ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga dapat terselesaikan kegiatan dan laporan praktek kerja lapangan
dengan judul “Kajian Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit di PT. Sahabat
Mewah dan Makmur, Belitung, Bangka Belitung”. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang
terang bagi keluarga, sahabat serta umatnya.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat
menyelesaikan mata kuliah praktek kerja lapangan. Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini disusun sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di
Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga. Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini
bermanfaat sesuai dengan tujuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Demikian laporan ini penulis buat, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dengan baik.
Dalam pelaksanaan penulis laporan praktek kerja ini, penulis mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Rahim Maulana dan Ibu Nunik
Maharani Maulana, yang dengan senantiasa memberi doa serta dukungan
moral maupun material.
2. Bapak Dr. Sucipto Hariyanto, DEA. selaku Ketua Departemen Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Bapak Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, S.T., DEA. selaku Koordinator Program
Studi S-1 Teknik Lingkungan.
4. Bapak Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T. selaku Koordinator Praktek Kerja
Lapangan.
5. Ibu Dwi Ratri Mitha Isnadina, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi dalam pelaksanaan PKL dan
penyusunan laporan.
6. Bapak Juli Wankara Purba, selaku general manager PT. Sahabat Mewah dan
Makmur, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melakukan PKL
di perusahaan.
7. Bapak Binenson Pasaribu, selaku koordinator EHS PT. Sahabat Mewah dan
Makmur, yang telah memberikan masukan terkait proses PKL.
8. Mba Lintang Noor Fitria, S.T selaku pembimbing lapangan praktek kerja di
PT. Sahabat Mewah dan Makmur yang telah memberikan banyak bantuan,
bimbingan dan nasihat kepada penulis.
9. Ledy Theresia yang telah menemani masa PKL dan memberi dukungan moral.
10. Teman-teman Teknik Lingkungan Universitas Airlangga 2016 yang selalu
memberi semangat dan dukungan
11. Segenap pihak yang turut membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek kerja lapangan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang
membangun untuk penyempurnaan isi dan penyajian di masa yang akan datang.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi yang berarti, baik
informasi maupun wawasan kepada semua pembaca.
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel area statement PT Sahabat Mewah dan Makmur ...........................5
Tabel 2.2 Tabel Data Batas Wilayah Kebun PT Sahabat Mewah & Makmur ........6
Tabel 2.3 Komposisi kimia limbah cair kelapa sawit .............................................15
Tabel 2.4 Komponen penyusunan biogas ................................................................18
Tabel 4.1 Karakteristik POME Sebelum Perlakuan PT. SMM ..............................26
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kualitas POME PT. SMM Pada Bulan
April-Juni 2019 .........................................................................................35
Tabel 4.3 Jumlah Emisi CH Tertangkap ..................................................................39
4
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis yang bergerak pada
tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri kelapa sawit biasa
digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika
dan industri sabun. Perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat,
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal tersebut disebabkan oleh
bobot limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah,
baik, limbah dapat memberikan dampak positif terhadap produksi Tandan Buah
Segar (TBS) kelapa sawit karena mengandung unsur hara yang cukup tinggi (Irvan,
2009).
Limbah padat yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berupa Tandan
Kosong (TKS) yang jumlahnya sekitar 23% per ton Tandan Buah Segar (TBS)
Potensi TKS sebagai pupuk berkaitan dengan materi TKS yang merupakan bahan
1
2
organik dengan kandungan hara cukup tinggi. Limbah cair pabrik kelapa sawit yang
dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai kandungan
bahan organik yang tinggi. Limbah POME memiliki kandungan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg. Aplikasi limbah POME
PT. Sahabat Mewah dan Makmur (SMM) merupakan industri kelapa sawit
terkemuka di Indonesia dengan tingkat produksi sebanyak 786.104 ton pada tahun
2018. PT. SMM merupakan salah satu perusahaan yang telah meraih PROPER
hijau dengan nilai tertinggi untuk perusahaan kelapa sawit pada tahun 2018. Hingga
saat ini 100% limbah POME yang dihasilkan PT. SMM telah digunakan sebagai
aplikasi lahan dan bakteri aktivator setelah melalui proses anaerobik. POME yang
memilih PT SMM sebagai instansi tujuan untuk praktek kerja lapangan kami yang
cocok dengan kompetensi keilmuan kami. Praktek kerja lapangan ini dilakukan
serta mengkaji pengelolaan limbah cair kelapa sawit yang menggunakan sistem
zero waste management. Selain itu, hasil praktek kerja lapangan juga dapat menjadi
Rumusan masalah pada Kajian Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit di PT.
1. Unit apa saja yang digunakan untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit dari
2. Apakah nilai effluent limbah cair kelapa sawit pada kegiatan industri di PT.
3. Berapa besar emisi gas metan yang tertangkap untuk dimanfaatkan menjadi
biogas?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Kajian Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit di PT. Sahabat
1. Mengetahui unit pengolahan limbah cair kelapa sawit dari kegiatan industri di
2. Mengetahui kesesuaian nilai effluent limbah cair kelapa sawit pada kegiatan
3. Mengetahui besar nilai emisi gas metan yang tertangkap untuk dimanfaatkan
menjadi biogas.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT. Sahabat Mewah dan
Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat melihat kondisi nyata dalam dunia industri dan dapat
maksimal.
serta mengantisipasi suatu masalah dengan mengacu pada materi teoritis dari
dan inovatif.
