Anda di halaman 1dari 41

TUGAS AKHIR

“PENGARUH WAKTU TERHADAP REAKSI PEMBENTUKAN


SENYAWA KOMPLEKS INDOFENOL BIRU PADA UJI AMONIA
DENGAN METODE FENAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS”

DISUSUN OLEH :
MUH FAJRI WALDANA
2020421022

PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS FAJAR


TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Waktu Terhadap Reaksi Pembentukan


Senyawa Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Ammonia
Dengan Metode Fenat Menggunakan Spektrofotometri
Uv-Vis

Nama : MUH FAJRI WALDANA

NIM : 2020421022

Disetujui Oleh :

Pembimbing

Tanggal ………………………..

Pembimbing I Pembimbing II

_______________________ _______________________

(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)

Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi

_______________________ _______________________

(NIK/NIDN/NIP) (NIK/NIDN/NIP)

i
Penulis dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir:

“Pengaruh Waktu Terhadap Reaksi Pembentukan Senyawa


Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Amonia Dengan Metode Fenat
Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis” adalah karya orisinal saya dan
setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan Panduan
Penulisan Ilmiah yang berlaku di Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Makassar,16 januari 2021


Yang menyatakan

(Materai 6000)
Muh Fajri Waldana

ii
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu terhadap reaksi pembentukan kompleks


indofenol biru pada pengujian N-Amonia dalam suatu sampel air limbah metode
Fenat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah waktu dapat mempengaruhi
pembentukan senyawa indofenol biru pada pengujian N-Amonia dalam suatu
sampel. Variasi yang dilakukan adalah waktu reaksi yaitu 30 menit, 40 menit, 50
menit, dan 60 menit. Akurasi dan presisi juga dievaluasi untuk mengetahui
kelayakan pengembangan metode. Analisis N-Amonia dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 640 nm. Berdasarkan hasil
analisa dan perhitungan diperoleh data pada waktu 30, 40, 50, dan 60 menit. nilai
akurasi sebesar 75,33%, 81,33%, 86,00%, dan 99,33%. dimana berdasarkan SNI
06-6989.30-2005 yang memenuhi range akurasi hanya waktu 50 menit dan 60 menit.
sehingga waktu sangat berpengaruh dalam pembentukan senyawa kompleks
indofenol blue.

Kata kunci: amonia, air limbah, metode fenat

iii
ABSTRACT

Research on the effect of time on the formation of indophenol blue complex on the N-
ammonia test in a wastewater sample with the Phenate method has been carried out.
This study aims to determine whether time can affect the formation of indophenol blue
compounds in the N-ammonia test in a sample. The variations that were carried out
were reaction time, namely 30 minutes, 40 minutes, 50 minutes, and 60 minutes.
Accuracy and precision were also evaluated to determine the feasibility of developing
the method. N-ammonia analysis was performed using spectrophotometry at a
wavelength of 640 nm. Based on the results of the analysis and calculations, the data
obtained at 30, 40, 50, and 60 minutes. accuracy values of 75.33%, 81.33%, 86.00%,
and 99.33%. where based on SNI 06-6989.30-2005 which fulfills the accuracy range,
it only takes 50 minutes and 60 minutes. so that time is very influential in the formation
of indophenol blue complex compounds.

Key words: ammonia, wastewater, phenate method

iv
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk berkarya
dan melimpahkan hasil kegiatan Praktik Kerja Industri ke dalam sebuah laporan yang
berjudul “Pengaruh Waktu Terhadap Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks
Indofenol Biru Pada Uji Amonia Dengan Metode Fenat Menggunakan
Spektrofotometri Uv-Vis” dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabatnya dan seluruh
umatnya yang senantiasa istiqamah pada ajaran Islam.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan laporan ini sangat banyak hambatan
yang dialami. Dukungan dan masukan dari berbagai pihak sangat membantu dalam
mengatasinya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas Berkat dan Rahmat-Nya sehingga laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Orang Tua, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun material,
serta doa bagi penyusun.
3. Serta seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penyusun.

Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan imbalan yang sebesa


besarnya atas batuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata kepada
Tuhan Yang Maha Esa jugalah segalanya dikembalikan dan penulis sadar bahwa
penulisan ini masih jauh dari sempurna disebabkan karena berbagai keterbatasan yang
penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menjadi perbaikan masa yang akan datang.

