Anda di halaman 1dari 26

MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE

UNDERWATER PHOTOGRAMMETRY MENGGUNAKAN


WAHANA REMOTELY OPERATED VEHICLE (ROV)

Disusun oleh:
Tio Noval Rizky 03311640000034 Teknik Geomatika

Mata Kuliah
MO184744 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu

Pengampu:
Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
berjudul “MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE UNDERWATER
PHOTOGRAMMETRY MENGGUNAKAN WAHANA REMOTELY OPERATED
VEHICLE (ROV)” semoga dapat memberi kontribusi nyata bagi setiap individu yang
membaca makalah ini. Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak.
Untuk itu, penulis sangat berterima kasih kepada:
1. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang senantiasa membantu, berdoa,
memotivasi, serta kasih sayang yang diberikan.
2. Bapak Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu pekan satu hingga pekan delapan
atas ilmu bermanfaat yang telah diberikan.
3. Bapak Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu pekan sembilan hingga pekan enam belas atas
ilmu bermanfaat yang telah diberikan.
4. Teman-teman mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu yang
telah memberikan semangat dalam tercapainya makalah ini.
5. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 31 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan....................................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat..................................................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 7
2.1. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan ........................................................................................ 7
2.2. Marine Conservation di Indonesia ........................................................................................... 7
2.3. Terumbu Karang ..................................................................................................................... 8
2.4. Monitoring Terumbu Karang ................................................................................................. 8
2.5. Remotely Operated Vehicle (ROV)........................................................................................... 9
2.6. Underwater Photogrammetry.................................................................................................. 10
BAB III METODOLOGI ................................................................................................................. 12
3.1. Lokasi Penelitian .................................................................................................................... 12
3.2. Data dan Peralatan ................................................................................................................ 12
3.2.1. Data .................................................................................................................................. 12
3.2.2. Peralatan .......................................................................................................................... 13
3.3. Metodologi Penelitian ............................................................................................................ 13
3.3.1. Akuisisi Data.................................................................................................................... 13
3.3.2. Pengolahan Data ............................................................................................................. 14
3.3.3. Analisa Hasil .................................................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN ANALISA ..................................................................................................... 18
4.1. Hasil Pemodelan Terumbu Karang ...................................................................................... 18
4.2. Analisa Kondisi Terumbu Karang ....................................................................................... 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................ 24
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................................. 24
5.2. Saran ....................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan tidak akan pernah
terlepas dari fungsi konservasinya. Bahkan konservasi telah diyakini sebagai upaya penting
yang mampu menyelamatkan potensi sumberdaya tetap tersedia dalam mewujudkan
perikehidupan lestari yang menyejahterakan. Paradigma dan Pengelolaan kawasan konservasi
perairan di Indonesia menapaki era baru sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 45 tahun
2009, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, serta Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014. Poin pertama, dalam
hal kewenangan pengelolaan kawasan konservasi, kini tidak lagi menjadi monopoli pemerintah
pusat melainkan sebagian telah terdesentralisasi menjadi kewajiban pemerintah daerah
sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut. Poin kedua, adalah pengelolaan kawasan
konservasi dengan sistem ZONASI, Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan diatur dengan
sistem ZONASI. Ada 4 (empat) pembagian zona yang dapat dikembangkan di dalam Kawasan
Konservasi Perairan, yakni: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan
zona lainnya.
Sebagian besar daerah di Indonesia adalah lautan. Di dalam lautan kaya akan sumber
daya alam, mulai dari ikan, anemon, terumbu karang, dan masih banyak lagi. Di Indonesia
memiliki jenis terumbu karang yang beragam, yang tersebar di lautan Indonesia. Menurut
penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) 35,15% kondisi terumbu karang rusak. Aktivitas manusia, perubahan iklim global, serta
hama dan penyakit merupakan penyebab utama penurunan kondisi terumbu karang (Nindita,
2016).
Untuk mengamati degradasi kualitas terumbu karang dalam mendukung
rehabilitasinya, dilakukan kegiatan penelitian dan monitoring terumbu karang dengan cara
menyelam. Tapi, hal tersebut mempunyai beberapa kelemahan. Pertama penyelam
membutuhkan biaya yang mahal untuk menyewa peralatan menyelam. Kedua, faktor
keselematan penyelam yang rendah di laut lepas. Ketiga, penyelam secara tidak sengaja dapat
menyenggol, merusak, dan mematahkan terumbu karang saat di dalam air (Wibisono, 2017).
Kemudian teknik pemetaan laut saat ini masih dilakukan dengan teknik akustik, di mana peta
tersebut kurang spesifik karena yang dihasilkanmerupakan peta topografi dasar laut tanpa
gambaran jelas terumbu karang. Dengan menggunakan metode underwater photogrammetry,
kita dapat melakukan monitorin dan pemetaan terumbu karang lebih baik daripada
menggunakan pemetaan akustik, karena kita bisa mendapatkan informasi topografi sekaligus
gambaran dari terumbu karang yang selanjutnya dianalisa kondisinya (Wibisono, 2017).
Teknologi fotogrametri dengan metode Structure from Motion (SfM) adalah
perkembangan dari computer vision dimana mengkombinasikan bidang ilmu matematis
dengan teknik sehingga diperoleh model 3 dimensi dan penampakan objek secara visual (Paul,
1993). Aplikasi dari fotogrametri sendiri mulai berkembang, salah satu dari penerapaannya
adalah pemetaan dari fitur dasar laut seperti kapal karam dan terumbu karang. Dengan metode
SfM, terumbu karang dapat digambarkan kenampakanmya dalam tiga dimensi, sehingga
mampu menyediakan citra bawah air dengan resolusi tinggi yang bisa diolah lebih lanjut untuk
berbagai keperluan.
Dengan menggunakan wahana ROV yang dilengkapi kamera, kegiatan underwater
photogrammetry dapat dilakukan tanpa harus memiliki keahlian dalam menyelam, kita dapat
mengendalikan ROV dari atas kapal untuk melakukan pemetaan terumbu karang.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan diselesaikan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan monitoring terumbu karang dengan teknik underwater
photogrammetry dengan wahana ROV?
2. Bagaimana hasil model 3 dimensi dan peta terumbu karang yang dihasilkan dari
teknik underwater photogrammetry menggunakan wahana ROV?