Bagi Perusahaan
1. Hasil analisis yang dihasilkan dari proses pratik kerja lapangan diharapkan
dapat menjadi masukan bagi PT. Sahabat Mewah dan Makmur mengenai
PT. Sahabat Mewah dan Makmur merupakan anak perusahaan dari PT.
Austindo Nusantara Jaya Tbk. yang diakuisisi pada tahun 2003 dan berlokasi di
yang beroperasi dalam bidang perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahan
menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel). Penanaman
pertama dilakukan pada tahun 1990 dan berkembang secara bertahap. Area kebun
PT Sahabat Mewah & Makmur tercantum dalam Tabel 2.1 (Anonim, 2019).
5
6
PT Sahabat Mewah & Makmur terletak di 3 04’ 43,4” Lintang Selatan dan 107
o o
Tabel 2.2 Tabel Data Batas Wilayah Kebun PT Sahabat Mewah & Makmur
Estate Perbatasan Desa Kecamatan
Jangkang Estate Air Asam dan Air Nangka Dendang
Balok Estate Air Nangka dan Dendang Dendang
Ladang Jaya Estate Jangkang dan Air Asam Dendang
Sari Bunga Estate Nyuruk Dendang
Air Ruak Estate Simpang Tiga dan Renggiang Renggiang
Sumber: Data Perusahaan, 2019
km dengan waktu 1 jam perjalanan darat. Akses yang dilalui merupakan aspal
melalui jalan tanah kebun yang terletak di Desa Jangkang, 1 km dari jalan utama
kecamatan. Peta situasi perkebunan kelapa sawit PT Sahabat Mewah & Makmur
digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang sesuai mekanisme yang
berlaku. Hubungan kerja pola instruksi juga berlaku untuk seluruh Manager kepada
anggotanya. Struktur organisasi PT Sahabat Mewah dan Makmur dapat dilihat pada
8
9
Pabrik kelapa sawit PT. SMM menghasilkan dua produk yaitu minyak kelapa
sawit (CPO) dan kernel (KPO). Uraian proses dalam pabrik dikenal dengan istilah
section yang disebut stasiun, yang dapat dilihat pada gambar 2.3 (Anonim, 2019).
Gambar 2.3 Flowchart produksi minyak kelapa sawit dan kernel PT. SMM
(Sumber: Data Perusahaan, 2019)
1. Stasiun Timbangan
Alat transportasi tandan buah segar (TBS) berupa truk, ditimbang terlebih
dahulu pada tahap ini. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat dari TBS
Stasiun ini merupakan tempat penuangan TBS dari truk sebelum diproses.
Loading ramp berfungsi sebagai tempat melakukan sortasi untuk melihat kualitas
TBS yang dikirim dari kebun ke pabrik. TBS yang masuk berasal dari kebun inti,
mitra dan eksternal. Sistem perlakuan yang dilakukan adalah First In First Out.
Maksud dari sistem FIFO adalah buah yang pertama kali masuk ke loading ramp
TBS yang telah masuk ke dalam lori kemudian diteruskan ke stasiun perebusan.
Perebusan merupakan proses awal yang terjadi dalam pabrik dan menjadi faktor
penting untuk hasil minyak kelapa sawit yang diolah. Stasiun rebusan berfungsi
jumlah minyak yang dihasilkan. Perebusan menggunakan steam yang berasal dari
boiler dalam pabrik dan bekerja pada tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dengan
menggunakan sistem triple peak selama 90 menit. Proses ini akan menghasilkan air
kondensat sebagai sisa dari proses. Tujuan perebusan adalah sebagai berikut:
c) Mengurangi kadar air dalam buah segar sehingga hasil minyak bisa lebih
maksimal
e) Mengurangi kadar air pada nut sehingga memudahkan kernel lekang dari
cangkang dan dapat meningkatkan efisiensi pada proses pemecahan biji ripple
mill.
4. Stasiun Thresher
Stasiun ini adalah tempat pemisahan brondolan dari tandan yang kemudian
brondolan akan masuk ke fruit elevator yang selanjutnya akan diolah. Tandan yang
sudah kosong akan dibuang ke conveyor yang akan dimanfaatkan 100% sebagai
auto feeder
b) Auto feeder berfungsi untuk mengatur pemasukkan TBS yang telah matang ke
5. Stasiun Press
Brondolan kemudian dilumatkan pada alat digester, hal ini bertujuan agar
sawit dari buah yang telah diaduk, dilakukan dalam proses pressing. Hal yang harus
dengan cara ini adalah dengan menekan bahan lumatan (fruit) dalam press cake
12
menggunakan ulir yang berputar (double worm screw) sehingga minyak akan
6. Stasiun Klarifikasi
Proses pemisahan minyak dari kandungan air dan lumpur serta kotoran lainnya
merupakan faktor yang akan menentukan kualitas dari hasil pengolahan. Stasiun ini
bertujuan untuk memisahkan minyak dari sludge dan air sehingga didapatkan hasil
minyak yang murni dan bersih dengan oil losses yang minimal. Pengutipan minyak
kembali secara maksimal juga dilakukan berulang kali hingga sebisa mungkin
minyak yang diambil sudah maksimal. Stasiun ini terdiri dari beberapa alat yaitu
sebagai berikut.