Makassar, Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
D. Batasan Masalah................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
A. Air ....................................................................................................... 3
B. Amonia (NH3) ...................................................................................... 11
C. Metode Fenat ........................................................................................ 13
D. Spektrofotometri Uv-Vis ...................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 16
A. Prinsip Analisa .................................................................................... 16
B. Reaksi ................................................................................................... 16
C. Alat Dan Bahan .................................................................................. 17
D. Prosedur Kerja ..................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 19
A. Hasil Pengamatan ................................................................................ 19
B. Pembahasan ......................................................................................... 21
BAB V PENUTUP .................................................................................... 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23

vi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Table 2. 1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun


2010 Tanggal : 18 Januari 2010 ................................................................. 10
Table 4.1 tabel hasil pembacaan kurva kalibrasi ....................................... 19
Table 4.2 Data Pengamatan........................................................................ 20
Table 4.3. nilai akurasi setiap waktu pembacaan ....................................... 21

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Kurva kalibrasi standar ammonia .......................................... 19

Gambar 5.2. Kurva standar fenat dengan variasi waktu reaksi pembentukan
kompleks indodenol blue ........................................................................... 20

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain,
pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksan
(Effendi, 2003).
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pada
pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi dari tahun ke tahun,
dengan luas lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan
semakin berat. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
berasal dari pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan
limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air (Mahyudin et al,
2015).
Sehingga air sangat rentan tercemar baik itu dari limbah domestik maupun
limbah industry. Salah satu parameter pencemaran air ialah amonia (NH3).
Keberadaan amonia dalam air yang melebihi ambang batas dapat mengganggu
ekosistem perairan dan makluk hidup lainnya.
Amonia sangat beracun bagi hampir semua organisme.Amonia dapat bersifat
racun pada manusia jika jumlah yang masuk tubuh melebihi jumlah yang dapat
didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia, resiko terbesar adalah dari penghirupan
uap amonia yang berakibat beberapa efek diantaranya iritasi pada kulit, mata dan
saluran pernafasan. Pada tingkat yang sangat tinggi, penghirupan uap ammonia
sangat bersifat fatal. Jika terlarut di perairan akan meningkatkan konsentrasi
ammonia yang menyebabkan keracunan bagi hampir semua organisme perairan
(Murti, et al 2014).
Dengan demikian diperlukan adanya pemeriksaan senyawa amonia dalam air.
Penentuan amonia salah satunya dilakukan dengan metode Fenat melalui reaksi

1
pembentukan kompleks indofenol biru dengan waktu stabilitas kompleks (waktu
reaksi) indofenol biru 60 menit berdasarkan SNI 06-6989.30-2005. Berdasarkan hal
tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah Pengaruh Waktu Terhadap
Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Amonia Dengan
Metode Fenat Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pengujian Amonia Dengan Metode Fenat
Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis?
2. Bagaimana Cara Mengetahui Waktu Optimasi Pembentukan Senyawa
Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Amonia?
3. Bagaimana Pengaruh Waktu Terhadap Reaksi Pembentukan
Senyawa Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Amonia Dengan
Metode Fenat Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengujian Amonia Dengan Metode Fenat
Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis
2. Untuk Mengetahui Waktu Optimasi Pembentukan Senyawa Kompleks
Indofenol Biru Pada Uji Amonia
3. Untuk mengetahui Pengaruh Waktu Terhadap Reaksi Pembentukan
Senyawa Kompleks Indofenol Biru Pada Uji Ammonia,