1.3. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan monitoring terumbu karang dengan teknik underwater photogrammetry
dengan wahana ROV.
2. Mengetahui hasil model 3 dimensi dan peta terumbu karang yang dihasilkan dari
teknik underwater photogrammetry menggunakan wahana ROV.
3. Mengetahui potensi underwater photogrammetry dalam menjaga sustaunability
dari wilayah pesisir dan laut.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat penelitian dalam makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi spasial 3 dimensi dari kondisi terumbu karang yang
dimonitoring.
2. Dari model 3 dimensi dan peta terumbu karang yang dihasilkan, dapat dilakukan
berbagai analisa untuk mengetahui kondisi terumbu karang.
3. Dari hasil analisa kondisi terumbu karang dapat dijadikan acuan dan persiapan
dalam rehabilitasi terumbu karang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan tidak akan pernah
terlepas dari fungsi konservasinya. Bahkan konservasi telah diyakini sebagai upaya penting
yang mampu menyelamatkan potensi sumberdaya tetap tersedia dalam mewujudkan
perikehidupan lestari yang menyejahterakan. Pengelolaan secara efektif kawasan konservasi
perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi biru akan
mampu memberikan jaminan dalam efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam, sebagai sumber
yang efektif menyokong pemanfaatan lain secara ramah lingkungan, serta dapat menumbuhkan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. “Konservasi telah menjadi tuntutan dan kebutuhan
yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan
untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan”.
Tujuan utama pengelolaan kawasan konservasi adalah pengelolaan efektif melalui
pengelolaan berdasarkan sistem zonasi yang dapat dilakukan berbagai upaya pengelolaan
sumberdaya kawasan maupun pengelolaan sosial budaya dan ekonomi yang keduanya
memberikan umpan balik terhadap penguatan kelembagaan dan tatakelola kawasan konservasi.
Upaya-upaya tersebut sedikitnya dapat melalui tiga strategi pengelolaan, yaitu:
1. Melestarikan lingkungannya, melalui berbagai program konservasi,
2. menjadikan kawasan konservasi sebagai penggerak ekonomi, diantaranya melalui
program perikanan budidaya ramah lingkungan, penangkapan ikan ramah
lingkungan, pariwisata alam perairan dan pendanaan mandiri yang berkelanjutan,
dan
3. pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk tanggungjawab sosial yang
mensejahterakan masyarakat.