a) Sand trap tank berfungsi untuk memisahkan pasir yang ada dalam minyak
kasar atau mentah yang berasal dari screw press sebelum masuk ke crude oil
tersisa seperti pasir, serabut dan bahan kotor lainnya. Minyak akan ditampung
d) Continuous settling tank (CST) berfungsi untuk memisahkan minyak, air, dan
e) Sludge Tank berfungsi untuk menampung campuran air dan lumpur yang
diterima dari CST. Campuran dari ini bisa dikutip kembali di recovery tank dan
f) Pure Oil Tank adalah tangki penampungan minyak sementara hasil pemisahan
minyak dari CST. Alat ini berfungsi untuk memanaskan dan memisahkan dari
kandungan TDS.
kadar kotoran dapat diproduksi < 0,02% dan mengurangi kadar air yang
dalam minyak dengan cara penguapan hampa pada ruang vacuum ± 760
i) Recovery Tank berfungsi untuk mengutip minyak yang masih ada pada air
dikutip kembali dari recovery tank dan alat proses lain yang menyisakan
minyak.
7. Stasiun Kernel
Serabut dan nut yang dihasilkan dari stasiun press diolah pada stasiun ini.
Stasiun ini berfungsi untuk memisahkan cangkang dari kernel untuk menghasilkan
kernel/inti sawit yang sesuai dengan mutu yang ingin dicapai. Nut dan serabut yang
14
masih bercampur akan dipecah menggunakan cake brake conveyor yang kemudian
akan diteruskan ke depericaper untuk proses pemisahan biji dan serabut. Serabut
kemudian akan diproses sebagai bahan bakar boiler, sedangkan biji akan diproses
menjadi kernel/inti sawit. Kernel lalu akan dijual ke pelanggan perusahaan untuk
8. Stasiun Boiler
Boiler adalah suatu alat yang dibuat untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi
yang akan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan sterelizer untuk proses
produksi. Uap yang dihasilkan merupakan hasil pemanasan air di ruang bakar.
Limbah cair pabrik kelapa sawit yang juga dikenal dengan Palm Oil Mill
Effluent (POME) merupakan hasil samping dari pengolahan tandan buah segar
kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar. POME adalah air limbah industri minyak
kelapa sawit yang merupakan salah satu limbah agroindustri yang menyebabkan
polusi terbesar. Limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya akan
Limbah cair berasal dari beberapa proses pengolahan kelapa sawit, antara lain
air hasil perebusan (10-15%) dan air drab (lumpur) (±35%). Limbah kelapa sawit
mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Tingginya bahan organik tersebut
degradasi bahan organik yang lebih besar. Menurut pengamatan yang telah
15
dilakukan oleh beberapa pabrik kelapa sawit dapat dikatakan bahwa limbah sawit
yang dibuang langsung ke sungai akan mempengaruhi kualitas air (Naibaho, 1998).
Komposisi kimia limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit yang lazim digunakan di
kolam. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair
pada unit pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa
membutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat
menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang
Pengolahan tandan buah segar menghasilkan dua bentuk limbah cair, yaitu air
kondensat dan effluent. Air kondensat biasa digunakan sebagai umpan boiler untuk
Limbah cair pabrik kelapa sawit dihasilkan dari tiga tahap proses, yaitu (Anonim,
2006):
tandannya, mengurangi kadar air dan untuk inaktivasi enzim lipase dan
oksidase.
b) Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian
lainnya.
diturunkan suhunya dari 70-80 °C menjadi 40-45 °C melalui menara atau bak
pendingin.
3. Kolam Pengasaman
Limbah cair dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan
limbah cair dalam kolam pengasaman ini selama lima hari. Kemudian sebelum
17
Pada proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik
untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam
dan gas. Waktu penahanan hidrolisis dalam kolam ini mencapai 40 hari.
hektar untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah
segar/jam.
