoten yang diperoleh
akan semakin rendah.
B. Saran
Hasil penelitian hanya mencakup variabel-variabel yang terbatas, oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui metode yang
efisien dan akurat dalam penentuan pengaruh penambhan Bleaching Earth
terhadap penurunan nilai karoten pada CPO (Crude Palm Oil) menjadi
RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, M. (2009). Hubungan Analisa DOBI Dan Beta - Karoten Dalam CPO
Dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Visible. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Alyas, & dkk. (2006). Upaya Penyelamatan Beta Caroten Pada Pengolahan CPO.
Bogor: Bogor Agricultural University.
Anonim. Diakses pada 12 maret 2019. Isooctane. Retrieved from Specturmchemical:
http://www.spectrumchemical.com/isooctane
Choo, & Etal. (1993). Carotene On Red Palm Oil. Malaysia: Research Institute.
Estiasih. (2009). Metode Bleaching. Surabaya.
Fatimah, S., & dkk. (2017). Pengaruh Penambahan Bleaching Earth (Tanah Liat)
Terhadap Kualitas Colour Hasil Pemurnian CPO (Crude Palm Oil)”.
Makassar: SMKN SMAK Makassar.
Ketaren. (2008). Komposisi Bleaching Earth. Yogyakarta.
Kusuma, W. (2008). Transesterifikasi dan eserifikasi dengan Reaktivasi Spent Earth
Dan Biodiesel. Bogor: Bogor Agricultural University.
PORAM. (2000). PORAM Standard Spesification For Processed Palm Oil.
Malaysia: Palm Oil Research Institute Of Malaysia.
Reeves. (1979). Crude Palm Oil. Retrieved from Wikipedia: wikipedia.org
Supeno. (2008). Mineral - Mineral pada Bleaching Earth.
wikipedia. Diakses pada 28 February 2019. 2,2,4-trimethylpentane. Retrieved from
Wikipedia: http://www.wikipedia.com/wiki/2,2,4-Trimethylpentane
Zhangsheng. (2006). Bleaching Clay Adsorbition. Hongkong: Et Al.
32
Lampiran 1 : Prosedur Kerja
Determination Of Standard Analysis Carotene For CPO
0. Reference 0. Referensi
PORIM p2.9. PORIM p2.9.
1. Objective 1. Tujuan
As a standard guideline in the analysis of Sebagai pedoman standar dalam analisa
carotene of CPO. karoten dari CPO.
3. Definition 3. Pengertian
Carotene is the dominant pigment red-orange Karoten adalah pigmen berwarna dominan
color that is found naturally in plants and fruits. merah-jingga yang ditemukan secara alami
pada tumbuhan dan buah-buahan
4. Responsibility
QC supervisor is responsible to ensure that 4. Tanggung Jawab
this analytical method is properly implemented. Supervisor QC bertanggung jawab untuk
memastikan metoda analisa ini diterapkan.
5. Procedure
5.1. Apparatus 5. Prosedur
1. Spectrophotometri Genesys 10 UV- 5.1. Peralatan
Vis 1. Spectrofotometri Genesys 10 UV- Vis
2. Cuvet 10 mm quartz cuvet. 2. Kuvet kuarsa 10 mm.
3. Volumetric flask 25 ml. 3. labu Volumetrik 25 ml.
4. Volumetric pippet 2 ml class A. 4. Pipet Volumetrik 2 ml kelas A.
5. Analytical Balance, accurate 5. Timbangan Analitik, akurasi 0.0001g.
0.0001g.
5.2. Regensia dan Pelarut
5.2. Reagent and Solvent iso-oktana atau n-heksana ( Mudah
n-Hexane (Highly flammable) or iso- Terbakar)
octane.
33
2. Sequentially after power on the 2. Setelah power hidup, instrumen
equipment will diagnose its akan mendiagnosa peralatan
internal tools. The diagnosis result internal. Hasil diagnose akan terlihat
will appear on the display as pada layar, dengan urutan sebgai
follows: berikut :
34
5.4. Calculation 5.4. Perhitungan
Where : Dimana :
wt : Sample weight Wt : Berat sampel
Abs 446 : Absorbance 446 Abs446 : Absorbansi 446
No Nama Gambar
1 Labu Ukur 25 ml
2 Gelas Piala 50 ml
3 Neraca Digital
35
4 Spektrofotometer UV – Vis
5 Kuvet Kuarsa 10 mm
6 Labu Semprot
7 Hot Plate
36
Lampiran 3 : Foto Proses Penelitian
Gambar 5.5 Sampel CPO dipanaskan Gambar 5.6 Ditimbang 0,1 g CPO
37
Gambar 5.7 Menyalakan Spektrofotometer UV - Vis
38
Gambar 6.0 Mengisi Kuvet dengan larutan Blanko
39
Gambar 6.3 Scan blanko pada Panjang gelombang 446 nm
40