D. Batasan Masalah
Dalam laporan Akhir ini penulis membatasi permasalahan yang ada dalam
analisa lingkungan pada parameter pengujian kadar amonia yang menyangkut
waktu optimasi pembentukan senyawa kompleks indofenol biru stabil. Adapun hal-
hal yang ada di luar objek tersebut tetapi terdapat pada laporan ini, hanya
merupakan bahan penunjang untuk melengkapi penulisan guna kesempurnaan
laporan ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah
molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom
H. Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan sehingga air
merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan
atau sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena air yang ada di
bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa
atau mineral/unsur lain yang terdapat di dalamnya. Meskipun demikian tidak
berarti bahwa semua perairan dibumi ini telah tercemar (Achmad, 2004).
Air permukaan terutama dalam bentuk aliran sungai, danau dan waduk
atau kolam. Danau dapat diklasifikasikan sebagai oligotropi, eutropik atau
dystropik. Danau oligotropik adalah danau yang relatif muda. Danau ini dalam
dan berair jernih, kurang mengandung zat hara, akibatnya kurang produktif
untuk aktifitas biologis. Danau eutropik lebih banyak mengandung zat hara
sehingga airnya agak keruh dan lebih dapat menunjang kehidupak aquatik.
Danau ini umumnya relatif tua dibanding oligotropik. Danau yang umurnya
lebih tua diklasifikasikan sebagai danau dystropik, danau ini dangkal,
dipenuhi tumbuhan air dan biasanya airnya berwarna serta mempunyai pH
yang rendah (Achmad, 2004).
Air secara ilmiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan benar-benar
murni. Ketika air mengembun di udara dan jatuh dipermukaan bumi, air
tersebut menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbon dioksida dan
berbagai jenis gas lainnya. Kemudian air tesebut, baik yang di atas maupun
yang dipermukaan tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang
lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau
zat-zat organik lainnya (Achmad, 2004).

3
Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari
kata Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua
suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas sehingga
jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata
analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis yang kemudian di
serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.
Kata analisa atau analisis atau analysis digunakan dalam berbagai bidang.
Baik dalam bidang ilmu bahasa, ilmu sosial maupun ilmu alam (sains) dan lain-
lain. Dalam ilmu bahasa atau linguistik analisa didefinisikan sebagai suatu kajian
yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut
secara mendalam. Dalam ilmu sosial, analisis dimengerti sebagai upaya dan proses
untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang ada di dalamnya.
Sedangkan dalam ilmu pasti (sains) pengertian dan definisi analisa adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menguraikan suatu bahan menjadi senyawa-
senyawa penyusunnya. Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan
komposisi suatu bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan
kegiatan analisanya adalah bidang Kesehatan. Dalam ilmu Kesehatan digunakan
dalam Analisis berbagai factor penyebab kesehatan.Misalnya analisis kualitas
air,udara dan makanan.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia
bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar
kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring
waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi
ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks
dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan,

4
konstruksi, dan transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga
limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan. (Sh, 2016).
Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)
karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan
peran fungsionalnya (STH, 1982)
Kualitas air ditentukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna,
suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis
dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung
pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air
tersebut. (STH, 1982)
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan
warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan
organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus),
plankton, fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
 Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala
umum(pH, alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau
modus operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter
lain, khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain
(BOD, COD, keragaman jenis).
 Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan
air (untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi
parameter kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).

5
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu
parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna
bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna
disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna,
ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan
karena terdapatnya mikro organisme seperti plankton, disamping itu
juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan mangan.
Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah
industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi
biota air. Disamping itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya
senyawa-senyawa organik, yang melalui proses klorinasi dapat
meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.
b. Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan
tidak berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan
terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan
pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal
yang mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan
langsung di lapangan. Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu
udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara
lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi, ataupun akibat
adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air. Disamping
itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan

6
suhu air. Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen
dalam air menjadi berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air
juga menjadi terganggu.
d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,(TSS))
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
>1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45
μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik
terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa
ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk
terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam
badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan bagi organisme produser.
2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang
umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan
sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang
dinamis dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi
kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana
sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya merupakan
unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa
lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada
sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion
hidrogen bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut
bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang,
menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa. pH yang
ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang
sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin
besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang

7
tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga
bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung
di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk
proses respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen
terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari
proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air,
tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral
dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 0oC yaitu
sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka
konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang
umum digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan
metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-
meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang
sebenarnya terjadi di dalam air.Angka BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan
hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk
mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Penguraian zat organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan
air dicemari oleh zat organik maka selama proses penguraiannya
mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air.