6. Kolam Pengendapan
terdapat dalam limbah cair. Waktu penahanan hidrolisis limbah dalam kolam
ini berkisar dua hari. Kolam ini biasanya merupakan pengolahan terakhir
sebelum limbah dialirkan ke badan air dan diharapkan pada kolam ini limbah
Darnoko, 1992). Limbah cair industri pengolahan kelapa sawit memiliki potensi
tinggi. Hasil penelitian komposisi limbah menyebutkan bahwa 76% BOD berasal
18
dari padatan tersuspensi dan hanya 22,4% dari padatan terlarut. Jumlah padatan
2.4 Biogas
menurunkan kadar zat organik limbah cair kelapa sawit (POME) pada kondisi
ananerob (tanpa oksigen). Biogas berada pada campuran gas-gas dari biomassa
tanpa oksigen. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan dalam skala besar, dan dapat
energi alternatif yang ramah lingkungan. Biogas dapat dikategorikan sebagai solusi
perencanaan energi terbarukan yang cukup baik dalam mengurangi emisi gas rumah
kaca (Siallagan, 2010). Komponen dari biogas dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 menunjukkan biogas secara rata-rata terdiri dari 50 sampai 75 persen
19
gas CH4 (metana), 25 sampai 45 persen gas CO2 (karbon dioksida) dan sejumlah
kecil gas lainnya. Biogas memiliki sifat tidak berbau dan tidak berwarna yang
apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG dengan
nilai kalor gas metana adalah sebesar 20 MJ/m3. Dalam skala besar, biogas dapat
residu kaya nutrisi yang cocok untuk digunakan sebagai pupuk. Limbah organik
berfungsi sebagai substrat atau media tumbuh organisme. Setiap zat organik yang
bisa didegradasi secara biologis dapat berfungsi sebagai bahan untuk menghasilkan
biogas. Biogas adalah energi bersih dan terbarukan yang dapat dijadikan alternatif
dari sumber energi konvesional yang dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan
dan meningkatkan laju penipisan energi dalam waktu yang lama. Biogas adalah gas
yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses anaerobik pada temperatur rendah
Praktek kerja lapangan ini merupakan kegiatan studi lapangan yang berkaitan
dengan keilmuan Teknik Lingkungan yang mencakup pada pengelolaan limbah cair
kelapa sawit.
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
Kerangka kerja dari praktek kerja lapangan disajikan dalam bentuk bagan pada
Gambar 3.1.
20
21
Ide praktek kerja lapangan ini adalah kajian pengelolaan limbah cair kelapa
sawit PT. Sahabat Mewah dan Makmur. PT. Sahabat Mewah dan Makmur
dari adanya limbah dari kegiatan produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
dapat dimanfaatkan untuk proses produksi kembali sebagai bentuk zero waste
management.
yang dikaji dan harus relevan. Kepustakaan yang digunakan yaitu tentang gambaran
22
industri kelapa sawit khususnya PT. Sahabat Mewah dan Makmur, sistem
secara umum PT. Sahabat Mewah dan Makmur. Tujuan dari langkah ini untuk
memudahkan adaptasi terhadap bidang yang dituju yaitu berupa kinerja lingkungan
ini. Data digunakan untuk penyusunan laporan dan bukti telah melakukan studi di
perusahaan yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder yang relevan dengan bidang yang dikaji dalam studi literatur, meliputi
Analisis hasil kajian pada pengolahan limbah cair kelapa sawit disesuaikan
dengan ketentuan dan pengarahan yang berlaku di PT SMM, serta mengacu pada
Kegiatan ini dilakukan untuk melaporkan hasil analisis kajian pada praktek
(SMM) ini difokuskan pada kajian pengelolaan limbah cair. Limbah cair yang
kemudian disebut sebagai palm oil mill effluent (POME), dikelola untuk dijadikan
tiga byproduct yaitu sebagai biogas, land application dan bahan campuran untuk
pencemar yang tinggi berkurang dan telah sesuai dengan kebutuhan masing-masing
byproduct. Konsentrasi bahan pencemar yang tinggi dari POME dapat berkurang
karena adanya instalasai pengolahan air limbah yang berupa sistem kolam.
POME dari pabrik kelapa sawit PT. SMM berasal dari stasiun perebusan yang
berupa air kondensat, air cucian lantai stasiun perebusan, lumpur dari hasil
pemisahan di stasiun klarifikasi dan air kapur dari claybath. POME yang dihasilkan
tidak semuanya diolah secara bersamaan. Air kapur tidak mengalami proses
pengolahan dari awal, sedangkan POME lainnya yang akan diolah adalah POME
campuran yang masuk ke dalam fat pit. POME tersebut dilakukan pengolahan agar
dapat menurunkan nilai beban pencemar yang terkandung. Skema kerja unit proses
23
24
Air Kondensat
Sterilisasi Bak Kondensat
Oil Recovery
Thresher Tank
Dilusi
Digester
Press
Vibrating screen
Sludge
Stasiun Klarifikasi
Minyak
Sludge Tank Oil purifier
tandannya, mengurangi kadar air dan untuk menginaktivasi enzim lipase yang
berpengaruh pada kandungan asam lemak bebas. Proses ini memerlukan steam
dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm yang berasal dari boiler dan akan
2
25
dialirkan ke bak kondensat. Dari bak kondensat, sebagian kecil air kondensat
minyak yang terlalu kental. Hal tersebut juga agar dapat membantu minyak
oil recovery tank melalui pipa. Proses yang terjadi dalam tangki oil recovery
adalah pengutipan minyak kembali dari campuran air yang masuk. Sisa air dan
b) Proses klarifikasi adalah proses pemurnian minyak kasar (Crude Oil). Minyak
yang masih tercampur dengan air dan sludge akan diolah melalui beberapa
tahap menjadi minyak crude palm oil yang murni. Campuran tersebut melewati
vibrating screen, yang tujuannya adalah untuk menyaring crude oil dari serabut
(fiber). Crude oil yang sudah terpisah dari serabut, kemudian masuk ke
dengan air dan sludge. Prinsip yang digunakan dalam tangki adalah perbedaan
berat jenis, dimana minyak akan berada pada lapisan paling atas. Minyak
kemudian akan dialirkan ke unit purifikasi lainnya sampai masuk ke dalam Oil
Tank menjadi crude palm oil (CPO). Sludge dan air yang tertahan di lapisan
Fat pit menjadi tempat penampungan sementara air kondensat terolah dari
proses sterilisasi dan campuran sludge dan air dari proses klarifikasi. Pengutipan
minyak dapat dilakukan kembali dari fat pit dengan adanya pompa ke Oil Recovery
Tank.