2.2. Marine Conservation di Indonesia


Konservasi laut, juga dikenal sebagai konservasi sumber daya laut, adalah perlindungan
dan pelestarian ekosistem di lautan dan laut. Konservasi laut berfokus pada membatasi
kerusakan yang disebabkan manusia pada ekosistem laut, dan memulihkan ekosistem laut yang
rusak. Konservasi laut juga berfokus pada pelestarian spesies laut yang rentan. Diatur dalam
PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang konservasi Sumber Daya Ikan (SDI), bahwa pengelolaan
kawasan konservasi perairan berpijak pada dua paradigma baru. Yaitu pengelolaan kawasan
konservasi perairan diatur dengan sistem zonasi dan perubahan kewenangan pemerintah pusat
menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan kawasan konservasi yang berada di
wilayahnya.

2.3. Terumbu Karang


Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki peran utama
sebagai habitat tempat pencari makan, asupan, dan pembesaran bagi para biota laut yang hidup
bergantung pada keberadaan terumbu karang. Menurut penelitian yang dilakukan Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap 108 lokasi dan
1.064 stasiun di seluruh perairan Indonesia. Sekitar 6,39% terumbu karang masih dalam
kondisi sangat baik dan 23,40% berstatus baik. Sisanya, yakni 35,06% berstatus kondisi cukup
dan 35,15% kondisi jelek. Aktivitas manusia, perubahan iklim global, serta hama dan penyakit
merupakan penyebab utama penurunan kondisi terumbu karang (Nindita, 2016).

Gambar 1. Terumbu Karang

2.4. Monitoring Terumbu Karang


Dalam monitoring terumbu karang, metode yang sering digunakan merupakan metode
LIT (life form transects) yang dapat dilihat pada Gambar 2. LIT (life form transects) merupakan
studi monitoring tutupan karang, dalam metode LIT, penggolongan life form lebih didasarkan
pada jenis dan bentuk umumnya. Data hasil LIT dapat menghasilkan data keanekaragaman
jenis dari karang keras (dan juga biota/substrat lainnya) yang ditemukan pada garis transek.
Terdapat kelemahan dari metode ini yakni dalam melakukan pengamatan metode LIT
diperlukan seorang yang memiliki kemampuan menyelam dan kemampuan dalam analisa
terumbu karang, Karena kebanyakan kemampuan dari yang dimiliki pengamat hanya sebatas
dapat berenang tanpa mampu menganalisa terumbu karang dengan waktu yang yang realtif
singkat (Hill dan Wilkinson 2004).