8
Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi
anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan
proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik.
Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan organik terurai,
diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada
temperatur inkubasi 20oC, bahan organik yang dapat diuraikan
mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka
timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan mencari selisih
antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik
yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat
diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa
BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40–
0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
e. Nilai Ambang Batas (NAB)
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana
manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan
selama 40 jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin seperti itulah
gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.
Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan yang
sebenernya Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat kimia
berbahaya, karena pertimbangan risiko, tingkat frekuensi dan tingkat
kefatalan yang ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu
diupayakan adanya pengendalian. Penetapan nilai ambang ini
merupakan.

9
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:
1). DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20oC. tingkat DO
maksimal ialah 9 ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau
satuan. ppm ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
2). BOD atau Biological Oxygen Demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin
banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD
maka akan semakin rendah kualitas air.
3). COD atau Chemical Oxygen Demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk
mengurai dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4). TDS atau Total Dissolve Solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam
air. semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds
meter yang mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan
mencelupkan ujung alat tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang ditetapkan oleh
pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah peraturan
tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut dari ketetapan tersebut. semoga saja
setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak
membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.

Table 2. 1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal :
18 Januari 2010

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum


1 Ph – 6-9
2 TSS mg/L 150
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1

10
6 Amonia mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Kromheksavalen mg/L 0,5
12 Krom total mg/L 1
13 Tembaga mg/L 2
14 Timbal mg/L 1
15 Nikel mg/L 0,5
16 Seng mg/L 10
17 Kuantitas air limbah max mg/L 0,8L/s lahan kawasan
terpakai

B. Amonia (NH3)
Amoniak (NH3) di dalam air adalah senyawa nitrogen amoniak dalam
bentuk NH4+ yang disebut dengan amonium. Amoniak dalam air berasal dari
air seni, tinja dan hasil penguraian secara mikrobiologis terhadap zat organik
yang berasal dari air alam, air buangan industri dan limbah domestik.
Keberadaan amoniak tergantung pada beberapa faktor yaitu sumber amonik,
adanya tanaman air yang menyerap amoniak sebagai nutrien, konsentrasi
oksigen terarut dan temperatur (Widayat, dkk., 2010).
Nitrogen amoniak berada dalam air sebagai amonium (NH4+), berdasarkan
reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
NH3 + H2O → NH4+ + OH-
Keberadaan amoniak ini dapat mengakibatkan kondisi toksik bagi
kehidupan perairan, kadar amoniak bebas dalam air meningkat sejalan dengan
meningkatnya pH dan suhu. Kehidupan air terpengaruh oleh amoniak, pada
konsentrasi 1 mg/L dan dapat memberikan efek yang dapat menyebabkan mati
lemas karena dapat mengurangi konsentrasi oksigen dalam air (Widayat, dkk.,
2010).

11
Gas amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dan menimbulkan
bau yang sangat kuat, dalam udara amoniak dapat bertahan kurang lebih satu
minggu. Gas amoniak dapat masuk melalui pernapasan sehingga
mengakibatkan iritasi yang kuat pada sistem pernapasan, karena sifatnya yang
iritan polutan ini dapat merangsang proses peradangan pada saluran
pernapasan bagian atas yaitu saluran pernapasan mulai dari hidung hingga
tenggorokan sehingga pada tingkatan tertentu gas amoniak dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi paru-paru dan sensitivitas indra
penciuman (Ajeng R, 2012).

Senyawa amoniak dalam air dapat diolah secara mikrobiologis oleh


bakteri autotropik dan heterotropik melalui proses nitrifikasi sehingga
membentuk nitrit dan nitrat. Senyawa klor yang diinjeksikan ke dalam air
akan mengalami hidrolisa membentuk asam hipoklorit (HOCl), asam
hipoklorit dapat bereaksi dengan amoniak dalam air membentuk khloramin
dimana khloramin ini kurang efektif membunuh bakteri (Widayat, dkk.,
2010).

Menurut Ajeng R (2012), bahaya amoniak terhadap kesehatan berdasarkan


Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah sebagai berikut:

1. Berbahaya terhadap pernafasan, sangat merusak sel-sel dari lender


membran dan saluran pernafasan atas. Gejala yang mungkin termasuk
rasa terbakar, batuk, peradangan pada tenggorokan, sesak nafas, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah.