Karakteristik limbah cair dari pabrik memiliki warna kecoklatan, suhu yang
tinggi, mengandung sludge yang banyak, dan mengandung banyak bahan organik
(Lang, 2007). Karakteristik limbah cair sebelum perlakuan PT. SMM selama
Berdasarkan Tabel 4.1, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik
yang tinggi dan masih bersifat asam. Maka dari itu diperlukan sebuah pengolahan
agar kadar bahan organik dapat turun dan tidak bersifat asam untuk memenuhi baku
Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit
Pengelolaan limbah cair kelapa sawit pada PT. SMM adalah dengan mengolah
limbah cair tersebut dalam sistem kolam anaerobik-aerobik yang kemudian akan
dimanfaatkan untuk tiga hal yaitu biogas, aktivasi bakteri composting, dan aplikasi
lahan. Terdapat 9 kolam pengolahan namun hanya 4 kolam yang digunakan secara
umum dan 5 lainnya adalah kolam back up apabila terjadi overflow atau debit yang
tinggi akibat kegiatan produksi yang tinggi. Bagan sistem kolam limbah dapat
Cooling pond merupakan tahap awal dari proses pengolahan limbah cair di PT
SMM. Cooling pond berfungsi sebagai tempat pendinginan limbah cair dari suhu
adalah sekitar 2 sampai 3 hari. POME kemudian akan dipompa menggunakan pipa
biodigester.
dilakukan pengerukkan selama 3 bulan sekali. Jika input POME yang masuk
Faktor penting yang juga dilakukan adalah perlakuan feeding. Feeding atau
dapat mengolah bahan organik menjadi biogas dan menurunkan beban pencemar.
penyimpanan dan diteruskan dengan membuka suction dan pressure valve dari
kedua pompa sentrifugal kolam anaerobic biodigester yang ingin diumpan. POME
Dosis pemberian feeding adalah sebanyak tiga kali dengan total volume dosis
sebanyak 383 m3/hari untuk digester 3 dan 140 m3/hari untuk digester 4. Hal
tersebut dikarenakan proses feeding secara kontinu yang kemudian bertujuan agar
bakteri tidak mati dan proses metabolismenya dapat berjalan lancar. Feeding
dalam digester menjadi asam dan panas sehingga metabolisme bakteri akan sangat
alkalinitasnya. Derajat keasaman diwakili oleh FOS dan derajat alkalinitas diwakili
oleh TAC (Wulandari, 2017). Gambar kolam dapat dilihat pada Gambar 4.3.
anaerobic biodigester yang terbagi menjadi dua kolam yaitu kolam 3 dan 4.
pengerjaannya pada kondisi termofilik dengan rentang suhu 40-75°C dimana suhu
optimumnya adalah 55-60°C (Hidayat, dkk., 2006). Jenis digester yang digunakan
adalah tipe fixed dome (kubah tetap). Pemilihan tipe ini dikarenakan lebih murah
dan perawatannya lebih mudah. Kapasitas kolam 3 adalah 10.200 m3 dengan jumlah
kubah sebanyak 2 dan kapasitas kolam 4 adalah 2.800 m3 dengan jumlah kubah
30
hanya 1. Kubah kolam 3 dibagi menjadi dua karena kapasitas kolam yang besar dan
menghindari bentuk kubah yang terlalu tinggi dan kerusakan bentuk kubah saat
HDPE di dasar yang merupakan soil liner, lapisan kedua adalah membrane ppc
polyester sebagai lapisan penampung biogas dan terluar adalah membran ppc
polyester sebagai pelindung lapisan penampung biogas dari panas, hujan dan angin
yang kencang.
Proses fermentasi anaerobik yang terjadi diusahakan selalu pada rentang nilai
suhu 50-51,5 °C. POME akan mengalami serangkaian perubahan biokimia akibat
peran bakteri anaerobik. Terdapat empat tahap pembentukan biogas yang terjadi di
yang menjadi faktor penting adalah besar nilai HRT (Hydraulic Retention Time).