Gambar 2. Monitoring Metode LIT

2.5. Remotely Operated Vehicle (ROV)


ROV (Remotely Operated Vehicle) merupakan salah satu jenis robot bawah air yang
tergolong ke dalam tipe robot mobile dengan pengaplikasian ditujukan untuk melakukan
kegiatan bawah air. Dalam pengoperasiannya ROV dapat dikendalikan oleh operator karena
didukung oleh perangkat kendali (remote control). Pilot atau operator bekerja dari tempat yang
jauh tetapi mempertahankan kendali vehicle (ROV itu sendiri). ROV digunakan terutama
dalam operasi minyak dan gas lepas pantai untuk berbagai pemeriksaan dan tugas manipulasi,
serta telah banyak menggantikan para penyelam di berbagai pekerjaan industri. ROV juga
banyak digunakan untuk peletakkan kabel bawah laut, dan pengembangan lepas pantai serta
bergerak ke perairan yang lebih dalam, ROV akan semakin dibutuhkan.
Secara sederhana, sebuah ROV adalah kamera yang dipasang di kerangka atau bodi
yang tahan air, dengan pendorong untuk bermanuver, yang terhubung pada kabel ke atas
permukaan di mana sinyal video ditransmisikan (Hollanda, 2012).
Gambar 3. Remotely Operated Vehicle

2.6. Underwater Photogrammetry

Gambar 4. Underwater Photogrammetry

Underwater Photogrammetry atau fotogrametri bawah air adalah pengembangan dari


fotogrametri yang telah ada, dimana penerapan fotogrametri yang mulai merambah pada
eksplorasi bawah laut dengan kebutuhan resolusi yang lebih tinggi. Dalam penggunaan
fotogrametri bawah baik pada perairan dangkal maupun laut dalam memiliki tantangan pada
optical environment dan water ripple reflections, penyerapan cahaya dan turbiditas.
Underwater Photogrammetry memiliki hambatan, dimana memiliki cakupan lebih dekat,
biasanya jarak yang diberikan dalam beberapa meter. Kunci dari parameter dari metode ini
adalah pada desain jaring dan akusisi, seperti ground sample distance (GSD), baseline, image
overlap, expected accuracy, nominal focal length, sensor resolution, aperture value, depth of
field, dan sebagainya (Menna dkk. 2016).
Pada umumnya, pemanfaatan metode underwater photogrammetry difungsikan untuk
melakukan rekonstruksi situs bawah air, rekonstruksi bangkai kapal atau pesawat, maupun
monitoring terumbu karang.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini mengambil studi kasus di perairan Pulau Parang, Kepulauan
Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pada koordinat 5 045’21,3” LS,
110014’21,6” BT. Perairan yang disurvei memiliki kedalaman rata-rata 4 meter.

Gambar 5. Lokasi Penelitian

3.2. Data dan Peralatan


3.2.1. Data
Data yang digunakan dalam makalah ini meliputi:
a. Data foto terumbu karang hasil underwater photogrammetry menggunakan
wahana ROV
3.2.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam makalah ini meliputi
b. Perangkat Keras
• ROV KASERO
• Kamera GoPro Hero 4 Silver
• Perahu
• Diesel
• Laptop
c. Perangkat Lunak
• Agisoft Photoscan
• Microsoft Office

3.3. Metodologi Penelitian


3.3.1. Akuisisi Data
Akuisisi data dilakukan di perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimun Jawa,
Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Akusisi data foto terumbu karang dengan
teknik underwater photogrammetry dilakukan dengan menggunakan wahana ROV
KASERO yang telah dilengkapi dengan kamera GoPro Hero 4 Silver. ROV KASERO
memiliki 4 motor penggerak yang dapat dikendalikan maju mundur, belok kanan kiri,
dan naik turun, ROV KASERO terhubung dengan kabel sepanjang 10 meter dengan
sistem konrol yang ada di atas permukaan air.

Gambar 6. KASERO dan Sistem Kontrolnya


ROV KASERO juga dilengkapi dengan kamera untuk navigasi yang terhubung
dengan monitor pada komponen kontrol. Daya dari ROV KASERO berasal dari listrik
yang dihasilkan diesel yang dikonversi menggunakan konverter AC ke DC 12V. Data
foto kemudian digunakan untuk menghasilkan model 3 dimensi terumbu karang dan
peta terumbu karang.