2. Berbahaya jika tertelan dapat menyebabkan luka bakar di dalam mulut,


tenggorokan dan perut yang bisa mengakibatkan kematian serta dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, muntah dan diare.

3. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan rasa sakit, kemerahan, iritasi


parah atau luka bakar karena merupakan larutan basa yang korosif.

4. Kontak dengan mata dapat menyebabkan penglihatan kabur,


kemerahan, rasa sakit, jaringan luka bakar parah dan kerusakan mata.

12
5. Kontak dengan gas amoniak berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian amoniak masih digolongkan
sebagai bahan beracun jika tertutup.
C. Metode Fenat
Pemilihan metode untuk analisis amonia, didasarkan pada konsentrasi amonia
dalam sampel dan keberadaan senyawa pengganggu. Amonia dapat dianalisis
menggunakan metode fenat dan spektrofotometer. Metode fenat adalah metode uji
yang didasarkan pada pembentukan kompleks senyawa indofenol biru, yang
dihasilkan dari reaksi amonia, hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium
nitroprusida. Metode uji ini baik digunakan untuk penentuan kadar amonia dalam,
air limbah dan air tawar. Metode uji ini linear sampai konsentrasi 0,6 mg NH3-N/L
atau mengikuti hasil validasi yang telah dilakukan (Murti R.D., 2013)
Ammonia dapat di analisa dengan metode titrasi bila kadarnya tinggi. Bila
kadarnya rendah seperti 0,1 mg/L – 0,6 mg/L dapat mempergunakan metode
spektrofotometer fenat pada panjang gelombang 640 nm. Untuk contoh air dan air
limbah dapat menggunakan SNI 06-6989.30-2005. Prinsip metode ini adalah
ammonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium
nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol. Reaksi terjadi dua tahap sebagai
berikut:
1. Penambahan hipoklorit pada sampel ammonia menghasilkan mono-chloroamina.

2. Fenol bereaksi dengan mono-chloroamina membentuk senyawa biru indofenol.

13
D. Spektorofotometri Uv-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar
ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan
sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
4. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Metode spektrofotometer ultra violet-tampak (UV-VIS) secara umum
berdasarkan pembentukan warna antara analit dengan pereaksi yang digunakan.

14
Dengan menggunakan pereaksi warna menjadi lebih peka menaikkan sensivitasnya
sehingga batas deteksinya menjadi rendah. Metode ini mempunyai keuntungan
sensitif, batas deteksinya rendah, dan mudah, akan tetapi kelemahannya adalah
perlu perlakuan awal untuk menghilangkan unsur-unsur pengganggu dan
menggunakan beberapa macam bahan kimia sebagai pereaksi (Purwanto dan
Ernawati, 2012).
Absorpsi sinar tampak (VIS) atau ultraviolet (UV) oleh suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (ground
state) ke tingkat eksitasi (excited state). Absorbsi sinar UV dan VIS oleh suatu
molekul umumnya menghasilkan eksitasi ikatan elektron (bonding) sehingga
panjang gelombang absorban maksimum dapat dikorelasikan dengan absorban UV
dan VIS (penting penggunaannya) untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa
yang mengandung gugus penyerap (Bintang, 2010).
Kegunaan spektroskopi UV-VIS yaitu analisis secara kuantitatif dimana
seberkas radiasi atau cahaya dikenakan pada cuplikan dan intensitas radiasi yang
transmisikan diukur. Cuplikan ditempatkan dalam sel atau kuvet yang terbuat dari
gelas yang khusus, radiasi yang diserap oleh cuplikan atau spesies ditentukan
dengan membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang ditransmisikan bila
spesies penyerap tidak ada dengan intensitas yang ditransmisikan bila spesies
penyerap ada. Kekuatan radiasi yaitu intensitas radiasi atau sinar sebanding dengan
jumlah foton per detik yang melalui satu satuan luas penampang kuvet atau sel,
kekuatan radiasi akan turun apabila terjadi penghamburan dan pantulan, namun
kejadian dua hal tersebut sangan kecil bila dibandingkan dengan serapan
(Sastrohamidjojo, 2013).
Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena
mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi tersebut
terjadi bergantung pada berapa kuat elektron tersebut terikat dalam molekul itu.
Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan
radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya (Day dan
Underwood, 2002).

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Dasar Prinsip
Senyawa amonia atau ion amonia bereaksi dengan hipoklorit dan setelah
penambahan fenol dalam suasana basa membentuk senyawa biru
indophenol yang dikatalis oleh natrium nitroprusida. kadar amonia
diukur pada  640 nm dengan spektrofotometer Uv-Vis.
B. Reaksi

16
C. Alat dan Bahan
 Alat
 Spektrofotometer
 Timbangan analitik
 Erlenmeyer 50 mL
 Labu ukur 100 mL,
 Gelas ukur 25 mL
 Pipet volumetric 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL
 Pipet Ukur 10 mL dan 100 mL
 Gelas piala 100 mL
 Bahan
 Ammonium Klorida(NH4Cl)
 Fenol (C6H5OH)
 Nitroprusida 0,5%
 Alkalin sitrat
 Natrium Hipoklorit 5%
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan induk
Larutan 3,819 g ammonium klorida (telah dikeringkan pada suhu
100oC) dalam labu ukur 1000 mL, dan encerkan dengan air suling
sampai tanda tera kemudian dihomogenkan.
2. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan alat
untuk pengujian kadar ammonia
b. Dipipet 25 mL larutan kerja dan masukkan masing masing ke
dalam Erlenmeyer
c. Ditambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan
d. Ditambahkan 1 mL natrium ntroprusid, dihomogenkan
e. Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan
f. Ditutup Erlenmeyer tersebut

17
g. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna
h. Memasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer,
dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang 640 nm
i. Dibuat kurva kalibrasi dari h) diatas dan ditentukan persamaan
garis lurusnya.
3. Prosedur analisa
a) Dipipet 25 mL larutan kerja dan masukka masing masing ke
dalam Erlenmeyer
b) Ditambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan
c) Ditambahkan 1 mL natrium ntroprusid, dihomogenkan
d) Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan
e) Ditutup Erlenmeyer tersebut dengan platik atau paraffin film
f) Dibiarkan selama 30, 40, 50, 60 menit untuk pembentukan
warna
g) Memasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer,
dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang 640
nm.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Table.4.1 tabel hasil pembacaan kurva kalibrasi

Konsentrasi Absorban
No. Slope Intercept r2
(ppm) (abs)

1. 0,0 0,033

2. 0,1 0,108

3. 0,2 0,224
1,146 -0,0102 0,9986
4. 0,3 0,324

5. 0,4 0,438

6. 0,5 0,574

kurva standar amonia


0,7 y = 1,146x - 0,0102
0,574
0,574
0,6 R² = 0,998634

0,5 0,438
0,438
absorban

0,4 0,324
0,324
0,3 0,224
0,224
0,2 0,108
0,108
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
ppm

Gambar 4.1. Kurva kalibrasi standar amonia

19
Kurva standar fenat dengan variasi waktu
reaksi pembentukan kompleks indofenol
blue

0,4 0,3224
0,4 0,2929
0,3 0,2587
Absorban

0,3
absorban

0,2
0,1
0,1
0
0
0 10 20 30 40 50 60 70
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu
Menit

Gambar 4.2. Kurva standar fenat dengan variasi waktu reaksi pembentukan
kompleks indodenol blue

Table 4.2 data Pengamatan

Waktu Konsentrasi
No. Absorban Rata-Rata
(menit) (ppm)
0,260 0,236
0,261 0,237
0,286 0,259
0,206 0,189
1. 30 0,226
0,217 0,198
0,266 0,241
0,253 0,230
0,236 0,215
0,286 0,259
0,288 0,260
0,241 0,220
0,245 0,223
2. 40 0,254 0,231 0,244
0,294 0,265
0,289 0,261
0,256 0,232
0,286 0,259
0,266 0,241
0,284 0,257
50 0,297 0,268
3. 0,258
0,281 0,254
0,307 0,277
0,288 0,260

20
0,311 0,280
0,254 0,230
0,332 0,299
0,339 0,305
0,333 0,300
0,340 0,306
4. 60 0,298
0,342 0,307
0,328 0,295
0,317 0,286
0,319 0,287

Table 4.3. nilai akurasi setiap waktu pembacaan

Menit Akurasi Memenuhi Tidak memenuhi


(85%-115%)
30 75,33% √
40 81,33% √
50 86,00% √
60 99,33% √

A. Pembahasan
Analsisi sampel secara spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada pengukuran
sinar ultraviolet pada penyerapan sinar tampak oleh suatu senyawa kimia. Prinsip
analisis secara spektrofotometri UV-Vis berdasarkan penyerapan sinar tampak
oleh larutan berwarna.
Sebelum dilakukan pengujian kadar N-Amonia, terlebih dahulu membuat
kurva kalibrasi. Dalam pembuatan kurva kalibrasi dilakukan variasi waktu
kestabilan pembentukan kompleks indofenol biru dengan metode fenat. Kurva
kalibrasi yang didapat dalam penelitian ini minimal memiliki koefisien korelasi
sebesar 0,97.
Pada penentuan kadar ammonia, sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ditambahkan larutan pengoksidasi yang merupakan larutan campuran alkali sitrat
dan larutan hipoklorida, sehingga penambahan oksidator akan mengoksidasi
ammonia menjadi suatu amina klorida. Kemudian ditambahkan dengan larutan
fenol (C6H5OH) berfungsi sebagai pereaksi yang dapat membentuk kompleks
dengan ammonia (sebagai pengompleks), sehingga menghasilkan senyawa
berwarna biru yang disebut indophenol-blue. Selanjutnya penambahan larutan

21
natrium nitroprusid (C5FeN6Na2O) berfungsi sebagai katalis pada reaksi
pembentukan indofenol biru, hipoklorit bereaksi dengan amonia dalam sampel
membentuk senyawa kloramin (NH2Cl) yang kemudian bereaksi dengan sisa
reagen fenolat membentuk senyawa antara monoklor kuinon. Monoklor kuinon
ini bereaksi dengan sisa reagen fenolat membentuk senyawa indophenol yang
berwarna biru, yang bisa dideteksi oleh spektrofototometer UV-Vis.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa, pembuatan kurva standar dengan waktu
pembentukan kompleks stabil pada 60 menit dan 50 menit memenuhi karena
memiliki nilai akurasi 86,00% dan 99,33% yang sesuai dengan SNI 06-6989.30-
2005 yaitu pada rentang 85-115%, sedangkan pada waktu 30 menit dan 40 menit
tidak memenuhi karena nilai akurasinya 75,33% dan 81,33% tidak masuk dalam
rentang tersebut, hal ini dikarenakan senyawa kompleks yang terbentuk belum
terbentuk seluruhnya jadi hasil yang didapatkan belum memenuhi standar akurasi.
amonium (NH4+) ditentukan dengan Spektrofotometer UV-Vis pada λ = 640 nm
dengan metode fenat.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai akurasi dan presisi uji. Kondisi
reaksi merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan. Dalam reaksi
pembentukan kompleks stabil, masing-masing reagen berfungsi dalam capaian
keberhasilan reaksi. Hal ini disebabkan amonia di dalam air berada dalam dua
bentuk yaitu berupa ion amonium (NH4+) atau non-ion amonium (NH3)
(Handayani dan Widyastuti, 2009).

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan diperoleh data pada waktu 30,
40, 50, dan 60 menit. nilai akurasi sebesar 75,33%, 81,33%, 86,00%, dan
99,33%. dimana berdasarkan SNI 06-6989.30-2005 yang memenuhi range
akurasi hanya waktu 50 menit dan 60 menit, sehingga dapat disimpulkan
bahwa waktu sangat berpengaruh dalam pembentukan senyawa kompleks
indofenol blue.
B. Saran
Hasil penelitian hanya mencakup variabel-variabel yang terbatas, oleh karena
itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui metode yang efisien dan akurat
dalam penentuan kadar amonia metode fenat dengan spektrofotometer Uv-Vis.

23
.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi, 2004.


Ajeng R, Candrika, “Penyisihan Amoniak dari Air Limbah Melalui Kombinasi
Proses Membran dan Ozonasi Menggunakan Larutan Penyerap Bahan Alam:
Variasi Laju Sirkulasi Limbah”, Skripsi (2012): h. 7-8.
Basset, dkk. Vogel’s Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis Including
Elementary Instrumental Analysis. Terj. A. Hadyana P. Dan Ir. L. Setiono.
Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 1994.
Bintang, Maria. BIOKIMIA-Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Boyd, C. (1988). water quality in warmwater fish ponds. USA: fourth printing. Aum
University Agricultural Experiment.
Davis, M. a. (1991). Introduction to environmental Engineering.second edition.
New York: Mc-Graw-Hill.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Handayani, N. dan Widyastuti, N., 2009. Adsorpsi ammonium (NH4+) pada zeolit
berkarbon dan zeolit A yang disintesis dari abu dasar batu bara PT. Ipmomi
secara batch), Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Murti R.D., C. H. (2013). Adsorpsi Amonia Dari Limbah Cair Industri
Pernyamakan Kulit menggunakan Abu Terbang Bagas. Yogyakarta: Balai
Besar Kulit, Karet, dan Plastik.
Purwanto dan Farida Ernawati. “Metode Spektrofotometri UV-Vis untuk Pengujian
Kadar Silika dalam NAtrium Zirkonat”. Proseding seminar (2012): 56-62.
Rao, C. (1992). Environmental Pollution Control Engineering. New Delhi: wiley
eastern limited.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

24
Sastrohamidjojo, Hardjono. Dasar-Dasar spektroskopi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2013.
Sawyer, C. a. (1978). Chemistry for Environmental Engineering. tokyo:
SNI. (2005). Air Dan Air Limbah-bagian 30 : cara uji kadar amonia dengan
spektrofotometer secara fenat. Badan Standarisasi Nasional.
Sh, M. (2016, Mei). Makalah Analisa Kualitas Air.
STH, W. (1982). Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
prosiding: Training Analisis Dampak Lingkungan. PPLH-UNDP-PSL.
Widayat, Wahyu, Suprihatin dan Herlambang, arie, “Penyisishan Amoniak dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Air Baku PDAM-IPA Bojong Renged dengan
Proses Biofiltrasi Menggunakan Media Plastik Tipe Sarang Tawon”, Jurnal
JAI 6, no. 1 (2010): h. 65.

25
26
LAMPIRAN

A. Perhitungan
y = a + bx
ppm sampel pada waktu 30 menit
0,2479 = -0,0102 + 1,146.x
0,2479 + 0,0102
x = 1,146
0,2689
x =
1,146
x = 0,2252 ppm
ppm sampel pada waktu 40 menit
0,2691 = -0,0102 + 1,146.x
0,2691 + 0,0102
x =
1,146
0,2793
x =
1,146
x = 0,2437 ppm
ppm sampel pada waktu 50 menit
0,2857 = -0,0102 + 1,146.x
0,2857 + 0,0102
x = 1,146
0,2959
x =
1,146
x = 0,2582 ppm
ppm sampel pada waktu 60 menit
0,3311 = -0,0102 + 1,146.x
0,3311 + 0,0102
x =
1,146
0,3413
x =
1,146
x = 0,2978 ppm
B. PEREAKSI AMONIA

C. KURVA STANDARISASI
1. SEBELUM DITAMBAHKAN PEREAKSI
2. SETELAH DITAMBAHKAN PEREAKSI

D. PENGAMATAN SAMPEL 3 PPM


1. SEBELUM DITAMBAHKAN PEREAKSI

2. SETELAH DITAMBAHKAN PEREAKSI


Diagram Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi

0,3981 g NH4Cl

10 mL

1000 ppm

10 mL

100 ppm

10 mL

10 pppm

1 mL 2 mL 3 mL 4 mL 5 mL

0,1 ppm 0,2 ppm 0,3 ppm 0,4 ppm 0,5 ppm

+ 1 mL fenol
+ 1 mL nitroposid
+ 1 mL larutang pengoksid

didiamkan 60 menit

diukur pada panjang


gelombang 640 nm
Diagram Alir Analisa Amonia

10 pppm

25 mL 25 mL 25 mL 25 mL

8 sampel 8 sampel 8 sampel 8 sampel

+ 1 mL fenol
+ 1 mL nitroposid
+ 1 mL larutang pengoksid

Didiamkan Didiamkan Didiamkan Didiamkan


30 menit 40 menit 50 menit 60 menit

diukur pada panjang


gelombang 640 nm

Anda mungkin juga menyukai