HRT adalah waktu tinggal yang dibutuhkan oleh POME untuk didegradasi secara
biokimia oleh bakteri anaerobik di dalam kubah digester. HRT untuk kedua digester
adalah dalam rentang 20-30 hari. Selain itu, peran pengadukan juga penting untuk
mencapai produksi biogas dan penurunan beban pencemar dari POME. Kedua
dengan POME dan mempertahankan pH di dalam digester agar berada pada kondisi
lemak akan dirombak dengan bantuan eksoenzim dari bakteri anaerob yang
sebagai berikut.
Polisakarida à monosakarida
organik (asam asetat, asam propionat), alkohol dan keton, asetat, CO dan H dari 2 2
Produk utama dari proses ini adalah asam asetat. Pembentukan asam asetat disertai
dengan melibatkan bakteri metanogen. Terdapat dua rute yang terjadi yaitu,
fermentasi produk utama yang berasal dari tahap pembentukan asam yakni asam
asetat diubah menjadi metana dan karbon dioksida. Bakteri yang akan mengubah
asam asetat adalah bakteri asetoklastik (atau asetofilik). Reaksi yang terjadi dapat
4H + CO à CH + 2H O .................................................... (4.2)
2 2 4 2
32
Senyawa lainnya dalam jumlah terbatas dapat pula digunakan sebagai substrat
stokiometri, diperkirakan oleh para ahli bahwa sekitar 70% dari metana dihasilkan
dari asetat, sedangkan 30% sisanya dihasilkan dari H dan CO (Rahayu, dkk.,
2 2
menurunkan beban pencemar dari POME. Semakin banyak bahan organik yang
bisa dimanfaatkan oleh bakteri menjadi metana, semakin tinggi juga penyisihan
beban pencemar BOD dan COD pada POME (Widarti, dkk., 2015).
Gas metan yang terbentuk kemudian akan dialirkan melalui pipa ke stasiun
blower yang akan diproses menjadi listrik dan sludge akan dialirkan ke center well.
keseimbangan antara POME yang masuk dan keluar. Terdapat batas garis di dalam
center well untuk mengetahui volume POME yang ada di dalam digester. Level
POME selalu dijaga pada level maksimal 60 cm. Hal tersebut harus dilakukan untuk
tinggi. Center well menjadi tempat penampungan sementara lumpur dari kedua
Gambar anaerobic biodigester dan lapisan membran yang digunakan dapat dilihat
(a) (b)
Gambar 4.4 Anaerobic Biodigester
(a) Lapisan membran dalam anaerobik biodigester; (b) anaerobik biodigester
PT. SMM
3. Kolam 7 (Kolam Anaerobik Terbuka)
Input kolam 7 adalah sludge yang berasal dari center well dan juga tambahan
air kapur dari unit claybath dari proses industri. Kolam 7 merupakan kolam
anaerobik karena terdapat bakteri anaerob yang ikut masuk dari anaerobic
kedalaman sekitar 2,8 m. Tujuan kolam ini adalah untuk menurunkan beban
pencemar organik dengan waktu retensi sekitar 100 hari. Gambar kolam anaerobik
sebesar 15.819 m3. Nilai BOD dan COD sudah mengalami penurunan di kolam ini.
Terdapat kegiatan mixing di dalam kolam ini yang berfungsi untuk mencampur
POME sehingga sisa nutrien dapat terdistribusi secara merata dan sludge dengan
peran oksigen sehingga kolam 6 disebut sebagai kolam aerobik. Waktu retensi di
kolam ini adalah selama 19 – 21 hari. Gambar kolam aerobik dapat dilihat pada
Gambar 4.6.
4.2 Analisis Kualitas Influent dan Effluent Limbah Cair PT. SMM
Limbah cair di PT. SMM tidak hanya dilakukan proses pengolahan, namun juga
dilakukan analisis kualitas air limbah baik di inlet maupun outlet. Analisis kualitas
air limbah dilakukan setiap hari oleh pihak internal divisi laboratorium mill PT.
SMM dan dilakukan rutin setiap satu bulan sekali oleh pihak eksternal laboratorium
pengujian dan kalibrasi PT. Unilab Perdana (telah terakreditasi KAN). Analisis
yang dilakukan setiap hari satu kali oleh laboratorium PT. SMM adalah menguji
35
kualitas air limbah di outlet (kolam 6) dengan parameter yang diuji adalah pH dan
hasil pH agar diketahui secara kasar bagaimana kondisi POME setelah diolah dan
Analisis rutin satu bulan sekali oleh laboratorium pengujian dan kalibrasi PT.
Unilab Perdana adalah menguji kualitas pada inlet, kedua kolam anaerobic
biodigester, kolam anaerobik terbuka (kolam 7) dan outlet (kolam 6). Parameter
yang diujikan adalah BOD, COD, Pb, Cu, Cd, Zn, minyak dan lemak, dan pH.
Sistem pengolahan air limbah di PT. SMM dilakukan sepanjang tahun. Waktu
produksi per harinya disesuaikan dengan tandan buah segar yang ada. Data yang
akan digunakan untuk analisis pada laporan ini adalah data periodik bulan April –
Juni 2019 yang dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 1, 2, 3 dan 4. Data
terangkum berdasarkan parameter yang digunakan pada baku mutu dapat dilihat
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kualitas POME PT. SMM Pada Bulan April-Juni 2019
Influent Effluent (Kolam 6)
Baku Baku
Bulan BOD5 Mutu BOD5 Mutu
pH pH Keterangan
(mg/l) pH (mg/l) BOD
(mg/l)
April 4 14.497 8 6-9 410 < 5.000 Memenuhi
Mei 4 24.541 8 6-9 497 < 5.000 Memenuhi
Juni 5 24.178 8 6-9 379 < 5.000 Memenuhi
Sumber: Data Perusahaan (2019)
Hasil analisis kualitas influent dilakukan guna mengetahui kualitas dari POME
sebelum pengolahan. Hal tersebut sebagai bentuk kontrol terhadap efisiensi unit
36
dengan baku mutu yang digunakan yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
Kondisi pH air ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH yang
rendah mencirikan kondisi perairan yang cenderung asam, hal ini disebabkan
karena adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Sebaliknya pH tinggi
disebut juga kondisi basa disebabkan karena kehadiran karbonat, hidroksida dan
hara, toksisitas unsur serta jenis komunitas jasad renik maupun kehidupan lainnya
(Suyasa dan Wahyu, 2007). Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat untuk parameter
dikarenakan banyak TDS dan TSS yang terkandung di dalam POME sehingga akan
2017).
Parameter lain yang dianalisis dan termasuk baku mutu adalah BOD5. BOD
adalah jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung
dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.
Angka BOD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang
terjadi pada suatu perairan (Mays, 1996). Berdasarkan hasil analisis air limbah pada
titik influent memiliki nilai BOD yang sangat tinggi dan memiliki nilai melebihi
37
baku mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan pada
limbah cair PT. SMM untuk bisa menurunkan kadar BOD pada air limbah.
Berdasarkan Tabel 4.2 BOD dan pH pada effluent sudah berada di bawah baku
mutu. Nilai pH yang tergolong alkalin dan rendahnya nilai BOD pada air limbah
mengindikasikan air tidak akan merusak tanah aplikasi, namun dapat memberi
nutrisi yang cukup sebagai land application. Penurunan konsentrasi organik pada
besar konsentrasi pencemar BOD dan COD pada setiap kolam menggunakan data
April-Juni 2019 yang dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil perbandingan nilai BOD
60.000
53.197
50.000
Konsentrasi (mg/l)
40.000
30.000
21.072 20.629
20.000
11.979
10.000 7.483
4.699
429 1.131
0
Inlet Anaerobik Kolam 7 Kolam 6
Biodigester
BOD COD
Gambar 4.7 Perbandingan Nilai BOD dan COD pada Setiap Kolam
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat terlihat bahwa mulai dari inlet hingga kolam 6
(outlet) terjadi penurunan nilai BOD dan COD. Dengan penurunan nilai tersebut
38
dapat diketahui besar penyisihan nilai BOD dan COD dengan penggunaan sistem
pengolahan yang digunakan. Besar penyisihan nilai BOD dan COD dapat dilihat
100,0%
90,9% 90,6%
90,0%
80,0%
70,0% 64,5%
61,2%
Efisiensi (%)
60,0%
50,0%
41,9%
40,0% 37,2%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
Anaerobic Biodigester Kolam 7 Kolam 6
BOD COD
COD adalah dengan adanya unit pengolahan anaerobic biodigester dan kolam
aerobik. Unit pengolahan anaerobic biodigester yang ada di PT. SMM sudah
menurunkan konsentrasi bahan organik sehingga rangkaian unit proses di PT. SMM
karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan
organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri
sebagai pembentuk gas CH4 dengan merombak bahan organik yang terkandung
dalam POME. Efisiensi unit biodigester yang digunakan PT. SMM sudah tergolong
maksimal. Gas buangan CH4 yang seharusnya menjadi emisi gas ke udara, dapat
ditampung dan dikonversikan menjadi bentuk energi terbarukan yaitu biogas. Dapat
diketahui estimasi emisi CH4 melalui perhitungan dengan rumus pada persamaan
4.3.
Emisi CH4 = volume limbah cair x nilai COD x faktor emisi............ (4.3)
Faktor emisi untuk penggunaan anaerobic digester adalah 0,2 kg CH4/kg COD
(IPCC, 2006). Perhitungan untuk jumlah emisi CH4 tertangkap untuk kedua kolam
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.3, emisi CH4 yang tertangkap dengan adanya
akumulasi dari kedua kolam 3 dan kolam 4. Tentunya dengan penggunaan unit
40
pengolahan tersebut menjadi keuntungan bagi pabrik limbah kelapa sawit jika
dibandingkan dengan pabrik kelapa sawit yang masih menggunakan sistem kolam
menurunkan beban pencemar dengan tinggi dan mereduksi emisi gas CH4 ke
atmosfer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan di PT. Sahabat Mewah dan Makmur
1. Unit yang digunakan untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit dari kegiatan
2. Nilai effluent limbah cair kelapa sawit PT. SMM sudah memenuhi baku mutu
dengan nilai pH sebesar 8 dan BOD sebesar 379-497 mg/l untuk periode April-
Juni 2019.
3. Besar emisi gas CH4 yang tertangkap untuk dimanfaatkan menjadi biogas
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan di PT. Sahabat Mewah dan Makmur
limbah agar kinerja sistem pengolahan air limbah dapat bekerja secara optimal.
41
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, H., 2006. Land Application Sebagai Alternatif 3R Pada Industri Kelapa
Sawit, Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
Agustine, R., 2011. Produksi Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan
Penambangan Kotoran Sapi Potong sebagai Aktivator, skripsi, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Apriani, I, 2009. Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Sebagai Energi Alternatif
Terbarukan (Biogas), tesis, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Budianta, D,. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara
untuk tanaman perkebunan, Jurnal Dinamika Pertanian, 20(3):273-282.
Harsono, 2013. Aplikasi Biogas Sistem Jaringan Dari Kotoran Sapi Di Desa
Bumijaya Kec, Anak Tuha Lampung Tengah Sebagai Energi Alternatif
Yang Efektif, skripsi, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Lampung.
Irvan, H., 2009. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation,
Sime Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan, skripsi, Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor. 13-14.
Islam, R., Faysal, S., Amin, R., Juliana, F. M., Islam, M. J., Alam, J., Hossain, M.
N. dan Asaduzzman, M, 2017. Assessment of pH and Total Dissolved
42
43
Juanga, A., 2007. Biogas untuk Masa Depan Pengganti BBM, Jurnal Ilmiah
Indonesia, 4: 25.
Lang, L.Yu, 2007. Treability of Palm Oil Mill Effluent (POME) Using Black
Liquor in an Anaerobic Trement Process, thesis, Master of Science,
Universitas Sains Malaysia. 10.
Loebis, B dan Tobing P.L., 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa
Sawit. Buletin Perkebunan BPP Medan (19): 49-56.
Meilian, 2009. Pengolahan Air limbah Industri Minyak Kelapa Sawit, skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang. 23-25.
Naibaho, P., 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan. 11-12.
Nayono, S. E., 2009. Anaerobic Digestion of Organic Solid Waste for Energy
Production, disertasi, University of Karlsruhe, Jerman. 63-64.
Rahayu, A.S., Karsiwulan, D., Yuwono, H., Trisnawati, I., Mulyasari, S., Rahardjo,
S., Hokermin, S. dan Paramita, V., 2015. Buku Panduan Konversi POME
Menjadi Biogas Pengembangan Proyek di Indonesia, Winrock International,
USAID, Jakarta. 12-13.
Siallagan, N.S.R, 2010. Pengaruh Waktu Tinggal Dan Komposisi Bahan Baku Pada
Proses Fermentasi Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Produksi Biogas,
tesis, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tobing, P. L. dan Darnoko., 1992. Penetapan Kualitas Limbah Cair Pabrik Minyak
Sawit Dengan Metode Pengujian Sederhana, Berita Penelitian Perkebunan,
2(3): 145- 150.
44
Widarti, B. N., Susetyo, S. H. dan Sarwono, E., 2015. Degradasi COD Limbah Cair
dari Pabrik Kelapa Sawit Dalam Proses Pembentukan Biogas, Jurnal
Integrasi Proses, 5(3): 138 – 141.
Scanned by CamScanner
Lampiran 2. Data analisis bulan Mei 2019
Lampiran 3. Data analisis bulan Juni 2019
Lampiran 4. Data analisis anaerobik biodigester tahun 2019
Lampiran 5. Perhitungan penurunan konsentrasi bahan organik dan penyisihan
bahan organik pada setiap kolam
Anaerobic Biodigester
Kolam Inlet Kolam 7 Kolam 6 (Outlet)
Kolam 3 Kolam 4
Parameter BOD COD BOD COD BOD COD BOD COD BOD COD
April 14.497 36.242 5.504 13.760 5.504 22.822 8.787 21.967 410 1.026
Mei 24.541 61.353 9.679 24.198 9.031 22.579 2.812 7.400 497 1.343
Juni 24.178 61.995 6.567 17.749 8.612 22.664 2.497 6.571 379 1.023
RATA-RATA 21.072 53.197 7.250 18.569 7.716 22.688 4.699 11.979 429 1.131
Rata-rata Anaerobic Biodigester 7.483 20.629
• Kolam 7
!"#$%&'"($)*+,- /,*0,1$2%$)
o BOD = 3 100%
!"#$%
;.<=>&<.FEE
= 3 100% = 37,2 %
;.<=>
!"#$%&'"($)*+,- /,*0,1$2%$)
o COD = 3 100%
!"#$%
7:.F7E&88.E;E
=
7:.F7E
3 100% = 41,9 %
• Kolam 6
!"#$%&'"($)*+,- /,*0,1$2%$)
o BOD = !"#$%
3 100%
<.FEE&<7E
= <.FEE
3 100% = 90,9 %
!"#$%&'"($)*+,- /,*0,1$2%$)
o COD = !"#$%
3 100%
88.E;E&8.8>8
= 3 100% = 90,6 %
88.E;E