Gambar 7. Akuisisi Data

3.3.2. Pengolahan Data


Data foto yang dihasilkan pada tahap akuisisi sejumlah 46 foto. Selanjutnya
akan diolah dengan metode SfM menggunakan perangkat lunak Agisoft PhotoScan.

Gambar 8. Foto Hasil Akuisisi

Langkah pertama, kita masukkan foto-foto terumbu karang tadi ke dalam


Agisoft, setelah itu klik Align Photo untuk membentuk point cloud dan mengetahui
track dari ROV.
Gambar 9. Lajur ROV saat Akuisisi Data

Setelah itu, lanjutkan ke tahap membangun Dense Cloud, yang merupakan


kumpulan titik-titik dengan kerapatan tinggi yang merupakan dasar dari pembentukan
model 3D dari terumbu karang.

Gambar 10. Hasil Build Dense Cloud

Langkah selanjutnya adalah membuat Mesh, yaitu model 3D yang belum


mempunyai tekstur dan warna dari terumbu karang.
Gambar 11. Hasil Build Mesh

Kemudian bentuk model 3D yang sudah memiliki tekstur dan warna.

Gambar 12. Hasil Build Texture

Setelah itu, buat ortofoto atau citra foto tegak yang dapat digunakan untuk
membuat peta terumbu karang
Gambar 13. Hasil Build Orthphoto

3.3.3. Analisa Hasil


Setelah melakukan menghasilkan model 3 dimensi dan citra foto tegak dari
terumbu karang. Dari hasil tersebut, akan dilakukan analisa kondisi terumbu karang.
Analisa terumbu karang dilakukan berdasarkan dari buku Teknik Pengukuran dan
Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Oleh Amrullah Saleh, S.Si.

Gambar 14. Teknik Pengukuran dan Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1. Hasil Pemodelan Terumbu Karang
Pengolahan data dengan proses orientasi foto dengan menggunakan 46 foto, dengan
overlap 60% menghasilkan model 3 dimensi dan citra foto tegak sebagai berikut:

Gambar 15. Hasil Pemodelan Tiga Dimensi Terumbu Karang

Gambar 16. Citra Foto Tegak


Dari hasil tersebut, didapati beberapa poin analisa, yaitu:
1. Karena dalam penelitian ini ROV tidak dilengkapi sistem navigasi khusus dasar laut
(karena sinyal GPS tidak bisa masuk ke dalam air), maka citra foto tegak hanya
memiliki kooridnat lokal dan tidak terikat dengan bumi.

Gambar 17. Sistem Koordinat Lokal

2. Model 3D yang terbentuk banyak mengalami distorsi, hal ini juga berkaitan tidak
adanya sistem koordinat dan titik kontrol untuk uji geometrik model 3D terumbu
karang.

Gambar 18. Distorsi pada Model 3D

3. Model 3D dan citra foto tegak yang telah dihasilkan memiliki resolusi spasial
yang mencapai ukuran pixel 0,01×0,01 px. serta memiliki kualitas warna dan
kecerahan yang bagus, sehingga dapat digunakan untuk intepretasi kondisi
terumbu karang.

Gambar 19. Resolusi Spasial Model 3D


4.2. Analisa Kondisi Terumbu Karang
Dari hasil intepretasi model 3D, didapatkan kondisi terumbu karang sebagai berikut:

Gambar 20. Klasifikasi Jenis Terumbu Karang

a. Garis Hijau
Merupakan jenis karang Acropora Digitate (ACD), yang termasuk karang
keras. Menempati urutan ketiga karang terbanyak di lokasi survei.

Gambar 21. Karang ACD


Gambar 22. Karang ACD pada Model 3D

Dari intepretasi model 3D, dapat dilihat bahwa sebagian besar karang ACD
di area survei sudah mengalami pemutihan, hal tersebut ditunjukkan dengan
memudarnya warna kuning karang ACD.

b. Garis Merah
Merupakan jenis Karang Meja, atau Acropora Tabulate (ACT) yang
merupakan karang keras. Menempati urutan kedua jenis karang terbanyak di lokasi
survei.

Gambar 23. Karang ACT\


Gambar 24. Karang ACT pada Model 3D

Dari intepretasi model 3D, dapat dilihat bahwa sebagian besar karang ACT
di area survei masih dalam kondisi yang bagus, yang dapat dilihat dari warnanya
yang sebagian besar masih kecokelatan, akan tetapi ada juga yang mulai mengalami
pemutihan di bagian pinggir-pinggir karang.

Gambar 25. Pemutihan Tahap Awal Karang ACT


c. Garis Kuning
Merupakan jenis Karang Bercabang, atau Acropora Branching (ACB) yang
merupakan karang keras. Menempati urutan pertama jenis karang terbanyak di
lokasi survei.

Gambar 26. Karang ACB

Gambar 27. Karang ACB pada Model 3D

Dari intepretasi model 3D, dapat dilihat bahwa sebagian besar karang ACB
di area survei sudah mengalami pemutihan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, berikut adalah
kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini:
− Pemetaan terumbu karang dengan teknik underwater photogrammetry
menggunakan wahana ROV KASERO yang dilakukan pada penelitian ini
menghasilkan model 3D dan citra foto tegak berkoordinat lokal, dengan resolusi
spasial 0,01 pixel, dan terjadi distorsi model 3D pada pinggiran model.
− Jenis dan kondisi terumbu karang pada lokasi survei adalah sebagai berikut:
• Karang Acropora branching mendominasi sebagian besar area survei, dan
banyak yang menalami pemutihan.
• Karang Acropora tabulate menduduki peringkat dua dalam dominasi area
survei, dan sebagian besar masih dalam kondisi yang bagus.
• Karang Acropora digitate menduduki peringkat terakhir dominasi area suvei,
karena jumlahnya yang cukup sedikit. Sebagian besar karang ACD di area
survei mengalami pemutihan.

5.2. Saran
Metode Underwater Photogrammetry dapat digunakan untuk memonitor terumbu
karang sehingga populasi dan kondisi kesehatan dari terumbu karang dapat terus dijaga. Salah
satu peran Building with Nature yang dapat diimplementasikan yaitu dengan menjaga
kestabilan kesehatan terumbu karang makan ekosistem yang terbentuk di wilayah sekitarnya
akan tetap terjaga dan dapat memberikan manfaat kepada lingkungan sekitarnya baik manusia,
hewan, tumbuhan, maupun organisme lain.
DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, Azizie. 2009. Development of Remotely Operated Vehicle (ROV) for


Underwater Exploration. Pahang: Universitas Malaysia Pahang
Hill, J., dan Wilkinson, C. 2004. “In Method for Ecological Monitoring of Coral Reefs”. 39.
Los Angeles: Australian Institute of Marine Science.
Kusuma, Hollanda Arief. 2012. Rancang Bangun Mini Remotely Operated Vehicle (ROV)
Untuk Eksplorasi Bawah Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Menna, F., Nocerino, E., Fassi, F., dan Remondino, F. 2016. "Geometric and Optic
Characterization of a Hemispherical Dome Port for Underwater Photogrammetry".
Sensors: 1648.
Rahmania, Nindita Ayu. 2016. Transplantasi dan Inspeksi Terumbu Karang Menggunakan
Metode Conblok di Wilayah Perairan Pulau Pramuka. Surabaya: Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga
Sukmara, Asep. 2002. Panduan Pemantauan Terumbu Karang. New York: Departemen
Kelautan dan Perikanan Universitas Rhode Island
Wibisono, Andreas Catur. 2017. Aplikasi Underwater Photogrammetry Untuk Pemetaan Coral
Reef Coverage (Studi Kasus : Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur). Surabaya:
Departemen Teknik Geomatika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Wolf, Paul R. 1993. Elemen Fotogrametri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai